Anda di halaman 1dari 20

BEA MASUK, CUKAI, SANKSI ADMINISTRASI DAN PAJAK DALAM RANGKA IMPOR

BEA MASUK adalah pungutan negara terhadap barang impor. Terdapat du acara menghitung
Bea Masuk, sebagai berikut:
a. Tarif spesifik
Perhitungan Bea Masuk dengan cara mengakalikan jumlah satuan barang dengan tariff
pembebanan bea masuk. Dewasa ini terdapat dua jenis barang yang ditetapkan tariff spesifik
yaitu beras dan gula
b. Tarif advalorum
Barang impor dipungut bea masuk berdasarkan tariff setinggi-tingginya empat puluh persen
dari nilai pabean untuk perhitungan bea masuk. Dikecualikan dari ketentuan dimaksud
adalah:
- Barang impor hasil pertanian tertentu
- Barang impor yang termasuk dalam daftar eksklusif skedul XXI-Indonesia pada
persetujuan umum mengenai tariff dan perdagangan dan
Barang impor sebagai berikut:
- Yang dikenakan tariff bea masuk berdasarkan perjanjian atau kesepakatan internasional
- Barang bawaan penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas atau barang kiriman
melalui pos atau jasa titipan
- Barang impor yang berasal dari negara yang memperlakukan barang ekspor Indonesia
secara diskriminatif

Cara penentuan nilai CIF adalah sebagai berikut:


a. Harga CIF adalah nilai yang dijakdikan dasar untuk menghitung Bea Masuk, cukai dan Pajak
dalam rangka impor.
b. Unsur CIF adalah FOB+Freight+Insurance
c. Harga FOB adalah harga barang impor sampai dengan barang dimuat diatas kapal di pelabuhan
muat. Harga FOB biasanya tertera didalam invoice atau faktur
d. Freight adalah biaya pengangkutan dari pelabuhan muat diluar negeri sampai pelabuhan bongkar
di Indonesia. Biasanya freight tertera di dalam dokumen pengapalan yaitu Bill of Lading atau
Airway Bill. Untuk importer diwajibkan memberitahukan besarnya bukti nyata. Jika importer
tidak dapat menunjukkan bukti nyata dimaksud, ada kemungkinan pejabat pabean akan
menetapkan nilai pabean tidak berdasarkan nilai transaksi.
Dalam hal terdapat lebih dari satu jenis barang yang tergolong dalam klasifikasi tariff yang
berbeda dalam satu PIB, besarnya freight untuk jenis barang dihitung berdasarkan perbandingan
harga tiap jenis barang dengan harga keseluruhan barang. Kmudian dikalikan jumlah keseluruhan
biaya.
e. Insurance

Perdagangan internasional yang semakin berkembang membuat arus keluar-masukmya barang semakin
pesat. Tak hanya perusahaan yang melakukan ekpor-impor, orang pribadi pun kini banyak yang
melakukan kegiatan ekpor-impor. Oleh karena itu, pastinya banyak yang ingin tahu maupun ingin
mencoba menghitung sendiri bea masuk dan PDRI yang dikenakan terhadap barang impornya. Berikut
kami sajikan cara menghitung bea masuk dan PDRI.

A. DASAR PERHITUNGAN BM & PDRI

1. Nilai Pabean adalah Nilai Transaksi

Nilai Pabean = CIF (Cost/FOB, Insurance, & Freight) x NDPBM (Nilai Dasar Perhitungan Bea Masuk)

2. Cost/FOB adalah nilai barang yang sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar. Pembebasan
FOB
untuk barang kiriman sebesar 50 USD, untuk barang penumpang sebesar 250 USD/orang atau 1000
USD/ keluarga.

3. Insurance (asuransi) yang tercantum dalam polis asuransi. Apabila asuransi ditutup di dalam negeri,
asuransi dianggap nihil (importir wajib melampirkan polis asuransi)

4. Freight adalah ongkos angkut sampai pelabuhan tujuan ditunjukan dengan B/L, AWB atau dokumen
lainnya.

5. Apabila tidak ada data Biaya Kirim (Freight) dan Asuransi maka:

a. Untuk pengangkutan melalui laut maka Freight-nya:

5% dari FOB (Free on Board) untuk barang yang dikirim dari negara ASEAN

10% dari FOB untuk Asia-Non Asean atau Australia

15% untuk negara selain dari keduanya

b. Sedangkan untuk pengangkutan udara ditentukan berdasarkan Tariff International Air Transport
Association (IATA).

c. Asuransi ditetapkan 0,5% dari nilai Cost and Freight (CFR).

6. NDPBM (Kurs yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan

Untuk penghitungan BM dan PDRI, dipergunakan NDPBM yang berlaku pada saat:

a. dilakukannya pembayaran BM dan PDRI, dalam hal PIB dengan pembayaran bea masuk, PIB berkala
atau PIB penyelesaian atas barang-barang yang mendapat fasilitas pembebasan;

b. diserahkan jaminan sebesar BM dan PDRI, dalam hal PIB dengan penyerahan jaminan; atau

c. PIB mendapat nomor pendaftaran di Kantor Pabean, dalam hal PIB dengan mendapatkan pembebasan
bea masuk atau PIB dengan pembayaran berkala.
NDPBM (Kurs) dapat dilihat di http://bctemas.beacukai.go.id/ atau di aplikasi android KURS PAJAK
MINGGU INI

B. PENGHITUNGAN BM DAN PDRI

BM yang harus dibayar dihitung dengan cara sebagai berikut:

– Untuk tarif advalorum Pada intinya tarif ad valorem adalah tarif yang ditetapkan atau pungutan yang
dikenakan berdasarkan pada persentase tertentu dari harga barang. Merujuk pada Pasal 12 UU
Kepabeanan tarif ad valorem untuk bea masuk paling tinggi ditetapkan sebesar 40% dari nilai pabean.
BM = Nilai Pabean x NDPBM x % BM

– Untuk tarif spesifik

BM = jumlah satuan barang x % BM per- satuan barang

Keterangan:

% BM atau tarif BM dapat dilihat di http://bctemas.beacukai.go.id/btki/

PDRI (PPN, PPnBM, dan PPh) yang seharusnya dibayar dihitung dengan cara sebagai berikut:

– PPN = 10% x (Nilai Pabean + BM)

– PPnBM = % PPnBM x (Nilai Pabean + BM)

– PPh = 2,5% x (Nilai Pabean + BM)

(Jika mempunyai API/APIT)

= 7,5% x (Nilai Pabean + BM)

(Jika tidak mempunyai API/APIT)

= 15% x (Nilai Pabean + BM)

(Jika tidak memiliki NPWP)

C. CONTOH PERHITUNGAN BM DAN PDRI


Barang kiriman pos dari Jepang berupa tas perempuan yang terbuat dari kulit samak sebanyak 2 buah
@250 USD (FOB = 2 x 250 USD = 500 USD).

a. Untuk barang kiriman mendapatkan pembebasan FOB 50 USD, maka untuk perhitungan BM dan PDRI
FOB = 500 USD – 50 USD = 450 USD.

b. Tas perempuan dari kulit samak masuk ke HS 4202.11.00.90 dengan tarif BM 10%.

c. Freight = 10% dari FOB untuk Asia-Non Asean atau Australia

= 10% x 450 USD = 45 USD

d. Insurance = 0,5% dari nilai Cost and Freight (CFR).

= 0,5% x (450+45) = 2,475 USD

e. Nilai Pabean = CIF (Cost/FOB, Insurance, & Freight) x NDPBM (Nilai Tukar)

= (450+ 2,475+45) x 13.658

= Rp 6.794.513,55

f. Bea Masuk = 10% x Nilai Pabean

= Rp 679.451,355 (dibulatkan ke ribuan ke atas)

= Rp 680.000,-

g. PPN = 10% x Nilai Impor

= 10% x (Nilai Pabean + BM)

= 10% x (Rp 6.794.513,55 + Rp 679.451,355)

= Rp 747.396,4905 (dibulatkan ke ribuan ke atas)

= Rp 748.000,-

h. PPnBM = 0 % X Nilai Impor = Rp 0 ,-

i. PPh non-API = 7,5% x Nilai Impor

= 7,5 % x (Rp 6.794.513,55 + Rp 679.451,355)

= Rp 560.547,368 (dibulatkan ke ribuan ke atas)

= Rp 561.000,-
Jadi, total pungutan yang harus dibayar = BM + PPN + PPnBM + PPh = Rp680.000 + Rp748.000+
Rp0+Rp561.000 = Rp1.989.000,-

E. CARA PERITUNGAN BM DAN PDRI DI ANDROID

Cara menghitung BM dan PDRI di android dapat menggunakan aplikasi “Kalkulator Bea Masuk dan
PDRI” yang dapat di download di Play Store. Berikut link tutorial perhitungan BM dan PDRI di android
(KALKULATOR BEA MASUK)

Nilai Pabean adalah Nilai Transaksi

Nilai Pabean = CIF (Cost/FOB, Insurance, & Freight) x NDPBM (Nilai Dasar Perhitungan Bea Masuk)

Cost/FOB adalah nilai barang yang sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar.

Pembebasan FOB untuk barang kiriman sebesar 50 USD, untuk barang penumpang sebesar 250
USD/orang atau 1000 USD/ keluarga.

Insurance (asuransi) yang tercantum dalam polis asuransi. Apabila asuransi ditutup di dalam negeri,
asuransi dianggap nihil (importir wajib melampirkan polis asuransi)

Freight adalah ongkos angkut sampai pelabuhan tujuan ditunjukan dengan B/L, AWB atau dokumen
lainnya.

Apabila tidak ada data Biaya Kirim (Freight) dan Asuransi maka:

Untuk pengangkutan melalui laut maka Freight-nya:

5% dari FOB (Free on Board) untuk barang yang dikirim dari negara ASEAN

10% dari FOB untuk Asia-Non Asean atau Australia

15% untuk negara selain dari keduanya

Sedangkan untuk pengangkutan udara ditentukan berdasarkan Tariff International Air Transport
Association (IATA).

Asuransi ditetapkan 0,5% dari nilai Cost and Freight (CFR).


NDPBM (Kurs yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan

Untuk penghitungan BM dan PDRI, dipergunakan NDPBM yang berlaku pada saat:

dilakukannya pembayaran BM dan PDRI, dalam hal PIB dengan pembayaran bea masuk, PIB berkala
atau PIB penyelesaian atas barang-barang yang mendapat fasilitas pembebasan;

diserahkan jaminan sebesar BM dan PDRI, dalam hal PIB dengan penyerahan jaminan; atau

PIB mendapat nomor pendaftaran di Kantor Pabean, dalam hal PIB dengan mendapatkan pembebasan bea
masuk atau PIB dengan pembayaran berkala.

NDPBM (Kurs)

PROSEDUR EKSPOR

Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari wilayah Indonesia yang disebut sebagai daerah
pabean. Secara yuridis, barang dianggap telah diekspor jika telah diangkut ke sarana pengangkut yang
akan berangkat keluar negeri.

Pemberitahuan Pabean Ekspor adalah emberitahuan Pabean Ekspor adalah pernyataan yang dibuat
oleh Orang dalam rangka melaksanakan kewajiban kepabeanan dibidang ekspor dalam bentuk tulisan di
atas formulir atau data elektronik.

PEB ditetapkan dengan kode BC 3.0 dan dapat disampaikan dalam bentuk tulisan diatas formulir atau
dalam bentuk data elektronik. 3 rangkap untuk kantor pabean, BPS dan Bank Indonesia.
Pemberitahuan ekspor barang harus diisi secara lengkap dengan menggunakan Bahasa Indonesia, huruf
latin dan angka arab. Bisa menggunakan Bahasa inggris dengan melakukan
a. Penyebutan nama tempat atau alamat,
b. nama orang atau badan hukum
c. penyebutan uraian jenis barang ekspor yang tidak ada padanan katanya dalam Bahasa Indonesia.
d. penyebutan uraian jenis barang ekspor yang ada padanan katanya dalam Bahasa Indonesia,

Bentuk, isi dan petunjuk pengisian Pemberitahuan Ekspor Barang.

PEB tidak wajib wajib atas ekspor:


a. barang pribadi penumpang
b. barang awak sarana pengangkut
c. barang pelintas batas
d. barang kiriman melalui PT. POS Indonesia dengan berat tidak melebihi 100 Kg

dalam hal ekspor barang melalui Perusahaan Jasa Transportasi, PJT dapat memberitahukan dalam satu
PEB untuk beberapa pengiriman barang dengan ketentuan:
a. harus berstatus sebagai PPJK
b. bertindak sebagai eksportir
c. wajib menyerahkan ke kantor pabean pemuatan lembar lanjutan PEB yang telah dilengkapi
dengan nomor tariff paling lama 7 hari setelah PEB mendapat nomor dan tanggal pendaftaran.

Bea masuk antidumping dikenakan terhadap barang impor dalam hal, harga ekspor dari barang
tersebut lebih rendah dari nilai normalnya dan impor barang tersebut menyebabkan kerugian terhadap
industry dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut dan menghalangi
pengembangan industry barang sejenis di dalam negeri.

Harga ekspor adalah harga yang sebenarnya dibayar atau akan dibayar untuk barang diekspor ke
Daerah Pabean Indonesia. Dalam hal ini diketahui adanya hubungan importir dan eksportir atau pihak
ketiga, atau karena alasan tertentu harga ekspor diragukan kebenarannya, harga ekspor ditetapkan
berdasarkan harga dari barabg impor dimaksud yang dijual kembali untuk pertama kali kepada pembeli
yang bebas atau harga yang wajar dalam hal ini tidak terdapat penjualan kembali kepada pembeli yang
bebas atau tidak dijual kembali dalam kondisi seperti pada waktu impor.

Bea masuk imbalan dikenakan terhadap barang impor dalam hal ditemukan adanya subsidi yang
diberikan di negara pengekspor terhadap barang tersebut dan impor barang tersebut menyebabkan
kerugian terhadap industry dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut atau
mengancam terjadinya kerugian terhadap industry dalam negeri yamg memproduksi barang sejenis
dengan barang tersebut atau menghalangi pengembangan industry barang sejenis di dalam negeri.

Bea masuk tindakan pengamanan dapat dikenakan terhadap barang impor dalam hal terdapat lonjakan
barang impor baik secara absolut maupun relatif terhadap barang produksi dalam negeri yang sejenis atau
barang yang secara langsung bersaing, dan lonjakan barang impor tersebut menyebabkan kerugian serius
terhadap industry dalam negeri yang memproduksi barang tersebut/barang yang bersaing atau
mengancam terjadinya kerugian serius terhadap industry dalam negeri yang memproduksi barang sejenis
dana tau barang yang secara langsung bersaing.

Bea masuk pembalasan dikenakan terhadap impor yang berasal dari negara yang memperlakukan
barang ekspor Indonesia secara diskriminati, merupakan tambahan bea masuk yang dipungut.

Pengeluaran Barang Impor

Barang impor dapat dikeluarkan dari kawasan pabean atau tempat lain setelah dipenuhinya
kewajiban pabean untuk:
a. Diimpor untuk dipakai
 Pemberitahun Impor Barang (PIB) atau BC 2.0
Berlaku untuk barang impor pada umumnya. Pada proses pengeluaran barang impor
dalam hal importir tidakmengurus sendiri barangnya dapat emmberi kuasa kepda
PPJK untuk dan atas namanya melaksanakan pemenuhan kewajiban pabean, sesuai
asas self assessment mengisi PIB dan menghitung sendiri Bea Masuk, cukai dan
Pajak Pungutan Dalam Rangka Impor (PDRI) da pembayaran dapat dilakukan di
Bank, Devisa Persepsi atau di KPBC tempat pengeluaran barang.

 Pemberitahuan Impor Barang Tertentu (PIBT) atau BC 2.1


PIBT dipergunakan untuk baran impor tertentu yaitu barang pindahan, barang impor
melalu jasa titipan sarana pengangkutan laut dan udara serta barang impor lainnya
yang ditetapkan oleh Dirjen
 Custom Declaration atau BC 2.2
BC 2.2 dipergunakan untuk barang yang dibawa oleh penumpang dan awak sarana
pengangkut, mengenai uraian jumlah dan nilai.

Barang Impor Bawaan Penumpang (personal use) yang melebihi FOB US$ 500 akan
dikenakan:

Tarif Bea Masuk: 10%


Nilai Pabean ditetapkan berdasarkan keseluruhan nilai pabean barang impor bawaan
penumpang dikurangi dengan FOB USD 500. Sedangkan untuk barang impor barang
awak sarana pengangkut dikurangi dengan FOB USD 50.

 Pencacahan dan pembeaan kiriman Pos (PPKP)


PPKP dipergunakan untuk barang impor melalui PT (persero) Pos Indonesia. Barang
kiriman pos adalah barang impor/paket pos yang akan dilalu beakan melalui kantor
pos lalu bea yang ditunjuk untuk barang melalui pos

b. Impor Sementara
Barang impor sementara dapat diberikan pembebasan atau keringanan bea masuk. Barang
impor sementara yang diberikan keringanan bea masuk, setiapnbulan dikenai bea masuk
paling tinggi sebesar 5% dari bea masuk yang seharusnya dibayar. Orang yang terlambat
mengekspor kembali barang impor sementara dalam jangka waktu yang diizinkan dikenai
sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% dari bea masuk yang seharusnya dibayar.
Orang yang tidak mengimpor kembali barang impor sementara dalam jangka waktu yang
diizinkan wajib membayar bea masuk dan dikenai sanksi administrasi berupa denda 100%
dari bea masuk yang seharusnya dibayar.
Tata cara pengajuan PIB impor sementara sama dengan tata cara pengeluaran barang impor
untuk dipakai, yaitu dengan PIB secara manual, secara elektronika atau melalui jaringan EDI.
Terhadap barang impor sementara dapat diberikan fasilitas berupa pembebasan atau
keringanan bea masuk. Barang yang dapat diberikan fasilitas pembebasan bea masuk adalah:
- Barang untuk keperluan pameran yang dipamerkan di tempat lain dari entrepot untuk
tujuan pameran
- Barang untuk keperluan pertunjukkan umum
- Barang untuk keperluan seminar atau kegiatan semacam itu
- Barang untuk keperluan tenaga ahli penelitian pendidikan keagamaan kebudayaan dan
pembuatan film
- Barang keperluan contoh model atau cetakan mold
- Barang keperluan perlombaan
- Barang yang dipergunakan untuk operasi perminyakan (BOP golongan II)
- Barang untuk diperbaiki rekondisi atau modifikasi
- Kemasan yang digunakan untuk pengangkutan barang secara berulang –ulang
- Kendaraan atau sarana pengangkut yang digunakan sendiri oleh wisatawan mancanegara
- Binatang hidup untuk keperluan pertunjukkan umum, pelatihan pejantan atau kegiatan
semacam itu.
c. Ditimbun di tempat penimbunan berikat
Barang impor dari kawasan pabean yang dikeluarkan denga tujuan untuk ditimbun di TPB
dilakukan dengan menggunakan pemberitahuan pabean BC 2.3. persetujuan pengeluaran
barang akan diberikan oleh Pejabat Kantor Pelayanan Bea dari tempat
pembongkaran/penimbunan barang setelah identitas kemasan atau peti kemas yang tercantum
dalam BC 2.3 kedapatan sesuai denga peti kemas yang bersangkutan. Dokumen BC 2.3
rangkap kesatu digunakan importir/PPJK sebagai dokumen pelindung pabean barang impor
dari Kawasan Pabean sampai dengan ditimbun di TPB.
d. Diangkut ke Tempat Penimbunan Sementara (TPS) di Kawasan Pabean lainnya.
Pengeluaran barang impor dari kawasan pabean dengan tujuan untuk diangkut ke TPS di
kawasan pabean BC 1.2. Persetujuan pengeluaran dan kawasa pabean setelah terdapat
kesesuian identitas kemasan atau peti kemasan yang tercantum di BC 1.2
e. Diangkut terus atau diangkut lanjut
Barang diangkut terus adalah barang yang diangkut dengan sarana pengangkut melalui kantor
pabean tanpa dilakukan pembongkaran terlebih dahulu. Barang diangkut lanjut adalah barang
yang diangkut dengan sarana pengangkut melalui kantor pabean dengan dilakukan
pembongkaran barang terlebih dahulu. Pengeluaran barang impor untuk diangkut lanjut
menggunakan pemberitahuan pabean BC 1.2 yang diisi oelh pengangkut atau pemilik barang.
Persetujuan pengeluaran barang pada BC 1.2 diberikan oleh pejabat bea dan cukai stelah
tedapat kesesuaian antara BC 1.2 dengan BC 1.1 (Pemberitahuab Kedatangan/keberangkatan
sarana pengangkut).
f. Barang diekspor kembali
Barang impor yang masih berada di Kawasan Pabean dapat direekspor bila: tidak sesuai
dengan pesanan, tidak boleh di impor karena adanya perubahan arus, salah kirim dan sebab-
sebab lainnya. Pengeluaran barang impor dari kawasan pabean untuk diekspor kembali tidak
boleh diberikan terhadap barang-barang yang sudah mendapatkan pemeriksaan fisik yang
hasil pemeriksaannya terbukti bahwa jenis dan atau jumlah tidak sesuai dengan
pemberitahuan pabeannya. Pengeluaran barang dan kawasan pabean untuk tujuan diekspor
kembali, importir atau pengangkut mengajukan pemberitahuan ekspor barang (PEB atau BC
3.0)

PENGANGKUTAN BARANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 158/PMK.04/2017


TENTANG TATALAKSANA PENYERAHAN PEMBERITAHUAN RENCANA KEDATANGAN
SARANA PENGANGKUT, MANIFES KEDATANGAN SARANA PENGANGKUT
DAN MANIFES KEBERANGKATAN SARANA PENGANGKUT
Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
a. Undang-Undang Kepabeanan adalah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
b. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang
udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Ekslusif dan Landas Kontinen yang
di dalamnya berlaku Undang-Undang Kepabeanan.
c. Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau
tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
d. Orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.
e. Sarana Pengangkut adalah kendaraan/ angkutan melalui laut, udara, atau darat yang dipakai untuk
mengangkut barang dan/ a tau orang.
f. Pengangkut Kontraktual (Non Vessel Operator Common Carrier) adalah badan usaha Jasa
pengurusan transportasi yang melakukan negosiasi kontrak dan kegiatan lain yang diperlukan untuk
terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang melalui transportasi darat, laut, dan udara, dan
mengkonsolidasikan muatan.
g. Penyelenggara Pos adalah badan usaha yang menyelenggarakan pos.
h. Penyelenggara Pos yang Ditunjuk adalah Penyelenggara Pos yang ditugasi pemerintah untuk
memberikan layanan internasional sebagaimana diatur dalam Perhimpunan Pos Dunia (Universal
Postal Union).
i. Kantor Pabean adalah kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tempat
dipenuhinya kewajiban pabean.
j. Barang Diangkut Terus adalah barang yang diangkut dengan menggunakan Sarana Pengangkut
melalui Kantor Pabean tanpa dilakukan pembongkaran terlebih dahulu.
k. Barang Diangkut Lanjut adalah barang yang diangkut dengan menggunakan Sarana Pengangkut
melalui Kantor Pabean dengan dilakukan pembongkaran terlebih dahulu.
l. Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut yang selanjutnya disingkat RKSP adalah pemberitahuan
tentang rencana kedatangan Sarana Pengangkut yang disampaikan oleh Pengangkut ke Kantor
Pabean.
m. Manifes adalah daftar barang niaga yang diangkut oleh Sarana Pengangkut melalui laut, udara, dan
darat Manifes Kedatangan Sarana Pengangkut yang selanjutnya disebut Inward Manifest adalah
daftar barang niaga yang diangkut oleh Sarana Pengangkut melalui laut, udara, dan darat pada saat
memasuki Kawasan Pabean atau tempat lain setelah mendapat izin Kepala Kantor Pabean yang
mengawasi tempat tersebut.
n. Manifes Keberangkatan Sarana Pengangkut yang selanjutnya disebut Outward Manifest adalah
daftar barang niaga yang diangkut oleh Sarana Pengangkut melalui laut, udara, dan darat pada saat
meninggalkan Kawasan Pabean atau tempat lain setelah mendapat izin Kepala Kantor Pabean yang
mengawasi tempat tersebut.
o. Registrasi Kepabeanan adalah kegiatan pendaftaran yang dilakukan oleh pengguna jasa ke
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk mendapatkan akses kepabeanan.
p. Pertukaran Data Elektronik yang selanjutnya disingkat PDE adalah alir informasi bisnis antar
aplikasi dan organ1sas1 secara elektronik, yang terin tegrasi dengan menggunakan standar yang
disepakati bersama, termasuk komunikasi atau penyampa1an informasi melalui media berbasis
laman internet (web-based).
q. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.
r. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
s. Pejabat Bea dan Cukai adalah pegawa Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang ditunjuk dalam
jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang Kepabeanan.

Kedatangan Sarana Pengangkut


Pengangkut wajib menyerahkan pemberitahuan berupa rencana kedatangan sarana pengangkut
(RKSP) kepada pejabat di setiap kantor pabean yang akan disinggahi, paling lambat 24 (dua puluh empat)
jam sebelum kedatangan sarana pengangkut.
Pengangkut yang sarana pengangkutnya mempunyai jadwal kedatangan secara teratur dalam
suatu periode tertentu, cukup menyerahkan jadwal kedatangan sarana pengangkut (JKSP) kepada pejabat
disetiap kantor pabean yang akan disinggahi paling lambat 24 jam sebelum kedatangan yang pertama
dalam jadwal tertentu. Pemberitahuan RKSP dan JKSP yang telah diterima dan mendapat nomor
pendaftaran di Kantor Pabean merupakan pemberitahuan Pabean BC 1.0
Pengangkut wajib menyerahkan pemberitahuan berupa inward manifest dalam Bahasa Indonesia
atau Bahasa inggris kepada pejabat di Kantor Pabean, untuk yang sarana pengangkutnya dating dari luar
daerah pabean atau dalam daerah pabean dengan mengangkut barang impor, barang ekspor dan/atau
barang asal daerah pabean yang diangkut ke dalam daerah pabean lainnya melalui luar daerah pabean.
Penyerahan pemberitahuan pabean oleh pengangkut, sepanjang dapat dibuktikan dengan
dokumen pendukung, pengangkut atau pihak-pihak lain yang bertanggung jawab atas barang dapat
mengajukan perbaikan terhadap BC 1.1, dalam hal terjadi kesalahan nomor, merek, ukuran dan jenis
kemasan/petikemas; terdapat kesalahan nama consignee dana tau notify party pada manifest, diperlukan
penggabungan beberapa pos menjadi satu pos dengan syarat pos BC 1.1 yang akan digabungkan berasal
dari BC 1.1 yang sama; nama dan alamat shipper/supplier, consignee, notify address/notify party, dan
pelabuhan pemuatan harus sama untuk masing-masing pos yang akan digabungkan, telah diterbitkan
revisi bill of lading/airway bill terdapat kesalahan data lainnya atau perubahan pos manifest.
Sanksi administrasi dikenakan terhadap pengangkut:
- Yang tidak memenuhi kewajiban memberitahukan rencana kedatangan sarana pengangkut ke
kantor pabean tujuan sebelum kedatangan sarana pengangkut
- Yang tidak menyerahkan pemberitahuan pabean mengenai barang yang diangkutnya sebelum
melakukan pembongkaran.

PEMBAYARAN, PENAGIHAN UTANG DAN JAMINAN

Pembayaran
Berdasarkan pasal 37 A undang-undang kepabeanan menyebutkan, bahwa kekurangan
pembayaran bea masuk dan/atau denda administrasi yang terutang wajib dibayar paling lambat 60 hari
sejak tanggal penetapan.
Atas permintaan orang yang berutang, Direktur jenderal dapat memberikan persetujuan
penundaan atau pengangsuran kewajiban bea masuk dan/atau denda adminsitrasi paling lama 12 bulan.
Penundaan kewajiban membayar bea masuk dan/atau denda administrasi, dikenai bunga sebesar 2%
setiap bulan danbagian bulan dihitung 1 (satu) bulan.

Penagihan hutang
Utang atau tagihan kepada negara berdasarkan UU ini yang tidak atau kurang dibayar dikenai
bunga sebsar 2% setiap bulan untuk paling lama 24 bulan dihitung sejak tanggal jatuh tempo sampai hari
pembayarannya dan bagian bulan dihitung 1 bulan. Perhitungan utang atau tagihan kepada negara
menurut undang-undang ini dibulatkan jumlahnya dalam ribuan rupiah.
Jatuh tempo penagihan utang, dalam hal tagihan negara kepda pihak yang terutang yaitu 60 hari
sejak tanggal penetapan dalam hal tagihan pihak yang berpiutang kepda negara yaitu 30 hari sejak tanggal
keputusan pengembalian oleh menteri.

Jaminan
Berdasarkan pasal 42 Undnag-undang Kepabeanan menyebutkan, bahwa Jaminan yang
disyaratkan UU ini dapat dipergunakan sekali atau terus menerus. Jaminan dapat berbentuk :
a. Uang tunai
b. Jaminan bank
c. Jaminan dari perusahaan asuransi
d. Jaminan lainnya
Jaminan yang dapat digunakan terus-menerus adalah jaminan yang diserahkan dalam bentuk dan
jumlah tertentu dan dapat digunakan dengan cara:
a. Jaminan yang diserahkan dapat dikurangi setiap ada pelunasan bea masuk sampai jaminan
tersebut habis
b. Jaminan tetap dalam batas waktu tidak terbatas sehingga setiap pelunasan bea masuk
dilakukan dengan tanpa mengurangi jaminan yang diserahkan.

KEBERATAN DAN BANDING

Orang yang keberatan atas penetapan pejabat bea cukai yang berkaitann dengan tariff dana tau
nilai pabean (bea masuk, pajak dalam rangka impor, serta sanksi administrasi berupa denda) dapat
mengajukan keberatan kepeda dirjen bea cukai dalam waktu 60 hari sejak tanggal penetapan dengan
menyerahkan jaminan sebesar tagihan yang dibayar.
Dirjen memutuskan keberatan yang diajukan oleh importir atau kuasanya dalam jangka waktu 60
hari sejak diterimanya pengajuan keberatan. Dirjen dapat menerima atau menolak keberatan yang
diajukan.
Bila dalam jangka waktu 60 hari dirjen tidak mengambil keputusan tidak memberikan keputusan,
keberatan yang bersangkutan dianggap dikabulkan da jaminan dikembalikan. Bila jaminan berupa uang
tunai, dan keberatan dikabulkan dirjen atau setelah jangka waktu 30 hari sejak keberatan dikabulkan,
pemerintah memberikan bunga sebesar 2% setiap bulannya paling lama 24 bulan.

PEMBERITAHUAN PABEAN

Contoh pemberitahuan pabean adalah:


a. Pemberitahuan kedatangan sarana pengangkut (BC 1.1)
b. Pemberitahuan impor untuk dipakai (PIB) atau BC 2.0
c. Pemberitahuan imor sementara atau BC 2.0
d. Pemberitahuan pemindahan barang dari kawasan pabean ke tempat penimbunan berikat atau BC
2.3
e. Pemberitahuan pemindahan barang dari suatu kantor pabean ke kantor pabean lain dalam daerah
pabean
f. Pemberitahuan ekspor barang (PEB) atau BC 3.0
Buku catatan pabean, antara lain adalah daftar untuk mencatat:
a. Pemberitahuan kedatangan sarana pengangkut
b. Pemberitahuan impor untuk dipakai
c. Pemberitahuan ekspor barang
d. Barang yang dianggap tidak dikuasai
e. Barang yang akan dilelang

Yang dimaksud dengan dokumen pelengkap pabean adalah semua dokumen yang digunakan sebgai
pelengkap pemberitahuan pabean misalnya invoice, bill of lading, packing list dan manifest
Yang dimaksud dengan dokumen pelengkap pabean adalah semua dokumen yang digunakan sebgai
pelengkap pemberitahuan pabean misalnya invoice, bill of lading, packing list dan manifest.

TEMPAT PENIMBUNAN DIBAWAH PENGAWASAN PABEAN

MERUJUK Pasal 1 angka 18 UU Kepabeanan, Tempat Penimbunan Pabean (TPP) adalah


bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan itu. Tempat ini disediakan
pemerintah di kantor pabean, di bawah pengelolaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC).
TPP disiapkan untuk menyimpan barang yang dinyatakan tidak dikuasai (selanjutnya disebut
BTD), barang yang dikuasai negara (selanjutnya disebut BDN), dan barang yang menjadi milik negara
(selanjutnya disebut BMN) berdasarkan UU Kepabeanan.
Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui jika TPP idealnya ada pada setiap kantor pabean.
Berdasarkan Pasal 1 angka 4 UU Kepabeanan yang dimaksud dengan kantor pabean adalah kantor dalam
lingkungan DJBC yang menjadi tempat dipenuhinya kewajiban pabean.
SECARA lebih terperinci, setidaknya terdapat 4 alasan yang menjadi suatu barang berstatus
sebagai BTD. Pertama, barang yang ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara (TPS) dan melebihi
jangka waktu 30 hari sejak tanggal penimbunannya.
Kedua, barang yang tidak dikeluarkan dari Tempat Penimbunan Berikat yang telah dicabut
izinnya dalam 30 hari sejak pencabutan izin. Ketiga, barang yang dikirim melalui pos tetapi ditolak
alamat atau orang yang dituju dan tidak dapat dikirim kembali kepada pengirim di luar daerah pabean
Keempat, barang yang dikirim melalui pos dengan tujuan luar daerah pabean yang diterima
kembali karena ditolak atau tidak dapat disampaikan ke alamat yang dituju. Namun, barang ini tidak
diselesaikan oleh pengirim dalam waktu 30 hari sejak diterimanya pemberitahuan dari kantor pos
Sementara itu, suatu barang akan ditetapkan sebagai BDN jika memenuhi salah satu dari 3
kondisi. Pertama, barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor yang tidak
diberitahukan atau diberitahukan secara tidak benar dalam pemberitahuan pabean.
Kedua, barang dan/atau sarana pengangkut yang ditegah pejabat Bea Dan Cukai. Ketiga, barang
dan/atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di kawasan pabean oleh pemilik yang tidak dikenal. BTD
dan BDN merupakan dua hal berbeda, tetapi keduanya dapat berubah status menjadi BMN.
Lebih lanjut, setidaknya terdapat 6 alasan yang membuat suatu barang berstatus sebagai BMN.
Pertama, BTD yang merupakan barang yang dilarang untuk diekspor atau diimpor, kecuali ditetapkan lain
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Kedua, BTD yang merupakan barang yang dibatasi untuk diekspor/diimpor, yang tidak
diselesaikan pemiliknya dalam 60 hari sejak disimpan di TPB. Ketiga, barang dan/atau sarana pengangkut
yang ditegah pejabat Bea dan Cukai yang berasal dari tindak pidana yang pelakunya tidak dikenal.
Keempat, barang dan/atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di kawasan pabean oleh pemilik
yang tidak dikenal dan tidak diselesaikan dalam waktu 30 hari sejak disimpan di TPB. Kelima, BDN yang
merupakan barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor.
Keenam, barang dan/atau sarana pengangkut yang berdasarkan putusan hakim telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap dan dinyatakan dirampas untuk negara. Adapun barang-barang yang
dinyatakan sebagai BMN ini merupakan kekayaan negara.

Simpulan
TPP adalah bangunan/lapangan/tempat lain yang disamakan dengan itu yang disediakan oleh
pemerintah di kantor pabean dan berada dibawah pengelolaan DJBC. Tempat ini idealnya ada pada setiap
kantor pabean untuk menyimpan BTD, BDN, dan/atau BMN berdasarkan UU Kepabeanan
Secara garis besar barang yang disimpan di TPP adalah barang-barang yang semula berasal dari
TPS yang ditimbun melebihi jangka waktu yang ditetapkan/yang ditimbun di TPB yang telah dicabut
izinnya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan/yang telah ditetapkan menjadi BMN.
a. Tempat Penimbunan Sementara
BTD yaitu (1) barang yang ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara (TPS) yang melebihi
jangka waktu 30 hari sejak penimbunannya, (2) barang yang tidak dikeluarkan dari Tempat Penimbunan
Berikat (TPB) yang telah dicabut izinnya dalam jangka waktu 30 hari sejak pencabutan izin, atau (3)
barang yang dikirim melalui Penyelenggara Pos yang Ditunjuk yang ditolak oleh alamat atau orang yang
dituju (tidak dapat dikirim kembali kepada pengirim di luar Daerah Pabean) atau barang yang dikirim
dengan tujuan luar Daerah Pabean yang diterima kembali karena ditolak atau tidak dapat disampaikan
kepada alamat yang dituju (tidak diselesaikan oleh pengirim dalam jangka waktu 30 hari sejak
diterimanya pemberitahuan dari Penyelenggara Pos yang Ditunjuk).
Sedangkan BDN merupakan barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor yang
tidak diberitahukan atau diberitahukan secara tidak benar dalam pemberitahuan pabean kecuali terhadap
barang dimaksud ditetapkan lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, barang dan
sarana pengangkut yang ditegah oleh Pejabat Bea dan Cukai, atau barang dan sarana pengangkut yang
ditinggalkan di kawasan pabean oleh pemilik yang tidak dikenal.
Adapun BMN meliputi BTD dibatasi tidak diselesaikan dalam 60 hari sejak disimpan pada
Tempat Penimbunan Pabean (TPP), BTD dilarang ekspor/impor, BDN barang atau sarana pengangkut
yang ditinggalkan di Kawasan Pabean yang pemiliknya tidak dikenal dan tidak diselesaikan dalam 30 hari
sejak disimpan di TPP, BDN yang dilarang atau terbatas untuk diimpor/diekspor, BDN barang atau
sarana pengangkut ditegah dari tindak pidana yang pelakunya tidak dikenal, dan barang atau sarana
pengangkut diputus hakim yang berkekuatan hukum tetap, dinyatakan dirampas untuk negara.
b. Tempat penimbunan Berikat  penangguhan bea masuk
c. Tempat penimbunan pabeanBTD, BDN dan BMN

Pembukuan 10 tahun untuk penyelenggara impor dan ekspor.


LARANGAN PEMBATASAN IMPOR DAN EKSPOR

Brang larangan dan pembatasan impor da ekspor adalah barang yang dilarang atau dibatasi pemasukan
dan pengeluarannya ke/dari wilayah Republik Indonesia tanpa ijin dari instansi yang berwenang. Tujuan
diberlakukannya peraturan larangan dan pembatasan adalah dalam rangka memudahkan pelaksanaan
pengawasan atau lalu lintas barang tersebut. Oleh Karena itu untuk kepentingan terhadap pelaksanaan
ketentuan larangan dan pembatasan, instansi teknis tersebut wajib memberitahukan kepada Menetri
Keuangan.
Semua barang yang dilarang atau dibatasi yang tidak memenuhi syarat untuk diimpor atau diekspor
jika telah diberitahukan dengan pemberitahuan pabean atas permintaannya importir atau eksportir:
a. Dibatalkan ekspornya
b. Diekspor kembali
c. Dimusnahkan dibawah pengawasan pejabat bea dan cukai
Barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor yang tidak diberitahukan atau
diberitahukan secara tidak benar dinyatakan sebagai barang yang dikuasai negara, kecuali terhadap
barang yang dimaksud ditetapkan lain berdasarkan peraturan peraundang-undangan yang berlaku.
Barang larangan dan/atau pembatasan (barang lartas) sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
161/PMK.04/2007 jo PMK 224/PMK.4/2015, diartikan sebagai barang yang dilarang dan/atau dibatasi
pemasukan atau pengeluarannya yang ke dalam ataupun dari daerah pabean.
Pihak yang memiliki wewenang untuk mengawasi barang lartas yaitu DJBC. DJBC memiliki hak untuk
menegah/menolak terhadap barang yang termasuk golongan lartas, namun tidak disertai dengan perizinan
dari instansi teknis terkait.
DJBC juga memiliki wewenang terhadap barang yang terdapat perbedaan dalam menafsirkan sebuah
barang termasuk golongan lartas atau bukan. Pejabat Bea dan Cukai bisa melakukan dengan
penegahan/penolakan dengan mencegah keberangkatan sarana pengangkut.
Dengan dilakukannya penegahan/penolakan bisa menangguhkan pengeluaran, pemuatan, atau
pengangkutan barang kena cukai dan/atau barang lainnya yang berhubungan dengan barang kena cukai.
Selanjutnya, pada barang yang ditegah/ditolak importir atau eksportir wajib mengurus perizinan dalam
instansi terkait. Pada masalah importir tidak bisa mengurus perizinan, oleh karena itu importir bisa
melakukan pengajuan permohonan re ekspor pada barang yang diimpor atau mengajukan permohonan
untuk mengeluarkan barang sebagian.
Tetapi, jika importir tidak melakukan pengurusan izin pada barang yang ditegah/ditolak pada jangka
waktu melebihi 30 hari barang tersebut statusnya berubah menjadi Barang Tidak Dikuasai.
Berlakunya aturan barang lartas dilakukan terhadap seluruh jenis importasi, dari impor umum, impor
barang kiriman dengan PJT atau Pos ataupun melalui terminal kedatangan penumpang.
Barang lartas dikecualikan mengikuti perizinan yang teratur pada peraturan dari instansi teknis yang
berkaitan. Jika dalam peraturan tersebut tidak secara jelas mengatur adanya pengecualian, DJBC tidak
memiliki kewenangan untuk menyetujui pengeluaran barang.
Ditentukannya barang lartas berdasarkan pertimbangan seperti yang berpotensi menimbulkan kekacauan
keamanan nasional atau kepentingan umum yang diantaranya meliputi sosial, budaya, dan moral
masyarakat, dan perlindungan hak atas kekayaan intelektual.
Diluar itu, lartas diberlakukan sebagai perlindungan kehidupan manusia dan kesehatan, mencegah
kerusakan lingkungan hidup dan ekosistem, juga dilandasi perjanjian internasional.
Yang termasuk kedalam barang lartas pada aktivitas impor yaitu barang bekas, limbah bahan berbahaya
dan beracun (Limbah B3), psikotropika, dan narkotika.
Kemudian barang lartas pada aktivitas ekspor yaitu rotan yang berbentuk utuh dan masih mentah, atau
anak irwana ukuran di bawah 10 cm.

PENGENDALIAN IMPOR DAN EKSPOR BARANG HASILPELANGGARAN


HAK ATAS KEKAYAAN INETELEKTUAL

Pada tanggal 2 Juni 2017, Pemerintah Republik Indonesia mengundangkan Peraturan Pemerintah
No. 20 Tahun 2017 (“PP No. 20/2017”) tentang Pengendalian Impor atau Ekspor Barang yang Diduga
Merupakan atau Berasal dari Hasil Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual. PP No. 20/2017 ini adalah
peraturan pemerintah pelaksana Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006.

Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengaturan dalam PP No. 20/2017 ini meliputi pengendalian impor atau ekspor
barang yang diduga merupakan atau berasal dari hasil pelanggaran hak kekayaan intelektual (“HKI”).
HKI adalah hak ekslusif yang diberikan oleh negara berdasarkan peraturan perundang-undangan, yaitu
merek, indikasi geografis, hak cipta dan hak terkait, paten, desain industri, desain tata letak sirkuit tepadu,
dan varietas tanaman.
Pengendalian impor atau ekspor barang yang diduga merupakan atau berasal dari hasil
pelanggaran HKI oleh Pejabat Bea dan Cukai dilakukan dengan cara:

 penegahan berdasarkan kewenangan jabatan Pejabat Bea dan Cukai; atau


 penangguhan berdasarkan perintah dari ketua pengadilan setempat.

Penegahan barang adalah tindakan administrasi untuk menunda pengeluaran, pemuatan dan
pengangkutan barang impor atau ekspor. Penegahan dilakukan terhadap dugaan pelanggaran HKI berupa
merek atau hak cipta yang telah didata pada sistem perekaman Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Penangguhan dilaksanakan berdasarkan perintah tertulis ketua pengadilan kepada Pejabat Bea dan Cukai.
Pengadilan adalah Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri di wilayah hukum kawasan pabean
setempat.
Penangguhan tidak dapat dilaksanakan terhadap barang yang telah keluar dari Kawasan Pabean,
barang yang ditetapkan sebagai barang yang dikuasai Negara, atau barang yang diduga melanggar
ketentuan tindak pidana kepabeanan.

Perekaman HKI
Guna pendataan pada sistem perekaman Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, pemilik atau pemegang hak
atas merek atau hak cipta, yang merupakan badan usaha di Indonesia, dapat mengajukan permohonan
tertulis kepada Pejabat Bea dan Cukai dengan melampirkan:
 bukti kepemilikan hak;
 data mengenai ciri-ciri keaslian produk;
 data mengenai ciri-ciri atau spesifikasi karya cipta;
 surat pernyataan pertanggungjawaban dari pemilik atau pemegang hak atas segala akibat yang
timbul dari perekaman.

Penegahan
Apabila Pejabat Bea dan Cukai menemukan barang impor atau ekspor yang diduga merupakan atau
berasal dari pelanggaran merek atau hak cipta, maka Pejabat Bea dan Cukai wajib memberitahukan
informasi tersebut kepada pemilik atau pemegang hak berdasarkan bukti yang cukup. Bukti tersebut
diperoleh oleh Pejabat Bea dan Cukai ketika pemeriksaan pabean atau analisis intelijen berdasarkan
informasi sistem perekaman HKI.
Terhadap pemberitahuan tersebut, pemilik atau pemegang hak harus memberikan konfirmasi untuk
mengajukan permintaan perintah penangguhan dalam jangka waktu paling lama 2 hari setelah tanggal
pemberitahuan.
Selanjutnya, dalam jangka waktu paling lama 4 hari kerja sejak tanggal konfirmasi, pemilik atau
pemegang hak wajib:
 mempersiapkan persyaratan administrasi pengajuan permintaan perintah penangguhan kepada
Ketua Pengadilan;
 menyerahkan jaminan biaya operasional kepada Pejabat Bea dan Cukai sebesar Rp
100.000.000,00 dalam bentuk jaminan bank atau jaminan dari perusahaan asuransi.

Untuk pemenuhan persyaratan permintaan penangguhan melalui permohonan kepada ketua pengadilan,
Pejabat Bea dan Cukai dapat memberikan ringkasan mengenai barang impor atau ekspor yang diduga
merupakan atau berasal dari hasil pelanggaran HKI.

Permohonan dan Perintah Penangguhan


Pemilik atau pemegang hak atau kuasanya dapat mengajukan permintaan penangguhan atas barang impor
atau ekspor yang diduga merupakan atau berasal dari hasil pelanggaran HKI dengan menyertakan
permohonan izin pemeriksaan fisik barang impor atau ekspor yang dimintakan penangguhan,
berdasarkan:
 pemberitahuan Pejabat Bea dan Cukai; atau
 inisiatif pemilik atau pemegang hak.

Permohonan penangguhan diajukan oleh pemilik atau pemegang hak melalui kepada ketua pengadilan
pada wilayah hukum kawasan pabean, di tempat kegiatan impor atau ekspor dari barang yang diduga
merupakan atau berasal dari hasil pelanggaran HKI, dengan menyertakan:
 bukti cukup mengenai adanya pelanggaran HKI;
 bukti kepemilikan HKI;
 perincian dan keterangan yang jelas mengenai barang impor atau ekspor yang dimintakan
penangguhan pengeluarannya; dan

Pengadilan memutuskan untuk mengabulkan atau menolak permohonan dengan penetapan dalam jangka
waktu paling lama 2 hari kerja setelah tanggal pendaftaran permohonan. Penetapan ini disampaikan
kepada Pejabat Bea dan Cukai paling lama 1 hari kerja setelah tanggal penetapan.

Dalam hal permohonan diajukan berdasarkan inisiatif pemilik atau pemegang hak, maka pemilik atau
pemegang hak harus menyerahkan jaminan biaya operasional kepada Pejabat Bea dan Cukai sebesar Rp
100.000.000,00 dalam bentuk jaminan bank atau jaminan dari perusahaan asuransi dalam jangka waktu
paling lambat 2 hari kerja sejak tanggal penetapan perintah penangguhan diterima Pejabat Bea dan Cukai.

Pelaksanaan Penangguhan
Setelah mendapatkan penetapan Pengadilan, Pejabat Bea dan Cukai kemudian memberitahukan secara
tertulis mengenai adanya penetapan ini kepada:
a. importir, eksportir atau pemilik barang;
b. pemilik atau pemegang hak; dan
c. Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual
Pejabat Bea dan Cukai melaksanakan penangguhan sejak tanggal diterimanya penetapan perintah
penangguhan.
Pemilik atau pemegang hak mengajukan permohonan jadwal pemeriksaan fisik barang impor kepada
Pejabat Bea dan Cukai dalam jangka waktu paling lambat 2 hari kerja sejak tanggal penetapan.
Pemeriksaan fisik dilaksanakan berdasarkan jadwal yang ditentukan oleh Pejabat Bea dan Cukai dan
dilakukan pemilik atau pemegang hak dengan:
 Pejabat Bea dan Cukai;
 perwakilan dari pengadilan;
 perwakilan dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual; dan
 importir/eksportir/pemilik barang atau kuasanya.

Pemeriksaan tetap dilakukan walaupun importir/eksportir/pemilik barang atau kuasanya tidak hadir.
Pejabat Bea dan Cukai melaksanakan penangguhan dalam jangka waktu 10 hari kerja sejak diterimanya
surat penetapan penangguhan. Pemilik atau pemegang hak dapat mengajukan permohonan dengan
menyertakan perpanjangan jaminan dan jaminan biaya operasional perpanjangan penangguhan sebanyak
1 kali dengan waktu paling lama 10 hari kerja kepada ketua pengadilan.

Pengakhiran Penangguhan
Pengakhiran penangguhan dilakukan Pejabat Bea dan Cukai dalam hal:
a. berakhirnya masa penangguhan;
b. berakhirnya masa perpanjangan penangguhan;
c. terdapat perintah penetapan mengakhiri penangguhan dari pengadilan (dalam keadaan
tertentu dapat diajukan oleh importir, eksportir, atau pemilik barang dengan menyerahkan
jaminan); atau
d. terdapat tindakan hukum atau tindakan lain atas adanya dugaan pelanggaran HKI.

Dengan berakhirnya penangguhan, maka dilakukan penyelesaian terhadap barang yang ditangguhkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan jaminan biaya operasional dicairkan untuk
menanggung segala biaya yang timbul, kekurangannya ditagihkan kepada pemilik atau pemegang hak dan
kelebihannya akan dikembalikan.

Pengecualian Penangguhan
Ketentuan penangguhan tidak berlaku terhadap:
a. barang bawaan penumpang;
b. awak sarana pengangkut;
c. pelintas batas; atau
d. barang kiriman melalui pos atau jasa titipan; yang tidak dimaksudkan untuk tujuan komersial.
Selain itu, dikecualikan juga bagi barang impor angkut lanjut atau angkut terus dengan tujuan luar daerah
pabean yang diduga hasil pelanggaran HKI. Pengendalian bagi barang impor angkut lanjut atau angkat
terus dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai dengan mengirimkan surat pemberitahuan kepada pejabat
pabean di negara tujuan pengangkutan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai