Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH DASAR – DASAR PENDIDIKAN

INOVASI PENDIDIKAN DI INDONESIA

Dosen Pengampu : Dra. Mulyani, M.Pd

Disusun Oleh :

Fadilah Ilmi Auliya (19010644061)

Hana Tiyasaputri (19010644066)

Arif Budi Astomo (19010644071)

Rima Dwi Putri Amalia (19010644096)

Veronica Herlida Kharisma.A (19010644099)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Inovasi Pendidikan di Indonesia ini tanpa
halangan apapun. Shalawat serta salam juga kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan seperti saat ini

Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Dra.Mulyani, M.Pd selaku dosen Pengampu mata kuliah
Dasar-Dasar Pendidikan, kami sampaikan terima kasih juga kepada teman-teman kami yang telah
memberi bantuan serta kepada orang tua yang telah memberikan motivasi dalam penulisan makalah
ini sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan karena
hal ini tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang kami miliki. Oleh karena
itu, dibutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

Surabaya ,14 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……...…………………………………………………..... i
Daftar Isi…...……………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………… 2
1.3 Tujuan……………………………………………………………........... 2
1.4 Manfaat Penulisan ……………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Inovasi Pendidikan di Indonesia
A. Konsep Perubahan dan Inovasi……………………………………… 3
B. Pengertian Inovasi Pendidikan………………………………………. 5
C. Tujuan Inovasi……………………………………………………….. 8
D. Siklus Inovasi………………………………………………………... 9
E. Masalah-Masalah yang Menuntut Diadakannya Inovasi Pendidikan.. 10
F. Berbagai Upaya Inovasi Pendidikan di Indonesia…………………... 13
G. Pembaharuan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan……………. 19
H. Pengambilan Keputusan dalam Inovasi Pendidikan………………… 24
I. Kendala – Kendala dalam Inovasi Pendidikan ……………………… 27
J. Penolakan (Resistence)……………………………………………… 28
K. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Inovasi dalam
Menghindari Penolakan……………………………………………... 29
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………... 31
3.2 Saran ………………………………………………………………… 31
DAFTAR RUJUKAN …………………………………………………… 32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan dalam era global dengan berbagai persoalan menuntut berbagai


perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. Iklim perpolitikan yang kurang kondusif,
yang cenderung mengarah pada kebebasan yang kurang terkendali telah menimbulkan
berbagai permasalahan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan. Dalam
tatanan akar rumput (Grass-roots) hal tersebut telah menimbulkan berbagai gejala dan
masalah sosial. Belum lagi pendidikan kita yang masih terkesan semrawutan (chaos) dan
ketimpangan, baik secara kualitas, kuantitas, maupun kaitannya dengan efektivitas dan
relevansi pendidikan, bahkan ada yang menganggap pendidikan kita sangat kacau, tidak
jelas arah dan tujuannya. Menurut H.E Mulyasa Pendidikan Nasional kita sekarang ini
telah gagal dalam membentuk nilai-nilai karakter bangsa terhadap peserta didik. Hal ini
dikarenakan orientasi pendidikan kita lebih berfokus pada ranah kognitif, itupun
dikembangkan tidak utuh, hanya pada ranah kognitif tingkat rendah.

Hasil study internasional terbaru tentang kemampuan peserta didik Indonesia


dalam kancah internasional. Hasil survey “Trends in Internasional Math and Science”
tahun 2007, yang dilakukan oleh Global Institute, menunjukan hanya lima persen peserta
didik Indonesia yang mampu mengerjakan soal penalaran berkategori tinggi; padahal
peserta didik Korea dapat mencapai 71 %. Sebaliknya, 78 % peserta didik Indonesia
dapat mengerjakan soal hapalan berkategori rendah, sementara siswa Korea 10 %. Data
lain diungkapkan oleh Programme for International Student Assessment (PISA), hasil
studinya tahun 2009 menempatkan Indonesia pada peringkat bawah 10 besar, dari 65
negara peserta PISA. Menghadapi berbagai masalah dan tantangan tersebut perlu kiranya
perubahan dan penataan terhadap sistem pendidikan secara utuh dan menyeluruh,
terutama berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan
masyarakat dan dunia kerja.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep perubahan dan inovasi pendidikan ?
2. Apa yang dimaksud dengan inovasi pendidikan ?
3. Apa tujuan dari inovasi pendidikan ?
4. Bagaimana siklus inovasi pendidikan ?
5. Apa saja masalah yang melatarbelakangi diadakannya inovasi pendidikan ?
6. Bagaimana upaya inovasi pendidikan di Indonesia ?
7. Bagaimana pembaharuan sistem pendidikan tenaga kependidikan di Indonesia ?
8. Bagaimana cara pengambilan keputusan dalam inovasi pendidikan ?
9. Apa saja kendala – kendala yang dijumpai dalam inovasi pendidikan ?
10. Apa cang dimaksud dengan penolakan ?
11. Apa saja faktor – faktor yang perlu diperhatikan dalam inovasi untuk menghindari
penolakan ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian konsep perubahan dan inovasi pendidikan.
2. Mengetahui pengertian konsep inovasi pendidikan.
3. Mengetahui tujuan dari inovasi pendidikan .
4. Mengetahui jalannya siklus inovasi pendidikan.
5. Mengetahui masalah – masalah yang melatarbelakangi diadakannya inovasi
pendidikan.
6. Mengetahui upaya inovasi pendidikan di Indonesia.
7. Mengetahui pembaharuan sistem pendidikan tenaga kependidikan di Indonesia.
8. Mengetahui cara pengambilan keputusan dalam inovasi pendidikan.
9. Mengetahui pengertian penolakan.
10. Mengetahui kendala – kendala dalam inovasi pendidikan .
11. Mengetahui faktor faktor yang perlu diperhatikan dalam inovasi untuk menghindari
penolakan

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfat penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi kewajiban


salam tugas perkuliahan serta lebih mendalami pembahasan materi tentang inovasi
pendidikan di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Inovasi Pendidikan di Indonesia


A. Konsep Perubahan dan Inovasi

Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention


dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil karya
manusia. Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya.
Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan
melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery. Dalam kaitan ini Ibrahim (1989)
mengatakan bahwa inovasi adalah penemuan vang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian,
metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat). Inovasi dapat berupa hasil dari invention atau discovery. Untuk jelasnya,
pengertian diskoveri, invensi dan inovasi sebagai berikut:  Diskoveri (discovery) adalah
penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, tetapi
belum diketahui orang.  Misalnya penemuan benua Amerika.  Invensi (invention)  adalah
penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil kreasi manusia.  Benda atau hal yang
ditemui itu benar-benar sebelumnya belum ada, kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru. 
Misalnya penemuan teori belajar, teori pendidikan, teknik pembuatan barang dari plastic,
mode pakaian, dan sebagainya.  Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode
yang dirasakan atau diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok
orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invensi maupun diskoveri.  Inovasi diadakan untuk
mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Inovasi dilakukan
dengan tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah (Subandiyah 1992:80) Proses dan
tahapan perubahan itu ada kaitannya dengan masalah pengembangan (development),
penyebaran (diffusion), diseminasi (dissemination), perencanaan (planning), adopsi
(adoption), penerapan (implementation) dan evaluasi (evaluation) (Subandiyah 1992:77).

Untuk menelaah tentang perubahan pendidikan dan inovasi pendidikan hendaknya


dipahami tentang kategori apa yang ada dalam perubahan itu sendiri. Husen dan Postlethwaite
(1985) mengatakan bahwa untuk melakukan studi (kajian) tentang perubahan kurikulum dapat
ditelusuri dari dua sisi, yaitu: (1) berkenaan dengan hakikat perubahan; dan (2) berkenaan
dengan proses dan tahap perubahan. Hakikat perubahan kurikulum berkenaan dengan masalah
perubahan (reform), inovasi (innovation), dan pergerakan (movement). Sedangkan proses dan
tahap-tahap perubahan berkenaan dengan masalah pengembangan (development), penyebaran
(diffusion), diseminasi (dissemination), perencanaan (planning), adopsi (adoption), penerapan
(implementation), dan evaluasi (evaluation).

3
Sebagaimana kita ketahui bahwa ciri dasar pada pendidikan dan kurikulum antara lain
seperti dikatakan oleh Depdikbud (1983/84), adalah; (1) sadar akan tujuan; (2) orientasi ke
hari depan; dan (3) sadar akan penyesuaian. Beranjak dari tiga hal ini, maka-kurikulum
hendaknya dapat berorientasi dan menyesuaikan diri dengan tuntutan dan harapan yang akan
terjadi di masa yang akan datang di masyarakat. Untuk keperluan tersebut, maka dalam
kurikulum perlu diadakan perubahan kearah penyesuaian.

Disamping hal tersebut di atas, sebenarnya perubahan pendidikan dapat terjadi karena
berkenaan banyak faktor, diantaranya; Apakah perubahan itu berawal dari guru, dari
administrator, dari masyarakat vang mendapatkan pelayanan pendidikan? Namun mungkin
juga disebabkan oleh kondisi dan situasi sekolah yang bersangkutan. Apakah perubahan
pendidikan itu? Mengapa pendidikan perlu diubah ? Memang perubahan pendidikan itu perlu,
namun tidak semua perubahan itu perlu dan baik. Perubahan pendidikan terjadi karena diawali
oleh adanya rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap hasil pendidikan yang sedang atau telah
berjalan. Tetapi tidak semua rasa tidak puas itu yang menyebabkan terjadinya perubahan
pendidikan. Untuk itu kiranya perlu ditelusuri lebih dalam lagi tentang konsep perubahan itu
sendiri.

