Anda di halaman 1dari 14

Nama : Abdurrozaq

Kelas : PAI 1A

NIM : 2110700044

Matkul : Psikologi (UAS)

Psikologi pendidikan

A. Definisi Psikologi pendidikan


1. Psikologi pendidikan adalah pengetahuan kependidikan yang didasarkan atas
hasil temuan riset psikologi
2. Hasil temuan riset psikologi tersebut kemudia dirumuskan sedemikian rupa
hingga menjadi konsep, teori, metode, dan strategi yang utuh.
3. Konsep, teori, metode, dan strategi tersebut kemudian disistematisasikan
sede ikian rupahingga menjadi rangkaian sumber yang berisi pendekatan
yang dapat dipilih dan digunakan untuk praktik kependidikan, khususnya
dalam proses belajajar

B. Manfaat Psikologi Pendidikan


1. Agar dapat dapat mendidik para peserta didik melalui proses belajar
mengajar
2. Memahami dan mengenal sifat manusia
C. Teori Pendidikan
1. Teori Behavioristik (Behaviorisme)
Teori psikologi pendidikan yang pertama ini menjelaskan tentang
pengamatan perubahan tentang tingkah laku yang di pengaruhi peristiwa di
sekitar.Teori behavioristik (behaviorisme) ini berpandangan bahwa belajar
terjadi karena operant conditioning, yaitu jika seseorang belajar dengan baik
maka ia akan mendapat hadiah dan hal itu akan meningkatkan kualitas
belajarnya. Dalam perkembangannya muncullah beberapa ahli lain yang
mendukung teori ini, seperti Thorndike, Skinner, Clark Hull dan Edwin
Guthrie.
Teori behaviorisme yang pada awalnya merupakan salah satu aliran
ilmu psikologi selanjutnya berkembang dan berpengaruh dalam dunia
pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan susunan katanya, behaviorisme
terdiri dari dua kata “Behave” yang berarti berperilaku dan “Isme” yang berarti
aliran, sehingga jelas bahwa penekanannya pada tingkah laku.Teori Kognitif
(Bruner).

2. Teori Kognitif (Bruner)


Teori psikologi pendidikan kognitif mengutamakan bagaimana cara
mengembangkan fungsi kognitif individu sehingga belajar menjadi
maksimal. Fungsi kognitif penting karena dapat mempengaruhi
perkembangan peserta didik dalam proses pendidikan dan sebagai tolak
ukur mensukseskan proses pembelajaran.
Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses
belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang
berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan
menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang
pengenalan. Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi
karena ada varasziabel penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang.

3. Teori Humanisme (Carl R.Roger)


Teori ini mengutamakan keterlibatan individual peserta didik secara
keseluruhan, sebab belajar tidak akan berlangsung jika tidak ada
keterlibatan emosional peserta didik.Teori psikologi pendidikan ini
menjelaskan bahwa seseorang dapat memilih apa yang ingin dipelajari,
mengusahakan dan menilai proses pembelajarannya sendiri, sehingga di
perlukan motivasi dari peserta didik itu sendiri.
Teori belajar humanisme dalam pendidikan lebih menekankan
pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi
manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya
dan mengembangkan kemampuan tersebut.

4. Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme sebagai teori psikologi pendidikan mengenai filsafat
belajar pertama kali sudah terungkap dalam tulisan ahli filsafat
(Giambatista Visco, 1710) yang mengemukakan bahwa orang hanya
dapat benar-benar memahami apa yang dikonstruksikannya sendiri.
Namun, ahli psikologi yang pertama mengembangkan dan
mempopulerkan filsafat ini dalam pembelajaran adalah Jean Piaget.
Secara umum menurut teori Behaviorisme, orang yang belajar
adalah orang yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, oleh
sebab itu para pengajar harus dapat mentransfer pengetahuan kepada
orang yang belajar. Namun, dari beberapa hasil penelitian pendidikan
sains pada tahun-tahun terakhir telah mengungkapkan bahwa
pengetahuan itu dibangun dalam pikiran seseorang.
Asumsi dasar teori konstruktivisme sebagai teori psikologi
pendidikan tentang belajar adalah bahwa setiap orang pada dasarnya
sudah memiliki pengetahuan atau bekal awal tentang sesuatu yang akan
dipelajari. Pembelajaran pada intinya adalah bagaimana mengembangkan
atau mengkonstruksi (membangun) pengetahuan atau bekal awal yang
sudah dimiliki tersebut menjadi sebuah pengetahuan baru dan utuh.
Psikologi Sosial

A. Definisi Psikologi Sosial


Psikologi sosial terdiri dari dua kata yaitu psikologi dan sosial. Psikologi
diartikan sebuah bidang ilmu pengetahuan yang fokus terhadap perilaku dan
fungsi mental manusia secara ilmiah. Kemudian, sosial merupakan segala
perilaku yang berhubungan dengan hubungan antar individu. Jadi, pengertian
psikologi sosial bisa diartikan juga merupakan bidang keilmuan yang
mempelajari tentang perilaku dan mental manusia yang berkaitan dengan
hubungan antar individu dalam masyarakat.

B. Tujuan Psikologi Sosial


1. Situasi sosial tidak semuanya baik, sehingga peserta didik perlu mendapat
pengetahuai tentang psikologi sosial agar tidak terpengaruh, tersugesti, oleh
situasi sosial yang tidak baik tersebut.

2. Peserta didik dibekali pengetahuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan


menyusun alternatif pemecahan masalah sosial secara sistematis dan
menanamkan proses kejiwaan yang berkaitan tentang hubungan kehidupan
bersama yang saling mempengaruhi.
3. Peserta didik dibekali dengan kemampuan berkomunikasi yang baik dengan
sesama individu dalam masyarakat sehingga memudahkan melakukan
pendekatan untuk mewujudkan perubahan kepada tujuan dengan sebaik-
baiknya.
4. Peserta didik dibekali dengan kesadaran akan kehidupan bersosial dan
lingkungannya untuk merubah sifat dan perilaku sosialnya lebh baik.
5. Peserta didik dibekali dengan kemampuan pengembangan pengetahuan dan
keilmuan psikologi sosial dalam perkembangan kehidupan, perkembangan
masyarakat, lingkungan, teknologi, dan keilmuan.

C. Manfaat Psikologi Sosial


1. Memberikan gambaran kepada manusia tentang bagaimana menjalin
hubungan yang ideal antar sesama manusia sebagai makhluk sosial.
2. Mencegah terjadinya konflik di antara kehidupan manusia yang disebabkan
oleh ego dari setiap individu dalam hubungannya dengan masyarakat.
3. Memberikan solusi ketika konflik muncul di dalam kelompok masyarakat.
Dengan psikologi sosial, manusia bisa memahami karakter suatu masyarakat
sehingga mudah untuk menemukan solusi dari konflik yang tengah terjadi
dalam masyarakat.
4. Sebagai pedoman masyarakat dalam mengelola perbedaan antar individu
dalam masyarakat. Dan juga menjadikan perbedaan itu sebagai pemerkuat
hubungan sosial dalam masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.
D. Teori Psikologi Sosial
1. Teori Penguatan (Reinforcement Theory)
Teori penguatan ini berdasarkan pendekatan behaviorisme terdiri dari
beberapa teori yaitu :
 Teori Belajar Sosial dan Imitasi (Theories of Social Learning and
Imitation)
Mekanisme imitasinya dibagi menjadi 3, yaitu (1) Same behavior :
perilaku yang menyatakan tingkah yang sama antara dua individu
terhadap rangsang yang sama. (2) matched-dependent behavior :
perilaku meniru orang lain yang dianggap lebih superior. Perilaku pihak
kedua akan menyesuaikan perilaku pihak pertama. (3) Copying :
perilaku meniru atau dasar isyarat (tingkah laku) dari model yang
diberikan, termasuk model di masa lampau.
 Observational Learning
Dikemukakan oleh Bandura dan Waltens, bahwa tingkah laku
tiruan merupakan bentuk asosiasi dari suatu rangsang. Teori ini dapat
pula menerangkan timbulnya emosi yang sama dengan emosi pada
model. Menurut mereka terdapat tig macam pengaruh tingkah laku
model : (1) Modeling effect : peniru melakukan tingkah laku baru
sesuai dengan model. (2) Inhibition dan disinhibition: tingkah laku tidak
sesuai dengan tingkah laku model akan dihambat dan tingkah laku
yang sesuai dengan model akan dihapuskan segala hambatannya.
(3) Facilitation effect : perilaku model sudah dipelajari i=oleh penitu
kemudian muncul lagi dengan mengamati perilaku model.
2. Teori Penguatan Sosial (Social Reinforcement Exchange Theories)
Teori ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
 Teori Tingkah Laku Sosial Dasar (Behavioral Sociological Model of
Social Exchange). Dicontohkan oleh Homas pada teori ini bahwa pada
hakekatnya sama dengan proses jual beli dimana kedua belah pihak
saling memberi harga dan mencari keuntungan.
 Teori Hasil Interaksi (Theory of Interpersonal Independence).
Hubungan dua orang atau lebih dimana saling tergantung untuk
mencapai hasil dan memaksimalkan hasil positif bagi tiap peserta
interaksi.
 Teori Fungsional dari Interaksi Otoriter (Equity Theory). Menurut
Walster, Berscheid, dan Adams, teori ini membicarakan tentang
keadilan dan ketidakadilan dalam hubungan interpersonal. Setiap
kontribusi yang diberikan disebut input bersifat negatif contohnya
seperti usaha, kerja, dll, dan sesuatu yang diterima disebut outcome
bersifat positif afeksi seperti semangat, minat.
3. Teori Orientasi Lapangan (Field Theoretical Orientation)
Cara penting pendekatannya menurut Lewin, et al yaitu penggunaan
metode konstruktif, pendekatan dinamis, penekanan pada proses psikologis,
analisis didasarkan pada situasi secara keseluruhan, Perbedaan antara
masalah yang sistematis dan historis, dan representasi matematis dari situasi
psikologis.
4. Teori Peran (Role Theory)
Role atau peran seseorang akan tergantung pada role orang lain dan
konteks sosialnya. Biddle dan Thomas membagi peran dalam empat
golongan yaitu : (1) orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial. (2)
perilaku yang muncul dalam interaksi. (3) kedudukan orang dalam perilaku.
(4) kaitan antara orang dan perilaku.
5. Teori Orientasi Kognitif (Cognitive Theory Orientation)
Teori ini berhubungan dengan proses kognitif yang dibagi menjadi beberapa
macam teori lagi :
 Krech & Crutchfield’s Cognitive Theory
Motivasi bersifat molar, melibatkan kebutuhan dan tujuan.
Ketidakstabilan psikologi dapat menyebabkan ketegangan yang
mempengaruhi persepsi, kognisi, dan tindakan. Keputusasaan
mencapai tujuan atau kegagalan akan muncul dalam berbagai perilaku
adaptif maupun maladaptif.
 Cognitive Consistency Theories
Teori ini berpangkal pada perasaan yang ada pada seseorang (P),
terhadap orang lain(X) dan hal lainnya (X).  Terdapat didalamnya
prinsip keselarasan mengenai peramalan perubahan sikap dalam
situasi tertentu. Teori kognitif menekankan bahwa kondisi kognitif yang
tidak konsisten dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan mengarah
pada perilaku agar tercapai kenyamanan itu kembali.
 Teori Atribusi
Teori ini menjelaskan mengenai bagaimana seseorang
menentukan dikap, sifat, atau karakteristik berdasarkan apa yang
diketahui mengenai orang tersebut pada situasi dan dengan perilaku
tertentu.
 Theories of Social Comparison, Judgement and Perception
Proses saling mempengaruhi dan perilaku bersaing dalam interaksi
sosial menimbulkan kebutuhan untuk menilai diri sendiri dengan
membandingkan diri dengan diri orang lain. Ada dua hal yang
dibandingkan yaitu pendapat dan kemampuan. Manusia biasa
melakukan perbandingan diri misalnya seperti kata – kata atau
pendapat mana yang lebih baik, ataupun siapa yang memiliki
keunggulan tertentu.

Psikologi Pengembangan
A. Definisi Psikologi Pengembangan
Psikologi perkembangan adalah cabang psikologi yang berfokus pada cara
manusia berkembang dan berubah selama hidupnya. Mereka yang berspesialisasi
di bidang ini tidak hanya peduli kepada perubahan fisiologis. Perubahan pada
perkembangan emosi, kemampuan sosial, dan kognitif yang berubah seiring waktu
juga dipelajari.

B. Tahap Perkembangan Psikologi


1. Prenatal
Periode prenatal menjadi perbincangan hangat diantara psikolog
perkembangan yang ingin mengetahui cara pengaruh selama masa paling
awal pada perkembangan dapat memengaruhi perkembangan di kemudian
hari saat masa anak-anak.
Para psikolog tertarik untuk melihat refleks primer yang muncul sebelum
kelahiran, cara fetus merespon terhadap stimulus didalam janin, beserta
sensasi dan persepsi yang mampu dirasakan oleh janin sebelum kelahiran.
Mereka juga melihat kemungkinan permasalahan seperti down syndrome,
penggunaan narkoba selama mengandung, atau penyakit bawaan yang
mampu memengaruhi perkembangan anak.

