Tubercullosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman/bakteri Mycobacterium
Tubercullosis. Umumnya TB menginfeksi paru, namun demin dapat juga menginfeksi ginjal, liver,
otak dan tulang. Bakteri M.TBC merupakan bakteri tahan asam. M. Tuberculosis dapat hidup di
tempat yang gelap pada sputum sampai waktu berbulan-bulan, tetapi hanya dapat hidup beberapa
jam saja di bawah sinar matahari. Penyebaran/penularan TB dilakukan secara droplet (percikan)
dengan sumber penularan adalah penderita TB positif.
Patofisiologi
Kuman TB masuk ke dalam saluran pernapasan. Selanjutnya terjadi respon imunitas oleh tubuh
dimana kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil dan selanjutnya oleh makrofag.
Kuman TB yang mencapai permukaan alveolus membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit PMN
akan tampak pada lokasi tersebut kemudian memfagosit bakteri. Selanjutnya leukosit ini akan
digantikan oleh makrofag.
Bila kuman menetap di jaringan paru akan membentuk sarang atau biasa disebut dengan komplek
ghon. Selanjutnya di sarang primer timbul peradangan pada saluran getah bening serta diikuti
pembesaran KGB. Proses ini dapat memakan waktu 3-8 minggu. Selajutnya pada komplek primer ini
dapat menjadi sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat, sembuh dengan sedikit meninggalkan
bekas berupa garis-garis fibrosis, atau dapat berkomplikasi dan menyebar.
Kuman juga dapat masuk melalui saluran GI, jaringan limfa, orofaring, serta kulit. Terjadi
limfadenopati regional kemudian bakteri masuk ke dalam vena, dan menjalar ke seluruh organ
seperti paru, otak, ginjal dan tulang. Jenis penyebaran ini dikenal juga sebagai penyebaran
limfohematogen.
Etiologi
Penyakit TB paru disebabkan oleh kuman M.TBC. Faktor resiko penyakit TB paru di antaranya :
(1) Lansia
(2) Pasien dengan penyakit immunocompromised misal HIV AIDS
(3) Pengguna obat-obat IV da alkoholik
(4) Kontak erat dengan penderita TB
(5) Individu yang tinggal di daerah yang padat dan kumh
(6) Individu dengan penyakit bawaan sebelumnya misal DM, gagal ginjal, maupun malnutrisi
Klasifikasi
(1) TB Primer : infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB
(2) TB sekunder : Umumny aterjadi setelah beberapa bulan maupun tahun sesudah infeksi
primer
Manifestasi Klinis
Komplikasi
Pemeriksaan Diagnostik
• Sinar X dada menunjukkan nodula lesi, infiltrasi berpetak, pembentukan rongga, jaringan
parut, dan endapan kalsium
• Uji kulit tuberkulin mendeteksi paparan TB. 5 unit tuberkulin diinjeksikan secara intradermal
di lengan atas. Hasil uji dibaca dalam waktu 48 sampai 72 jam.
• Pewarnaan (stain) dan kultur (sputum, CSS, urin, drainase dari abses atau cairan pleural)
menunjukkan basilus yang sensitif terhadap panas , aerobik, dan acid-fast
• CT Scan atau MRI mengevaluasi kerusakan paru-paru atau memastikan diagnosis yang sulit
• Bronkoskopi dilakukan jika pasien tidak bisa menghasilkan spesimen sputum yang
mencukupi
Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan berupa menjaga kebersihan dan memiliki ventilasi yang baik pada
tempat tinggal. Kemudian, pemberian vaksin BCG. Pada penderita TB yang dirawat di rumah sakit
dirawat di ruangan khusus (ruang isolasi)
Penatalaksanaan
Penanganan meliputi terapi tuberkular dengan dosis oral isoniazid, rifampisin, dan pyrazinamid (dan
kadang-kadang ethambutol) setiap hari selama setidaknya 6 bulan. Rangkaian yang lebih panjang
mungkin dibutuhkan pasien yang menderita AIDS atau pasien yang responnya melambat
Hasil Pengobatan
• Sembuh :
Bila hasil hasil pem. ulang dahak (follow up) paling sedikit 2 kali berturut-turut negatif, salah
satu diantaranya haruslah pemeriksaan pada akhir pengobatan.
• Pengobatan Lengkap :
Penderita telah selesai pengobatan secara lengkap, tapi tidak ada pemeriksaan ulang dahak,
khususnya pada akhir pengobatan.
• Gagal:
• Px dahak (+) yg tetap (+) atau kembali (+) pd akhir bl ke-5 atau lbh.
• Px dahak (-) Rö (+) menjadi dahak (+) pada akhir bl ke-2 pengobatan
• Drop-out :
Pengobatan TB terbagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan).
Jenis obat yang direkomendasikan oleh WHO yaitu Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Sreptomisin,
dan Etambutol
Diagnosa Keperawatan
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebuthan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
Intervensi
Dx. 1
KH : pasien dapat mempertahankan jalan nafas dan mengeluarkan sekret tanpa bantuan
Intervensi :
• Kaji fungsi pernafasan contoh bunyi nafas, kecepatan, irama, dan kelemahan dan
penggunaan otot bantu
• Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa batuk efektif, catat karakter, jumlah
sputum, adanya hemoptisis.
Dx. 2
KH : menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuaat, AGD dalam rentang normal,
bebas dari gejala distres pernapasan
Intervensi
• Kaji dispnea, takipne, peningkatan upaya pernapasan, terbatasanya ekspansi dinding dada
• Evaluasi tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan warna kulit termasuk membran
mukosa dan kuku
Dx. 3
Intervensi :
Kuis :
1. Penularan TB disebabkan oleh..
a. Bersentuhan
b. Keringat
c. Droplet
d. Darah
2. Tn. A usia 56 tahun tahun merupakan penderita TB. Tn. A merasa sesak nafas, RR : 28x/m.
Pemeriksaan auskultasi didapatkan ronchi di kedua lobus paru.
Prioritas tindakan yang paing tepat pada kasus tersebut yaitu..
a. Berikan nebulasi
b. Lakukan suction
c. Periksa AGD
d. Lakukan fisioterapi dada
3. Tn. H usia 44 tahun merupakan penderita TB, datang ke RS dengan keluhan sesak dan batuk berdahak.
Pasien mengeluh sulit mengeluarkan dahak. Terdapat suara nafas tambahan ronchi, RR : 30x/m.
Masalah keperawatan pada kasus tersebut adalah..
a. Bersihan jalan nafas tidak efetif
b. Gangguan pertukaran gas
c. Pola nafas tidak efektif
d. Intoleransi aktivitas
4. Ny. C usia 30 tahun datang ke IGD mengeluh sesak nafas dan batuk bercampur dengan darah. Selain
itu pasien mengeluh berkeringat di malam hari dan merasa demam. BB pasien juga mengalami
penurunan.
Apakah kemungkinan kuman penyebab pada kondisi pasien tersebut?
a. Stapyloccus aureus
b. Pseudomonas aeroginase
c. Streptococcus pneumonia
d. M. Tubercullosis