Perubahan pendidikan melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, di dalam mengubah
pendidikan perlu dipertimbangkan factor-faktor manusia (humam factors), yaitu: guru, peserta
didik, orang tua peserta didik, staf administrasi sekolah, pemakai lulusan, serta pihak lain
yang mungkin terlibat dalam system pendidikan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Oleh karena guru merupakan pelaku utama dalam pelaksanaan pendidikan, maka guru
harus dipertimbangkan dalam mengadakan perubahan pendidikan. Di pihak lain, guru yakin
akan pentingnya perubahan pendidikan. Tentu saja, dengan keyakinan itu berarti bahwa
partisipasi guru merupakan hal yang sangat penting (diperlukan) dalam perubahan dan
pembinaan pendidikan. Guru harus sadar akan hambatan kemampuannya untuk bertindak dan
terlibat secara efektif. Di samping itu, kepercayaan guru terhadap perubahan adalah perlu
harus tertanam dalam-dalam di pikiran guru. Jika guru mempercayai bahwa perubahan itu
diinginkan guru tentunya akan membuat dan melaksanakan perubahan tuntutan itu secara
baik, yang diikuti dengan perasaan dan sikap receptive, responsive dan adaptif
Di sisi lain, kecuali keterlibatan secara aktif guru dalam kegiatan perubahan pendidikan, staf
administrasi juga terlibat. Terlebih lagi jika perubahan pendidikan mencakup skala besar,
maka staf pengajar dan staf administrasi harus bekerja sama, saling membahu, schingga dapat
mendorong kelancaran usaha perubahan dan pembaharuan pendidikan.
Di samping guru melakukan kegiatan/usaha perubahan, juga dituntut melakukan
pembaharuan jika perlu. Hal inilah yang biasa disebut Inovasi. Inovasi ini dilakukan apabila
guru benar-benar memiliki keyakinan bahwa pembaharuan itu memang harus dilakukan dan
apakah perlu inovasi pendidikan itu ?

4
B. Pengertian Inovasi Pendidikan

Secara etimologi inovasi berasal dari kata Latin innovation yang berarti pembaharuan
dan perubahan. Kata kerjanya innovo yang artinya memperbarui dan mengubah. Inovasi
ialah suatu perubahan yang baru yang menuju ke arah perbaikan, yang lain atau berbeda dari
yang ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana (tidak secara kebetulan
saja). Istilah perubahan dan pembaharuan ada perbedaan dan persamaannya. Perbedaannya,
kalau pada pembaharuan ada unsur kesengajaan. Persamaannya, yakni sama-sama memiliki
unsur yang baru atau lain dari yang sebelumnya.
Kata "baru" dapat juga diartikan apa saja yang baru dipahami. diterima, atau
dilaksanakan oleh si penerima inovasi, meskipun bukan baru lagi bagi orang lain. Namun,
setiap yang baru itu belum tentu baik untuk setiap situasi, kondisi, dan tempat. Inovasi
adalah memperkenalkan ide baru, barang baru, pelayanan baru dan cara-cara baru yang lebih
bermanfaat. Amabile et al. (1996) mendefinisikan inovasi yang hubungannya dengan
kreativitas adalah: Inovasi atau innovation berasal dari kata to innovate yang mempunyai arti
membuat perubahan atau memperkenalkan sesuatu yang baru. Inovasi kadang pula diartikan
sebagai penemuan, namun berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti discovery atau
invention. Discovery mempunyai makna penemuan sesuatu yang sebenarnya sesuatu itu
telah ada sebelumnya, tetapi belum diketahui. Sedangkan invensi adalah penemuan yang
benar-baru sebagai hasil kegiatan manusia. Anna Poejiadi (2001) memberikan penjelasan:
secara harfiah to discover berarti membuka tutup. Artinya sebelum dibuka tutupnya, sesuatu
yang ada di dalamnya belum diketahui orang. Sebagai contoh perubahan pandangan dari
geosentrisme menjadi heliosentrisme dalam astronomi. Nicole Copernicus memerlukan
waktu bertahun-tahun guna melakukan pengamatan dan perhitungan untuk menyatakan
bahwa bumi berputar pada porosnya, bahwa bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi,
bahwa planet-planet lain juga berputar mengelilingi matahari.
Kesalahan besar yang ia lakukan adalah bahwa ia yakin semua planet (termasuk bumi
dan bulan) mengelilingi matahari dalam bentuk lingkaran. Penemuan ini menggugah Tycho
Brahe melakukan pengamatan lebih teliti terhadap gerakan planet. Data pengamatan
kemudian membuat Johanes Kepler akhirnya mampu merumuskan hukum-hukum gerak
planet yang tepat. Penemuan ketiga tokoh tersebut merupakan "discovery". Sedangkan
invent yang dalam kamus didefinisikan sebagai menciptakan sesuatu yang baru yang tidak
pernah ada sebelumnya. Contoh invention adalah penemuan Thomas Alva Edison (1847-
1931), yaitu penemuan perekam suara elektronik, penyempurnaan mesin telegram yang
secara otomatis mencetak huruf mesin, mesin piringan hitam, dan pengembangan bola
lampu pijar.
Inovasi diartikan penemuan dimaknai sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau
sekelompok orang baik berupa discovery maupun invensi untuk mencapai tujuan atau untuk
memecahkan masalah tertentu. Dalam inovasi tercakup discovery dan invensi. Kata kunci
lainnya dalam pengertian inovasi adalah baru. Santoso S. Hamijoyo dalam Cece Wijaya dkk
(1992 : 6) menjabarkan bahwa kata baru diartikan sebagai apa saja yang belum dipahami,
5
diterima atau dilaksanakan oleh si penerima pembaharuan, meskipun mungkin bukan baru
lagi bagi orang lain. Akan tetapi, yang lebih penting dari sifatnya yang baru adalah sifat
kualitatif yang berbeda dari sebelumnya. Kualitatif berarti bahwa inovasi itu memungkinkan
adanya reorganisasi atau pengaturan kembali dalam hidang yang mendapat inovasi.
Kita berada di tengah-tengah samudera hasil inovasi. Ada inovasi di bidang
pengetahuan, teknologi, ICT, ekonomi, pendidikan, sosial, dsb. Inovasi dapat
dikelompokkan pula atas inovasi besar dan inovasi kecil-kecil namun sangat banyak. Inovasi
itu tidak harus mahal. Inovasi itu dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dimana saja.
Kalau leluhur kita tidak inovatif, kita semuanya akan tetap tinggal di gua-gua, dalam
kegelapan, tanpa busana.
Inovasi dapat menjadi positif atau negatif. Inovasi positif didefinisikan sebagai proses
membuat perubahan terhadap sesuatu yang telah mapan dengan memperkenalkan sesuatu
yang baru yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Inovasi negatif menyebabkan
pelanggan enggan untuk memakai produk tersebut karena tidak memiliki nilai tambah,
merusak cita rasa dan kepercayaan pelanggan hilang.
Cara penggunaan potensi yang lama di dalam rangka meningkatkan efisiensi suatu
usaha, juga dinamakan Inovasi. Sebagai contoh, kalau kekurangan gedung dan guru,
pemecahannya tidak selalu dengan menambahnya. Akan tetapi, cara penggunaanya yang
diperbarui. Selama ini radio digunakan untuk menghibur para pendengar, sedangkan
sekarang umpamanya, sebagai alat Bantu untuk meningkatkan, efisiensi dan media
pengajaran sehingga dengan biaya yang relatif murah dapat dicapai jumlah peserta didik
yang lebih banyak.

Dalam dunia pendidikan, Inovasi dapat diartikan sebagai suatu perubahan yang baru,
dan kualitatif berbeda dari hal (yang ada sebelumnya), serta sengaja diusahakan untuk
meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan. Dari definisi
tersebut dapat dijabarkan beberapa istilah yang menjadi kunci pengertian inovasi
pendidikan, sebagai berikut:

1. “Baru” dalam inovasi dapat diartikan apa saja yang belum dipahami, diterima atau
dilaksanakan oleh penerima inovasi, meskipun mungkin bukan baru lagi bagi orang
lain.  Akan tetapi, yang lebih penting dari sifatnya yang baru ialah sifat kualitatif
berbeda dari sebelumnya.

2. “Kualitatif” berarti inovasi itu memungkinkan adanya reorganisasi atau pengaturan


kembali unsure-unsur dalam pendidikan.  Jadi, bukan semata-mata penjumlahan atau
penambahan unsur-unsur setiap komponen.

3. “Hal” yang dimaksud dalam definisi tadi banyak sekali, meliuti semua komponen dan
aspek dalam subsistem pendidikan.  Hal-hal yang diperbaharui pada hakikatnya adalah
idea tau rangkaian ide.

6
4. “Kesengajaan” merupakan unsur perkembangan baru dalam pemikiran pendidik dewasa
ini.  Pembatasan arti secara fungsional ini lebih banyak mengutarakan harapan kalangan
pendidik agar kita kembali pada pembelajaran (learning) dan pengajaran (teaching), dan
menghindarkan diri dari pembaharuan perkakas (gadgeteering).  Sering digunakannya
kata-kata dan dikembangkannya konsepsi-konsepsi inovasi pendidikan dan
kebijaksanaan serta strategi untuk melaksanakannya, membuktikan adanya anggapan
yang kuat bahwa inovasi dan penyempurnaan pendidikan harus dilakukan secara
sengaja dan berencana, dan tidak dapat diserahkan menurut cara-cara kebetulan atau
sekedar berdasarkan hobi perseorangan belaka.

5. “Meningkatkan kemampuan” mengandung arti bahwa tujuan utama inovasi adalah


kemampuan sumber-sumber tenaga, uang, dan saran, termasuk struktur dan prosedur
organisasi.  Pendeknya keseluruhan sistem perlu ditingkatkan agar semua tujuan yang
telah direncanakan dapat dicapai dengan sebaik-baiknya.

6. “Tujuan” yang direncanakan harus dirinci dengan jelas tentang sasaran dan hasil-hasil
yang ingin dicapai, yang sedapat mungkin dapat diukur untuk mengetahui perbedaan
antara keadaan sesudah dan sebelum inovasi dilaksanakan.  Sedangkan tujuan dari
inovasi itu sendiri adalah efisiensi dan efektifitas, mengenai sasaran jumlah anak didik
sebanyak-banyaknya dengan hasil pendidikan yang sebesar-besarnya (menurut kriteria
kebutuhan anak didik, masyarakat, dan pembangunan) dengan menggunakan sumber
tenaga, uang, alat, dan waktu dalam jumlah sekecil-kecilnya.