2. Early Childhood
Periode dari masa bayi sampai awal anak-anak merupakan waktu saat
pertumbuhan dan perubahan terhebat terjadi. Para psikolog pertumbuhan
mengamati pertumbuhan fisik, kognitif, dan emosional yang terjadi pada masa
kritis ini. Selain menyediakan intervensi kepada potensial penghambat
perkembangan pada periode ini, para psikolog juga terfokus untuk membantu
anak-anak mencapai potensi penuh mereka. Orangtua beserta ahli kesehatan
selalu siaga untuk menjamin bahwa anak-anak berkembang dengan baik,
menerima nutrisi yang cukup, dan mencapai milestone kognitif sesuai umur
mereka.

3. Middle Childhood
Masa ini ditandai oleh kedewasaan secara fisik dan meningkatnya tingkat
kepentingan pengaruh sosial saat anak-anak melewati masa sekolah dasar.
Anak-anak mulai menandai keberadaan mereka di dunia ini melalui pertemanan,
meningkatkan kompetensi melalui tugas sekolah, dan terus menerus
membangun “sense of self” mereka. Para orangtua dapat meminta bantuan
psikolog perkembangan untuk membantu anak-anak menangani potensial
hambatan. Hambatan yang bermunculan pada periode ini berupa isu sosial,
emosi, dan kesehatan mental.

4. Adolescence
Masa remaja kadang menjadi topik yang menarik karena anak-anak
melalui berbagai macam kekacauan dan transisi yang sering menemani periode
perkembangan ini. Psikolog seperti Erik Erikson sangat tertarik untuk
mengetahui cara periode ini menuntun kepada pembentukan identitas.

Pada umur ini, anak-anak cenderung menguji batas mereka dan


menjelajahi identitas baru ketika mereka mencari jawaban dari “siapakah aku,
dan mau jadi apa ya aku?” Para psikolog dapat membantu para remaja ini dalam
menangani pemasalahan menantang yang unik kepada setiap periode remaja
(Pubertas, kekacauan emosional, dan tekanan sosial).

5. Early Adulthood
Para anak-anak ingin menjadi remaja. Mereka yang menjadi remaja ingin
menjadi orang dewasa, tetapi begitu mereka melihat kenyataan yang pahit
banyak yang ingin lari ke masa kanak-kanak mereka.

Periode ini diisi oleh manusia yang membuat dan mempertahankan


hubungan. Milestones ini sangatlah kritis karena mengenai penciptaan
hubungan, keintiman, pertemanan dekat, dan memulai sebuah rumah tangga.
Mereka yang bisa membangun dan menjaga hubungan cenderung merasa
“terhubung” dan mendapatkan dukungan sosial. Sementara mereka yang
kesusahan dalam menciptakan hubungan sering merasa diasingkan dan
kesepian.Orang yang menghadapi masalah seperti itu mungkin memerlukan
bantuan dari psikolog perkembangan agar bisa membangun hubungan yang
lebih baik, dan menangani perselisihan emosional.

6. Middle Adulthood
Fase ini cenderung pada mengembangkan sense terhadap tujuan dan
kontribusi terhadap lingkungan. Erikson mendeskripsikan fase ini
sebagai generativity and stagnation.Mereka di fase ini ingin terlibat di dunia,
berkontribusi kepada hal-hal yang akan bertahan setelah mereka berpulang, dan
meninggalkan jejak untuk generasi berikutnya.

Aktivitas seperti karir, keluarga, keanggotaan di kelompok, serta


keterlibatan di kelompok merupakan semua hal yang bisa berkontribusi pada
perasaan ini.Fase-fase ini dapat dilihat pada tindakan para aktivis yang
mempertaruhkan nyawa mereka demi masa depan yang lebih indah dan cerah
bagi generasi selanjutnya.Kemudian ada fase terakhir dari hidup manusia, fase
“Older Adults”.

7. Older Adults
Masa Lansia sering dilihat sebagai puncaknya kesehatan yang
memburuk, tetapi ada banyak lansia yang tetap aktif dan sibuk pada usia 80-90
tahun. Meningkatnya keprihatinan terhadap kesehatan menjadi penanda periode
ini, dan beberapa individu bahkan mengalami penurunan pada kemampuan
mental (lebih dikenal dengan demensia).

Mereka yang mampu melihat kejadian-kejadian yang terjadi selama hidup


mereka tanpa penyesalan akan merasa lebih bijak dan lebih siap untuk
menghadapi akhir perjalanan mereka. Sedangkan para indvidu yang menyesal
karena tidak melakukan hal tertentu selama hidupnya akan merasa putus asa
dan kecewa. Psikolog perkembangan bisa ikut membantu para lansia untuk
membantu mereka menangani masalah yang berhubungan dengan proses
penuaan.

