Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan pergeseran paradigma UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI sebagai
layanan publik dan layanan pasar, maka Puskesmas harus dikelola secara
entepreneur bukan secara birokratik lagi. Untuk itu Puskesmas perlu melakukan
perubahan mendasar sehingga lebih mandiri dan mampu berkembang menjadi
lembaga yang berorientasi terhadap kepuasan pelanggan (customer satisfaction).
Adanya reformasi pengelolaan keuangan Negara dengan terbitnya Undang-Undang
Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, memberikan angin segar
bagi Puskesmas untuk pengelolaan yang lebih baik ke depan. Di dalam pasal
68 dan 69 undang-undang tersebut, diatur suatu koridor baru dalam pengelolaan
keuangan negara yaitu Badan Layanan Umum atau disingkat BLU. Sebagai
aturan pelaksanaannya, terbitlah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007.
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. BLU/BLUD dibentuk untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. UU Nomor 1 tahun
2004 mengelompokkan Puskesmas sebagai Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD), yaitu suatu instansi di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau
jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. UPT PUSKESMAS
LUBUK LANDAI telah menjadi BLUD, sehingga UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI
telah menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD) yaitu pola
pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk
menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan
pengelolaan keuangan daerah pada umumnya. Puskesmas telah menerapkan PPK-
BLUD dapat lebih leluasa menentukan keputusan-keputusan strategis dengan
memperhatikan dan menjalankan praktik bisnis yang sehat, dikelola oleh orang-
orang yang profesional sehingga diharapkan Puskesmas mampu bertahan bahkan
bersaing dan/atau mandiri dengan tetap sinergi dengan program-program
pelayanan kesehatan yang ditetapkan pemerintah.
Untuk dapat menerapkan status PPK-BLUD bertahap menjadi penuh maka UPT
PUSKESMAS LUBUK LANDAI mengajukan kembali persyaratan administrasi yang
harus dipenuhi oleh Puskesmas sesuai dengan Permendagri No 61 tahun 2007 Pasal
11 adalah dapat menyajikan dokumen-dokumen sebagai berikut:
1. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan
manfaat bagi masyarakat;
2. Pola Tata Kelola;
3. RBA Tahun 2014
4. Laporan Keuangan Tahun 2013
5. Standar Pelayanan Minimum (SPM); dan
6. Laporan audit Keuangan tahun 2013 .
Penjelasan dari gambar alur pikir grand design BLUD di atas adalah sebagai berikut
:
a. Penyusunan RSB harus sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD). Dalam hal ini program-program untuk urusan wajib
bidang kesehatan yang disajikan dalam RSB harus selaras dengan program-
program yang dituangkan dalam RPJMD.
b. Target pencapaian RSB Puskesmas harus sejalan dengan rencana pencapaian SPM
Puskesmas baik dalam penyediaan sumberdaya, jenis dan jumlah layanan
maupun mutu layanan yang hendak dicapai dalam kerangka waktu 5 tahun. Pola
pembiayaan jangka menengah meliputi belanja modal terkait dengan penyediaan
aset Puskesmas untuk memenuhi Standar Minimum Aset Pelayanan dan belanja
barang dan jasa terkait dengan biaya per unit layanan dikalikan jumlah kunjungan
pasien. Di samping itu juga harus memperhatikan biaya per unit (unit cost)
layanan dan tarip layanan dalam rangka membuat prognosa pendapatan dan
beban lima tahun kedepan.
c. Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Puskesmas harus sejalan
dengan RSB dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). RBA selanjutnya
menjadi bagian dari RAPBD untuk dibahas dengan Tim Anggaran Pemerintah
Daerah dan DPRD menjadi APBD.
d. Berdasarkan penetapan APBD, disusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)
sebagai dasar penarikan dana yang bersumber dari APBD, sekaligus sebagai
lampiran kontrak kinerja antara Kepala Puskesmas dengan Kepala Daerah selaku
pemilik.
e. Informasi realisasi keuangan Puskesmas diproses melalui Sistem Akuntansi
Keuangan sedangkan informasi kinerja diadministrasikan melalui Sistem
Pengumpulan Data Kinerja untuk menghasilkan output berupa laporan keuangan
dan laporan kinerja.
f. Sistem Akuntansi Keuangan harus didukung oleh subsistem-subsistem antara lain
billing system, inventory system, manajemen aset, dan Sistim Informasi Manajemen
Medical Record.
g. Seluruh proses pengelolaan keuangan Puskesmas sebagai BLUD dikelola
berdasarkan Pola Tata Kelola yang baik dengan berlandaskan prinsip-prinsip
Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, Fairness (TARIF).
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI
UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kota Bandar Lampung yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan
serta berperan dalam menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar
memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
a. Penyusunan rencana kerja dan anggaran RKA dan dokumen pelaksanaan anggaran
DPA Puskesmas
b. Pelaksanaan dokumen pelaksanaan anggaran Puskesmas
c. Pelaksanaan standar dan prosedur pelayanan kesehatan
d. Penyusunan rencana strategis Puskesmas
e. Penyelenggaraan pelayanan medis umum, kesehatan gigi dan mulut.
f. Penyelenggaraan asuhan keperawatan.
g. Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis terbatas
h. Penyelenggaraan pelayanan keluarga berencana dan imunisasi
i. Penyelenggaraan pelayanan ambulance rujukan
j. Penyelenggaraan pelayanan gadar bencana
k. Penyelenggaraan konsultasi kesehatan perorangan dan rujukan
l. Penyelengaraan pencatatan medis
m. Penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan peralatan kedokteran, peralatan
keperawatan, peralatan perkantoran dan peralatan kesehatan lainnya.
n. Penyelenggaraan peningkatan dan penjaminan mutu pelayanan
o. Penyelenggaraan keamanan dan keselamatan pasien
p. Pelaksanaan koordinasi pelayanan kesehatan masyarakat
q. Penanganan pengelolaan limbah medis
r. Pengelolaan teknologi informasi Puskesmas
s. Pelaksanaan promosi dan publikasi kegiatan pelayanan Puskesmas
t. Pemberdayaan Puskesmas Pembantu dan Pos Kesehatan Kelurahan
u. Pengelolaan kepegawaian keuangan dan barang
v. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan
w. Penyelenggaraan bimbingan praktik kerja lapangan untuk institusi yang telah
ditentukan oleh Dinas kesehatan
x. Penyusunan bahan pelaporan Dinas kesehatan yang terkait dengan tugas dan fungsi
Puskesmas.
y. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Puskesmas
Pembentukan Dewan Pengawas oleh Walikota dilakukan sesuai kebutuhan dan atau
ketentuan-ketentuan perundangan-undangan yang berlaku. Dewan Pengawas
bertanggung jawab kepada Walikota dan melaporkan pelaksanaan tugasnya secara
berkala paling sedikit satu kali dalam satu semester dan sewaktu-waktu bila diperlukan.
Dalam menjalankan tugasnya dewan pengawas memiliki hak – hak sebagai berikut :
a. Memperoleh akses atas informasi tentang Puskesmas secara tepat waktu dan
lengkap.
b. Memperoleh imbalan jasa bulanan berupa honorarium yang besarnya ditetapkan
dengan peraturan Walikota.
c. Memilki sekretaris dewan pengawas yang dapat menjalankan fungsi kesekretariatan
secara memadai apabila diperlukan.
Semua biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas dewan pengawas
dibebankan kepada Puskesmas dan secara jelas dimuat dalam rencana kerja dan
anggaran Puskesmas.
- Mengamati keadaan gizi masyarakat dan mengupayakan perbaikan gizi masyarakat.
5. Koordinator Pembrantasan Penyakit Menular ( P2M )
- Membantu pimpinan melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
langsung ( TBC ) dan bersumber binatang ( Malaria dan DHF ).
6. Koordinator Pengobatan
- Mengkoordinir penyelenggaraan, pemeriksaan dan pengobatan rawat jalan.
Untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan di puskesmas dibentuk satuan
pelaksana pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan dan ketersediaan sumber daya;
1. Untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pelayanan pada satuan
pelayanan kesehatan ditetapkan satu orang koordinator pelayanan.
2. Koordinator sebagaimana dimaksud ditetapkan oleh Pejabat Pengelola UPT
PUSKESMAS LUBUK LANDAI
3. Koordinator sebagaimana dimaksud berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab
kepada Pejabat Pengelola UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI dan bukan jabatan
struktural
4. Koordinator pelayanan mempunyai tugas dan tanggung jawab:
1. Mengkoordinasikan penyusunan bahan rencana kerja dan anggaran dan dokumen
pelaksanaan anggaran DPA puskesmas
2. Memonitor, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan standar dan prosedur
pelayanan kesehatan
3. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pelayanan pada satuan pelaksana
pelayanan kesehatan
4. Melaksanakan penanganan keluhan pelanggan pelayanan kesehatan
5. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pelayanan di puskesmas pembantu
6. Melakukan koordinasi kesehatan masyarakan dengan unit terkait
7. Menyelenggarakan bimbingan praktik kerja lapangan untuk institusi yang telah
ditetapkan dinas kesehatan
8. Mengkoordinasikan laporan puskesmas induk dan satuan pelaksana pelayanan
kesehatan
9. Melaporkan pelaksanaan tugas koordinator pelayanan
Satuan pelaksana pelayanan kesehatan sebagaimana di maksud adalah
Satuan pelaksana pelayanan medis umum
Satuan pelaksana pelayanan kesehatan gigi dan mulut
Satuan pelaksana pelayanan kesehatan ibu dan anak dan
Satuan pelaksana pelayanan gadar dan bencana
b. Upaya Kesehatan Pengembangan
Terdiri dari 9 Program Kesehatan yang masing – masing programnya di laksanakan
oleh seorang koordinator yang memiliki tugas pokok sebagai berikut :
1. Koordinator Usaha Kesehatan Sekolah ( UKS )
- Membina dan mengawasi upaya kesehatan sekolah yang ada di wilayah kerja
puskesmas.
2. Koordinator Kesehatan Olahraga
- Membina dan mengawasi upaya kesehatan yang berhubungan dengan kegiatan
olahraga.
3. Koordinator Kesehatan Kerja
- Membina kesehatan, keselamatan pekerja, serta lingkungan tempat kerja yang
sehat.
4. Koordinator Kesehatan Gigi & Mulut
- Menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pencegahan penyakit gigi dan mulut
dalam wilayah kerja puskesmas.
5. Koordinator Kesehatan Mata
- Membantu pimpinan dalam upaya pelayanan kesehatan mata di wilayah kerja
puskesmas.
6. Koordinator Kesehatan Usia Lanjut ( Usila )
- Melaksanakan kegiatan pembinaan, perawatan, pemeriksaan penyuluhan kesehatan
kepada penduduk usia lanjut di wilayah kerja puskesmas.
7. Koordinator Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
- Membantu pimpinan dalam membina kegiatan perawatan kesehatan masyarakat di
luar gedung puskesmas.
l
- Membina dan mengawasi pelayanan kesehatan dan pengobatan tradisional yang
ada di wilayah kerja puskesmas.
B. Pelayanan Medis
1. Pelayanan Rawat Jalan
a. Poliklinik
Prosedur rawat jalan melalui Poliklinik selengkapnya dapat dilihat pada SOP.
UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI belum memiliki ruang khusus unit gawat
darurat,Tetapi UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI memiliki Ruang Tindakan Medik
untuk mengatasi tindakan kegawat daruratan Pelayanan Primer. Prosedur pada
penanganan kasus Gawat Darurat menguraikan langkah-langkah mengutamakan
penanganan pasien yang sifatnya gawat dan darurat sejak pasien datang hingga
tindakan lanjutan yang diperlukan pasien seperti dirujuk ke rumah sakit. Prosedur
rawat jalan melalui UGD/ unit tindakan medis selengkapnya dapat dilihat pada SOP.
