Anda di halaman 1dari 36

TATA KELOLA UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejalan dengan pergeseran paradigma UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI sebagai
layanan publik dan layanan pasar, maka Puskesmas harus dikelola secara
entepreneur bukan secara birokratik lagi. Untuk itu Puskesmas perlu melakukan
perubahan mendasar sehingga lebih mandiri dan mampu berkembang menjadi
lembaga yang berorientasi terhadap kepuasan pelanggan (customer satisfaction).
Adanya reformasi pengelolaan keuangan Negara dengan terbitnya Undang-Undang
Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, memberikan angin segar
bagi Puskesmas untuk pengelolaan yang lebih baik ke depan. Di dalam pasal
68 dan 69 undang-undang tersebut, diatur suatu koridor baru dalam pengelolaan
keuangan negara yaitu Badan Layanan Umum atau disingkat BLU. Sebagai
aturan pelaksanaannya, terbitlah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007.
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. BLU/BLUD dibentuk untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. UU Nomor 1 tahun
2004 mengelompokkan Puskesmas sebagai Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD), yaitu suatu instansi di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau
jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. UPT PUSKESMAS
LUBUK LANDAI telah menjadi BLUD, sehingga UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI
telah menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD) yaitu pola
pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk
menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan
pengelolaan keuangan daerah pada umumnya. Puskesmas telah menerapkan PPK-
BLUD dapat lebih leluasa menentukan keputusan-keputusan strategis dengan
memperhatikan dan menjalankan praktik bisnis yang sehat, dikelola oleh orang-
orang yang profesional sehingga diharapkan Puskesmas mampu bertahan bahkan
bersaing dan/atau mandiri dengan tetap sinergi dengan program-program
pelayanan kesehatan yang ditetapkan pemerintah.

Untuk dapat menerapkan status PPK-BLUD bertahap menjadi penuh maka UPT
PUSKESMAS LUBUK LANDAI mengajukan kembali persyaratan administrasi yang
harus dipenuhi oleh Puskesmas sesuai dengan Permendagri No 61 tahun 2007 Pasal
11 adalah dapat menyajikan dokumen-dokumen sebagai berikut:
1. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan
manfaat bagi masyarakat;
2. Pola Tata Kelola;
3. RBA Tahun 2014
4. Laporan Keuangan Tahun 2013
5. Standar Pelayanan Minimum (SPM); dan
6. Laporan audit Keuangan tahun 2013 .

Alur pikir terintegrasi persyaratan administrasi diatas dapat digambarkan dalam


format Grand Design BLUD sebagai berikut:

Penjelasan dari gambar alur pikir grand design BLUD di atas adalah sebagai berikut
:
a. Penyusunan RSB harus sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD). Dalam hal ini program-program untuk urusan wajib
bidang kesehatan yang disajikan dalam RSB harus selaras dengan program-
program yang dituangkan dalam RPJMD.
b. Target pencapaian RSB Puskesmas harus sejalan dengan rencana pencapaian SPM
Puskesmas baik dalam penyediaan sumberdaya, jenis dan jumlah layanan
maupun mutu layanan yang hendak dicapai dalam kerangka waktu 5 tahun. Pola
pembiayaan jangka menengah meliputi belanja modal terkait dengan penyediaan
aset Puskesmas untuk memenuhi Standar Minimum Aset Pelayanan dan belanja
barang dan jasa terkait dengan biaya per unit layanan dikalikan jumlah kunjungan
pasien. Di samping itu juga harus memperhatikan biaya per unit (unit cost)
layanan dan tarip layanan dalam rangka membuat prognosa pendapatan dan
beban lima tahun kedepan.
c. Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Puskesmas harus sejalan
dengan RSB dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). RBA selanjutnya
menjadi bagian dari RAPBD untuk dibahas dengan Tim Anggaran Pemerintah
Daerah dan DPRD menjadi APBD.
d. Berdasarkan penetapan APBD, disusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)
sebagai dasar penarikan dana yang bersumber dari APBD, sekaligus sebagai
lampiran kontrak kinerja antara Kepala Puskesmas dengan Kepala Daerah selaku
pemilik.
e. Informasi realisasi keuangan Puskesmas diproses melalui Sistem Akuntansi
Keuangan sedangkan informasi kinerja diadministrasikan melalui Sistem
Pengumpulan Data Kinerja untuk menghasilkan output berupa laporan keuangan
dan laporan kinerja.
f. Sistem Akuntansi Keuangan harus didukung oleh subsistem-subsistem antara lain
billing system, inventory system, manajemen aset, dan Sistim Informasi Manajemen
Medical Record.
g. Seluruh proses pengelolaan keuangan Puskesmas sebagai BLUD dikelola
berdasarkan Pola Tata Kelola yang baik dengan berlandaskan prinsip-prinsip
Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, Fairness (TARIF).

UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI sebagai Puskesmas yang mempunyai tugas


dalam melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna
dengan mengutamakan Upaya Kesehatan Wajib, Upaya Kesehatan Pengembangan,
dan penunjang yang harus menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas secara
terpadu yaitu azas pertanggungjawaban wilayah, pemberdayaan masyarakat,
keterpaduan dan rujukan. Oleh karena pelayanan kesehatan sangat terkait dengan
hubungan antar manusia, maka pelayanan di UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI
harus senantiasa berorientasi pada kepuasan pelanggan. Oleh karena itu UPT
PUSKESMAS LUBUK LANDAI dituntut untuk dapat menerapkan praktik-praktik bisnis
yang sehat yang senantiasa memperhatikan mutu sumberdaya manusianya
(brainware), sarana-prasarana (hardware), prosedur kerja (software), net-working
dan sistem informasi (infoware) dan perangkat hatinya (heartware). Pedoman Tata
Kelola ini diperlukan sebagai acuan bagi organ-organ Puskesmas dalam berinteraksi
dan menjalankan peran sebagai penyedia jasa layanan publik yang diharapkan dapat
meningkatkan nilai (value) serta citra Puskesmas dalam jangka panjang.
B. Pengertian Pola Tata Kelola
Berdasarkan Pasal 13 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), Pola
Tata Kelola merupakan peraturan internal Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau
Unit Kerja yang akan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan (PPK) BLUD.
Selanjutnya dalam pasal 31 dan 32 Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 disebutkan,
BLUD beroperasi berdasarkan Pola Tata Kelola atau peraturan internal, yang memuat
antara lain:
a. Struktur organisasi; menggambarkan posisi jabatan, pembagian tugas, fungsi, tanggung
jawab, dan wewenang dalam organisasi.
b. Prosedur kerja; menggambarkan hubungan dan mekanisme kerja antar posisi jabatan
dan fungsi dalam organisasi.
c. Pengelompokan fungsi yang logis; menggambarkan pembagian yang jelas dan rasional
antara fungsi pelayanan dan fungsi pendukung yang sesuai dengan prinsip
pengendalian intern dalam rangka efektifitas pencapaian organisasi.
d. Pengelolaan sumber daya manusia; merupakan pengaturan dan kebijakan yang jelas
mengenai sumber daya manusia yang berorientasi pada pemenuhan secara kuantitatif
dan kualitatif/kompeten untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi secara efisien,
efektif, dan produktif. Meliputi penerimaan pegawai, penempatan, sistem renumerasi,
jenjang karir, pembinaan termasuk sistem reward dan punishment, serta pemutusan
hubungan kerja.

C. Prinsip-Prinsip Tata Kelola


Prinsip-prinsip tata kelola BLUD sebagaimana disebutkan dalam pasal 31 ayat (2) dan
pasal 33 Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 terdiri dari :

Transparansi, merupakan azas keterbukaan yang dibangun atas dasar kebebasan


arus informasi agar informasi secara langsung dapat diterima bagi yang membutuhkan.
Akuntabilitas, merupakan kejelasan fungsi, struktur, sistem yang dipercayakan pada
BLUD agar pengelolaannya dapat dipertanggungjawabkan.
Responsibilitas, merupakan kesesuaian atau kepatuhan dalam pengelolaan
organisasi terhadap prinsip bisnis yang sehat serta perundang-undangan.
Independensi, merupakan kemandirian pengelolaan organisasi secara profesional
tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip bisnis yang sehat.

D. Tujuan Penerapan Pola Tata Kelola


Pola Tata Kelola yang diterapkan pada Badan Layanan Umum Daerah Puskesmas
bertujuan untuk :
a.    Memaksimalkan nilai puskesmas dengan cara menerapkan prinsip keterbukaan,
akuntabilitas, dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
b.    Mendorong pengelolaan puskesmas secara profesional, transparan dan efisien, serta
memberdayakan fungsi dan peningkatan kemandirian organ puskesmas.
c.    Mendorong agar organ puskesmas dalam membuat keputusan dan menjalankan
kegiatan senantiasa dilandasi dengan nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran atas adanya tanggung
jawab sosial puskesmas terhadap stakeholder.
d.    Meningkatkan kontribusi puskesmas dalam mendukung kesejahteraan umum
masyarakat melalui pelayanan kesehatan di dalam dan di luar gedung.
e.    Menjaga Pelayanan Kesehatan dapat terselenggaranya dengan berdasarkan standar
pelayanan

E. Sumber Referensi Pola Tata Kelola


Sumber referensi untuk menyusun Pola Tata Kelola Puskesmas antara lain adalah :

a. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan


Layanan Umum.
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.05/2007 tentang Dewan Pengawas pada
Badan Layanan Umum.
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
d. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) No. KEP-117/M-MBU/2002
tentang Penerapan Praktik-Praktik Good Corporate Governance (GCG) di Lingkungan
BUMN.
e. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
PER/02/M.PAN/1/2007 Tanggal 25 Januari 2007 tentang Pedoman Organisasi Satuan
Kerja Di Lingkungan Instansi Pemerintah Yang Menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum.
f. Peraturan Wali Kota Bandar Lampung Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah ( PPK – BLUD ) Unit
Pelaksanaan Teknis Puskesmas Pada Dinas Kesehatan Kota Bandar lampung.
g Peraturan walikota Bandar Lampung nomor 28A Tahun 2012 tentang tarif Pelayanan
Kesehatan dan sistem Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah ( PPK –
BLUD ) Unit Pelaksanaan Teknis Puskesmas Pada Dinas Kesehatan Kota Bandar
lampung.
h. Praktik-praktik terbaik (best practices) penerapan etika bisnis dalam dunia usaha.
F. Perubahan Pola Tata Kelola
Pola Tata Kelola puskesmas ini akan direvisi apabila terjadi perubahan terhadap
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pola tata kelola puskesmas
sebagaimana disebutkan di atas dan kebutuhan internal puskesmas, serta disesuaikan
dengan fungsi, tanggung jawab, dan kewenangan organ puskesmas serta perubahan
lingkungan.