TOKOH PSIKOLOGI

B. F. Skinner
Lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di Susquehanna, Pennsylvania, U.S.

Wafat pada 18 Agustus 1990, Cambridge, Massachusetts

TEORI

Teori belajar Skinner didasarkan atas gagasan bahwa belajar adalah fungsi perubahan
perilaku individu secara jelas. Perubahan perilaku tersebut diperoleh sebagai hasil
respon individu terhadap kejadian (stimulus) dari lingkungan. Penelitian yang dilakukan
Skinner dipengaruhi oleh percobaan Pavlov dan ide-ide John Watson (bapak
behaviorisme). Salah satu hasil penelitiannya yang terkenal adalah kotak Skinner
(Skinner’s Box). Ketertarikan Skinner terhadap perilaku individu terletak pada stimulus-
respon (SR) yang dihasilkan.

Penguatan merupakan unsur terpenting dari teori SR Skinner. Penguatan stimulus


diberikan berulang-ulang agar dapat memperkuat respon yang dikehendaki. Sehingga
perilaku individu dikontrol oleh penguatan stimulus yang mengikutinya. Ukuran perilaku
individu yang terpenting adalah tingkatan atau kecepatan responnya. Perilaku individu
yang diamati Skinner agak berbeda dengan perilaku yang diamati dalam teori
behaviorisme sebelumnya (Pavlov, Thorndike, Hull). Dalam teori behaviorisme Skinner,
dikenal istilah responden dan operan. Responden merupakan respon-respon individu
yang secara otomatis diperoleh melalui stimulus yang sudah dikenal dan relatif tetap.
Sedangkan dalam pengkondisian operan, stimulus awal tidak selalu dapat diketahui,
individu hanya sekedar memunculkan respon-respon yang dikontrol oleh penguatan
stimulus yang mengikutinya. Menurut Skinner, perilaku operan lebih berperan dalam
kehidupan manusia disbanding perilaku responden. Hal inilah yang mendasari teori
Skinner tenang pengkondisian operan (operant conditioning).

A. Teori Behavioristik

1. Pengertian Teori Behavioristik Secara Umum. Teori behavioristik menjelaskan


tentang perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulan) yang menimbulkan hubungan perilaku
reaktif (respon). Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena
seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Pada teori belajar ini sering disebut S-R
psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward
dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Ciri-ciri teori behavioristik, yaitu:

a. Obyek psikologi adalah tingkah laku

b. Semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek

c. Mementingkan pembentukan kebiasaan d. Mementingkan faktor lingkungan

e. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan


metode obyektif
f. Sifatnya mekanis. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia,
teori behavioristik ini berkembang di AS, dan para tokohnya antara lain, Ivan
Petrovich Pavlov, Edward Lee Thorndike, John Watson, Clark Hull, dan B.F.
Skinner. Namun dalam sekripsi ini penulis hanya akan menjelaskan tentang teori
behavioristik Skinner.

2. Teori Behavioristik Skinner Prinsip dasar dari pendekatan Skinner adalah


tingkah laku disebabkan dan dipengaruhi oleh variabel eksternal. Skinner menjadikan
teori kepribadian sebagai label dari aspek tingkah laku tertentu. Skinner juga
menyatakan bahwa perilaku tidak lain adalah kumpulan pola tingkah laku, dan jika kita
bertanya tentang perkembangan perilaku tidak lain bertanya tentang perkembangan
polapola tingkah laku ini. Pembentukan tersebut dengan melalui beberapa langkah,
diantaranya:

a. Jadwal Penguatan (Schedule of Reinforcement) Paling utama dalam


pengkondisisan operan menunjukkan dengan jelas bahwa tingkah laku yang
diberi penguatan (reinforcement) akan cenderung diulang. Konsep penguatan
yang digunakan dalam pengkondisian operan ini menduduki peranan yang paling
penting (kunci) dalam teori Skinner. Dalam teorinya, Skinner mengatakan bahwa
komponen belajar terdiri dari stimulus, penguatan (reinforcement) dan respon.

b. Pembentukan (shaping) Pembentukan (shaping) adalah pengubahan tingkah


laku secara berangsur-angsur yang dilakukan menuju ke respon yang
dikehendaki dan kemudian hanya memperkuat reproduksi yang lebih cermat dari
tingkah laku yang dikehendaki. Proses pembentukan tingkah laku dimulai
dengan pertama-tama memberikan penguatan atas respon-respon yang
ditujukan.