Apotek
BAB IV
PENGELOMPOKAN FUNGSI
BAB V
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA
1) Program Pengembangan
Program pengembangan SDM pada UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI dijabarkan
sebagai berikut: .
a. Merintis kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada pengembangan kemampuan SDM
baik tenaga medis, paramedis maupun administrasi melalui kegiatan penelitian,
kegiatan ilmiah, diskusi panel, seminar, simposium, lokakarya, penulisan buku, studi
banding, dll.
b. Meningkatkan standar pendidikan tenaga administratif yang potensial, terutama ke
jenjang S1.
2) Pola Rekruitmen
Dokter, tenaga fungsional dan tenaga administrasi UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI
dapat terdiri dari Pegawai Negeri Sipil maupun tenaga profesional non Pegawai Negeri
Sipil sesuai dengan kebutuhan puskesmas.
Pola rekrutmen SDM baik tenaga medis, paramedis maupun non medis pada UPT
PUSKESMAS LUBUK LANDAI adalah sebagai berikut:
(1) SDM yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pola rekrutmen SDM yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan
Puskesmas dilaksanakan berdasarkan Petunjuk Teknis Pengadaan Calon Pegawai
Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung, dengan tahapan
sebagai berikut:
a. Persiapan Pengadaan Calon PNS
b. Pendaftaran
c. Pelaksanaan Ujian
d. Penentuan kelulusan
e. Pengangkatan
f. Pengendalian dan Pengawasan
g. Ketentuan Lain
(2) SDM yang berasal dari Tenaga Profesional Non-PNS
Pola rekrutmen SDM yang berasal dari tenaga profesional non-PNS dilaksanakan
sebagai berikut:
a. Rekrutmen SDM dimaksudkan untuk mengisi formasi yang lowong atau adanya
perluasan organisasi dan perubahan pada bidang-bidang yang sangat mendesak yang
proses pengadaannya tidak dapat dipenuhi oleh Pemerintah Daerah.
b. Tujuan rekrutmen SDM adalah untuk menjaring SDM yang profesional, jujur,
bertanggung jawab, netral, memiliki kompetensi sesuai dengan tugas yang akan
diduduki sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan serta mencegah terjadinya unsur
KKN (kolusi, korupsi, dan nepotisme) dalam rekrutmen SDM.
DATA KETENAGAAN
DI UPT UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI TAHUN 2013
3) Disiplin Pegawai
a) SDM yang berasal dari PNS
Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk mentaati
kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalm peraturan perundang-
undangan dan atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar akan
dijatuhi hukuman disiplin. Berdasarkan PP No. 53 Tahun 2010 tentang disiplin
Pegawai Negeri Sipil, maka bila terdapat pelanggaran disiplin atau indisipliner, pegawai
negeri sipil yang bersangkutan akan di jatuhi hukuman disiplin sesuai dengan tingkat
hukuman disiplin yang terdiri dari : hukuman disiplin ringan, sedang dan berat.
Adapun jenis hukuman disiplin sesuai dengan tingkatannya dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Jenis hukuman disiplin ringan terdiri atas : teguran lisan, teguran tertulis dan
pernyataan tidak puas secara tertulis.
Jenis hukuman disiplin sedang terdiri atas : penundaan kenaikan gaji berkala selama 1
tahun, penundaan kenaikan pangkat selama 1 tahun dan penundaan pangkat setingkat
lebih rendah selama 1 tahun.
b.SDM Yang Bukan berasal dari PNS
Jika terdapat pelanggaran disiplin atau indisipliner untuk SDM yag berasal dari non
PNS, maka tindakan atau sanksi yang diberikan sesuai dengan kebijakan dari Pimpinan
BLUD UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI selaku Pimpinan di Unit kerja yang
bersangkutan, dengan petunjuk dan bimbingan dari Kepala Dinas Kesehatan Kota
Bandar Lampung.
BAB VI
KEBIJAKAN
2. Tarif Layanan
Walikota menetapkan tarif layanan atas usulan Pejabat Pengelola BLUD melalui
Sekretaris Daerah dengan mempertimbangkan kontinuitas dan pengembangan
layanan, daya beli masyarakat, asas keadilan dan kepatutan dan kompetensi yang
sehat.
Pejabat Pengelola BLUD menetapkan strategi dan kebijakan terhadap pemberian
layanan kesehatan serta melakukan pengawasan atas pelaksanaannya. Oleh
karenanya, Pejabat Pengelola BLUD harus melakukan penghitungan biaya per unit
setiap jenis layanan (cost finding) sebagai dasar pengambilan kebijakan mengenai
penetapan tarif layanan kesehatan, misalnya kebijakan pemberian subsidi tarif layanan
kesehatan kepada pasien tidak mampu. Oleh karenanya, Pejabat Pengelola BLUD
harus melakukan reviu biaya per unit setiap jenis layanan secara berkala.
Pejabat Pengelola melakukan evaluasi kualitas pemberian jasa pelayanan yang
telah dilakukan pada akhir periode sebagai bahan masukan pada periode berikutnya.
3. Sistem Penatausahaan dan Akuntansi Pengelolaan BLUD
Pejabat Pengelola menetapkan pedoman mengenai sistem penatausahaan dan
akuntansi yang diterapkan untuk pengelolaan keuangan dan penyusunan
pertanggungjawaban BLUD sesuai standar akuntansi keuangan yang berlaku dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta disusun berdasarkan pengendalian
internal yang memadai. Selanjutnya Pejabat pengelola Puskesmas menyelenggarakan
sistem penatausahaan dan akuntansi sesuai pedoman yang telah ditetapkan tersebut,
baik secara manual maupun komputerisasi.
Pejabat Pengelola menetapkan organisasi dan pengelola yang berwenang dalam
penatausahaan dan akuntansi pengelolaan keuangan BLUD.
Output sistem berupa laporan keuangan BLUD, khususnya pada akhir semester dan
akhir tahun dikonsolidasikan dengan laporan keuangan pemerintah daerah sesuai
Standar Akuntansi Pemerintahan yang berlaku.
4. Remunerasi
Walikota menetapkan Remunerasi atas usulan Pejabat BLUD melalui Kepala Dinas
Kesehatan Kota yang diberikan dalam bentuk gaji, tunjangan tetap, honorarium,
insentif, bonus atas prestasi, pesangon dan/atau pension. Adapun faktor-faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam pengelolaan Remunerasi adalah :
a. Jumlah aset yang dikelola BLUD, tingkat pelayanan, serta produktivitas
b. Pertimbangan persamaannya dengan industri pelayanan sejenis
c. Kemampuan Pendapatan BLUD
d. Kinerja Operasional BLUD dengan mempertimbangkan antara lain Indikator keuangan,
pelayanan, mutu dan manfaat bagi masyarakat.
Remunerasi pejabat pengelola BLUD dan pegawai BLUD diberikan berdasarkan
indikator penilaian:
a. pengalaman dan masa kerja
b. jabatan yang disandang
c. resiko kerja
d. tingkat kegawatdaruratan
e. Ketrampilan, ilmu pengetahuan dan perilaku
f. Hasil/capaian Kinerja
.
B. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan dan Limbah
Limbah puskesmas meliputi semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan puskesmas
dalam bentuk padat, cair dan gas, merupakan bahan yang tidak berguna, tidak
digunakan atau terbuang. Limbah puskesmas dapat dibedakan menjadi limbah medis
dan non medis.
Limbah cair terdiri dari semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari puskesmas
yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif
yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
Limbah klinis berupa limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan gigi,
veterany, farmasis atau yang sejenis, pengobatan, perawatan, yang menggunakan
bahan-bahan yang beracun, infeksius, berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika
dilakukan dengan pengamanan tertentu.
BAB VII
PROSES TATA KELOLA
A. Pengangkatan dan Pemberhentian Pejabat Pengelola
(Permendagri Nomor 61 tahun 2007 pasal 34, 35, 36, 37)
1 Pejabat Pengelola diangkat dan diberhentikan oleh Walikota.
2 Pejabat Pengelola dan Pegawai BLUD dapat berasal dari pegawai negeri sipil
dan/atau tenaga profesional non pegawai negeri sipil sesuai dengan kebutuhan BLUD.
3 Syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLUD
yang berasal dari pegawai negeri sipil disesuaikan dengan ketentuan perundangan-
undangan di bidang kepegawaian.
4 Pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan Pegawai BLUD yang berasal
dari tenaga profesional non pegawai negeri sipil dilaksanakan berdasarkan peraturan
yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota setelah mendapat persetujuan
Walikota.
5 Pengangkatan dalam jabatan dan penempatan pejabat pengelola BLUD ditetapkan
berdasarkan kompetensi dan kebutuhan praktik bisnis yang sehat. Kompetensi
merupakan kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh pejabat pengelola BLUD
berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas. Kebutuhan praktik bisnis yang sehat merupakan kesesuaian antara
kebutuhan jabatan, kualitas dan kualifikasi dengan kemampuan keuangan BLUD.
6 Pemilihan Pejabat Pengelola dilakukan dengan mekanisme uji kelayakan dan
kepatutan (fit and proper test) yang dilakukan secara transparan, profesional, mandiri,
dan dapat dipertanggung-jawabkan.
7 Masa jabatan anggota Pejabat Pengelola ditetapkan selama 3 (tiga) sampai 5
(lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
8 Pejabat Pengelola diberhentikan oleh Walikota setelah masa jabatannya habis.
9 Pejabat Pengelola dapat diberhentikan sebelum habis masa jabatannya oleh
Walikota, apabila terbukti:
9.1.1 Tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.
9.1.2 Tidak melaksanakan ketentuan Undang-undang.
9.1.3 Terlibat dalam tindakan yang merugikan BLUD, dan
9.1.4 Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana kejahatan
dan/atau yang berkaitan dengan tugasnya dalam melaksanakan pengurusan atas
BLUD.
10 Rencana pemberhentian dengan alasannya sebagaimana dimaksud dalam point 9
diberitahukan secara tertulis oleh Walikota kepada anggota Pejabat Pengelola yang
bersangkutan.
11 Keputusan pemberhentian ditetapkan setelah yang bersangkutan diberi kesempatan
membela diri secara tertulis dan disampaikan kepada Walikota paling lambat dalam
jangka waktu satu bulan terhitung sejak Pejabat Pengelola yang bersangkutan
diberitahu secara tertulis.
12 Selama rencana pemberhentian masih dalam proses maka Pejabat Pengelola yang
bersangkutan dapat menjalankan tugasnya namun tidak boleh membuat
keputusan/kebijakan strategis.
13 Jika dalam jangka waktu dua bulan terhitung sejak tanggal penyampaian pembelaan
diri Walikota tidak memberikan keputusan pemberhentian Pejabat Pengelola tersebut,
maka rencana pemberhentian tersebut menjadi batal.
14 Kedudukan sebagai Pejabat Pengelola berakhir dengan dikeluarkannya
keputusan pemberhentian oleh Walikota.
B. Program Pengenalan
1 Pejabat Pengelola yang baru wajib diberikan program pengenalan mengenai BLUD
Puskesmas.
2 Tanggung jawab untuk mengadakan program pengenalan Pejabat Pengelola yang
baru berada pada Pimpinan BLUD (Kepala UPT Puskesmas).
3 Program pengenalan meliputi:
3.1 Pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik pada BLUD Puskesmas.
3.2 Gambaran mengenai BLUD Puskesmas berkaitan dengan tujuan, sifat dan lingkup
kegiatan, kinerja keuangan dan operasional, strategi, dan masalah-masalah strategis
lainnya.
4.2 Keterangan berkaitan dengan kewenangan yang didelegasikan, audit internal dan
eksternal, sistem dan kebijakan pengendalian internal.
4.3 Keterangan mengenai tugas dan tanggung jawab Pejabat Pengelola.
D. Pendelegasian Wewenang
1 Pendelegasian sebagian kewenangan Pejabat Pengelola kepada Kepala
Instalasi/Unit diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan pertimbangan untuk
menunjang kelancaran tugas dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
2 Kepala Instalasi harus melaksanakan wewenang yang didelegasikan tersebut dengan
penuh tanggungjawab dan memberikan laporan pelaksanaannya secara berkala
kepada Pejabat Pengelola.
3 Pendelegasian wewenang dikaji secara periodik untuk disesuaikan dengan tuntutan
perkembangan puskesmas.
4 Pendelegasian wewenang yang dilakukan tidak melepaskan tanggung jawab pejabat
pengelola.
E. Pengambilan Keputusan
1 Semua keputusan dalam rapat dilakukan berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
2 Setiap keputusan yang diambil harus memperhatikan kepentingan stakeholders
puskesmas, risiko yang melekat, dan kewenangan yang dimiliki oleh setiap pengambil
keputusan.
3 Hak mengemukakan pendapat dijunjung tinggi dalam upaya memberikan masukan
peningkatan kinerja Puskesmas.
4. Keputusan-keputusan yang mengikat dapat pula diambil tanpa diadakan rapat,
asalkan keputusan itu disetujui secara tertulis.
5 Walikota dan Pejabat Pengelola harus konsisten dalam menjalankan keputusan-
keputusan yang telah ditetapkan.
G. Penilaian Kinerja
1. Walikota menilai kinerja puskesmas dan Pejabat Pengelola melalui mekanisme yang
telah ditetapkan.
2. Kinerja puskesmas yang dinilai sesuai dengan sasaran berikut indikator kinerja
keberhasilan sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategis Bisnis yang dilaporkan
secara berkala.
3. Penilaian kinerja puskesmas dilakukan secara berkala dan dapat menjadi dasar
pertimbangan Walikota untuk memutuskan peningkatan/penurunan atau pencabutan
status BLUD Puskesmas.
4. Kinerja Pejabat Pengelola dievaluasi secara berkala pada setiap akhir tahun anggaran
atau sewaktu-waktu apabila dibutuhkan oleh Walikota dengan menggunakan kriteria
penilaian yang umum berlaku dalam puskesmas.
5. Pejabat Pengelola Puskesmas menetapkan tolok ukur kinerja masing-masing pengelola
program untuk mendukung kinerja puskesmas.
6. Penilaian kinerja terhadap bidang dilakukan setiap tahun dan dilakukan secara
transparan.
H. Pengendalian Internal
1 Pejabat Pengelola harus menetapkan Sistem Pengendalian Internal
yang efektif untuk mengamankan investasi dan aset puskesmas, serta membantu
manajemen dalam hal:
1.1 Upaya-upaya mengamankan harta kekayaan (safe guarding of assets);
1.2 Menciptakan keakuratan data akuntansi;
1.3 Menciptakan efisiensi dan produktivitas; dan
1.4 Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen dalam penerapan praktek bisnis yang
sehat
2 Sistem Pengendalian Internal antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut :
2.1 Lingkungan Pengendalian Internal yang disiplin dan terstruktur, yang terdiri dari:
2.1.1 Integritas, nilai etika dan kompetensi pegawai
2.1.2 Filosofi dan gaya manajemen;
2.1.3 Cara yang ditempuh manajemen dalam melaksanakan kewenangan dan tanggung
jawabnya;
2.1.4 Pengorganisasian dan pengembangan sumber daya manusia;
2.1.5 Perhatian dan arahan yang dilakukan oleh Pejabat Pengelola
2.2 Pengkajian dan Pengelolaan Risiko, yaitu suatu proses untuk mengidentifikasi,
menganalisis, menilai dan mengelola risiko usaha relevan;
2.3 Aktivitas Pengendalian, yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan dalam suatu proses
pengendalian terhadap kegiatan puskesmas pada setiap tingkat dan unit dalam
struktur organisasi, antara lain mencakup kebijakan dan prosedur yang membantu
manajemen melaksanakan kewajibannya dan menjamin bahwa tindakan penting
dilakukan untuk mengatasi risiko yang dihadapi dalam mencapai sasaran puskesmas.
Kegiatan pengendalian termasuk serangkaian kegiatan seperti kewenangan,
otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian atas prestasi kerja, pembagian tugas dan
keamanan terhadap asset puskesmas.
2.4 Sistem Informasi dan Komunikasi, yaitu suatu proses penyajian laporan keuangan
mengenai kegiatan operasional, finansial, dan ketaatan atas ketentuan dan peraturan
yang berlaku pada puskesmas, yang memungkinkan Pejabat Pengelola dan
Manajemen untuk menjalankan dan mengendalikan kegiatan usahanya. Laporan tidak
hanya berhubungan data internal, tetapi juga informasi tentang kejadian eksternal,
kegiatan dan kondisi penting untuk menginformasikan pengambilan keputusan dan
laporan eksternal.
2.5 Monitoring, yaitu proses penilaian terhadap kualitas sistem pengendalian internal,
termasuk fungsi audit internal pada setiap tingkat dan unit struktur organisasi
puskesmas, sehingga dapat dilaksanakan secara optimal, dengan ketentuan bahwa
penyimpangan yang terjadi dilaporkan kepada Pejabat Pengelola dan tembusannya
kepada Dewan Pengawas.
3. Pegawai
3.1 Pegawai puskesmas yang terdiri dari tenaga medis, tenaga paramedis, dan
tenaga lainnya adalah aset yang sangat berharga, maka puskesmas berkewajiban
meningkatkan kompetensi dan karakternya. Puskesmas dapat memberikan
penghargaan yang pantas kepada pegawai yang berprestasi. Dalam hal adanya terjadi
masalah yang menyangkut tuntutan pasien terhadap tenaga medis/paramedis,
puskesmas berkewajiban memberikan bantuan hukum yang diperlukan. Hubungan
antara tenaga medis/paramedis dan non medis dengan pihak puskesmas diatur lebih
lanjut dengan Keputusan Pejabat Pengelola Puskesmas.
3.2 Setiap kebijakan puskesmas yang terkait dengan pegawai disusun secara
transparan, mengakomodasi kepentingan pegawai dan peraturan perundang-
undangan yang terkait.
3.3 Surat Keputusan (SK) Pengangkatan Pegawai atau perjanjian dengan pegawai dibuat
secara tertulis dengan memuat hak dan kewajiban setiap pihak secara jelas.
3.4 Sistem penilaian kinerja pegawai ditetapkan dan dilaksanakan secara adil dan
transparan.
3.5 Puskesmas menciptakan kondisi kerja dengan selalu memperhatikan tingkat kesehatan
dan keselamatan kerja pegawai.
3.6 Dalam melaksanakan hubungan kerja dengan pegawai, puskesmas menghormati
hak asasi serta hak dan kewajiban pegawai sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
3.7 Puskesmas memberi kesempatan yang sama tanpa membedakan senioritas, gender,
suku, agama, ras, dan antar golongan.
BAB VIII
KODE ETIK
Dalam menjalankan BLUD Puskesmas yang berhubungan dengan lingkungan internal
maupun eksternal, rumah sakit memiliki Kode Etik Puskesmas yang berpedoman
kepada Kode Etik Puskesmas Indonesia (KODERSI) dan etika profesi tenaga
kesehatan dan harus senantiasa menjunjung tinggi etika yang telah ditetapkan.
Setiap insan puskesmas wajib menjunjung tinggi nilai-nilai etika yang dibangun dalam
puskesmas. Budaya organisasi dan budaya kerja yang dibangun untuk menjaga
berlangsungnya lingkungan kerja harus berlandaskan etika yang berlaku seperti
profesional, jujur, terbuka, peduli, dan tanggap terhadap setiap kegiatan rumah sakit
serta kepentingan pihak stakeholders. Budaya organisasi dan budaya kerja
dikembangkan untuk memotivasi pegawai dalam bekerja. Seluruh insan puskesmas
harus menerapkan budaya organisasi dan budaya kerja yang berlandaskan etika
puskesmas secara konsisten dan pelaksanaannya harus dilakukan evaluasi secara
periodik.
Sistem nilai yang mencakup nilai-nilai (value), budaya kerja, budaya organisasi, etika
kerja, etika usaha, dan etika profesi lebih lanjut diatur dalam Pedoman Perilaku
sebagai Kode Etik Puskesmas yang ditetapkan dengan Surat KeputusanKepala UPT
Puskesmas.
BAB IX
PENUTUP