Dari uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan inovasi di
bidang pendidikan adalah usaha mengadakan perubahan dengan tujuan untuk memperoleh
hal yang lebih baik dalam bidang pendidikan.

Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang
pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan
adalah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi
seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil inversi (penemuan baru)
atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan
atau untuk memecahkan masalah pendidikan. Demikian pula Ansyar, Nurtain (1991)
mengemukakan inovasi adalah gagasan, perbuatan, atau sesuatu yang baru dalam konteks
social tertentu untuk menjawab masalah yang dihadapi.

Selanjutnya dijelaskan bahwa sesuatu yang baru itu, mungkin sudah lama dikenal pada
konteks sosial lain atau sesuatu itu sudah lama dikenal, tetapi belum dilakukan perubahan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah perubahan, tetapi tidak semua
perubahan merupakan inovasi. Inovasi (pembaharuan) terkait dengan invention dan

7
discovery. Invention adalah suatu penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil
kreasi manusia. Penemuan sesuatu (benda) itu sebelumnya memang belum pernah ada,
kemudian diadakan dengan bentuk hasil kreasi baru. Discovery adalah suatu penemuan
sesuatu (benda), yang benda itu sebenarnya telah ada sebelumnya. tetapi semula belum
diketahui orang. Jadi, inovasi adalah usaha menemukan benda yang baru dengan jalan
melakukan kegiatan (usaha) baik invention dan discovery. Dalam kaitan ini, Ibrahim (1989)
mengatakan, bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa suatu ide, barang, kejadian,
metode yang diarmati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat). Inovasi dapat berupa hasil dari invensi (invention atau discovery). Inovasi ini
dilakukan dengan tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah.

Dari pengertian di atas dapat dikatakan, bahwa inovasi kurikulum adalah suatu gagasan
atau praktek kurikulum baru dengan mengadopsi bagian-bagian yang potensial dari
kurikulum tersebut dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan
tertentu. Dengan kata lain, pembaharuan atau inovasi itu diajukan berkenaan dengan ide dan
teknis pada skala yang terbatas. Hal penting juga sering digunakan untuk menunjukkan
proses pengembangan dari beberapa bentuk yang sudah ada, sehingga hal ini berarti bahwa
inovasi selalu berkaitan dengan masalah kreasi dan/atau penciptaan sesuatu yang baru dan
menuju ke arah yang lebih baik.

C. Tujuan Inovasi.

Menurut Santoso (1974), tujuan utama inovasi, yakni meningkatkan sumber-sumber


tenaga, uang, dan sarana, termasuk struktur dan prosedur organisasi. Tujuan inovasi
pendidikan adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas, dan efektivitas; sarana serta
jumlah peserta didik sebanyak-banyaknya, dengan hasil pendidikan sebesar-besarnya
(menurut criteria kebutuhan peserta didik, masvarakat, dan pembangunan). dengan jumlah
yang sekecil kecilnya. Kalau dikaji, arah tujuan inovasi pendidikan Indonesia tahap demi
tahap yaitu :
1. Mengejar ketinggalan-ketinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan- kemajuan ilmu dan
teknologi sehingga makin lama pendidikan di Indonesia makin berjalan sejajar dengan
kemajuan-kemajuan tersebut.

2. Mengusahakan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolah bagi setiap


warga negara. Misalnya meningkatkan daya tampung usia sekolah SD, SLTP, SLTA, dan
perguruan tinggi. Di samping itu, akan diusahakan peningkatan mutu yang dirasakan
makin menurun dewasa ini. Dengan system penyampaian yang baru, diharapkan peserta
didik menjadi manusia yang aktif, kreatif, dan terampil memecahkan masalahnya sendiri.

Adapun tujuan inovasi pendidikan diIndonesiapada umumnya adalah :


1. Lebih meratanya pelayanan pendidikan

8
2. Lebih serasinya kegiatan belajar
3. Lebih efisien dan ekonomisnya pendidikan
4. Lebih efektif dan efisiensinya sistem penyajian
5. Lebih lancar dan sempurnanya sistem informasi kebijakan
6. Lebih dihargainya unsur kebudayaan nasional
7. Lebih kokohnya kesadaran, identitas dan kesadaran nasional
8. Tumbuhnya masyarakat gemar belajar
9. Tersebarnya paket pendidikan yang memikat, mudah dicerna dan mudah
diperoleh
10. Meluasnya kesempatan kerja

Tujuan jangka panjang yang hendak dicapai ialah terwujudnya manusia Indonesia
seutuhnya. Bila dirinci tujuan utama inovasi adalah:
 meningkatkan kualitas;
 menciptakan pasar baru;
 memperluas jangkauan produk;
 mengurangi biaya tenaga kerja;
 meningkatkan proses produksi:
 mengurangi bahan baku;
 mengurangi kerusakan lingkungan;
 mengganti produk atau pelayanan;
 mengurangi konsumsi energi;
 menyesuaikan diri dengan undang-undang;

D. Siklus Inovasi

Siklus inovasi berlangsung seperti kurva difusi dimana pada tahap awal, tumbuh relatif
lambat, ketika kemudian pelanggan merespon produk tersebut sebagai sebuah kebutuhan
maka pertumbuhan produk meningkat secara eksponensial. Pertumbuhan produk akan terus
meningkat bila dilakukan inkrenetori inovasi atau mengubah produk. Di akhir kurva
pergerakannya melambat kembali dan cenderung menurun.

9
Organisasi yang inovatif akan bekerja dengan cara inovasi baru, yang menggantikan
cara lama untuk mempertahankan tumbuhnya kurva melalui pembaharuan teknologi, bila
teknologi tidak dilakukan pembaharuan maka pertumbuhan akan cenderung stagnan atau
bahkan menurun. Demikian juga dalam bidang pendidikan, pembaharuan harus senantiasa
dilakukan agar mampu memenuhi harapan masyarakat yang senantiasa berkembang.

E. Masalah-Masalah Yang Menuntut Diadakan Inovasi Pendidikan

Inovasi dilakukan ketika ditengarai adanya masalah. Masalah-masalah yang


menuntut diadakan inovasi pendidikan di Indonesia, yaitu:

1. Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan kemajuan teknologi yang mempengaruhi


kehidupan social, ekonomi, politik, pendidikan, dan kebudayaan bangsa Indonesia.
Sistem pendidikan yang dimiliki dan dilaksanakan di Indonesia belum mampu mengikuti
dan mengendalikan kemajuan-kemajuan tersebut sehingga dunia pendidikan belum dapat
menghasilkan tenaga - tenaga pembangunan yang terampil, kreatif, dan aktif sesuai
dengan tuntutan dan keinginan masyarakat.

2. Laju eksplosi penduduk yang cukup pesat, yang menyebabkan daya tampung, ruang, dan
fasilitas pendidikan yang sangat tidak seimbang. Hal juga yang menyebabkan sulitnya
menentukan bagaimana relevansi pendidikan dengan dunia kerja sebagai akibat tidak
seimbangnya antara out put lembaga pendidikan dengan kesempatan yang tersedia.

3. Melonjaknya aspirasi masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.


Kemajuan IPTEK yang terjadi senantiasa mempengaruhi aspirasi masyarakat, dimana
pada umumnya mereka mendambakan pendidikan yang lebih baik, padahal disatu sisi
kesempatan untuk itu sangat terbatas, sehingga terjadilah kompetisi atau persaingan yang
sangat ketat. Berkenaan dengan ini pula sekarang bermunculan sekolah-sekolah favorit,
plus, bahkan unggulan.

4. Mutu pendidikan yang dirasakan makin menurun yang belum mampu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

5. Belum berkembangnya alat organisasi yang efektif, serta belum tumbuhnya suasana yang
subur dalam masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan yang dituntut oleh
keadaan sekarang dan yang akan datang.

6. Kurang ada relevansi antara progam pendidikan dan kebutuhan masyarakat yang sedang
membangun. Bagaimanapun dalam era modern sekarang, masyarakat menuntut adanya
lembaga pendidikan yang benar-benar mampu diharapkan, terutama yang siap pakai
dengan dibekali skill yang diperlukan dalam pembangunan. Umumnya kurang sesuainya
materi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat telah diatasi dengan menyusun

10
kurikulum baru. Oleh karena itu dari perkembangan yang ada di Indonesia kita ketahui
telah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum. Dengan kurikulum baru inilah
anak-anak dibina kepribadiannya melalui pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
sesuai dengan tuntutan masa kini dan masa yang akan datang. Aspek keterampilan
merupakan unsur kurikulum baru yang selalu mendapatkan perhatian khusus dan prioritas
utama.

7. Keterbatasan dana.

Sebagaimana yang dikatakan, bahwa keberhasilan pelaksanaan hasil inovasi


Pendidikan sangat tergantung pada kondisi sekolah untuk menerima dan mengasimilasi
mentalitas inovasi dari pihak yang terkait dalam penyebaran, penerapan dan pelaksanaan
hasil inovasi pendidikan. Kegiatan penyebaran hasil inovasi ini disebut dengan istilah
diffusion/difusi. Difusi dan inovasi adalah dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain.

Inovasi adalah suatu gagasan atau praktek yang diterima sebagai sesuatu yang baru
dengan adopsi bagian-bagian secara potensial. Sedangkan difusi (penyebaran) adalah proses
pengembangan praktek dan gagasan melalui system social. Oleh karena itu, agar hasil
inovasi tersebut dapat tersebar secara luas, maka pihak yang terkait dengan kurikulum atau
pendidikan dapat memperlancar jalannya proses difusi tersebut. Jalur komunikasi dapat
ditempuh baik secara formal maupun secara informal. Mengenai inovasi pendidikan ada
beberapa aspek yang terkait di dalamnya, yaitu aspek yang berkaitan dengan program hasil
inovasi, pelaksanaannya, serta strategisnya. Ketiga aspek ini akan mewujudkan
implementasi hasil inovasi pada umumnya dan inovasi pendidikan pada khususnya. Inovasi
pendidikan seperti yang dilakukan di Depdiknas yang disponsori oleh lembaga-lembaga
asing cenderung merupakan "Top-Down Inovation". Inovasi ini sengaja diciptakan oleh
atasan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan
untuk memperoleh pendidikan, ataupun sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan
sebaginya. Inovasi seperti ini dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara
mengajak, menganjurkan dan bahkan memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik
untuk kepentingan bawahannya.