Pentingnya shaping adalah dapat membuahkan tingkah laku yang


kompleks. Suatu tingkah laku yang kompleks terbentuk dengan serangkaian cara
pengubahan kontingensi, yang disebut dengan program, setiap tahapan program
memunculkan respon. Dan memungkinkan mengajarkan banyak kepada
manusia dengan melewati proses pembentukan setahap demi setahap.
Misalnya, mengajarkan anak membuat kapal dengan kertas origami, kita
pertama-tama mengucapkan “Bagus” saat mereka selesai membuatnya.
Kemudian mengatakan “Benar” ketika mereka melipat dengan sempurna. Kita
terus memberikan pujian kepada mereka saat mereka membuat dengan bagus
serta menyelesaikan dengan benar, dan seterusnya secara bertahap sampai
membentuk tingkah laku yang utuh. Dengan adanya shaping perilaku agar
terbentuk dengan baik dan utuh apabila dilakukan dengan secara bertahap.

c. Modifikasi tingkah laku (behavior modification) B-mood sebutan untuk behavior


modification adalah strategi untuk mengubah tingkah laku yang bermasalah.
Cara kerja yang digunakan oleh Skinner dalam modifikasi tingkah laku adalah
mengubah dan membentuk tingkah laku atau perilaku yang diinginkan.
Kemudian menghentikan perilaku anak yang tidak diinginkan. Misalanya, anak
yang memukul temannya, dengan adanya pemberian modifikasi tingkah laku
maka seorang guru dengan segera menghentikan perilaku anak tersebut yang
akan menimbulkan kepribadian anak tersebut memiliki kepribadian yang buruk.
Dengan adanya beberapa langkah yang dilakukan Skinner pada penelitiannya
tentang perilaku yang mengandung kumpulan-kumpulan pola kepribadian
menjadi perhatian para peneliti atau teoretikus kepribadian. Para peniliti dan
pendidik secara langsung dan tidak langsung menggunakan konsep teori
Skinner. Karena mereka menggap bahwasannya teori Skinner dapat juga
dilakukan dalam pembentukan dan pengembangan perilaku.

d. Generalisasi dan Dsikriminasi Kecenderungan untuk terulang atau meluasnya


tingkah laku yang diperkuat dari satu situasi stimulus yang lain itu disebut
generalisasi stimulus. Menurut Skinner, generalisasi stimulus mempunyai arti
penting bagi perbendaharaan dan integritas tingkah laku individu. Fenomena dari
generalisasi stimulus itu dengan mudah bisa kita jumpai dalam kehidupan sehar-
hari. Sebagai contoh, seorang anak yang berada di rumah diperlakukan dengan
baik karena bertingkah laku baik akan menggeneralisasikan dan mengulang
tingkah laku baiknya itu di luar rumah. Di samping generalisasi stimulus, individu
menurut Skinner mengembangkan tingkah laku adaptif atau penyesuaian dirinya
melalui kemampuan membedakan atau diskriminasi stimulus. Diskriminasi
stimulus merupakan kebalikan dari generalisasi stimulus, yakni suatu proses
belajar bagaimana merespon secara tepat terhadap berbagai stimulus yang
berbeda. Sebagai contoh, seorang anak kecil belajar membedakan antara orang-
orang yang termasuk anggota keluarga. Skinner percaya bahwa kemampuan
mendiskriminasi stimulus ini sama pentingnya dengan kemampuan
menggeneralisasikan stimulus. Kemampuan mendiskriminasi stimulus ditentukan
oleh pengalaman belajar individu yang khas.

ANALISA

Penerapan Teori Behavioristik Skinner di TK Al Tarmasi

Para guru-guru TK Al Tarmasi menerapkan konsep Skinner tentang


pembentukan perilaku di TK Al Tarmasi dengan menggunakan metode
pembiasaan. Karena mereka berpendapat bahwa peranan tingkah laku dalam
membentuk perilaku dengan pembiasaan terhadap peserta didik apalagi dalam
kegiatan pembelajaran di TK Islam dituntut untuk berakhlaqul karimah, di TK Al
Tarmasi juga bertujuan untuk merealisasikan metode dan kurikulum pendidikan
yang ideal yaitu pendidikan formal yang mampu memadukan unsur keimanan.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, pihak lembaga telah membuat
indikator kemampuan belajar bidang pembiasaan:

1. Berdo’a sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan

2. Meminta tolong dengan baik

3. Mengucap salam

4. Berterima kasih jika mempeoleh sesuatu


5. Melaksanakan tata tertib yang ada disekolah

6. Mau mengalah

7. Berbahasa sopan dalm berbicara

8. Tidak lekas marah atau membentak-bentak

9. Mudah bergaul atau berteman

10. Mampu mengerjakan tugas sendiri

11. Menggunakan barang orang lain dengan hati-hati

12. Mau membagi miliknya

13. Meminjamkan miliknya dengan senang hati

Bidang pembiasaan pada penanaman akhlaq tersebut dilakukan


dalam bentuk kegaiatan sehari-hari. Kegiatan ini berlangsung dari ketika
siswa datang ke sekolah sampai pulang sekolah. TK Al Tarmasi
menjadikan pembiasaan ini sebagai metode dalam pembelajaran dan
pembentukan perilaku anak yang menanamkan akhlaqul karimah. Bidang
pembiasaan ini juga include ke dalam metode bercerita dan bermain.
Penanaman akhlaq ini disampaikan melalui beberapa pembiasaan yaitu:

a. Pembiasaan Rutin

1) Mengucapkan Salam dan Berjabat Tangan Permulaan anak usia


dini memasuki sekolah adalah awal dimana anak menyesuiakan
diri dengan lingkungan yang baru, baik itu dengan teman, guru,
peraturan, dan semua yang ada di lingkungan sekolah termasuk
pada pembiasaan-pembiasaan yang ditanamkan pada anakanak di
sekolah.

Di TK Al Tarmasi pembiasaan sehari-hari yang ditanamkan


oleh guru kepada anak-anak adalah mengucapkan salam dan
berjabat tangan. Pembiasaan dengan mengucapkan salam
bertujuan agar anak selalu mengucapkan salam ketika bertemu
dengan orang tua ataupun orang yang mereka kenal dan juga
ketika hendak masuk ruangan ataupun rumah. Dengan berjabat
tangan agar menanamkan anak-anak selalu berjabat tangan ketika
pamit kepada orang tua dan juga berjumpa dengan orang yang
lebih tua darinya. Hal ini terlihat ketika penulis melakukan penelitian
di sana bahwa siswa sudah dapat melakukan jabat tangan dan
mengucapkan salam tanpa disuruh.

Setiap pagi guru piket TK Al Tarmasi menyabut kedatangan


siswa di sekolah. Kemudian mereka bersalaman dengan ibu guru.
Setiap kali ada yang lupa tidak bersalaman dengan guru piket, guru
piket mencoba mengingatkan kepada siswa untuk bersalaman
terlebih dahulu.20 Penyambutan yang ramah merupakan stimulus
yang sangat berarti untuk mendorong anak dalam hal kenyamanan
permulaan proses belajar mengajar. Dari pembiasaan bersalaman
dan mengucapkan salam anak akan terbiasa melakukan hal
tersebut kepada siapa saja. Mereka akan terbiasa menghormati
dan menghargai orang lain.

2) Berdo’a bersama Kegiatan rutin lainnya yaitu berdo’a


sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan. Yang bertujuan
dapat membiasakan diri untuk berdo’a sebelum melakukan segala
kegiatan.

Sifat agama yang verbalis ritualis menunjukkan bawa anak


menerima konsep keagamaan baru bersifat lahiriyah tanpa
keinginan untuk memahami maknanya. Anak hanya sekedar
meniru dan melakukan apa yang dilakukan dan diajarkan oleh
orang dewasa. Seperti halnya berdo’a yang dilakukan di TK Al
Tarmasi sebelum dan sesudah melakukan kegiatan.

Pada dasarnya do’a-do’a yang diberikan disesuaikan


dengan kebutuhan siswa. Target yang dicapai bukan berdasarkan
jumlah banyak sedikitnya do’a. Tetapi bagaimana anak akan
terbiasa melakukan sesuatu dengan didahului dengan berdo’a.

Agar anak-anak tidak hanya hafal pada bacaanya saja maka


pembiasaan dalam berdo’a lebih ditekankan pada prakteknya. Dari
hasil pengamatan penulis selama observasi do’a-do’a yang dibaca
dari awal pembelajaran samapai akhir adalah asmaulhusna,
alfatihah, do’a sebelum belajar, do’a pembuka hati, do’a di pagi
hari, do’a sebelum dan sesudah makan, kemudian do’a mau
bepergian.

Teknik dalam penyampaian atau menghafal do’a dilakukan


dengan dibaca bersama-sama dan diulang secara kontinyu.
Dengan pembiasaan yang dibaca secara berulang-ulang dan
kontinyu anak dapat hafal karena terbiasa mendengarkan
meskipun mereka belum dapat membaca huruf-huruf bacaannya.

b. Pembiasaan pada saat pelajaran

Di setiap lembaga pendidikan atau biasa kita sebut sekolah


terdapat guru dan siswa. Seorang guru di sekolah adalah pengganti orang
tua. Pengaruh guru di sekolah sangatlah berpengaruh dengan
pembentukan perilaku atau akhlaq. Maka sebagai seorang guru
diharapkan mengajarkan dan memberikan contoh akhlaq yang baik,
karena guru sebagai panutan atau menjadi teladan yang baik. Sifat dasar
anak usia dini adalah imitatif yaitu menirukan apa yang ada dalam
lingkungannya. Lingkungan menjadi perhatian yang paling utama yang
harus diperhatikan dalam mendidik. Misalnya, mentaati dan
melaksanakan tata tertib yang ada di sekolah, dalam hal ini dapat melatih
anak untuk berlatih berdisplin. Seorang guru juga melaksanakan tata tertib
yang ada di sekolah, dengan berangkat ke sekolah pada jam yang telah
ditentukan, membuang sampah pada tempatnya, dll. Agar anak juga
dapat menirukan guru untuk berlatih berdisiplin.

Dalam memberikan teladan yang baik guru memberikan contoh


akhlaq yang baik misalnya saja dalam adab berbicara; berkata jujur,
berbicara dengan sopan, dan patuh pada perintahnya. Dan juga ketika
dalam memerintah siswa dibiasakan dengan kata maaf dan tolong.

Banyak para orang tua mengeluhkan anaknya di rumah yang suka


membentak-bentak. Dengan adanya keluhan itu para guru diharapkan
dapat membantu dalam mengubah tingkah lakunya yaitu memberikan
nasehat yang bersifat kontinyu bahwa berbicaralah dengan sopan dengan
orang yang lebih tua. Seringkali guru menasehati anak tidak secara
langsung namun dengan metode bercerita dan pembiasaan.

c. Pembiasaan Pada Saat Istirahat

1) Makan Bersama

Pada saat jam istirahat ada beberapa anak yang membawa bekal
dan ada pula yang jajan di kantin sekolah namun ada pula yang tidak
membawa bekal dan uang jajan. Guru mengajarkan kepada siswa
bagaimana adab makan yaitu mencuci tangan, berdo’a sebelum makan,
menjaga kebersihan dan makan sambil duduk. Dan juga guru
mengajarkan kepada siswa untuk saling berbagi kepada temannya dan
mengucapkan terimakasih ketika kita diberi sedikit bekalnya.

2) Bermain Bebas

Disaat sebagian siswa sedang makan bersama ada beberapa


siswa yang bermain bebas dengan teman-temannya. Tugas guru dalam
hal ini adalah memberikan pengawasan yang ketat, karena banyak
kejadian anak jatuh tanpa ada pengawasan yang baik dari guru atau
keteledoran guru dalam hal mengawasi dan memantau anak. Dan juga
guru tidak lupa memberikan pembiasaan kepada anak untuk saling
menyayangi sesama temannya dan adik kelasnya serta mau mengalah
kepada temannya dan saling berbagi dalam hal mainan dan penggunaan
fasilitas yang tersedia di sekolah.

Dengan metode bercerita, guru memberikan pengarahan kepada


anak-anak untuk menggunakan barang orang lain dengan hati-hati,
contohnya dalam cerita si Unyil dan pak Raden.
d. Pembiasaan Di luar Sekolah

Kegiatan penunjang program pengenalan lingkungan sangat besar


manfaatnya bagi proses perekembangan dalam mengajari mereka untuk
peka terhadap lingkungan agar dapat dipraktekkan dalam kehidupan
sehari-hari.

Kegiatan di luar sekolah anak-anak diajak jalan-jalan di sekitar


lingkungan sekolah misalnya lapangan, sawah, sungai, dll yang
disesuaikan dengan materi yang mereka dapat di sekolah. Di situ guru
menjelaskan tentang kekuasaan Allah. Dan juga tugas manusia sebagai
kholifah di bumi yaitu menjaganya, melestarikannya dan merawatnya
dengan baik.

Agar anak-anak juga dapat merasakan langsung bagaimana


bersentuhan dengan alam, guru melibatkan dan mengikutsertakan
mereka dalam kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai