Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERADABAN ISLAM MASA TIGA KERAJAAN BESAR DI ABAD


PERTENGAHAN (THE GOLDEN AGE OF ISLAM)
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejara Peradaban Islam

Dosen Pengampu:

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Ricki Julas Aghar Deka :2104031007

Balqis Rageta :

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu`allaikum Wr.Wb

            Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan limpahan
rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelsaikan makalah ilmiah
tentang Peradaban Islam Masa Tiga Kerajaan Besar Di Abad Pertengahan (The Golden Age Of
Islam).

            Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini, untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah  ini.

            Terlepas dari itu semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya, oleh karna itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.

            Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi untuk pembaca.

Wassalamu`alaikum Wr.Wb

 Metro, 19 September 2021


                                                                                                            Penulis

                                                                       
                                                                                                 KELOMPOK II
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I  PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.      Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C.      Tujuan........................................................................................................ 1

 BAB II  PEMBAHASAN
A.    Hakikat Manusia Sebagai Individu………………………………………2
B.     Individu dan Kelompok Sosial..………………………………………….4
C.      Dinamika Interaksi Sosial……………………………….……………….5
D.    Dilema Kepentingan Individu dan Masyarakat…………………………. 8

BAB III  KESIMPULAN DAN PENUTUP


A.    Kesimpulan................................................................................................. 10
B.     Penutup....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. AWAL MULA KERAJAAN SAFAWI
Kerajaan ini berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil,
Sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat safawiyah, yang
berasal dari nama pendirinya, Safi Al-Din dan nama Safawi terus dipertahankan
sampai tarekat ini menjadi gerakan politik.
Safi al Din Al Ardabily adalah keturunan dari Imam Syi’ah yang
ketujuh Musa Al-Khazim. Oleh karena itu dia masih keturunan Rasulullah dari
garis puterinya Siti fatimah. Kerajaan Safawi secara resmi berdiri di Persia pada
1501 M/907, tatkala Syah Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja atau
syah di Tabriz, demikian pendapat CE Bosworth dan menjadikan Syiah Itsna
Asyariah sebagai ideologi negara. Namun event sejarah yang penting ini
tidaklah berdiri sendiri. Peristiwa itu berkaitan dengan peristiwa-peristiwa
sebelumnya dalam rentang waktu yang cukup panjang yakni kurang lebih dua abad.
Sejak Safi Al Din mulai memimpin tarekat safawiyah sampai kepada Syah
Ismail memproklamirkanberdirinya kerajaan safawi pada tahun 1501, tarekat
safawi mengalami dua fase dalam perjuangannya:
a. Pada masa 1301-1447 M (700-850 H), gerakan safawi masih murni gerakan
keagamaan (kultural) dengan tarekat safawiyah sebagai sarana. Pengikutnya
menyebar dari Persia, Syiria dan Anatolia.
b. Pada masa 1447-1501 M tarekat safawi berubah menjadi gerakan politik
(struktural), dengan pemimpinnya Junaid bin Ali. Perubahan terjadi
dikarenakan ambisi politik pada diri Junaid. Karena Junaid seorang
pemimpin tarekat, maka pengikutnya pun dijadikan pasukan yang diberi nama
Qizilbas (surban merah yang berumbai dua belas sebagai simbol Syiah Imamah
Dua Belas). Tapi usaha Junaid masih mengalami kegagalan dalam meraih
ambisinya karena selalu gagal dalam menaklukkan beberapa daerah seperti
Ardabil dan Chircasia, bahkan dalam tahun 1460 M mati terbunuh.
Kemudian digantikan anaknya yang bernama Haidar, tapi belum berhasil
juga. Sebelum meninggal, Haidar menunjuk adiknya yang paling kecil
bernama Ismail. Setelah berhasil menaklukkan kota Tabriz, Ismail kenudian
memproklamirkan berdirinya kerajaan Safawi, dengan Syiah Itsna asyariah
sebagai ideologi negara pada tahun 1501 M [4]. 3
Berikut ini dalah urutan penguasa kerajaan Safawi :
a. Isma'il I (1501-1524 M)
b. Tahmasp I (1524-1576 M)
c. Isma'il II (1576-1577 M)
d. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
e. Abbas I (1587-1628 M)
f. Safi Mirza (1628-1642 M)
g. Abbas II (1642-1667 M)
h. Sulaiman (1667-1694 M)
i. Husein I (1694-1722 M)
j. Tahmasp II (1722-1732 M)
k. Abbas III (1732-1736 M).
A. PERKEMBANGAN KERAJAAN SAFAWI