Banyak contoh inovasi yang dilakukan oleh Depdiknas selama beberpa dekade
terakhir ini, seperti Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Guru Pamong, Sekolah Persiapan
Pembangunan, Guru Pamong, Sekolah kecil, Sistem Pengajaran Modul, Sistem Belajar jarak
jauh dan lain-lain. Namun inovasi yang diciptakan oleh Depdiknas bekerjasama dengan
lembaga-lembaga asing seperti British Council.USAID dan lain-lain banyak yang tidak
bertahan lama dan hilang, tenggelam begitu saja. Model inovasi yang demikian hanya
berjalan dengan baik pada waktu berstatus sebagai proyek. Tidak sedikit model inovasi
seperti itu, pada saat diperkenalkan atau bahkan selama pelaksanaannya banyak mendapat
penolakan (resistance) bukan hanya dari pelaksanaan inovasi itu sendiri (di sekolah), tapi

11
juga para pemerhati dan administrator di Kanwil dan Kandep. Model inovasi seperti yang
diuraikan di atas, lazimnya disebut dengan model "Top-Down Innovation”. Model itu
kebalikan dari model inovasi yang diciptakan berdasarkan ide, pikiran, kreasi, dan inisiatif
dari sekolah, guru atau masyarakat yang umumnya disebut model “Bottom-Up Innovation”.
“Bottom-Up Innovation” jarang dilakukan di Indonesia selama ini karena sitem pendidikan
sentralistis. White (1988 : 136 - 135) menguraikan beberapa aspek yang berkaitan dengan
inovasi seperti tahapan - tahapan dalam inovasi, karakteristik inovasi, manajemen inovasi
dan sistem pendekatannya. Kennedy (1987:163) juga membicarakan tentang strategi inovasi
yang dikutip dari Chin dan Benne (1970) menyarankan tiga jenis strategi inovasi, yaitu :
Power Coerciv e (strategi pemaksaan), Rational Empirical (empiris rasional), dan Normatif-
Re-Educative (pendidikan yang berulang secara normatif).

Strategi inovasi yang pertama adalah strategi pemaksaaan berdasarkan kekuasaan


merupakan suatu pola inovasi yang sangat bertentangan dengan kaidah-kaidah inovasi itu
sendiri Strategi ini cenderung memaksakan kehendak, ide dan pikiran sepihak tanpa
menghiraukan kondisi dan keadaan serta situasi yang sebenarnya dimana inovasi itu akan
dilaksanakan. Para inovator hanya menganggap pelaksana sebagai obyek semata dan bukan
sebagai subyek yang juga harus diperhatikan dan dilibatkan secara aktif dalam proses
perencanaan dan pengimplementasiannya.

Strategi inovasi yang kedua adalah empirik Rasional. Asumsi dasar dalam strategi ini
adalah bahwa manusia mampu menggunakan pikiran logisnya atau akalnya sehingga mereka
akan bertindak secara rasional. Dalam kaitan dengan ini inovator bertugas
mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik valid untuk
memberikan manfaat bagi Penggunanya.

Di sekolah, para guru menciptakan strategi atau metode mengajar yang menurutnya
sesuai dengan akal yang sehat, berkaitan dengan situasi dan kondisi bukan berdasarkan
pengalaman guru tersebut. Di berbagai bidang, para pencipta inovasi melakukan perubahan
dan inovasi untuk bidang yang ditekuninya berdasarkan pemikiran, ide, dan pengalaman
dalam bidangnya itu, yang telah digeluti berbualan-bulan bahkan bertahun - tahun. Inovasi
yang demikian memberi dampak yang lebih baik dari pada model inovasi yang pertama. Hal
ini disebabkan oleh kesesuaian dengan kondisi nyata di tempat pelaksanaan inovasi tersebut.

Jenis strategi inovasi yang ketiga adalah normatif re-edukatif (Pendidikan yang
berulang) adalah suatu strategi inovasi yang didasarkan pada pemikiran para ahli pendidikan
seperti Sigmund Freud, John Dewey, Kurt Lewis dan beberapa pakar lainnya (Cece Wijaya
(1991), yang menekankan bagaimana klien memahami permasalahan pembaharuan seperti
perubahan sikap, skill, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia.

Sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini, telah banyak diperkenalkan inovasi-
inovasi pendidikan dan/atau kurikulum yang diadopsi dari luar negeri maupun hasil

12
pemikiran para ilmuwan Indonesia sendiri. inovasi pada dasarnya merupakan pemikiran
cemerlang yang bercirikan hal baru ataupun berupa praktik-praktik tertentu ataupun berupa
produk dari suatu hasil olah-pikir dan olah-teknologi yang diterapkan melalui tahapan
tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan yang timbul dan
memperbaiki suatu kedaan tertentu ataupun proses tertentu yang terjadi di masyarakat.
Dalam bidang pendidikan, misalnya, untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi,
telah banyak dilontarkan model - model inovasi dalam berbagai bidang antara lain : usaha
pemerataan pendidikan, peningkatan mutu, peningkatan efisiensi dan efektifitas pendidikan,
dan relevansi pendidikan. Beberapa contoh inovasi antara lain : program belajar jarak jauh,
manajemen berbasis sekolah, pengajaran kelas rangkap, pembelajaran kontekstual
(contectual learning), pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan (Pakem).

F. Berbagai Upaya Inovasi Pendidikan di Indonesia

1. Proyek Perintis Sekolah Pembangunan

Ada delapan IKIP yang ditugaskan untuk menyelenggarakan Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP), yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Semarang,
IKIP Yogyakarta, IKIP Surabaya, IKIP Malang dan IKIP Ujung Pandang. Pada mulanya
proyek itu dimaksudkan untuk mencoba bentuk system persekolahan yang komprehensif
dengan nama Sekolah Pembangunan. Selain itu, secara umum kerangka system pendidikan
ini digariskan dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0172
Tahun 1974.

Dalam Surat Keputusan itu terdapat beberapa pokok pikiran mengenai hakikat
Sekolah Pembangunan, yang menyangkut relevansi sekolah dengan kebutuhan masyarakat,
yaitu :

a. Adanya integrasi antara sekolah dan masyarakat serta pembangunan.


b. Sekolah menghasilkan tenaga terdidik sehingga dapat merupakan tenaga kerja yang
produktif.
c. Sekolah menghasilkan manusia terdidik dengan pengertian kesadaran ekologi, baik
lingkungan social, fisik maupun biologis.
d. Sekolah menyelenggarakan pendidikan yang menyenangkan, merangsang sesuai dengan
tuntutan jaman untuk pendidikan watak, pengetahuan, kecerdasan, keterampilan,
kemampuan berkomunikasi dan kesadaran ekologi.
e. Sekolah menciptakan keseimbangan fisik, emosional intelektual, kultural dan spiritual,
serta keseluruhan pembangunan masyarakat.
f. Sekolah memberikan sumbangan bagi ketahanan nasional dan ikut serta dalam
pembangunan.

13
Konsepsi Sekolah Pembangunan disebarluaskan ke seluruh Indonesia pada tahun
1974. Tampaknya konsepsi ini masih perlu dikembangkan melalui proses penelitian dan
percobaan yang dilakukan secara sistematis. Oleh karena itu disusun “Master Design
Pembaruan Pendidikan melalui PPSP”, yang kemudian diperkuat dengan SK Mendikbud
No. 041 Tahun1974 tentang landasan, tujuan, strategi, proses, dan tata kerja pembaruan
pendidikan.

PPSP adalah salah satu proyek dalam rangka program pendidikan yang ditugaskan
untuk mengembangkan satu system pendidikan dasar dan menengah (Surat Keputusan
Menteri No. 0141 Tahun 1974) yang :

1. Efektif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan individu yang diwujudkan melalui
program pendidikan yang sesuai;
2. Merupakan dasar bagi pendidikan seumur hidup; dan
3. Efisien dan realistis, sesuai dengan tingkat kemampuan pembiayaan oleh keluarga,
masyarakat dan pemerintah.

Modul sesuai dengan tugas yang diemban itu maka Badan Penelitian dan
Pengembangan Kebudayaan (BP3K) memilih modul sebagai satu system penyampaian pada
delapan PPSP, dengan alasan :

a. Modul mempunyai potensi untuk memecahkan masalah pemerataan pendidikan, karena


modul memungkinkan murid belajar sendiri tanpa tergantung pada tempat dan waktu.

b. Modul mempunyai potensi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Sistem pengajaran


dengan modul menekankan bahwa setiap siswa harus dapat mencapai tingkat
penguasaaan tertentu (mastery learning). Apabila 75% siswa tidak dapat menguasai
tingkat penguasaan minimum maka modul harus diulang dengan bimbingan guru.

c. Modul mempunyai potensi untuk meningkatkan relevansi pendidikan. Modul berorientasi


kepada tujuan yang direncanakan dengan seksama supaya memungkinkan terjaminnya
relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat.

d. Modul mempunyai potensi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan waktu dan fasilitas
sebab dengan modul memungkinkan guru membantu dan memperbaiki siswa selama dia
belajar.

Semua itu dilihat dari tujuan pengajaran modul yaitu :

1. Tujuan pendidikan dan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien
2. Menjadikan siswa aktif dalam belajar

14
3. Siswa dapat bekerja sendiri, baik dibantu oleh guru maupun tidak
4. Siswa dapat mengikuti pelajaran (program pendidikan) sesuai dengan kemampuan
masing-masing
5. Siswa dapat mengetahui hasil pelajaran secara berkelanjutan.

Modul ialah suatu satuan program belajar mengajar yang dapat dipelajari oleh murid
dengan bantuan yang minimal dari guru. Satuan ini berisikan tujuan yang harus dicapai
secara praktis, petunjuk-petunjuk yang harus dilakukan, materi dan alat-alat yang
dibutuhkan, alat penilaian guru yang mengukur keberhasilan murid dalam mengerjakan
modul. Modul sebagai suatu system penyampaian merupakan suatu unit kecil program
penyampaian yang dapat dipelajari oleh murid. Murid harus menguasai suatu unit bahan
pelajaran sebelum mereka beralih ke unit berikutnya (BP3K, 1976).

2. Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 disetujui oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk secara
nasional dilaksanakan bertahap mulai tahun pengajaran 1976 dengan catatan, bahwa bagi
sekolah-sekolah yang menurut penilaian kepala perwalian telah mampu, diperkenankan
melaksanakannya tahun 1975.

a. Ciri-ciri Khusus
Kurikulum 1975 mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut :

1. Menganut pendekatan yang berorientasi pada tujuan. Setiap guru harus mengetahui


dengan jelas tujuan yang harus dicapai oleh setiap murid di dalam menyusun rencana
kegiatan belajar mengajar dan membimbing murid untuk melaksanakan rencana
tersebut.

2. Menganut pendekatan yang integratif, dalam arti setiap pelajaran dan tujuan yang
lebih akhir.

3. Pendidikan Moral Pancasila dalam hal ini bukan hanya dibebankan kepada bidang
pelajaran PMP dalam pencapaiannya, melainkan juga kepada bidang pelajaran ilmu
pengetahuan social (sejarah, geografi, ekonomi) dan pendidikan agama.

4. Kurikulum ini menekankan pada efisiensi dan efektivitas penggunaan dana, daya dan
waktu yang tersedia.

5. Mengharuskan guru untuk menggunakan teknik penyusunan program pengajaran


yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).

15
6. Organisasi pelajaran meliputi bidang-bidang studi : agama, bahasa, matematika, ilmu
pengetahuan social, kesenian, olah raga dan kesehatan, keterampilan, di samping
Pendidikan Moral Pancasila, yang tujuannya untuk mencapai sinkronisasi dan
integrasi pelajaran-pelajaran yang sekelompok.

7. Pendekatan dalam strategi pembelajaran memandang situasi belajar mengajar sebagai


suatu system yang meliputi komponen-komponen tujuan pembelajaran, bahan
pembelajaran, alat pembelajaran, alat evaluasi, dan metode pembelajaran.

8. Sistem evaluasi, dilakukan penilaian murid-murid pada setiap akhir satuan


pembelajaran terkecil dan memperhitungkan nilai-nilai yang dicapai murid pada
setiap akhir satuan pembelajaran.

b. Prinsip-prinsip yang melandasi

Dalam menyusun dan membakukan kurikulum tersebut digunakan beberapa


prinsip yang memungkinkan system pendidikan pada setiap program (SD, SLTP,
SLTA) benar-benar lebih efisien dan efektif.

1. Fleksibilitas Program. Penyelenggaraan pendidikan keterampilan pada setiap


program harus mengingat faktor-faktor ekosistem dan kemampuan pemerintah,
masyarakat, serta orang tua untuk menyediakan dana bagi kelangsungan bidang studi
tersebut.
2. Efisiensi dan Efektivitas. Efisiensi disini adalah efisiensi waktu, pendayagunaan
dana, dan tenaga secara optimal.
3. Berorientasi pada Tujuan. Kurikulum 1975 mempunyai empat macam tujuan, yaitu :
 Tujuan umum yaitu tujuan pendidikan nasional
 Tujuan institusional yaitu tujuan untuk setiap lembaga tingkatan pendidikan,
seperti tujuan SD, SLTP, dan SLTA.
 Tujuan kurikuler yaitu tujuan untuk setiap bidang studi.
 Tujuan instruksional yaitu tujuan setiap pokok bahasan.

4. Kontinuitas. Sekolah dasar dan sekolah menengah (pertama dan atas) adalah sekolah-
sekolah umum yang masing-masing fungsinya dinyatakan dalam tujuan
institusional. Namun, kurikulum satu jenjang pendidikan dengan yang di atasnya
berhubungan secara hierarkis. Oleh karena itu, dalam menyusun kurikulum, ketiga
jenjang sekolah tersebut hendaknya selalu dihubungkan secara hierarkis dan
fungsional.

16
5. Pendidikan Seumur Hidup. Pendidikan yang diterima anak di sekolah memberikan
dasar/bekal untuk belajar seumur hidup, sehingga memungkinkan seseorang
meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta mengembangkan potensi-potensi
sesuai dengan kebutuhan kehidupannya.

c. Tujuan

Tujuan utama kurikulum 1975 untuk meningkatkan mutu pendidikan


nasional. Mutu suatu hasil pendidikan dapat dianggap tinggi apabila kemampuan
pengetahuan dan sikap yang dimiliki para lulusan berguna bagi perkembangan
selanjutnya.

d. Metode Penyampaian

Dalam metode penyampaian digunakan penyampaian berdasarkan Prosedur


Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) yang dikembangkan melalui Model Satuan
Pelajaran (MSP) berlandaskan kepada pandangan bahwa proses belajar mengajar itu
sebagai suatu system, senantiasa harus diarahkan kepada pencapaian tujuan.

3. Proyek Pamong

Proyek ini merupakan program pendidikan bersama antara pemerintah Indonesia


dan Innotech; lembaga yang didirikan oleh badan kerjasama Menteri-menteri pendidikan se-
Asia Tenggara. Di kalangan organisasi menteri pendidikan Negara-negara Asia
Tenggara (South East Asian Ministers Education Organization atau Seameo) proyek ini
dikenal dengan istilah Impact (Instruction of Management by Parent Community and
Teachers).

Pamong singkatan dari Pembelajaran, dan Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang
Tua, dan Guru. Proyek ini diujicobakan di tingkat sekolah dasar pada Kecamatan
Kebakramat (Kelurahan Alastimo, Banjarharjo, Malanggaten, dan Kebak) di Kabupaten
Karanganyar Solo. Tujuan Proyek Pamong, yaitu : a) Membantu anak-anak yang tidak
sepenuhnya dapat mengikuti pendidikan sekolah, atau membantu siswa yang drop out,
b) Membantu anak-anak yang tidak mau terikat oleh tempat dan waktu dalam belajar, oleh
karena dapat belajar sambil menggembalakan ternak, waktu istirahat, dll, c) Mengurangi
penggunaan tenaga guru, d) Dengan meningkatkan pemerataan kesempatan belajar, dengan
pembiayaan yang sedikit dapat ditampung sebanyak mungkin siswa. Dengan kata lain,
tujuan proyek pamong untuk menemukan alternatif system penyampaian pendidikan dasar
yang bersifat efektif, ekonomis dan merata, yang sesuai dengan kondisi kebanyakan daerah
di Indonesia.

17
Proyek eksperimentasi ini berakhir pada tahun 1976. Sistem penyampaian yang
digunakan dengan pemakaian modul. Setiap anak dapat mengambil modul di Pusat
Pendidikan Masyarakat (Pusdikmas). Di Pusdikmas ini ada guru professional yang
mengelola pendidikan anak/siswa. Anak dapat belajar sendiri dengan orang tua, atau tutor
(seorang siswa yang lebih tinggi tingkat belajarnya) atau anggota masyarakat yang
mempunyai kecakapan khusus.

Jadi, dengan system Pamong ini anak-anak/siswa dapat belajar sendiri dengan
bimbingan tutor, atau anggota masyarakat, serta bombingan orang tua. Pengajaran yang
diberikan memperhatikan kesanggupan anak.

4. SMP Terbuka

Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT) adalah Sekolah Menengah Umum


Tingkat Pertama, yang kegiatan belajarnya sebagian besar diselenggarakan di luar gedung
sekolah dengan cara penyampaian pelajaran melalui berbagai media dan interaksi yang
terbatas antara guru dan murid.

a) Latar Belakang

Latar belakang pendirian SMPT, yaitu Kekurangan fasilitas pendidikan dan tempat
belajar, Tenaga pendidikan yang tidak cukup, Memperluas kesempatan belajar dalam
rangka pemerataan pendidikan, serta Menanggulangi anak terlantar yang tidak diterima
di SMP Negeri. Dalam penyelenggaraan SMPT ditunjuk beberapa SMP Negeri atau
Swasta sebagai SMP Induk.

b) Ciri-ciri

Ciri-ciri SMPT sebagai berikut :

 Terbuka bagi siswa tanpa pembatasan umur dan tanpa syarat-syarat akademis
yang ketat.
 Terbuka dalam memilih program belajar untuk mencapai ijazah formal, untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan jangka pendek yang bersifat praktis, insidential
dan perorangan.
 Terbuka dalam proses belajar mengajar tidak selalu diselenggarakan di ruang
kelas secara tatap muka, melainkan dapat juga melalui media, seperti radio, media
cetak, kaset, slide, model dan gambar-gambar.
 Terbuka dalam keluar masuk sekolah sesuai dengan waktu yang tersedia oleh
siswa.
 Terbuka dalam mengelola sekolah.

c)  Tujuan

18
Tujuan SMPT sama dengan tujuan pendidikan umum SMP yaitu agar lulusan:

o Menjadi warga Negara yang baik sebagai menusia yang utuh, sehat dan kuat, lahir
dan batin.
o Menguasai hasil pendidikan umum yang merupakan kelanjutan dari pendidikan di
Sekolah Dasar.
o Memiliki bekal untuk melanjutkan pelajarannya ke sekolah lanjutan atas dan
untuk terjun ke masyarakat.
o Meningkatkan disiplin siswa.
o Menilai kemajuan siswa dan memantapkan hasil pelajaran dengan media.

G. Pembaruan sistem pendidikan tenaga kependidikan

1.Rasional pembaruan

Dalam repelita III di bidang kependidikan (pendidikan dan keguruan) dikembangkan


sistem pendidikan tenaga kependidikan (SPTK), yang berdasarkan kepada kebijaksanaan
dasar pengembangan pendidikan tinggi (KDPPT), yang dikukuhkan dengan keputusan
menteri P dan K No. 0140/U/1975 dan kerangka pengembangan pendidikan tinggi tahun
1976.