BAB II
STRUKTUR ORGANISASI

UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kota Bandar Lampung yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan
serta berperan dalam menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar
memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

Dengan demikian UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI merupakan salah satu


Puskesmas yang berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan
kesehatan strata pertama.

1. Untuk melaksanakan tugas tersebut, UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI


mempunyai fungsi :

a.    Penyusunan rencana kerja dan anggaran RKA dan dokumen pelaksanaan anggaran
DPA Puskesmas
b.    Pelaksanaan dokumen pelaksanaan anggaran Puskesmas
c.    Pelaksanaan standar dan prosedur pelayanan kesehatan
d.    Penyusunan rencana strategis Puskesmas
e.    Penyelenggaraan pelayanan medis umum, kesehatan gigi dan mulut.
f.     Penyelenggaraan asuhan keperawatan.
g.    Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis terbatas
h.    Penyelenggaraan pelayanan keluarga berencana dan imunisasi
i.      Penyelenggaraan pelayanan ambulance rujukan
j.      Penyelenggaraan pelayanan gadar bencana
k.    Penyelenggaraan konsultasi kesehatan perorangan dan rujukan
l.      Penyelengaraan pencatatan medis
m.   Penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan peralatan kedokteran, peralatan
keperawatan, peralatan perkantoran dan peralatan kesehatan lainnya.
n.    Penyelenggaraan peningkatan dan penjaminan mutu pelayanan
o.    Penyelenggaraan keamanan dan keselamatan pasien
p.    Pelaksanaan koordinasi pelayanan kesehatan masyarakat
q.    Penanganan pengelolaan limbah medis
r.     Pengelolaan teknologi informasi Puskesmas
s.    Pelaksanaan promosi dan publikasi kegiatan pelayanan Puskesmas
t.      Pemberdayaan Puskesmas Pembantu dan Pos Kesehatan Kelurahan
u.    Pengelolaan kepegawaian keuangan dan barang
v.    Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan
w.   Penyelenggaraan bimbingan praktik kerja lapangan untuk institusi yang telah
ditentukan oleh Dinas kesehatan
x.    Penyusunan bahan pelaporan Dinas kesehatan yang terkait dengan tugas dan fungsi
Puskesmas.
y.    Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Puskesmas

1. DPRD Kota Bandar Lampung


Adalah organ yang memegang kekuasaan dalam menetapkan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah, menetapkan persetujuan
bersama dengan Walikota terhadap anggaran Puskesmas melalui Raperda APBD,
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda tentang APBD dan
menyetujui pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran Puskesmas melalui Raperda
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD.
Disamping itu DPRD Kota Bandar Lampung juga memiliki wewenang untuk:
1.1 Menyetujui pemindahtanganan tanah dan/atau bangunan milik Puskesmas.
1.2 Menyetujui pemindahtanganan barang milik Puskesmas Kota Bandar Lampung selain
tanah dan/atau bangunan .

2. Walikota Bandar Lampung


Adalah organ yang mewakili Pemerintah Kota Bandar Lampung selaku pemilik
Puskesmas, Walikota memiliki kewajiban, hak dan wewenang sebagai berikut :
2.1 Selaku pemilik berkewajiban untuk melakukan pembinaan teknis kepada BLUD
melalui Sekretaris Daerah dan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung serta
pembinaan keuangan BLUD melalui Dinas Pendapatan, Keuangan dan Pengelolaan
Aset Daerah.
2.2 Selaku Pemilik berkewajiban untuk menjaga tujuan pendirian Puskesmas tetap
terlaksana dan memberikan manfaat yang semaksimal mungkin bagi negara dan
daerah untuk kepentingan peningkatan kesejahteraan rakyat.
2.3 Selaku pemilik harus memiliki mekanisme pengangkatan dan pemberhentian
Dewan Pengawas dan Pejabat Pengelola BLUD.
2.4 Selaku pemilik harus memiliki mekanisme penilaian kinerja Puskesmas dan
penilaian kinerja Dewan Pengawas dan Pejabat Pengelola
2.5 Selaku pemilik harus memiliki mekanisme untuk mengesahkan RSB, RBA dan
Laporan Pertanggungjawaban Tahunan, dengan tepat waktu.
2.6 Selaku pemilik harus memiliki mekanisme baku dan transparan menyangkut
pemberian persetujuan atas semua kegiatan Puskesmas yang memerlukan persetujuan
Walikota .
2.7 Selaku pemilik pada dasarnya mempunyai hak-hak sebagai berikut:
2.7.1 Hak untuk melaksanakan segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Dewan
Pengawas dan/atau Pejabat Pengelola.
2.7.2 Hak untuk memperoleh informasi material mengenai Puskesmas secara tepat waktu
dan teratur.
2.8 Selaku pemilik mempunyai wewenang sebagai berikut:
2.8.1 Membentuk Dewan Pengawas pada Puskesmas sesuai ketentuan yang berlaku.
2.8.2 Mengangkat dan memberhentikan Pejabat Pengelola dan Pejabat Struktural.

2.    Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung


Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung selaku Dewan Pengawas Adalah
organ BLUD UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI yang bertugas melakukan
pengawasan dan memberikan nasihat kepada Pejabat Pengelola, serta memberi saran
dan masukan kepada Wali kota menyangkut pengolaan dan pengurusan puskesmas
oleh Pejabat Pengelola.

Pembentukan Dewan Pengawas oleh Walikota dilakukan sesuai kebutuhan dan atau
ketentuan-ketentuan perundangan-undangan yang berlaku. Dewan Pengawas
bertanggung jawab kepada Walikota dan melaporkan pelaksanaan tugasnya secara
berkala paling sedikit satu kali dalam satu semester dan sewaktu-waktu bila diperlukan.

Dalam menajalankan tugasnya, dewan pengawas memiliki kewajiban sebagai berikut :


a.    Memeberikan pendapat dan saran kepada Walikota mengenai rencana strategis bisnis
(RSB) rencana bisnis dan anggaran ( RBA) yang diusulkan oleh Pejabat Pengelola.
b.    Mengikuti perkembangan kegiatan BLUD, memberikan pendapat dan saran kepada
Walikota mengenai setiap masalah yang dianggap penting bagi pengurusan BLUD
c.    Melaporkan kepada Walikota bila terjadi gejala menurunnya kinerja BLUD.
d.    Memberikan nasihat kepada Pejabat Pengelola BLUD dalam melaksanakan
kepengurusan BLUD.
e.    Melaporkan kinerja Puskesmas kepada Walikota
f.     Memonitor tinjak lanjut hasil evalusi dan penilaian kinerja.

Dalam menjalankan tugasnya, dewan pengawas memilki kewenangan sebagai berikut :


a.    Melihat buku buku, surat serta dokumen lainnya, memeriksa kas untuk keperluaan
verivikasi dan memeriksa kekayaan Puskesmas.
b.    Meminta penjelasan dari Pejabat Pengelola atau pejabat lainnya mengenai segala
persoalan yang menyangkut kepengurusan Puskesmas.
c.    Meminta Pejabat Pengelola atau pejabat lainnya mengahadiri rapat dewan pengawas.
d.    Memberikan persetujuan atau bantuan kepada Pejabat Pengelola dalam melakukan
perbuatan hukum tertentu.

Dalam menjalankan tugasnya dewan pengawas memiliki hak – hak sebagai berikut :
a.    Memperoleh akses atas informasi tentang Puskesmas secara tepat waktu dan
lengkap.
b.    Memperoleh imbalan jasa bulanan berupa honorarium yang besarnya ditetapkan
dengan peraturan Walikota.
c.    Memilki sekretaris dewan pengawas yang dapat menjalankan fungsi kesekretariatan
secara memadai apabila diperlukan.

Semua biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas dewan pengawas
dibebankan kepada Puskesmas dan secara jelas dimuat dalam rencana kerja dan
anggaran Puskesmas.

3. Struktur Organisasi PPK-BLUD


Struktur Organisasi UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI setelah penerapan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) ditetapkan
berdasarkan SK Walikota Bandar Lampung No.586/IV-41/HK/2012 tertanggal 16 Juli
2012 tentang pemberlakuan Pola Pengelolaan pada Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung sebagai Layanan Umum Daerah.
Pembentukan dan Susunan Organisasi UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI sebagai
berikut :
           a. Pejabat Pengelola Puskesmas
           b. Pejabat Keuangan
           1. Umum dan Kepegawaian,
           2. Inventaris Barang
           3. Keuangan
           c. Pejabat Teknis
  1. Upaya Kesehatan wajib, terdiri dari :
1.1.    Program Promosi Kesehatan.
1.2.    Program Kesehatan Lingkungan.
1.3.    Program Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
( KIA-KB ).
1.4.    Program Gizi.
1.5.    Program Pemberantasan Penyakit Menular ( P2M).
1.6.    Pengobatan.
           2. Upaya Kesehatan Pengembangan, terdiri dari :
2.1.    Program Usaha Kesehatan Sekolah ( UKS ).
2.2.    Program Kesehatan Olahraga.
2.3.    Program Kesehatan Kerja
2.4.    Program Kesehatan Gigi dan Mulut.
2.5.    Program Kesehatan Mata.
2.6.    Program Kehehatan Usia Lanjut ( Usila ).
2.7.    Program Kesehatan Jiwa.
2.8.    Perawatan Kesehatan Masyarakat.
2.9.    Pengawasan Pengobatan Tradisional.
3.        Upaya Kesehatan Penunjang, terdiri dari :
3.1.    Laboratorium.
3.2.    Pencatatan & Pelaporan ( SP2TP ).
3.3.    Farmasi.
           d. Puskesmas Pembantu ( PUSTU ).
1.    Puskesmas Pembantu Pidada.
2.    Puskesmas Pembantu Way Gubak.

Bagan struktur organisasi UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI ( lihat di lampiran)


4. Uraian Tugas
4.1 Pejabat Pengelola Puskesmas
Pimpinan BLUD (Puskesmas RBI) adalah seorang Pejabat Pengelola Puskesmas.
Pejabat Pengelola adalah pimpinan tertinggi sebagai penanggung jawab umum
operasional dan keuangan puskesmas yang bertanggungjawab kepada Walikota
Bandar Lampung melalui Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

Pejabat Pengelola memiliki tugas dan kewajiban sebagai berikut :


a.    Memimpin, mengarahkan, membina, mengawasi, mengendalikan, dan mengevaluasi
penyelenggaraan kegiatan BLUD.
b.    Menyusun Rencana Strategis Bisnis (RSB) BLUD.
c.    Menyiapkan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) tahunan.
d.    Mengusulkan calon pengelola keuangan dan pelaksana teknis kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kota Bandar Lampung sesuai ketentuan yang berlaku.
e.    Menetapkan pengelola lainnya sesuai kebutuhan BLUD selain pengelola yang telah
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.
f.     Menyampaikan dan mempertanggungjawabkan kinerja operasional dan keuangan
BLUD kepada Walikota melalui Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.
4.2.    Pejabat Keuangan
Kepala Sub Bagian Tata Usaha bertindak sebagai Koordinator Keuangan, Inventaris
dan Kepegawaian yang bertanggungjawab kepada pimpinan BLUD (Kepala UPT) dan
berfungsi sebagai penanggung jawab keuangan Puskesmas yang memiliki tugas dan
kewajiban sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Strategis Bisnis (RSB) dan Rencana Bisnis
Anggaran (RBA).
b. Menyiapkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) BLUD.
c.   Menyusun kebijakan pengelolaan barang, aset tetap, dan investasi BLUD.
d. Menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan.
e. Menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan.
f. Memberikan pelayanan administrasi kepada semua unsur yang
ada di lingkungan BLUD.
g.   Menyelenggarakan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan organisasi
perencanaan, tata usaha umum dan kepegawaian, serta keuangan.
h.  Menyusun laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas sesuai dengan
bidangnya,
i.    Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan
BLUD (Pejabat Pengelola Puskesmas).
.
4.3 Pejabat Teknis
Pejabat Teknis pada Puskesmas merupakan Upaya Pelayanan Kesehatan yang terdiri
dari :
a.    Upaya Kesehatan Wajib
Terdiri dari 6 Program Kesehatan yang wajib dijalankan oleh Puskesmas terdiri dari:
Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, KIA - KB, Gizi, P2M dan Pengobatan.
Penanggung jawab pelaksanaan masing – masing program diatas adalah seorang
koordinator, adapun tugas pokoknya adalah sebagai berikut :.
1.   Koordinator Pomosi Kesehatan ( Promkes )
-     Menggerakkan dan membimbing masyarakat dalam wilayah kerja puskesmas.
an ( Kesling )
-     Mengkoordinir dan menyelenggarakan pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan
sesuai standar yang telah ditentukan.

-     Menyelenggarakan pelayanan KIA dan KB di puskesmas.

-     Mengamati keadaan gizi masyarakat dan mengupayakan perbaikan gizi masyarakat.
5.     Koordinator Pembrantasan Penyakit Menular ( P2M )
-     Membantu pimpinan melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
langsung ( TBC ) dan bersumber binatang ( Malaria dan DHF ).
6.     Koordinator Pengobatan
-     Mengkoordinir penyelenggaraan, pemeriksaan dan pengobatan rawat jalan.
Untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan di puskesmas dibentuk satuan
pelaksana pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan dan ketersediaan sumber daya;
1.    Untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pelayanan pada satuan
pelayanan kesehatan ditetapkan satu orang koordinator pelayanan.
2.    Koordinator sebagaimana dimaksud ditetapkan oleh Pejabat Pengelola UPT
PUSKESMAS LUBUK LANDAI
3.    Koordinator sebagaimana dimaksud berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab
kepada Pejabat Pengelola UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI dan bukan jabatan
struktural
4.    Koordinator pelayanan mempunyai tugas dan tanggung jawab:
1.    Mengkoordinasikan penyusunan bahan rencana kerja dan anggaran dan dokumen
pelaksanaan anggaran DPA puskesmas
2.    Memonitor, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan standar dan prosedur
pelayanan kesehatan
3.    Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pelayanan pada satuan pelaksana
pelayanan kesehatan
4.    Melaksanakan penanganan keluhan pelanggan pelayanan kesehatan
5.    Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pelayanan di puskesmas pembantu
6.    Melakukan koordinasi kesehatan masyarakan dengan unit terkait
7.    Menyelenggarakan bimbingan praktik kerja lapangan untuk institusi yang telah
ditetapkan dinas kesehatan
8.    Mengkoordinasikan laporan puskesmas induk dan satuan pelaksana pelayanan
kesehatan
9.    Melaporkan pelaksanaan tugas koordinator pelayanan
Satuan pelaksana pelayanan kesehatan sebagaimana di maksud adalah
         Satuan pelaksana pelayanan medis umum
         Satuan pelaksana pelayanan kesehatan gigi dan mulut
         Satuan pelaksana pelayanan kesehatan ibu dan anak dan
         Satuan pelaksana pelayanan gadar dan bencana
b.   Upaya Kesehatan Pengembangan
Terdiri dari 9 Program Kesehatan yang masing – masing programnya di laksanakan
oleh seorang koordinator yang memiliki tugas pokok sebagai berikut :
1.    Koordinator Usaha Kesehatan Sekolah ( UKS )
-     Membina dan mengawasi upaya kesehatan sekolah yang ada di wilayah kerja
puskesmas.
2.     Koordinator Kesehatan Olahraga
-     Membina dan mengawasi upaya kesehatan yang berhubungan dengan kegiatan
olahraga.
3.     Koordinator Kesehatan Kerja
-     Membina kesehatan, keselamatan pekerja, serta lingkungan tempat kerja yang
sehat.
4.     Koordinator Kesehatan Gigi & Mulut
-     Menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pencegahan penyakit gigi dan mulut
dalam wilayah kerja puskesmas.
5.     Koordinator Kesehatan Mata
-     Membantu pimpinan dalam upaya pelayanan kesehatan mata di wilayah kerja
puskesmas.
6. Koordinator Kesehatan Usia Lanjut ( Usila )
- Melaksanakan kegiatan pembinaan, perawatan, pemeriksaan penyuluhan kesehatan
kepada penduduk usia lanjut di wilayah kerja puskesmas.
7.     Koordinator Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
-     Membantu pimpinan dalam membina kegiatan perawatan kesehatan masyarakat di
luar gedung puskesmas.
l
-     Membina dan mengawasi pelayanan kesehatan dan pengobatan tradisional yang
ada di wilayah kerja puskesmas.

c. Upaya Kesehatan Penunjang


Terdiri dari 3 program yang juga masing – masing dikoordinir oleh koordinator dengan
tugas pokok sebagai berikut :
1.    Koordinator Laboratorium
-     Mengkoordinir pemeriksaan laboratorium dan penyediaan reagensia yang diperlukan
oleh puskesmas.
2.    Koordinator Pencatatan dan Pelaporan ( SP2TP)
-     Menyiapkan laporan, perencanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan puskesmas
serta membantu pimpinan dalam proses menajemen yang ada di puskesmas.
3.    Koordinator Farmasi
-     Mengkoordinir penyelenggaraan Apotek puskesmas, termasuk administrasi obat –
obtan serta penyimpannya.

d.    Puskesmas Pembantu


Tenaga Puskesmas Pembantu terdiri dari bidan dan perawat kesehatan yang dalam
kesehariannya memiliki tugas pokok sebagai berikut :
1.  Menyelenggarakan sebagian kegiatan pokok Puskesmas sesuai dengan kompetensi
tenaga dan peralatan yang dimiliki.
2.  Menyusun dan mengajukan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan dokumen
pelaksanaan anggaran (DPA) Puskesmas Pembantu sebagai bagian dari rencana kerja
dan anggaran (RKA) dan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Puskesmas Induk.
3.  Sebagai unsur penunjang kegiatan Puskesmas dalam mendekatkan dan meningkatkan
jangkauan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat di wilayah kerja puskesmas.
4.  Merujuk penderita / klien sesuai dengan kebutuhan kepada dokter Puskesmas, dokter
rumah sakit terdekat yang diperkirakan mempunyai kemampuan mengatasi kasusnya.
5.  Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada posyandu serta kegiatan peran
serta masyarakat di wilayah kerjanya.
6.  Melaporkan adanya kejadian luar biasa dalam waktu 24 jam kepada Pejabat Pengelola
Puskesmas untuk diteruskan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota.
7.  Menghimpun catatan/ register kegiatan ( Pelaporan ) untuk disampaikan kepada
Pejabat pengelola Puskesmas sebagai atasan langsung.
BAB III
PROSEDUR KERJA

Prosedur kerja setiap proses pengelolaan manajerial dan pelayanan telah


didokumentasikan dalam Standard Operating Procedure (SOP). SOP merupakan acuan
bagi seluruh insan UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI dalam melaksanakan
pekerjaan. Acuan pelaksanaan pekerjaan merupakan bagian vital dalam pengelolaan
UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI dan diharapkan merupakan suatu standar baku
dalam proses bisnis puskesmas sehingga pelayanan kepada seluruh pengguna dapat
mencapai standar yang diinginkan.
SOP UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI dalam rangka memberikan pelayanan kepada
masyarakat, baik pelayanan manajemen, pelayanan medis, maupun pelayanan non
medis telah ditetapkan oleh Pejabat Pengelola Puskesmas.
SOP ini telah didokumentasikan, disosialisasikan, dan diimplementasikan di setiap
instalasi dan unit kerja lainnya. Dengan adanya SOP ini diharapkan pelaksanaan atau
proses kinerja dan layanan pada setiap unit kerja dapat dilaksanakan dengan baik
sesuai dengan manual mutu. Dengan prosedur kerja ini pula dapat dijadikan bahan
evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil kinerja dari setiap proses kinerja.
SOP yang telah ditetapkan, secara ringkas uraiannya adalah sbb:
A. Pelayanan Manajemen
1. Prosedur Pelayanan Umum dan Kepegawaian
Adalah dokumen yang berisi serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai
berbagai proses penyelenggaraan administrasi perkantoran yang berisi cara melakukan
pekerjaan, waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan dan aktor yang berperan
dalam kegiatan. Sebagai suatu aturan, regulasi, dan kebijakan yang secara terus
menerus menjamin perilaku yang benar bagi seluruh pegawai instansi pemerintah maka
SOP sangat tepat diterapkan pada aktivitas administrasi perkantoran yang relatif
bersifat rutin, berulang serta menghendaki adanya keputusan yang terprogram guna
melayani pelanggannya.

2. Prosedur Pelayanan Keuangan


a. Prosedur Penatausahaan dan Akuntansi Pendapatan BLUD Puskesmas.
b. Prosedur Penatausahaan keuangan Akuntansi Belanja BLUD Puskesmas bersumber
dari :
1) Jasa Layanan
2) Hibah
3) Hasil kerjasama sama dengan lain
4) APBD
5) APBN
6) Lain-lain pendapatan BLUD yang sah
3. Prosedur Perencanaan SDM, Peralatan,dan Sarana Kesehatan Lainnya
a. Perencanaan SDM Kesehatan
b. Perencanaan Peralatan Kesehatan
c. Perencanaan Sarana Kesehatan Lainnya

B. Pelayanan Medis
1.               Pelayanan Rawat Jalan

a.    Poliklinik

Poliklinik Rawat Jalan terdiri dari Klinik Umum,Klinik Gigi ,KIA

Prosedur rawat jalan pada poliklinik menguraikan langkah-langkah pemberian


pelayanan kepada pasien rawat jalan mulai dari pemilahan kelompok pasien,
pendaftaran dan pembayaran jasa layanan, dan pemberian layanan kesehatan pada
masing-masing poli, serta tindakan lanjutan yang diperlukan oleh pasien.

Prosedur rawat jalan melalui Poliklinik selengkapnya dapat dilihat pada SOP.

b.    Unit Gawat Darurat

UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI belum memiliki ruang khusus unit gawat
darurat,Tetapi UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI memiliki Ruang Tindakan Medik
untuk mengatasi tindakan kegawat daruratan Pelayanan Primer. Prosedur pada
penanganan kasus Gawat Darurat menguraikan langkah-langkah mengutamakan
penanganan pasien yang sifatnya gawat dan darurat sejak pasien datang hingga
tindakan lanjutan yang diperlukan pasien seperti dirujuk ke rumah sakit. Prosedur
rawat jalan melalui UGD/ unit tindakan medis selengkapnya dapat dilihat pada SOP.

C. Pelayanan Penunjang Medis


                                   Laboratorium

Prosedur penunjang medis menguraikan pemberian layanan berupa layanan


laboratorium, kepada pasien sesuai surat pengantar dari Poliklinik BP, KIA-KB, UGD.
Prosedur pemberian layanan penunjang medis selengkapnya dapat dilihat pada SOP.

   Apotek

Prosedur layanan obat menguraikan pemberian pelayanan penyediaan obat-obatan


kepada pasien sesuai resep dari Poli Rawat ,UGD dan pelayanan di luar gedung seperti
kegiatan puskesmas keliling, perkesmas, dan posyandu (balita dan lansia).

Prosedur layanan obat di apotik selengkapnya dapat dilihat pada SOP.

D. Pelayanan Non Medis


1.    Prosedur Pelayanan Gizi
Prosedur pelayanan gizi menguraikan pemberian layanan gizi berupa penyuluhan
PUGS, konseling atau klinik gizi untuk terapi diet untuk pasien Poliklinik, dan dalam
bentuk perencanan dan pengolahan makanan biasa/khusus.
Prosedur pelayanan gizi selengkapnya dapat dilihat pada SOP.

2.    Prosedur Pemeliharaan Sarana dan Prasarana


Prosedur pemeliharaan sarana dan prasarana menguraikan tindakan pemeliharaan
atau perbaikan terhadap sarana dan prasarana kedokteran/kesehatan sesuai jadwal
yang telah ditetapkan atau berdasarkan laporan dari users, baik dilakukan sendiri atau
oleh pihak lain, dan pembuatan laporan penyelesaian pekerjaan.
Prosedur pemeliharaan sarana dan prasarana selengkapnya dapat dilihat pada SOP.

3.    Prosedur Pelayanan Pusling


Prosedur pelayanan pusling menguraikan pemberian layanan ambulance bagi pasien
yang memerlukannya dalam rangka rujukan ke rumah sakit.
Prosedur pelayanan ambulance selengkapnya dapat dilihat pada SOP.

4.    Prosedur Rekam Medik


Prosedur rekam medik menguraikan proses penanganan data pasien mulai dari
pemeriksaan kelengkapan dokumen/data pasien, pengkodean, pengindeksan, dan
pengarsipan.
Prosedur rekam medik selengkapnya dapat dilihat pada SOP.

5.    Prosedur Kesehatan Lingkungan


Prosedur kesehatan lingkungan menguraikan langkah-langkah pemeriksaan air limbah,
limbah padat berbahaya, serta air bersih secara berkala dengan berpedoman pada
ketentuan yang berlaku.
Prosedur kesehatan lingkungan selengkapnya dapat dilihat pada SOP.

BAB IV
PENGELOMPOKAN FUNGSI

Pengelompokkan fungsi menggambarkan pembagian yang jelas dan rasional antara


fungsi pelayanan dan fungsi pendukung yang sesuai dengan prinsip pengendalian
intern dalam rangka efektifitas pencapaian organisasi.
Dari uraian struktur organisasi UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI beserta uraian
tugasnya sebagaimana disebutkan pada BAB II, dapat disimpulkan bahwa organisasi
Puskesmas telah dikelompokkan sesuai dengan fungsi yang logis, sebagai berikut:
a. Telah dilakukan pemisahan fungsi yang tegas di antara Pejabat Pengelola BLUD yang
terdiri dari Pemimpin BLUD (Kepala UPT Puskesmas), Pengelola Keuangan (Sub
Bagian Tata Usaha), dan Koordinator ( Upaya Kesehatan Wajib, Upaya Kesehatan
Pengembangan, Upaya Kesehatan Penunjang ).
b. Adanya pembagian tugas pokok dan kewenangan yang jelas untuk masing-masing
fungsi dalam organisasi.
d. Adanya sistem pengendalian intern yang memadai. Hal ini antara lain tercermin dari
adanya kebijakan dan prosedur yang membantu setiap unit organisasi dalam
Puskesmas untuk melaksanakan kewajibannya dan menjamin bahwa tindakan
pengendalian telah dilakukan untuk mengatasi risiko yang dihadapi dalam mencapai
tujuan dan sasaran organisasi. Kegiatan pengendalian tersebut termasuk serangkaian
kegiatan seperti kewenangan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian terhadap
prestasi kerja, pembagian tugas, serta pengamanan terhadap aset organisasi.