Perkembangan dan kemajuan kerajaan safawi tidak serta merta dapat diraih
ketika Syah Ismail I memimpin (1501-1524 M), tapi kejayaan kerajaan Safawi baru
terwujud pada masa pemerintahan Syaikh Abbas yang Agung (1587-1628 M) raja yang
kelima. Kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi meliputi beberapa bidang, antara lain:
1. KEMAJUAN DI BIDANG POLITIK
Kerajaan Safawi dan Turki Utsmani sebelum abad ke-17 sudah saling
bermusuhan dan Safawi banyak mengalami kekalahan, namun setelah Abbas I naik
tahta kerajaan Safawi dalam merebut wilayah kekuasaan Turki Utsmani banyak
mengalami kemenangan. Permusuhan antara dua Kerajaan aliran agama yang
berbeda ini tidak pernah padam sama sekali. Abbas I mengarahkan serangan-
serangannya ke wilayah Kerajaan Turki Utsmani pada tahun 1602 M. Disaat itu
Turki Utsmani berada di bawah Sultan Muhammad III. Pasukan Abbas I menyerang
dan berhasil menguasai Tabriz, Sirwan, dan Baghdad. Sedangkan Nakh Chivan,
Erivan, Ganja, dan Tiflis dapat dikuasai tahun 1605-1606 M. Selanjutnya pada
tahun 1622 M., Pasukan Abbas I berhasil merebut kepulauan Hurmus dan
mengubah pelabuhan Gumurun menjadi pelabuhan bandar Abbas [10].
Jadi dapat disimpulkan bahwa keadaan politik kerajaan Safawi mulai
bangkit kembali setelah Abbas I naik tahta dari tahun 1587-1629 dan dia menata
administrasi negara dengan cara yang lebih baik. Langkah-langkah yang ditempuh
Abbas I dalam rangka memulihkan politik Kerajaan Safawi adalah:
a. Mengadakan pembenahan administrasi dengan cara pengaturan dan pengontrolan
dari pusat.
b. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qiziblash atas Kerajaan Safawi
dengan cara membentuk pasukan baru yang anggotanya terdiri atas budak-budak
yang berasal dari tawanan perang bangsa Georgia, Armenia, dan Sircassia yang
telah ada sejak Raja Tamh I
c. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Utsmani.
d. Berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pada khotbah Jumat.
Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Secara
politik dia mampu mengatasi berbagai kemelut di dalam negeri yang mengganggu
stabilitas negara dan berhasil merebut kembali wilayah-wilayah yang pernah direbut
oleh kerajaan lain di masa raja-raja sebelumnya, dengan reformasi politiknya.
2. KEMAJUAN DI BIDANG KEAGAMAAN
Pada masa Abbas, kebijakan keagamaan tidak lagi seperti masa khafilah-
khafilah sebelumnya yang senantiasa memaksakan agar Syi’ah menjadi agama
negara, tetapi ia menanamkan sikap toleransi. Menurut Hamka, terhadap politik
keagamaan beliau Abbas tanamkam paham toleransi atau lapang dada yang amat
besar. Paham Syi’ah tidak lagi menjadi paksaan, bahkan orang Sunni dapat
hidup bebas mengerjakan ibadahnya, Bukan hanya itu saja, pendeta-pendeta
Nasrani diperbolehkan mengembangkan ajaran agama dengan leluasa sebab sudah
banyak bangsa Armenia yang telah menjadi penduduk setia di kota Isfahan.
3. KEMAJUAN DI BIDANG EKONOMI
Stabilitas politik Kerajaan Safawi pada masa Abbas I ternyata telah
memacu perkembangan perekonomian Safawi, terlebih setelah kepulauan Hurmuz
dikuasai dan pelabuhan Gumurun diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan
dikuasainya bandar ini, salah satu jalur dagang laut antara timur dan barat yang bisa
diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Prancis sepenuhnya menjadi milik
kerajaan Safawi. Di samping sektor perdagangan, kerajaan Safawi juga mengalami kemajuan
di sektor pertanian terutama di daerah bulan sabit subur (fortile crescent)

4. KEMAJUAN DI BIDANG ILMU PENGETAHUAN DAN SENI


Dalam sejarah Islam, bangsa Persia terkenal sebagai bangsa yang
berperadaban tinggi dan berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu, tidaklah mengherankan apabila pada masa Kerajaan Syafawi, khususnya
ketika Abbas I berkuasa, tradisi keilmuan terus berkembang. Berkembangnya
ilmu pengetahuan masa Kerajaan Syafawi tidak lepas dari suatu doktrin mendasar
bahwa kaum Syi’ah tidak boleh taqlid dan pintu ijtihad selamanya terbuka.
Kaum Syi’ah tidak seperti kaum Sunni yang mengatakan bahwa ijtihad telah
terhenti dan orang mesti taqlid saja. Kaum Syi’ah tetap berpendirian bahwasanya
mujtahid tidak terputus selamanya.
Pada masa ini muncullah beberapa filosof antara lain; lmuwan yang
melestarikan pemikiran-pemikiran Aristoteles, Al-Farabi adalah Mir Damad alias
Muhammad Bagir Damad (1631 M ) dengan menulis buku filsafat dalam dua
bahasa yaitu Arab dan persia, diantaranya yang terkenal qabasat dan taqdisat. Selain itu
ada filosof yang terkenal yaitu Baha Al-Din Al-Syaerazi, yang selalu hadir di
majlis istana, begitu juga dengan Syah Abbas I yang sangat mendukung kegiatan
tersebut.
Adapun di bidang seni, kemajuan dalam bidang seni arsitektur ditandai dengan
berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah Isfahan sebagai ibu kota
kerajaan ini. Sejumlah masjid, sekolah, rumah sakit, jembatan yang memanjang
diatas Zende Rud dan Istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan
kebun wisata yang tertata apik. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat sejumlah
162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum. Unsur
lainnya terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, permadani dan benda
seni lainnya. Serta ada peninggalan masjid Shah yang dibangun tahun 1611 M
dan masjid Syaikh Lutf Allah yang dibangun tahun 1603 M.
A. KERUNTUHAN KERAJAAN SAFAWI
Seiring dengan perjalanan waktu, kerajaan Safawi, lama kelamaan mengalami
masa- masa kemunduran, yang disebabkan antara lain:
1. Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Utsmani.
2. Berdirinya kerajaan Safawi yang bermadzhab Syi'ah merupakan ancaman bagi
kerajaan Utsmani, sehingga tidak pernah ada perdamaian antara dua kerajaan besar ini.
3. Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaaan
Safawi. Raja Sulaiman yang pecandu narkotik dan menyenangi kehidupan
malam selama tujuh tahun tidak pernah sekalipun ssmenyempatkan diri
menangani pemerintahan, begitu pula dengan sultan Husein.
4. Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki
semangat perjuangan yang tinggi seperti semangat Qizilbash. Hal ini
dikarenakan mereka tidak memiliki ketahanan mental karena tidak dipersiapkan
secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran
ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan
kerajaan Safawi.
5. Sering terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan
keluarga istana. Krisis abad 18 mengantarkan kepada berakhirnya sejarah Iran pramodern.
Hampir diseluruh wilayah muslim, periode pramodern yang berakhir dengan Intervensi,
penaklukan bangsa Eropa, dan dengan pembentukan beberapa rezim kolonial, maka
dalam halini kons olidasi ekonomi dan pengaruh politik bangsa Eropa telah
didahului dengan kehancuran Inperium Safawiyah dan dengan liberalisasi ulama.
Demikianlah, Rezim safawiyah telah meninggalkan warisan kepada Iran modern
berupa tradisi Persia perihal sistem kerajaan yang agung, yakni sebuah rezim yang
dibangun berdasarkan kekuatan uymaq atau unsur unsur kesukuan yang utama, dan
mewariskan sebuah kewenangan keagamaan syiah yang kohesif, monolitik dan mandiri

Anda mungkin juga menyukai