2.Tujuan dan sasaran pembaruan

Pembaruan sistem pendidikan tenaga kependidikan diarahkan untuk menunjang


pembangunan bangsa pada khususnya dan peningkatan kwalitas hidup manusia pada
umumnya. Dengan demikian, sasaran sasaran pendidikan temaga kependidikan sebagai
berikut :

 Pengadaan tenaga kerja kependidikan dalam jumlah dan kualifikasi yang tepat
 Pengembangan dan pembaruan ilmu pendidikan
 Perencanaan dan pengembangan terpadu
 School Base Management

Hasil kajian BPPN yang bekerjasama dengan Bank Dunia (1999) tentang faktor-
faktor yang perlu mendapat perhatian sehubungan pelaksanaan manajemen berbasis
sekolah. Faktor-faktor tersebut adalah kewajiban sekolah, kebijakan dan prioritas
pemerintah, peranan orang tua dan masyarakat, peranan profesionalisme dan manajerial,
serta pengembangan profesi.

a. Kewajiban Sekolah

19
Manajemen berbasis sekolah yang menawarkan keleluasaan pengelolaan sekolah
memiliki potensi yang besar dalam menciptakan kepala sekolah, guru, dan pengelolaan
sistem pendidikan profesional. Oleh karena itu, pelaksanaannya perlu disertai
seperangkat kewajiban, serta monitoring dan tuntutan pertanggungjawaban yang relatif
tinggi, untuk menjamin bahwa sekolahselain memiliki otonomi juga mempunyai
kewajiban melakanakan kewajiban pemerintah dan memenuhi harapan masyarakat
sekolah. Sehingga sekolah dituntut mampu menampilkan pengelolaan sumber daya
secara transparan, demokratis, tanpa monopoli, dan bertanggung jawab terhadap
pemerintah maupun kepada masyarakat, dalam rangka meningkatkan kapasitas pelayanan
terhadap peserta didik.

b. Kebijakan dan Prioritas Pemerintah

Pemerintah sebagai penanggung jawab pendidikan nasional berhak merumuskan


kebijakan-kebijakan yang menjadi prioritas nasional terutama yang berkaitan dengan
program peningkatan melek huruf dan angka (literacy and numeracy), efisiensi, mutu,
dan pemerataan pendidikan. Sekolah tidak diperbolehkan untuk berjalan sendiri dengan
mengabaikan kebijakan dan standar yang ditetapkan oleh pemerintah yang dipilih secara
demokratis.

Agar prioritas-prioritas pemerintah dilaksanakan oleh sekolah dan semua aktivitas


sekolah ditujukan untuk memberikan palayanan kepada peserta didik sehingga dapat
belajar dengan baik, pemerintah perlu merumuskan seperangkat pedoman umum tentang
pelaksanaan MBS. Pedoman tersebut untuk menjamin bahwa hasil pendidikan (student
outcomes) terevaluasi dengan baik, kebijakan-kebijakan pemerintah dilaksanaakan
dengan efektif, sekolah dioperasikan dalam kerangka yang disetujui pemerintah, dan
anggaran dibelanjakan sesuai dengan tujuan.

c. Peranan Orang Tua dan Masyarakat

MBS menuntut dukungan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas untuk
membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktf dan memberdayakan oto-ritas daerah
setempat, serta mengefisienkan sistem dan menghilangkan birokrasi yang tumpang tindih.

Untuk kepentingan tersebut, diperlukan partisipasi masyarakat, dan hal ini


merupakan salah satu aspek penting dalam manajemen berbasis sekolah. Melalui dewan
sekolah (school council), orang tua dan masyarakat dapat berpartisipasi dalam pembuatan
berbagai keputusan. Dengan demikian, masyarakat lebih memahami, serta mengawasi
dan membantu sekolah dalam pengelolaan termasuk kegiatan belajar-mengajar. Besarnya
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sekolah tersebut, mungkin dapat menimbulkan
rancunya kepentingan antara sekolah, orang tua, dan masyarakat. Dalam hal ini
pemerintah bentuk partisipasi (pembagian tugas) setiap unsur secara jelas dan tegas.

20
d. Peranan Profesionalisme dan Manajemen

Manajemen berbasis sekolah menuntut perubahan-perubahan tingkah laku kepala


sekolah, guru, dan tenaga administrasi dalam mengoperasikan sekolah. Pelaksanaan MBS
berpotensi menngkatkan gesekan peranan yang bersifat profesional dan manajerial.
Untuk memenuhi persyaratan pelaksanaan MBS, kepala sekolah , guru, dan tenaga
administrasi harus memiliki kedua sifat tersebut, yaitu profesional dan manajerial.
Mereka harus memiliki pengetahuan yang dalam tentang peserta didik dan prinsip-prinsip
pendidikan untuk menjamin bahwa segala keputusan penting yang dibuat oleh sekolah,
didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan pendidikan. Kepala sekolah khususnya,
perlu mempelajari dengan teliti, baik kebijakan dan prioritas pemerintah maupun prioritas
sekolah sendiri. Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah harus:

 Memiliki kemampuan untuk berkolaborasi dengan guru dan masyarakat sekitar


sekolah;
 Memiliki pemahaman dan wawasan yang luas tentang teori pendidikan dan
pembelajaran;
 Memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menganalisis situasi sekarang
berdasarkan apa yang seharusnya serta mampu memperkirakan kejadian di masa
depan berdasarkan situasi sekarang;
 Memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah dan
kebutuhan yang berkaitan dengan efektivitas pendidikan di sekolah; dan
 Mampu memanfaatkan berbagai peluang, menjadikan tantangan sebagai peluang,
serta mengkonseptualkan arah baru untuk perubahan.
 Pemahaman terhadap sifat profesional dan manajerial tersebut sangat penting agar
peningkatan efisiensi, mutu, dan pemerataan serta supervisi dan monitoring yang
direncanakan sekolah betul-betul untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai
dengan kerangka kebijakan pemerintah dan tujuan sekolah.

e. Pengembangan Profesi

Dalam MBS pemerintah harus menjamin bahwa semua unsur penting tenaga
kependidikan (sumber manusia) menerima pengembangan profesi yang diperlukan untuk
mengelola sekolah secara efektif.

 Perubahan dan Pembaharuan Struktur Program

21
Secara historis, sistem persekolahan di Indonesia dapat dikaji melalui tiga periode,
yaitu zaman pemerintahan Hindia Belanda, zaman pemerintahan Jepang, dan zaman
pemerintahan Indonesia merdeka.

Sistem pendidikan dan persekolahan didasarkan atas pendidikan rendah, pendidikan


menengah umum, maupun pendidikan menengah keguruan.

a. Sekolah rendah bagi anak-anak golongan bumi putra dengan bahasa pengantar, bahasa
daerah.

b. Sekolah rendah untuk anak-anak keturunan Eropa dan keturunan Timur Asing.

c. Sekolah kejuruan untuk anak-anak golongan Bumi Putra dengan bahasa pengantar,
bahasa daerah.

 Tahap-Tahap Adopsi Inovasi Pendidikan

Di dalam melaksanakan inovasi kurikulum kita tidak dapat terlepas dari faktor-faktor
yang terkait dan mempengaruhinya. Dalam kaitan dengan faktor yang mempengaruhi
inovasi, Arnold dan Goodloe (1974) mengidentifikasi sembilan faktor yang mereka rasa
ada dalam masalah inovasi, yaitu :

1. Inovasi sebagai jawaban terhadap kebutuhan atau masalah pendidikan yang diakui
secara lokal.
2. Hubungan antara inovasi dengan masalahnya harus dikenali secara jelas oleh
administrator, guru.
3. Inovasi merupakan jawaban yang tepat terhadap suatu masalah.
4. Sekolah setempat membuat dan melakukan inventarisasi yang berarti tentang sumber
dalam proyek itu.
5. Staf sekolah harus memahami tentang rasional program inovatif dan
mempersiapkannya secara memadai.
6. Pelayanan pelengkap yang memadai membantu guru dalam kelas selama tahap
permulaan.
7. Kriteria evaluasi yang memadai bagi inovasi yang diterapkan selama program
dilaksanakan sampai diperoleh kesimpulannya.
8. Program inovasi dimulai dari skala yang dapat dijangkau atau dikelola.
9. Pemimpim program yang cakap dan yang secara relatif tetap tidak dapat diganti
selama periode penerapan.

22
Salah satu acuan kita dalam mengadakan inovasi termuat dalam The Austin Project,
yang di dalamnya berisi tahap-tahap dalam pelaksanaan usaha inovasi, yaitu :

1.Eksplorasi

Pengadopsian yang potensial mempertimbangkan aspek-aspek inovatif sesungguhnya


dengan suatu cara khusus yang tidak egoistic mengenai efek dan perlengkapan yang akan
digunakan.

2.Antisipasi

Antisipasi berupa gambaran yang belum menentu tentang peranan yang dimainkan
oleh pemakai secara individual dan harapan yang diberikan kepadanya berupa anlisis
tentang peranannya dalam hubungan dengan struktur pengajaran.

3.Penanganan (management)

Penanganan adalah ekspresi tentang proses penggunaan inovasi dan penggunaan


sumber maupun informasi yang paling baik.

4.Adaptasi (penyesuaian)

Adaptasi adalah upaya eksplorasi penyesuaian dari inovasi terhadap klien di dalam
lingkungannya yang berpengaruh secara langsung.

5.Kerjasama (collaboration)

Kerjasama memiliki titik sentral pada peningkatan pengaruh pada klien melalui
kerjasama dengan orang lain yang berkepentingan.

6.Perhitungan (extrapolation)

Petunjuk mengenai pemakaian extrapolation tentang keuntungan yang lebih universal


dari inovasi meliputi kemungkinan tentang perubahan umum atau penempatan kembali
yang disertai suatu alternatif yang kuat. (Oliver, 1997)

Kedudukan agen pembaharu dalam proses inovasi dan difusinya menurut havellock
yang dikutip oleh oliver dikatakan, bahwa ada empat cara dasar dalam kaitannya dengan
fungsi agen pembaharu, yaitu :

1. Sebagai katalisator
2. Sebagai pemberi pemecahan

23
3. Sebagai pembantu dalam proses
4. Sebagai penghubung sumber

Havellock menggariskan 6 langkah dalam mengembangkan (mengubah) pendidikan


pada saat ini untuk masa depan, yaitu :

Langkah 1 : membangun hebungan antara agen pembaru dengan klien.


Langkah 2 : mendiagnosa masalah
Langkah 3 : mendapat sumber yang relevan
Langkah 4 : memilih cara pemecahan
Langkah 5 :mencari dukungan
Langkah 6 :menstabilkan inovasi dan menghasilkan pembaharuan sendiri.

H. Pengambilan Keputusan Dalam Inovasi Pendidikan.

Penerimaan atau penolakan hasil inovasi sergantung pada keputusan yang diambil,
apalagi jika keputusan tersebut berkaitan dengan pelaksanaan program organisasi atau juga
dalam melaksanakan kurikulum. Pegambilan keputusan dalam inovasi kurikulum yang tepat
akan sangat besar pengaruhnya bagi keberhasilan inovasi itu.

Pengambilan keputuan dalam inovasi (kurikulum) dapat berupa keputusan menerima


atau bahkan menolak hasil inovasi tersebut:memilih salah satu dari berbagai alternatif
inovasi tersebut, memutuskan metode apa yang tepat untuk menerapkan hasil inovasi,dan
sebagainya. Menurut Ibrahim (1989) pengambilan keputusan yang inovatif melalui 4
langkah, yaitu :

1. Tersedianya berbagai alternatif tentang kegiatan yang harus dilakukan.


2. Tersedianya serangkaian konsekuensi dari setiap alternatif kegiatan.
3. Menyusun urutan konsekuensi dari setiap alternatif.
4. Memilih salah satu alternatif yang paling menguntungkan dan paling mudah
dilaksanakan.

Dalam hal pengambilan keputusan inovatif pembuat keputusan telah memahami


berbagai alternatif dengan segala konsekuensinya,tinggal mempertimbangkan mana yang

24
paling tepat untuk dipilih atas dasar dapat dilaksanakan dan menguntungkan secara
organisasi(kurikulum).

Pengambilan keputusan inovasi kurikulum berbeda dengan pola tersebut di atas,


sebab pada saat mengambil keputusan para pengambil keputusan dihadapkan berbagai
kemungkinan. Mungkin pengambil keputusan telah mengetahui inovasi yang dihadapi,
tetapi hal ini jarang terjadi, sebab inovasi merupakan sesuatu yang baru bagi seseorang atau
kelompok orang. Bahkan seringkali terjadi kesenjangan antara hasil dan penampilan inovasi
itu sendiri. Kesenjangan dapat terjadi jika ada perbedaan antara yang ditampilkan oleh suatu
pihak (pemakai) dengan hal yang menurut pengambil keputusan harus terjadi.

Pada dasarnya ada dua tipe pengambilan keputusan inovasi yang sering digunakan
dalam suatu organisasi, yaitu tipe keputusan inovatif otoriter dan tipe keputusan inovatif
kolektif. Keputusan otoriter biasanya dibuat oleh seseorang atau kelompok kecil yang
dominan dalam suatu lembaga. Keputusan kolektif dibuat oleh semua atau mayoritas
anggota lembaga. Pengambilan keputusan inovatif kurikulum sangat tergantung pada sistem
atau pola pengambilan keputusan itu, apakah itu bersifat sentralisasi atau desentralisasi. Pola
sentralisasi lebih cenderung pada tipe keputusan otoritas.Hal iniberarti pihak pusat
(penguasa) lebih dominan dalam mengambil keputusan. Sedang pola desentralisasi, lebih
cenderung pada tipe keputusan kolektif. Sebab itu maka masing-masing kelompok
pembelajar (guru) dapat secara bersama-sama mengambil suatu keputusan tentang apa yang
akan diberikan kepada peserta didik.

Inovasi pendidikan padasarnya merupakan perubahan yang sengaja diadakan dan


diupayakan baik dalam bentuk gagasan, objek pun praktik pendidikan yang secara kualitatif
berbeda dari keadaan sebelumnya, untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan
tertentu dalam bidang pendidikan.

Inovasi dalam bidang pendidikan pada dasarnya memiliki karakteristik yang tidak
jauh berbeda dengan inovasi yng dilakukan pada bidang lain. Karakteristik tersebut
menuurut Ishak Abdulhak (2002:8.16), antara lain:

1. Perubahan dalam inovasi menunjukkan relatif baru atau berbeda dengan keadaan
sebelumnya.
2. Perbedaan keadaan sebelum dan sesudah diupayakan pembaharuan hendaknya lebih
bersifat kualitatif daripada bersifat kuantitatif.
3. Pembaharuan dalam bidang pendidikan dapat mencakup semua aspek yang ada dalam
system pendidikan, baik dalam skala makro maupun skala mikro, baik aspek manajerial
maupun aspek operasional.
4. Perubahan yang dilakukan dalam inovasi pendidikan hendaknya direncanakan dengan
baik, berdasarkan fakta tentang masalah yang dihadapi sehingga sesuai dengan kebutuhan
nyata, bukan atas dasar suka atau tidak suka.

25
5. Perubahan yang terjadi pada inovasi pendidikan hendaknya tertuju pada pencapaian
tujuan yang jelas, yang dirumuskan dengan perencanaan yang matang.
6. Perubahan yang diupayakan dalam inovasi pendidikan hendaknya dalam rangka
memperbaiki sistem dan meningkatkan kemampuan sistem pendidikan seoptimal
mungkin.
7. Seorang pembaharu hendaknya dapat memanfaatkan sumber dana yang ada dan mungkin
terbatas tetapi dapat membawa hasil yang setinggi-tingginya.

Misi dan tujuan untuk meningkatkan mutu sistem pendidikan dan memperluas
kesempatan belajar sesuai dengan potensi yang dimiliki masyarakat, meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pendidikan serta relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan
pembangunan. Sumber asal terjadinya inovasi pendidikan bisa datang dari atas (top down),
dan dapat pula muncul dari pihak bawah,terlaksana secara sedikit demi sedikit, namun
berlangsung terus dan dapat pula mencakup perubahan dalam keseluruhan sistem,namun
perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi social ekonomi dan politik yang ada di mana
inovasi itu dilancarkan.

Proses berlangsungnya inovasi pendidikan melalui tahapan-tahapan tertentu baik dari


pihak pencipta atau pendorong maupun dari pihak penerima yang akan dikenai perubahan.
Cepat tidaknya proses adopsi inovasi pendidikan akan bergantung pada sifat yang
mempengaruhinya, yaitu keuntungan relatif, tingkat kesepadanan dengan norma-norma
setempat, tingkat kerumitannya, dan mudah tidaknya untuk dicoba dan diamati hasilnya.

Ruang lingkup inovasi pendidikan berkenaan dengan gambaran tentang aspek-aspek


atau komponen-komponen yang terdapat dalam system pendidikan yang perlu diperbaharui,
seperti (1) bidang peserta didik dengan segala karakteristiknya, (2) bidang tujuan
pendidikan, (3) bidang konten kurikulum, (4) bidang media pembelajaran, (5) bidangmetode
penyampaian, dan (6) bidang penilaian hasil pendidikan.Selanjutnya menurut Komisi
Pembaharuan Pendidikan Nasional meliputi bidang dasar dan haluan pendidikan nasional
serta pelaksanaan pendidikan nasional yang terdiri atas: (1) struktur pendidikan nasional,
yang mencakup jenis pendidikan, jenjang pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan, dan
mobilitas pendidikan,(2) bidang kurikulum yang terdiri atas: bahan kurikulum, komposisi
kurikulum,sistem penyampaian,dan sistem evaluasi,(3) bidang tenaga pendidikan yang
terdiri atas pengadaan, pengangkatan, pembinaan sistem prestasi,status dan
penghargaan,serta etika jabatan tenaga kependidikan.

Guru secara profesional hendaknya mempunyai kemampuan dasar dalam proses


belajar mengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan,sampai pada evaluasi hasilnya.Dalam
rangka pelaksanaan inovasi pendidikan guru dituntut untuk memiliki sikap terbuka dan peka
terhadap pembaharuan, berperan sebagai agen pembaharuan,dan dapat berperan sebagai
adopter.

26
I. Kendala-kendala Dalam Inovasi Pendidikan

Dalam menciptakan inovasi pendidikan bukanlah suatu penciptaan yang sangat


mudah dilakukan, dalam setiap orang ingin menciptakan karya baru pasti dihadapi /
dirintangi banyak kendala, begitu juga dalam menciptakan inovasi pendidikan juga memiliki
banyak hambatan / kendala, antara lain :

1. Suatu perkiraan yang jauh atau tidak tetap dari inovasi.

2. Faktor penunjang yang sangat lemah sehingga inovasi yang baru dihasilkan tidak
dapat berkembang.

3. Masalah-masalah dan dorongan yang kurang sehat.

4. Suatu biaya ( keuangan ) yang sulit didapat / masalah ekonomi.

5. Tidak terdapatnya kesetujuan dari golongan tertentu atas inovasi yang dikemukakan.

6. Kurang adanya interaksi dengan orang lain ( tertutup ) dan publikasi. ( Subandiyah.
1992:8 ).

Supaya kendala-kendala / hambatan tersebut bisa dikendalikan atau diatasi, untuk


supaya mau berubah terutama perlu perubahan sikap dan perilaku terhadap perubahan
pendidikan yang sedang dan akan dikembangkan, supaya perubahan dan perbaikan dapat
berhasil dan berjalan dengan baik maka guru, administator, orang tua siswa, dan masyarakat
umum harus dilibatkan dalam inovasi pendidikan.

Adapun hambatan yang dilakukan oleh guru dalam usaha inovasi pendidikan yaitu
melakukan penolakan ( resistance ), dalam pelaksanaan suatu inovasi pendidikan semua
guru ada yang tidak sanggup menerima inovasi yang baru, para guru menolak tentang
adanya perubahan kurikulum, dan cara belajar mengajar, permasalahan tersebut merupakan
permasalahan yang sangat serius karena sangat mempengaruhi proses pembelajaran
disekolah. Namun sebelumnya kita harus mengerti apa itu resistem. Resistem merupakan
suatu perlawanan terhadap suatu seseorang untuk tidak melakukan perubahan / diubah /
tidak mau menerima hal tersebut.

J. Penolakan (Resistence)

Setelah memperhatikan kendala yang dihadapi dakam pelaksanaan suatu inovasi


pendidikan. Misalnya penolakan para guru tentang adanya perubahan kurikulum dan metose

27
belajar. Namun sebelumnya, pengertian resistance itu sendiri memiliki arti. Menurut definisi
dalam "Cambridge International English Dictionary Of English" bahwa resistance Is to fight
against (something or someone) to not be changed by or refuse to accept (something).

Berdasarkan definisi tersebut. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penolakan


(resistance) itu adalah melawan sesuatu atau seseorang untuk tidak berubah atau diubah atau
tidak mau menerima hal tersebut. Ada beberapa hal mengapakah inovasi sering ditolak atau
tidak diterima oleh pelaksana inovasi di lapangan atau disekolah adalah sebagai berikut;

1. Sekolah atau guru tidak dilihatkan dalam proses perencanaan, penciptaan, dan bahkan
pelaksanaan inovasi tersebut, sehingga ide baru atau inovasi tersebut dianggap oleh guru
atau sekolah bukan miliknya, dan merupakan kepunyaan orang lain yang tidak perlu
dilaksanakan.

2. Guru ingin mempertahankan sistem atau metode yang mereka lakukan saat sekarang.
Karena sistem atau metode tersebut sudah mereka laksanakan bertahun-tahun dan tidak
ingin diubah. Disamping itu sistem yang mereka miliki dianggap oleh mereka
memberikan rasa aman atau kepuasaan serta sudah hak sesuai dengan pikiran mereka.
Hal senada juga diungkapkan pula Day dkk (1987) dimana guru tetap mempertahankan
sistem yang ada.

3. Inovasi yang baru yang dibuat oleh orang lain terutama dari pusat (khususnya Depdiknas)
belum sepenuhnya melihat kebutuhan dan kondisi yang dialami oleh guru dan siswa. Hal
ini juga diungkapkan oleh Munro (1987:36) yang mengatakan bahwa "mismatch between
teacher's intention and pratice is important barrier to the succes of the innovatory
program."

4. Inovasi yang diperkenalkan dan dilaksanakan yang berasal dari pusat merupakan
kecenderungan Sebuah proyek dimana segala sesuatunya ditentukan oleh pencipta
inovasi dari pusat. Inovasi ini bisa terhenti apabila proyek itu selesai atau kalau finansial
dan keuangannya sudah tidak ada lagi.

5. Kekuatan dan kekuasaan pusat yang sangat besar sehingga dapat menekan sekolah atau
guru melaksanakan keinginan pusat, yang belum tentu sesuai dengan kemauan mereka
dan situasi sekolah mereka.

K. Faktor- Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Inovasi Untuk menghindari


penolakan

28
Untuk menghindari penolakan seperti yang disebutkan di atas, faktor-faktor utama
yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah guru, siswa, kurikulum dan
fasilitas, dan lingkup sosial masyarakat.

 Guru

Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang
sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru
sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar
kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Ada
beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi
yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, dan
hubungan antar individu, baik dengan siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang
terlibat dalam proses pendidikan seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata
usaha serta masyarakat sekitarnya, pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri. Dengan
demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan
inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang
sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka
sangat mungkin mereka akan menolak inovasi yang diperkenalkan kepada mereka. Hal ini
seperti diuraikan sebelumnya, karena mereka menganggap inovasi yang tidak melibatkan
mereka adalah bukan miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka
menganggap akan mengganggu ketenangan dan kelancaran tugas mereka. Oleh karena itu,
dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru
mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai
dokter, sebagi motivator dan lain sebagainya.

 Siswa

Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar,
siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat
menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensi, daya motorik,
pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal
ini bisa terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun
hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari
perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan merupakan
tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan dengan konsekuen. Peran siswa dalam
inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur lainnya karena siswa
bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk,
dan bahkan sebagai guru. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan
sampai dengan penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja

29
menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi penolakan seperti
yang diuraikan sebelumnya.

 Kurikulum

Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program


pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran di sekolah. Oleh karena itu kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang
tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam
pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsur-
unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-
program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan
tujuan inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, dalam pembaharuan pendidikan, perubahan itu
hendaknya sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti dengan
pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari kedua-duanya akan berjalan
searah.

 Fasilitas

Fasilitas termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan dalam
proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembaharuan
pendidikan, tentu saja fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan
inovasi yang akan diterapkan. Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan
akan bisa dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas belajar
mengajar merupakan hal yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembaharuan
pendidikan. Oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu
diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja dan sebagainya.

 Lingkup Sosial Masyarakat

Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat
dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam
pelaksanaan pembaharuan pendidikan. Masyarakat secara langsung atau tidak langsung,
sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam
pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di
mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan
tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan.
Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan
pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan.

30
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Inovasi adalah sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang baik berupa
discovery maupun invensi untuk mencapai tujuan atau untuk memecahkan masalah tertentu.
Dalam dunia pendidikan, inovasi adalah suatu perubahan yang baru, dan kualitatif berbeda
dari hal (yang ada sebelumnya), serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan
guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan. Inovasi pendidikan dilakukan guna
memecahkan masalah yang dihadapi agar dapat memperbaiki mutu pendidikan secara efektif
dan efisien. Dalam inovasi pembelajaran guru dituntut selalu mencoba untuk mengubah,
mengembangkan dan meningkatkan gaya mengajarnya, agar ia mampu melahirkan model
mengajar yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Inovasi pendidikan pun tidak terlepas dari
komponen yang sangat mempengaruhi keberhasilan dari inovasi tersebut, komponen yang
dimaksud ialah inovator, inovasi, komunikasi, dan waktu. Proses yang terjadi dalam inovasi
pendidikan pun bukanlah perkara mudah, karena memiliki tahapan-tahapan yang
membutuhkan waktu cukup lama, tahapan yang dimaksud ialah tahapan untuk menyadari,
mengimplementasi dan menjadikan sebagai suatu kebiasaan. Oleh karena itu, Peningkatan
mutu dan kelayakan pendidikan harus tetap di  tingkatkan sesuai dengan kebutuhan dalam
lingkungan pendidikan, demi tercapainya pendidikan yang berkualitas dan kompeten yang
mampu bersaing secara global  dalam hal ini para pendidik dituntut harus mampu berinovasi
yang profesional, Intelektualitas dan Kapabelitas sesuai dengan apa yang di canangkan oleh
Pemerintah dalam upaya Meningkatkan dan Mencerdaskan Kehidupan Bangsa.

3.2 Saran

Sebagai generasi muda , khususnya calon pendidik diharapkan mampu menerapkan


model pembelajaran yang inovatif guna menunjang hasil dari proses pembelajaran.
Pendidikan yang inovatif dapat meningkatkan pola konstruktif berbagai aspek perkembangan
anak , baik kognitif , afektif maupun psikomotor yang seimbang .

31
DAFTAR RUJUKAN

Roesminingsih, Hadi S.Lamijan.2019. Teori dan Praktek Pendidikan. Surabaya : Bintang

Anugrahnurfadila.wordpress.com. (2013, 12 Juni).Konsep Dasar Inovasi Pendidikan. Diakses


pada 14 Februari 2020, dari https://anugrahnurfadila.wordpress.com/2013/06/12/konsep-dasar-
inovasi-pendidikan/

Singgihcongol.wordpress.com. (2012, 6 Januari) Tujuan Inovasi Pendidikan. Diakses pada 14


Februari 2020 , dari https://singgihcongol.wordpress.com/aneka-ilmu/education/tujuan-inovasi-
pendidikan/

Usmantobulim.wordpress.com. (2013, 17 Desember). Inovasi dan Perubahan dalam Pendidikan.


Diakses pada 14 Februari 2020, dari https://usmantobulim.wordpress.com/2013/12/17/inovasi-
dan-perubahan-dalam-pendidikan/

Satuilmukita.blogspot.com. (2016, 25 Desember). Makalah Inovasi Pendidikan. Diakses pada 15


Februari 2020, dari http://satuilmukita.blogspot.com/2016/12/makalah-inovasi-pendidikan.html

Agroedupolitan.blogspot.com. (2017, 27 Maret). Makalah Inovasi Pendidikan. Diakses pada 15


Februari 2020, dari https://agroedupolitan.blogspot.com/2017/03/makalah-inovasi-
pendidikan.html

Ulfasantinovristkip.blogspot.com. (2015, 25 Desember) Makalah Inovasi Pendidikan. Diakses


pada 14 Februari 2020. dari http://ulfasantinovristkip.blogspot.com/

Kabarpendidikan.blogspot.com. (2011, 5 April). Masalah – Masalah yang Menuntut Inovasi.


Diakses pada 13 Februari 2020, dari http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/masalah-
masalah-yang-menuntut-inovasi.html

Husaidahindah.wordpress.com. (2012, 14 April). Pengembangan Pusat Sumber Belajar di


Sekolah. Diakses pada 14 Februari 2020, dari
https://husadaindah.wordpress.com/2012/04/03/mengembangan-pusat-sumber-belajar-di-
sekolah/

Titinkita.blogspot.com (2013, 22 April ). Upaya Pembaharuan Pendidikan. Diakses pada 14


Februari 2020, dari http://titinkita.blogspot.com/2013/04/upaya-pembaharuan-pendidikan.html?
m=1

32

Anda mungkin juga menyukai