BAB V
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

Pengelolaan sumber daya manusia merupakan pengaturan dan pengambilan kebijakan


yang jelas, terarah dan berkesinambungan mengenai sumber daya manusia pada suatu
organisasi dalam rangka memenuhi kebutuhannya baik pada jumlah maupun kualitas
yang paling menguntungkan sehingga organisasi dapat mencapai tujuan secara efisien,
efektif, dan ekonomis. Organisasi modern menempatkan pegawai pada posisi terhormat
yaitu sebagai aset berharga (brainware) sehingga perlu dikelola sebagaimana mestinya
baik saat penerimaan, selama aktif bekerja maupun setelah purna tugas.
1.    Pegawai Negeri Sipil pada Puskesmas Induk dan Puskesmas Pembantu merupakan
Pegawai Negeri Sipil Daerah.
2.    Pengelolaan kepegawaian sebagaimana dimaksud dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan kepegawaian negara.
3.    Dalam pelaksanaan pengelolaan kepegawaian Puskesmas Induk dan Puskesmas
Pembantu mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah melalui BKD berkoordinasi
kepegawaian Dinas Kesehatan.
4.    Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan yang menerapkan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah dapat mepunyai pegawai
non Pegawai Negeri Sipil.
5.      Pengelolaan pegawai non Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
A. Perkembangan Jumlah SDM
Peningkatan SDM dalam jumlah yang cukup memadai merupakan salah satu kebijakan
manajemen untuk mewujudkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di wilayah
kerja UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI Bandar Lampung dan sekitarnya. Jumlah
SDM disesuaikan dengan tugas, fungsi dan beban kerja yang ada sehingga operasional
puskesmas dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

B. Pengembangan Sumber Daya Manusia


Dari gambaran kondisi sumber daya manusia tersebut di atas, maka program
pengembangan sumber daya manusia UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI lima tahun
ke depan diarahkan pada pemenuhan jumlah SDM agar berada pada rasio yang ideal ,
hal ini juga terkait dengan kelengkapan sarana medis, kecukupan dana, kesiapan
gedung, fasilitas pendukung, dan lain-lain. Selain itu, pengembangan sumber daya
manusia juga diarahkan agar memenuhi kualifikasi SDM sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku agar pelayanan kesehatan kepada
pasien/masyarakat dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pemenuhan kebutuhan
tenaga kerja disesuaikan dengan kebutuhan puskesmas dengan tetap memperhatikan
penempatan pegawai dari Pemerintah Kota Bandar Lampung.

1) Program Pengembangan
Program pengembangan SDM pada UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI dijabarkan
sebagai berikut: .
a. Merintis kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada pengembangan kemampuan SDM
baik tenaga medis, paramedis maupun administrasi melalui kegiatan penelitian,
kegiatan ilmiah, diskusi panel, seminar, simposium, lokakarya, penulisan buku, studi
banding, dll.
b. Meningkatkan standar pendidikan tenaga administratif yang potensial, terutama ke
jenjang S1.

2) Pola Rekruitmen
Dokter, tenaga fungsional dan tenaga administrasi UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI
dapat terdiri dari Pegawai Negeri Sipil maupun tenaga profesional non Pegawai Negeri
Sipil sesuai dengan kebutuhan puskesmas.
Pola rekrutmen SDM baik tenaga medis, paramedis maupun non medis pada UPT
PUSKESMAS LUBUK LANDAI adalah sebagai berikut:
(1) SDM yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pola rekrutmen SDM yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan
Puskesmas dilaksanakan berdasarkan Petunjuk Teknis Pengadaan Calon Pegawai
Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung, dengan tahapan
sebagai berikut:
a. Persiapan Pengadaan Calon PNS
b. Pendaftaran
c. Pelaksanaan Ujian
d. Penentuan kelulusan
e. Pengangkatan
f. Pengendalian dan Pengawasan
g. Ketentuan Lain
(2) SDM yang berasal dari Tenaga Profesional Non-PNS
Pola rekrutmen SDM yang berasal dari tenaga profesional non-PNS dilaksanakan
sebagai berikut:
a. Rekrutmen SDM dimaksudkan untuk mengisi formasi yang lowong atau adanya
perluasan organisasi dan perubahan pada bidang-bidang yang sangat mendesak yang
proses pengadaannya tidak dapat dipenuhi oleh Pemerintah Daerah.
b. Tujuan rekrutmen SDM adalah untuk menjaring SDM yang profesional, jujur,
bertanggung jawab, netral, memiliki kompetensi sesuai dengan tugas yang akan
diduduki sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan serta mencegah terjadinya unsur
KKN (kolusi, korupsi, dan nepotisme) dalam rekrutmen SDM.

DATA KETENAGAAN
DI UPT UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI TAHUN 2013

No. Jenis Ketenagaan Puskesmas Pustu Jumlah Ket.


1 Dokter Umum 1 0 1
2 Dokter Spesialis 0 0 0
3 Dokter Gigi 1 0 1
4 Sarjana Keperawatan 1 0 1
5 Sarjana Kesmas 1 1 2
6 SAA 0 0 0
7 D-III Farmasi 1 0 1
8 Apoteker 0 0 0
9 D-III Fisio Teraphy 0 0 0
10 SPAG / D-III Gizi 1 0 1
11 D-III Perawat Gigi 0 0 0
12 SPRG 1 0 1
13 SPK 2 0 2
14 D-III Perawat 0 0 0
15 D-III Kebidanan 0 2 2
16 D-III Analis 0 0 0
17 D1 Kebidanan 1 1 2
18 Sanitarian 1 0 1
Pekarya
19 0 2 2
Kesehatan/SMA
20 Juru Mudi 0 0 0
2
21 Bidan PTT 0 0 0
Poskel
22 Perawat Kontrak 0 0 0 4
Poskel
Tenaga Sukarela /
23 1 1 2
TKS
Jumlah total 12 7 19

3) Disiplin Pegawai
a)  SDM yang berasal dari PNS
Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk mentaati
kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalm peraturan perundang-
undangan dan atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar akan
dijatuhi hukuman disiplin. Berdasarkan PP No. 53 Tahun 2010 tentang disiplin
Pegawai Negeri Sipil, maka bila terdapat pelanggaran disiplin atau indisipliner, pegawai
negeri sipil yang bersangkutan akan di jatuhi hukuman disiplin sesuai dengan tingkat
hukuman disiplin yang terdiri dari : hukuman disiplin ringan, sedang dan berat.

Adapun jenis hukuman disiplin sesuai dengan tingkatannya dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Jenis hukuman disiplin ringan terdiri atas : teguran lisan, teguran tertulis dan
pernyataan tidak puas secara tertulis.

Jenis hukuman disiplin sedang terdiri atas : penundaan kenaikan gaji berkala selama 1
tahun, penundaan kenaikan pangkat selama 1 tahun dan penundaan pangkat setingkat
lebih rendah selama 1 tahun.

Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam PP no 53 tahun 2010


adalah sebagai berikut : penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 tahun,
pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah, pembebasan dari
jabatan, pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS dan
pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.

 
b.SDM Yang Bukan berasal dari PNS

Jika terdapat pelanggaran disiplin atau indisipliner untuk SDM yag berasal dari non
PNS, maka tindakan atau sanksi yang diberikan sesuai dengan kebijakan dari Pimpinan
BLUD UPT PUSKESMAS LUBUK LANDAI selaku Pimpinan di Unit kerja yang
bersangkutan, dengan petunjuk dan bimbingan dari Kepala Dinas Kesehatan Kota
Bandar Lampung.
BAB VI
KEBIJAKAN

A. Kebijakan Layanan Jasa, Tarif, dan Sistem


1. Standar Pelayanan Minimum (SPM)
Walikota menetapkan Standar Pelayanan Minimum Puskesmas untuk memastikan
bahwa seluruh pelanggan telah memperoleh layanan secara profesional sesuai
standar, yang mencakup kualitas fasilitas, kualitas layanan, pemerataan dan
kesetaraan layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan.
Pejabat Pengelola BLUD harus menetapkan mekanisme pemberian layanan jasa
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemberian jasa
pelayanan kesehatan dilaksanakan oleh staf medis dan tenaga kesehatan lainnya
secara profesional sesuai dengan standar profesi, kompetensi dan pelayanan
medis dalam rangka mencapai kualitas layanan yang dipersyaratkan melalui
penerapan sistem manajemen mutu untuk menjamin kepuasan pelanggan dan seluruh
stakeholders.

2. Tarif Layanan
Walikota menetapkan tarif layanan atas usulan Pejabat Pengelola BLUD melalui
Sekretaris Daerah dengan mempertimbangkan kontinuitas dan pengembangan
layanan, daya beli masyarakat, asas keadilan dan kepatutan dan kompetensi yang
sehat.
Pejabat Pengelola BLUD menetapkan strategi dan kebijakan terhadap pemberian
layanan kesehatan serta melakukan pengawasan atas pelaksanaannya. Oleh
karenanya, Pejabat Pengelola BLUD harus melakukan penghitungan biaya per unit
setiap jenis layanan (cost finding) sebagai dasar pengambilan kebijakan mengenai
penetapan tarif layanan kesehatan, misalnya kebijakan pemberian subsidi tarif layanan
kesehatan kepada pasien tidak mampu. Oleh karenanya, Pejabat Pengelola BLUD
harus melakukan reviu biaya per unit setiap jenis layanan secara berkala.
Pejabat Pengelola melakukan evaluasi kualitas pemberian jasa pelayanan yang
telah dilakukan pada akhir periode sebagai bahan masukan pada periode berikutnya.
3. Sistem Penatausahaan dan Akuntansi Pengelolaan BLUD
Pejabat Pengelola menetapkan pedoman mengenai sistem penatausahaan dan
akuntansi yang diterapkan untuk pengelolaan keuangan dan penyusunan
pertanggungjawaban BLUD sesuai standar akuntansi keuangan yang berlaku dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta disusun berdasarkan pengendalian
internal yang memadai. Selanjutnya Pejabat pengelola Puskesmas menyelenggarakan
sistem penatausahaan dan akuntansi sesuai pedoman yang telah ditetapkan tersebut,
baik secara manual maupun komputerisasi.
Pejabat Pengelola menetapkan organisasi dan pengelola yang berwenang dalam
penatausahaan dan akuntansi pengelolaan keuangan BLUD.
Output sistem berupa laporan keuangan BLUD, khususnya pada akhir semester dan
akhir tahun dikonsolidasikan dengan laporan keuangan pemerintah daerah sesuai
Standar Akuntansi Pemerintahan yang berlaku.
 4.      Remunerasi
Walikota menetapkan Remunerasi atas usulan Pejabat BLUD melalui Kepala Dinas
Kesehatan Kota yang diberikan dalam bentuk gaji, tunjangan tetap, honorarium,
insentif, bonus atas prestasi, pesangon dan/atau pension. Adapun faktor-faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam pengelolaan Remunerasi adalah :
a.    Jumlah aset yang dikelola BLUD, tingkat pelayanan, serta produktivitas
b.    Pertimbangan persamaannya dengan industri pelayanan sejenis
c.    Kemampuan Pendapatan BLUD
d.    Kinerja Operasional BLUD dengan mempertimbangkan antara lain Indikator keuangan,
pelayanan, mutu dan manfaat bagi masyarakat.
Remunerasi pejabat pengelola BLUD dan pegawai BLUD diberikan berdasarkan
indikator penilaian:
a. pengalaman dan masa kerja
b. jabatan yang disandang
c. resiko kerja
d. tingkat kegawatdaruratan
e. Ketrampilan, ilmu pengetahuan dan perilaku
f. Hasil/capaian Kinerja
.
B. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan dan Limbah

Limbah puskesmas meliputi semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan puskesmas
dalam bentuk padat, cair dan gas, merupakan bahan yang tidak berguna, tidak
digunakan atau terbuang. Limbah puskesmas dapat dibedakan menjadi limbah medis
dan non medis.

Limbah cair terdiri dari semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari puskesmas
yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif
yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
Limbah klinis berupa limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan gigi,
veterany, farmasis atau yang sejenis, pengobatan, perawatan, yang menggunakan
bahan-bahan yang beracun, infeksius, berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika
dilakukan dengan pengamanan tertentu.

BAB VII
PROSES TATA KELOLA
A. Pengangkatan dan Pemberhentian Pejabat Pengelola
(Permendagri Nomor 61 tahun 2007 pasal 34, 35, 36, 37)
1     Pejabat Pengelola diangkat dan diberhentikan oleh Walikota.
2     Pejabat Pengelola dan Pegawai BLUD dapat berasal dari pegawai negeri sipil
dan/atau tenaga profesional non pegawai negeri sipil sesuai dengan kebutuhan BLUD.
3     Syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLUD
yang berasal dari pegawai negeri sipil disesuaikan dengan ketentuan perundangan-
undangan di bidang kepegawaian.
4     Pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan Pegawai BLUD yang berasal
dari tenaga profesional non pegawai negeri sipil dilaksanakan berdasarkan peraturan
yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota setelah mendapat persetujuan
Walikota.
5     Pengangkatan dalam jabatan dan penempatan pejabat pengelola BLUD ditetapkan
berdasarkan kompetensi dan kebutuhan praktik bisnis yang sehat. Kompetensi
merupakan kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh pejabat pengelola BLUD
berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas. Kebutuhan praktik bisnis yang sehat merupakan kesesuaian antara
kebutuhan jabatan, kualitas dan kualifikasi dengan kemampuan keuangan BLUD.
6     Pemilihan Pejabat Pengelola dilakukan dengan mekanisme uji kelayakan dan
kepatutan (fit and proper test) yang dilakukan secara transparan, profesional, mandiri,
dan dapat dipertanggung-jawabkan.
7     Masa jabatan anggota Pejabat Pengelola ditetapkan selama 3 (tiga) sampai 5
(lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
8     Pejabat Pengelola diberhentikan oleh Walikota setelah masa jabatannya habis.
9     Pejabat Pengelola dapat diberhentikan sebelum habis masa jabatannya oleh
Walikota, apabila terbukti:
9.1.1     Tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.
9.1.2     Tidak melaksanakan ketentuan Undang-undang.
9.1.3     Terlibat dalam tindakan yang merugikan BLUD, dan
9.1.4     Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana kejahatan
dan/atau yang berkaitan dengan tugasnya dalam melaksanakan pengurusan atas
BLUD.
10  Rencana pemberhentian dengan alasannya sebagaimana dimaksud dalam point 9
diberitahukan secara tertulis oleh Walikota kepada anggota Pejabat Pengelola yang
bersangkutan.
11  Keputusan pemberhentian ditetapkan setelah yang bersangkutan diberi kesempatan
membela diri secara tertulis dan disampaikan kepada Walikota paling lambat dalam
jangka waktu satu bulan terhitung sejak Pejabat Pengelola yang bersangkutan
diberitahu secara tertulis.
12  Selama rencana pemberhentian masih dalam proses maka Pejabat Pengelola yang
bersangkutan dapat menjalankan tugasnya namun tidak boleh membuat
keputusan/kebijakan strategis.
13  Jika dalam jangka waktu dua bulan terhitung sejak tanggal penyampaian pembelaan
diri Walikota tidak memberikan keputusan pemberhentian Pejabat Pengelola tersebut,
maka rencana pemberhentian tersebut menjadi batal.
14  Kedudukan sebagai Pejabat Pengelola berakhir dengan dikeluarkannya
keputusan pemberhentian oleh Walikota.

B. Program Pengenalan
1 Pejabat Pengelola yang baru wajib diberikan program pengenalan mengenai BLUD
Puskesmas.
2 Tanggung jawab untuk mengadakan program pengenalan Pejabat Pengelola yang
baru berada pada Pimpinan BLUD (Kepala UPT Puskesmas).
3 Program pengenalan meliputi:
3.1 Pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik pada BLUD Puskesmas.
3.2     Gambaran mengenai BLUD Puskesmas berkaitan dengan tujuan, sifat dan lingkup
kegiatan, kinerja keuangan dan operasional, strategi, dan masalah-masalah strategis
lainnya.
4.2     Keterangan berkaitan dengan kewenangan yang didelegasikan, audit internal dan
eksternal, sistem dan kebijakan pengendalian internal.
4.3     Keterangan mengenai tugas dan tanggung jawab Pejabat Pengelola.

C. RSB dan RBA


1. Pejabat Pengelola wajib menyusun Rencana Strategis Bisnis (RSB) lima tahunan dan
Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) tahunan yang merupakan penjabaran RSB yang
telah disahkan dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kota Bandar Lampung.
2. Dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sebelum berakhirnya RSB, Pejabat Pengelola
wajib menyampaikan rancangan RSB periode berikutnya.
3. Pejabat Pengelola wajib menyampaikan RBA yang telah disetujui DPRD kepada
PPKD untuk dimintakan pengesahan menjadi DPA selambat-lambatnya bulan
Desember tahun anggaran yang bersangkutan.
4. Walikota melalui Sekretaris Daerah, PPKD, Tim Anggaran Eksekutif memberikan
masukan-masukan penyusunan RSB dan RBA, serta melakukan pembahasan bersama
dengan Pejabat Pengelola sebelum memberikan persetujuannya.
5.    Pejabat Pengelola bertanggung jawab atas pelaksanaan RSB dan RBA serta
melaksanakan evaluasi dan pengendaliannya.
6.    Perubahan RBA yang melampaui ambang batas maksimal harus disetujui oleh
Walikota, dan dilakukan melalui mekanisme perubahan APBD.
7.    Walikota melalui Sekretaris Daerah memantau pelaksanaan RBA dan
kesesuaiannya dengan RSB, serta memberikan masukan-masukan dalam upaya
pencapaiannya.

D. Pendelegasian Wewenang
1 Pendelegasian sebagian kewenangan Pejabat Pengelola kepada Kepala
Instalasi/Unit diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan pertimbangan untuk
menunjang kelancaran tugas dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
2 Kepala Instalasi harus melaksanakan wewenang yang didelegasikan tersebut dengan
penuh tanggungjawab dan memberikan laporan pelaksanaannya secara berkala
kepada Pejabat Pengelola.
3 Pendelegasian wewenang dikaji secara periodik untuk disesuaikan dengan tuntutan
perkembangan puskesmas.
4 Pendelegasian wewenang yang dilakukan tidak melepaskan tanggung jawab pejabat
pengelola.
E. Pengambilan Keputusan
1 Semua keputusan dalam rapat dilakukan berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
2 Setiap keputusan yang diambil harus memperhatikan kepentingan stakeholders
puskesmas, risiko yang melekat, dan kewenangan yang dimiliki oleh setiap pengambil
keputusan.
3 Hak mengemukakan pendapat dijunjung tinggi dalam upaya memberikan masukan
peningkatan kinerja Puskesmas.
4. Keputusan-keputusan yang mengikat dapat pula diambil tanpa diadakan rapat,
asalkan keputusan itu disetujui secara tertulis.
5 Walikota dan Pejabat Pengelola harus konsisten dalam menjalankan keputusan-
keputusan yang telah ditetapkan.

F. Akuntansi dan Pelaporan


1 Direktur menyampaikan laporan keuangan BLUD Puskesmas sebagai SKPD (Entitas
Akuntansi) secara berkala setiap semester dan tahunan kepada Walikota dengan
tembusan PPKD.
1.1 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja atau Laporan Operasional
Semester Pertama disertai dengan prognosis untuk enam bulan berikutnya sebagai
hasil pelaksanaan anggaran yang menjadi tanggungjawabnya.
1.2 Laporan disiapkan oleh Pejabat Keuangan BLUD Puskesmas dan disampaikan kepada
Pimpinan BLUD selaku Pengguna Anggaran untuk ditetapkan sebagai laporan realisasi
anggaran pendapatan dan belanja atau laporan operasional semester pertama serta
prognosis untuk enam bulan berikutnya paling lama lima belas hari kerja setelah
semester pertama tahun anggaran berkenaan berakhir.
1.3     Pejabat Pengelola Puskesmas menyampaikan laporan realisasi anggaran pendapatan
dan belanja atau laporan operasional semester pertama BLUD Puskesmas serta
prognosis untuk enam bulan berikutnya kepada Walikota melalui PPKD sebagai dasar
penyusunan laporan realisasi APBD semester pertama paling lambat duapuluh hari
kerja setelah semester pertama tahun anggaran berkenaan berakhir.
1.4     Pejabat Keuangan BLUD Puskesmas menyiapkan laporan keuangan puskesmas
tahun anggaran berkenaan dan disampaikan kepada Pejabat Pengelola Puskesmas
untuk ditetapkan sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran SKPD.
1.5     Laporan keuangan BLUD puskesmas tahunan terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran
atau Laporan Operasional, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan
Keuangan. Laporan keuangan BLUD Puskesmas tersebut dilampiri dengan surat
pernyataan Pejabat Pengelola Puskesmas bahwa pengelolaan keuangan BLUD yang
menjadi tanggungjawabnya telah diselenggarakan dengan sistem pengendalian intern
yang memadai dan standar akuntansi keuangan dan pemerintahan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Laporan Keuangan BLUD setidak-tidaknya terdiri dari:
1.6.1 Laporan realisasi anggaran/laporan operasional yang berisi informasi jumlah
pendapatan dan biaya BLUD selama satu periode.
1.6.2 Neraca yang menggambarkan posisi keuangan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas
dana pada tanggal tertentu.
1.6.3 Laporan arus kas yang menyajikan informasi kas berkaitan dengan aktivitas
operasional, investasi, dan aktivitas pendanaan dan / atau pembiayaan yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir kas selama
periode tertentu; dan
1.6.4 Catatan atas laporan keuangan yang berisi penjelasan naratif atau rincian dari angka
yang tertera dalam laporan keuangan disertai laporan mengenai kinerja.
1.6     Laporan keuangan BLUD Puskesmas tahunan disampaikan kepada Walikota melalui
PPKD paling lambat satu bulan setelah tahun anggaran berakhir.
1.7     Laporan keuangan BLUD disampaikan secara berkala kepada Walikota melalui PPKD,
untuk dikonsolidasikan dengan laporan pemerintah daerah secara berkala paling
lambat dua bulan setelah periode pelaporan berakhir. Laporan keuangan BLUD
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan pertanggungjawaban keuangan
pemerintah daerah.
2 Setiap transaksi keuangan BLUD harus diakuntansikan dan dokumen pendukungnya
dikelola secara tertib.
3 Akuntansi dan pelaporan keuangan BLUD disusun berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. Dalam rangka
konsolidasi dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah terlebih dulu harus
dilakukan penyesuaian atau dikonversikan ke Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
dan mengacu pada Permendagri nomor 13 Tahun 2006.
4 Pejabat Pengelola wajib mengungkapkan informasi penting dalam Laporan Tahunan
dan Laporan Keuangan Puskesmas sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku secara tepat waktu, akurat, jelas dan obyektif.
5 Selain penyampaian laporan keuangan untuk tujuan internal maupun eksternal, Pejabat
Pengelola menetapkan ketentuan dan mekanisme penyampaian laporan non keuangan
atau laporan kinerja sebagai pertanggungjawaban setiap bidang dalam suatu sistem
pengendalian internal yang memadai.

G. Penilaian Kinerja
1. Walikota menilai kinerja puskesmas dan Pejabat Pengelola melalui mekanisme yang
telah ditetapkan.
2. Kinerja puskesmas yang dinilai sesuai dengan sasaran berikut indikator kinerja
keberhasilan sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategis Bisnis yang dilaporkan
secara berkala.
3. Penilaian kinerja puskesmas dilakukan secara berkala dan dapat menjadi dasar
pertimbangan Walikota untuk memutuskan peningkatan/penurunan atau pencabutan
status BLUD Puskesmas.
4. Kinerja Pejabat Pengelola dievaluasi secara berkala pada setiap akhir tahun anggaran
atau sewaktu-waktu apabila dibutuhkan oleh Walikota dengan menggunakan kriteria
penilaian yang umum berlaku dalam puskesmas.
5. Pejabat Pengelola Puskesmas menetapkan tolok ukur kinerja masing-masing pengelola
program untuk mendukung kinerja puskesmas.
6. Penilaian kinerja terhadap bidang dilakukan setiap tahun dan dilakukan secara
transparan.
H. Pengendalian Internal
1 Pejabat Pengelola harus menetapkan Sistem Pengendalian Internal
yang efektif untuk mengamankan investasi dan aset puskesmas, serta membantu
manajemen dalam hal:
1.1 Upaya-upaya mengamankan harta kekayaan (safe guarding of assets);
1.2 Menciptakan keakuratan data akuntansi;
1.3 Menciptakan efisiensi dan produktivitas; dan
1.4 Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen dalam penerapan praktek bisnis yang
sehat
2 Sistem Pengendalian Internal antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut :
2.1 Lingkungan Pengendalian Internal yang disiplin dan terstruktur, yang terdiri dari:
2.1.1 Integritas, nilai etika dan kompetensi pegawai
2.1.2 Filosofi dan gaya manajemen;
2.1.3 Cara yang ditempuh manajemen dalam melaksanakan kewenangan dan tanggung
jawabnya;
2.1.4 Pengorganisasian dan pengembangan sumber daya manusia;
2.1.5 Perhatian dan arahan yang dilakukan oleh Pejabat Pengelola
2.2 Pengkajian dan Pengelolaan Risiko, yaitu suatu proses untuk mengidentifikasi,
menganalisis, menilai dan mengelola risiko usaha relevan;
2.3 Aktivitas Pengendalian, yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan dalam suatu proses
pengendalian terhadap kegiatan puskesmas pada setiap tingkat dan unit dalam
struktur organisasi, antara lain mencakup kebijakan dan prosedur yang membantu
manajemen melaksanakan kewajibannya dan menjamin bahwa tindakan penting
dilakukan untuk mengatasi risiko yang dihadapi dalam mencapai sasaran puskesmas.
Kegiatan pengendalian termasuk serangkaian kegiatan seperti kewenangan,
otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian atas prestasi kerja, pembagian tugas dan
keamanan terhadap asset puskesmas.
2.4 Sistem Informasi dan Komunikasi, yaitu suatu proses penyajian laporan keuangan
mengenai kegiatan operasional, finansial, dan ketaatan atas ketentuan dan peraturan
yang berlaku pada puskesmas, yang memungkinkan Pejabat Pengelola dan
Manajemen untuk menjalankan dan mengendalikan kegiatan usahanya. Laporan tidak
hanya berhubungan data internal, tetapi juga informasi tentang kejadian eksternal,
kegiatan dan kondisi penting untuk menginformasikan pengambilan keputusan dan
laporan eksternal.
2.5 Monitoring, yaitu proses penilaian terhadap kualitas sistem pengendalian internal,
termasuk fungsi audit internal pada setiap tingkat dan unit struktur organisasi
puskesmas, sehingga dapat dilaksanakan secara optimal, dengan ketentuan bahwa
penyimpangan yang terjadi dilaporkan kepada Pejabat Pengelola dan tembusannya
kepada Dewan Pengawas.

I. Pengadaan Barang dan Jasa


1. Pengadaan barang dan jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip efisien, efektif,
transparan, bersaing, adil/tidak diskriminatif, akuntabel dan praktik bisnis yang sehat.
2. Pejabat Pengelola Puskesmas menetapkan mekanisme pengadaan barang dan jasa
dengan memperhatikan pemerataan kesempatan berusaha, ketentuan perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip pengendalian yang memadai.
3. Pengadaan Barang dan Jasa dilaksanakan oleh pelaksana pengadaan yang dapat
berbentuk pejabat, tim/panitia atau unit yang dibentuk oleh Pejabat Pengelola
Puskesmas yang ditugaskan secara khusus untuk melaksanakan pengadaan barang
dan / atau jasa guna keperluan BLUD Puskesmas.
4. Pelaksana pengadaan terdiri dari personil yang memahami tatacara pengadaan,
substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan dan
membuat laporan pelaksanaan tugasnya secara berkala kepada pejabat pengelola.

J. Informasi dan Komunikasi


1. Pemerintah Kota, Pejabat Pengelola, dan stakeholders lainnya berhak memperoleh
informasi yang lengkap dan akurat mengenai puskesmas secara proporsional.
2. Pejabat Pengelola bertanggungjawab untuk memastikan agar informasi mengenai
puskesmas diberikan kepada Walikota dan stakeholders lainnya secara tepat waktu
dan lengkap.
3. Pejabat Pengelola Puskesmas melakukan komunikasi secara efektif dengan sesama
Pejabat Pengelola, dan Walikota melalui media komunikasi yang tepat dan efisien.
4. Pejabat Pengelola Puskesmas menetapkan kebijakan mengenai komunikasi dan
pengelolaan informasi termasuk klasifikasi kerahasiaan informasi.
K. Pelaksanaan Audit
1 Pelaksanaan audit atas pertanggungjawaban pengelolaan keuangan BLUD Puskesmas
dilakukan oleh BPK sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau
dengan persetujuan Walikota dapat meminta BPKP Perwakilan Provinsi Lampung untuk
melakukan audit. Audit terhadap laporan keuangan puskesmas oleh Auditor Eksternal
tersebut bertujuan untuk memberikan pendapat atas kewajaran penyajian laporan
keuangan secara independen dan profesional.
2 Puskesmas harus menyediakan semua catatan akuntansi dan data penunjang yang
diperlukan oleh Auditor Eksternal.
3 Auditor Eksternal menyampaikan laporan hasil audit kepada Walikota dan Pejabat
Pengelola Puskesmas secara tepat waktu.
4 Pejabat Pengelola Puskesmas menindak lanjuti laporan hasil audit yang dilaksanakan
Auditor Eksternal dan melaporkan perkembangan tindak lanjut tersebut kepada
Walikota melalui Kepala Dinas Kesehatan.
5 Walikota melalui Kepala Dinas Kesehatan memantau perkembangan tindak lanjut atas
laporan hasil audit Auditor Eksternal.
6 Inspektorat Kota Bandar Lampung sesuai tupoksinya melakukan audit kinerja atas
penyelenggaraan dan pengelolaan BLUD Puskesmas secara berkala sesuai PKPT
yang disusun. Hasil audit atas kinerja dilaporkan kepada Walikota dan Pejabat
Pengelola Puskesmas secara tepat waktu.
7 Tindak lanjut atas rekomendasi hasil audit kinerja menjadi tanggung jawab Pejabat
Pengelola Puskesmas dan melaporkan perkembangan tindak lanjut tersebut kepada
Walikota melalui Kepala Dinas Kesehatan Kota.

L. Pemantauan Ketaatan Tata Kelola


1. Pemantauan ketaatan atas pelaksanaan tata kelola penyelenggaraan BLUD
Puskesmas menjadi tugas dan wewenang Satuan Pengawas Internal. Dalam hal
Satuan Pengawas Internal belum dibentuk, tanggung jawab pemantauan tersebut
menjadi tanggung jawab Pejabat Pengelola Puskesmas yang didelegasikan ke masing-
masing Pengelola Keuangan dan Teknis.
2. Pejabat Pengelola Puskesmas menetapkan rapat Pengelola secara berkala minimal 1
(kali) sebulan untuk melakukan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan tata kelola
BLUD Puskesmas. Rapat Pengelola tersebut , bila dipandang perlu, dapat mengundang
Kepala Dinas Kesehatan Kota atau yang mewakili untuk mengadakan rapat bersama.
3. Risalah rapat harus dibuat setiap menyelenggarakan rapat dan penyusunannya
memperhatikan dinamika rapat termasuk adanya dissenting comments (perbedaan
pendapat) yang sampai dengan berakhirnya rapat tidak diperoleh kata sepakat.
4. Risalah asli harus didokumentasikan dan disimpan oleh Pejabat Keuangan
puskesmas (pihak yang diberi wewenang) dan harus selalu tersedia bila diperlukan.
M. Hubungan dengan Stakeholders
1. Pengguna Jasa
1.1 Puskesmas menghormati hak-hak pasien selaku pengguna jasa sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1.2 Puskesmas memenuhi komitmennya kepada pengguna jasa sesuai standar layanan
yang telah ditetapkan.
1.3 Penanganan keluhan pengguna jasa dilakukan secara profesional melalui mekanisme
yang baku dan transparan.
2. Mitra Usaha
2.1 Mitra usaha meliputi rekanan, BPJS Kesehatan asuransi kesehatan lainnya, serta
pihak ketiga lainnya.
2.2 Puskesmas menjalin kerjasama dengan mitra bisnis dilandasi dengan itikad baik,
saling menguntungkan, akuntabilitas, transparansi, kewajaran dan tidak merugikan
stakeholders serta dituangkan dalam kesepakatan secara tertulis.
2.3 Kerjasama Puskesmas dengan mitra usaha dapat berupa transaksi jual beli
barang dan/atau jasa serta Kerja Sama Operasional (KSO) dalam bentuk kerjasama
pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelatihan, pembangunan gedung,
pemanfaatan alat kedokteran dan kerjasama lainnya yang sah.
2.4 Puskesmas dan mitra bisnis bermitra secara profesional dengan mematuhi setiap
kesepakatan yang telah dituangkan dalam kontrak kerjasama.

3. Pegawai
3.1 Pegawai puskesmas yang terdiri dari tenaga medis, tenaga paramedis, dan
tenaga lainnya adalah aset yang sangat berharga, maka puskesmas berkewajiban
meningkatkan kompetensi dan karakternya. Puskesmas dapat memberikan
penghargaan yang pantas kepada pegawai yang berprestasi. Dalam hal adanya terjadi
masalah yang menyangkut tuntutan pasien terhadap tenaga medis/paramedis,
puskesmas berkewajiban memberikan bantuan hukum yang diperlukan. Hubungan
antara tenaga medis/paramedis dan non medis dengan pihak puskesmas diatur lebih
lanjut dengan Keputusan Pejabat Pengelola Puskesmas.

3.2 Setiap kebijakan puskesmas yang terkait dengan pegawai disusun secara
transparan, mengakomodasi kepentingan pegawai dan peraturan perundang-
undangan yang terkait.
3.3 Surat Keputusan (SK) Pengangkatan Pegawai atau perjanjian dengan pegawai dibuat
secara tertulis dengan memuat hak dan kewajiban setiap pihak secara jelas.
3.4 Sistem penilaian kinerja pegawai ditetapkan dan dilaksanakan secara adil dan
transparan.
3.5 Puskesmas menciptakan kondisi kerja dengan selalu memperhatikan tingkat kesehatan
dan keselamatan kerja pegawai.
3.6 Dalam melaksanakan hubungan kerja dengan pegawai, puskesmas menghormati
hak asasi serta hak dan kewajiban pegawai sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
3.7 Puskesmas memberi kesempatan yang sama tanpa membedakan senioritas, gender,
suku, agama, ras, dan antar golongan.

4. Pemerintah Selaku Regulator


4.1 Puskesmas harus mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan kegiatan puskesmas baik yang menyangkut layanan jasa, pegawai,
pelanggan, masyarakat sekitar, lingkungan, sesama pelaku usaha, perpajakan,
perbankan dan lain-lain.
4.2 Puskesmas selalu berusaha untuk menjalin hubungan yang harmonis dan konstruktif
atas dasar kejujuran terhadap regulator serta penyelenggara negara lainnya.
4.3 Puskesmas mendukung penerimaan negara dan daerah baik langsung maupun
tidak langsung sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4.4 Puskesmas akan selalu meningkatkan kualitas layanan dalam upaya memberikan
kontribusi terhadap pembangunan pelayanan Kesehatan di wilayah kerja UPT
PUSKESMAS LUBUK LANDAI.

5. Masyarakat Sekitar dan Lingkungan


5.1 Puskesmas memegang teguh asas kepedulian dan keadilan terhadap masyarakat
sekitar lingkungan operasional puskesmas.
5.2 Puskesmas memastikan bahwa dalam kegiatan usaha untuk pelayanan kesehatan,
telah memenuhi baku mutu yang ditetapkan dan senantiasa mempertimbangkan aspek
lingkungan lainnya yang terkait.
5.3 Puskesmas selalu berusaha mendorong munculnya kebutuhan masyarakat atas
kesehatan lingkungan serta pengelolaan sampah medis secara khusus dalam
upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.

N. Tanggung Jawab Sosial Puskesmas

1. Puskesmas harus melaksanakan fungsi sosial tanpa mempengaruhi mutu


pelayanan yang disediakan, antara lain berpartisipasi dalam penanggulangan
bencana alam nasional atau lokal dan melakukan misi kemanusiaan puskesmas.
2. Pengelola menetapkan dan menjalankan program yang terkait dengan
tanggung jawab sosial puskesmas secara periodik dan melaporkannya
kepada Walikota.
3. Pengelola harus memastikan bahwa puskesmas selalu berupaya
mempedulikan kelestarian lingkungan alam dan lingkungan sosialnya sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII
KODE ETIK
Dalam menjalankan BLUD Puskesmas yang berhubungan dengan lingkungan internal
maupun eksternal, rumah sakit memiliki Kode Etik Puskesmas yang berpedoman
kepada Kode Etik Puskesmas Indonesia (KODERSI) dan etika profesi tenaga
kesehatan dan harus senantiasa menjunjung tinggi etika yang telah ditetapkan.

Setiap insan puskesmas wajib menjunjung tinggi nilai-nilai etika yang dibangun dalam
puskesmas. Budaya organisasi dan budaya kerja yang dibangun untuk menjaga
berlangsungnya lingkungan kerja harus berlandaskan etika yang berlaku seperti
profesional, jujur, terbuka, peduli, dan tanggap terhadap setiap kegiatan rumah sakit
serta kepentingan pihak stakeholders. Budaya organisasi dan budaya kerja
dikembangkan untuk memotivasi pegawai dalam bekerja. Seluruh insan puskesmas
harus menerapkan budaya organisasi dan budaya kerja yang berlandaskan etika
puskesmas secara konsisten dan pelaksanaannya harus dilakukan evaluasi secara
periodik.

Sistem nilai yang mencakup nilai-nilai (value), budaya kerja, budaya organisasi, etika
kerja, etika usaha, dan etika profesi lebih lanjut diatur dalam Pedoman Perilaku
sebagai Kode Etik Puskesmas yang ditetapkan dengan Surat KeputusanKepala UPT
Puskesmas.

BAB IX
PENUTUP

1. Seluruh kebijakan Puskesmas harus berpedoman pada dan tidak bertentangan


dengan Pola Tata Kelola ini. Kebijakan puskesmas tidak terbatas pada Surat
Keputusan Walikota, Surat Edaran Kepala Dinas Kesehatan, dan seluruh Buku
Pedoman Puskesmas. Kebijakan Puskesmas yang telah diterbitkan dan bertentangan
dengan Pedoman Tata Kelola ini wajib disesuaikan.
2. Pola Tata Kelola ini ditelaah dan dimutakhirkan secara berkala untuk disesuaikan
dengan fungsi, tanggung jawab, dan wewenang organ-organ puskesmas serta
perubahan lingkungan yang terjadi.
3. Setiap perubahan terhadap Pola Tata Kelola harus disetujui oleh Walikota.
4. Hal-hal lain yang tidak dimuat dalam pedoman ini tetap mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
5. Pola Tata Kelola ini dinyatakan berlaku efektif sejak ditetapkan oleh Walikota Bandar
Lampung.

Anda mungkin juga menyukai