2021 A. Definisi dan Ruang Lingkup Filsafat Kata Filsafat berasal dari bahasa yunani. Kata ini berasal dari kata philosophia yang berarti cinta ilmu pengetahuan. Terdiri dari philos yang berarti cinta, senang dan suka serta kata Sophia berarti pengetahuan,hikmah dan kebijaksanaan (Ali, 1986:7). Menurut pengertian awalnya dari zaman Yunani Kuno, filsafat itu berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu, sophia tidak hanya kearifan, tetapi juga kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat, sampai kepandaian perajin dan kecerdikan dalam memutuskan soal- soal praktis. Berfilsafat artinya berpikir, olah pikir. Namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. T.G.S Mulia dan K.A.H. Hidding, dalam Encylopedi Indonesia, menengarai bahwa pada mulanya istilah filsafat dicampuradukkan dengan ilmu pengetahuan. Akan tetapi, dengan bertambahnya masalah yang dipecahkan dalam berbagai lapangan, menyebabkan setiap lapangan menjadi suatu ilmu pengetahuan, yang melepaskan diri dari filsafat. Namun demikian, bila suatu waktu ilmu pengetahuan tidak lagi bisa menjawab sesuatu persoalan, meskipun nilai kebenaran yang dicapai bersifat positif tetapi selalu relative maka, diserahkan kembali pemecahannya kepada filsafat. Horold Titus, mengemukakan pengertian filsafat sebagai berikut : 1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara kritis. 2. Filsafat yaitu suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi. 3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.\ 4. Filsafat adalah analisis logis dari bahasan dan penjelasan tentang arti konsep. 5. Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat perhatian manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat (jalaluddin dan Said, 1994:9 ). Kebenaran filsafat adalah kebenaran yang relative. Artinya kebenaran itu sendiri selalu mengalami perkembangan sesuai dengan perubahan zaman dan peradaban manusia. Bagaimanapun penilaian tentang suatu kebenaran yang dianggap benar itu tergantung pada ruang dan waktu. Apa yang diagap benar oleh masyarakat atau bangsa lain, belum tentu akan dinilai sebagai suatu kebenaran oleh masyarakat atau bangsa lain. Sebaliknya, suatu yang dianggap benar oleh masyarakat atau bangsa dalam suatu zaman, akan berbeda pada zaman berikutnya. Dari uraian di atas Filsafat adalah ilmu pengetahuan komprehensif yang berusaha memahami persoalan-persoalan yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman manusia.
Ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi:
1. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (the natureof education); 2. Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan (the nature of man); 3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan; 4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan; 5. Merumuskan hubungan antara filsafat Negara (ideology), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (system pendidikan); 6. Merumuskan system nilai norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan. B. Cabang Filsafat Inti dari permasalahan yang dibahas dalam filsfat meliputi tiga bidang pokok, yaitu pertama logika, kedua etika yang mana dianggap baik dan buruk tentang apa yang termasuk indah. Menurut The Liang Gie, filsafat dibagi menjadi Metafisika (filsafat tentang hal ada), Epistemologi (teori pengetahuan), Metodologi (teori tentang metode), Logika (teori tentang penyimpulan), Etika (filsafat tentang pertimbangan moral), Estetika (filsafat tentang keindahan), Sejarah filsafat Menurut Asmoro Achmadi, filsafat terbagi dengan beberapa macam, yaitu: Filsafat tentang pengetahuan, terdiri dari: a. Epistemology, b. Logika, c. Kritik ilmu Filsafat tentang keseluruhan kenyataan, terdiri dari: a. Metafisika umum (ontologi) b. Metafisika khusus, terdiri: 1) Teologi metafisik 2) Antropologi 3) Kosmologi Filsafat tentang tindakan, terdiri dari: a. Etika b. Estetika Sejarah filsafat.
C. Filsafat Umum, Filsafat Khusus
1) Filsafat umum, yang mencakup metafisika, ma’rifat (epistemologi) dan logika. Sebagi filsafat umum, filsafat pendidikan memiliki beberapa sumber; ada yang tanpa jelas dan ada yang tidak jelas. 1. Manusia(people). Manusia kebanyakan mengalami kesulitan-kesulitan dalam proses kedewasaan atau kematangan. Hal ini tentunya memiliki dampak yang signifikan bagi keyakinan manusia sebagai individu. Orang tua, guru, teman, saudara kandung, anggota keluarga, tetangga dan orang lain dalam masyarakat akan mempengaruhi pemikiran dan tingkah laku individu. Macam-macam hubungan dan pengalaman di atas membantu proses penciptaan sikap dan sistem keyakinannya. 2. Sekolah. Pengalaman seseorang, jenis sekolah, dan guru-guru di dalamnya merupakan sumber-sumber pokok filsafat pendidikan. Banyak orang yang telah memutuskan untuk berprofesi sebagai guru karena mereka menyenangi sekolah, atau mungkin karena dipengaruhi seseorang selama belajar disekolah. Sekolah telah mempengaruhi dan terus akan mempengaruhi filsafat pendidikan seseorang. 3. Lingkungan (environment). Lingkungan sosial budaya tempat seseorang tinggal dan dibesarkan adalah sumber yang lain dari filsafat pendidikan. Jika seseorang dibesarkan dalam masyarakat yang menempatkan suatu nilai pendidikan yang tinggi hal ini akan mempengaruhi filsafat pendidikan seseorang. Dengan demikian hubungan fisafat dan filsafat pendidikan menjadi begitu penting. Karena masalah pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia. Dalam konteks ini, filsafat pendidikan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. 2) Filsafat khusus. yang mencakup akhlak, keindahan (axiologi), ilmu jiwa, filsafat alam, filsafat hukum, filsafat agama, filsafat sejarah, dan sosiologi. D. Filsafat dan ilmu pengetahuan Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan filsafat khusus yang membahas berbagai macam hal yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan. Sebagai filsafat, Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha membahas ilmu pengetahuan sebagai obyeknya secara rasional (kritis, logis, dan sistematis), menyeluruh dan mendasar. Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha memperoleh pemahaman tentang ilmu pengetahuan secara jelas, benar dan lengkap, serta mendasar untuk dapat menemukan kerangka pokok serta unsur-unsur hakiki yang kiranya menjadi ciri khas dari ilmu pengetahuan yang sebenarnya. Sehinga kita dapat menentukan identitas ilmu pengetahuan dengan benar, dapat menentukan mana yang termasuk ilmu pengetahuan, dan mana yang tidak termasuk dalam lingkup ilmu pengetahuan. Pemikiran rasional lah yang mampu melepaskan diri manusia dari belenggu-belenggu tradisional dan mitis, serta membebaskan manusia dari kepicikan, ketidakjelasan. ketidaktahuan dan kebodohannya. Dengan pemikiran kritisnya, manusia tidak puas terhadap kebodohannya sendiri serta terhadap ketidakjelasan segala macam informasi yang diterimanya. Pemikiran kritis adalah pemikiran yang menyadari akan arah tujuan dari kegiatan berpikir, yaitu mencari kejelasan dan tidak kebenaran. Berpikir logis adalah pemikiran yang didasarkan pada kaidah-kaidah penalaran yang mendukung bagi terwujudnya pemahaman, keputusan, serta kesimpulan yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Dengan pemikiran yang kritis dan disusun secara logis, diharapkan dapat menghasilkan tubuh pengetahuan yang sistematis, sebagai satu-kesatuan pemahaman yang saling terkait satu sama lain secara organis, yang masing- masing bagian memiliki kedudukan dan peranan yang memang tak tergantikan. Filsafat Ilmu Pengetahuan membimbing kita untuk memikirkan dan merefleksikan kegiatan ilmu pengetahuan yang kita lakukan. Kita diharapkan tidak hanya melakukan kegiatan ilmu pengetahuan atas dasar kebiasaan-kebiasaan yang sering tidak kita sadari orientasinya. Dengan pemikiran yang rasional (kritis, logis, dan sistematis) diharapkan kita dapat menemukan kejelasan pemahaman tentang ilmu pengetahuan dengan segala unsur- unsurnya serta arah-tujuan kegiatan ilmu pengetahuan yang kita lakukan. E. Kesalahpahaman peranan dan fungsi filsafat Masih banyak masyarakat yang menganggap filsafat sebagai sebuah hal yang tabu. Mereka melihat filsafat itu sebagai disiplin ilmu yang berbahaya untuk dipelajari, terutama bagi kalangan muda yang semangatnya sangat tinggi. 1. Buat orang jadi tidak percaya Tuhan Banyak yang mengira bahwa filsafat akan membuat seseorang tidak percaya kepada Tuhan. Pandangan seperti ini sangat merusak citra filsafat itu sendiri yang bertujuan untuk menciptakan pribadi yang kritis. Memang ada orang yang tidak percaya Tuhan setelah mempelajari filsafat, tapi itu bukanlah kesalahan dari filsafat melainkan dari cara orang tersebut saat berfilsafat. Dalam cara berfilsafat itu, biasanya seseorang menghancurkan pola pikir lamanya, kemudian mencari tahu hakikat dari sesuatu, baru merekontruksi pola pikir baru dan yang membuat seseorang itu tidak percaya Tuhan ialah ketika dia tidak menyelesaikan tahap pencarian hakikat, tetapi ia malah langsung masuk ke tahap rekontruksi pemikiran. 2. Kurang bermanfaat untuk dipelajari Masyarakat banyak yang menganggap bahwa ilmu yang bermanfaat itu ilmu yang bisa dirasakan dan diamati secara empirik, seperti matematika agar seseorang bisa mengajar, ekonomi dan bisnis agar pandai berniaga, dan masih banyak lagi. Mereka menilai bahwa mempelajari filsafat tidak akan membuat hidup yang mempelajarinya lebih baik dan hanya membuang-buang waktu. Anggapan tersebut tentunya perlu diluruskan, mengingat tujuan filsafat adalah menciptakan pribadi yang matang dalam berpikir sehingga orang yang belajar filsafat akan sangat bijak untuk memilih serta melakukan sesuatu dalam hidupnya. Hal ini terjadi karena cara berpikir filsafat yang sistematis akan membuat seseorang tidak semrawut dalam menjalani kehidupannya. 3. Orang yang belajar filsafat biasanya nyeleneh Orang yang telah belajar filsafat seringkali dicap aneh dalam berpikir. Kadang pola pikirnya berbeda dengan masyarakat kebanyakan dan hal ini yang membuat stigma itu melekat pada filsafat. Sebenarnya, mereka itu bukan nyeleneh, tapi pemikirannya lebih out of the box. Justru dengan gaya berpikir yang unik, masyarakat harusnya mengerti bahwa ia mungkin memiliki sudut pandang lain dalam menilai sesuatu atau mungkin dia telah menggali sesuatu itu sampai ke dasar dan mengetahui hakikatnya. Oleh karena itu, yang perlu dilakukan masyarakat ialah memberikan ruang baginya dan bersikap toleran, bukannya memberikan stempel negatif. 4. Filsafat hanya akan bermanfaat jika dipakai untuk berpolitik Nampaknya masyarakat sudah menyadari bahwa filsafat itu memiliki manfaat, meskipun dalam penempatannya membuat filsafat cenderung kaku. Perlu kita ketahui, bahwa filsafat akan bermanfaat di mana saja karena sifatnya yang universal. Oleh karena itu, banyak ragam filsafat yang dipelajari oleh mahasiswa, ada filsafat politik, filsafat ilmu, dan filsafat lainnya. 5. Bisa buat orang menjadi gila Orang bisa gila karena belajar filsafat, pandangan ini sedikit lucu. Orang gila biasanya terjadi karena ketidakmampuan dirinya dalam menghadapi berbagai tekanan sehingga nalarnya tidak berjalan semestinya. Sedangkan filsafat justru membuat nalar teraktivasi agar nalar tidak membeku pada satu pendapat sehingga orang yang mempelajari filsafat selalu memiliki banyak solusi untuk memecahkan setiap permasalahannya. Berfilsafat masih dianggap tabu oleh sebagian orang karena stereotip populer terhadap filsafat sudah melekat di benak masyarakat. Meluruskan stigma masyarakat sangatlah penting, mengingat ini merupakan salah satu bentuk edukasi bagi masyarakat agar masyarakat lebih terbuka bagi hal-hal baru yang hadir di kemudian hari. F. Pengertian filsafat pendidikan Seperti yang disampaikan oleh Prof. Dr. M. J Langevelt filsafat Pendidikan pada hakikatnya bersumber pada pemikirn sarwa secara daikal dan menurut sistem. Sarwa inilah yang disebut-sebut sebagai dasar pemikiran seseorang dalam filsafat. Dilihat dari sudut pandangnya, sumber pemikiran filsafat juga dapat dilihat dari alat untuk memikirkan pokok dasarnya. Di dalam praktek pendidikan, khususnya pada sistem persekolahan, di dalam rentangan antara tujuan umum dengan yang sangat khusus terdapat sejumlah tujuan antara. Tujuanantara berfungsi untuk menjembatani pencapaian tujuan umum dari sejumlah tujuan rincian khusus (Pokja Pengembangan Peta Keilmuan Pendidikan, 2005). Redja Mudyahardjo (2001) mengemukakan kondisi ideal yang berhubungan dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan itu dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu (1) tujuan umum pendidikan atau tujuan akhir pendidikan dan (2) tujuan khusus pendidikan. Tujuan umum pendidikan Hakikat Manusia dan Hakikat Pendidikan tertuju pada tujuan hidup. Tujuan khusus pendidikan dapat dibedakan menjadi (1) tujuan pendidikan tak lengkap, berkenaan dengan aspek-aspek kepribadian yang ingin dicapai; (2) tujuan pendidikan sementara berkenaan dengan masa-masa pendidikan institusional, dan tujuan kelembagaan pendidikan; dan (3) tujuan pendidikan instruksional, berkenaan dengan penguasaan materi pelajaran atau jenis tingkah laku. Secara sederhana, filsafat pendidikan adalah nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan filsafat yang menjiwai, mendasari, dan memberikan identitas suatu sistem pendidikan. Ada beberapa unsur yang dapat dijadikan tonggak untuk pengembangan pendidikan lebih lanjut meliputi: Dasar dan tujuan Pendidikan dan perserta didik Kurikulum Sistem pendidikan A) Ontologi Di dalam pendidikan, pandangan ontologi secara praktis akan menjadi masalah yang utama. Sebab anak bergaul dengan lingkungannya dan mempunyai dorongan yang kuat untuk mengerti sesuatu. Anak-anak, baik di masyarakat maupun sekolah, selalu dihadapkan pada realita, objek pengalaman, benda mati, benda hidup dan sebagainya. Membimbing anak untuk memahami realita dunia dan membina kesadaran tentang kebenaran yang berpangkal pada realita itu merupakan tahap pertama sebagai stimulus untuk menyelami kebenaran itu. B) Epistomologi Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan, bagaimana kita mengetahui benda- benda. Untuk lebih jelasnya ada beberapa contoh pertanyaan yang menggunakan kata “tahu” dan mengandung pengertian yang berbeda-beda baik sumbernya maupun validitasnya. C) Aksiologi Nilai dan implikasi aksiologi di dalam pendidikan ialah pendidikan menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia dan membinanya di dalam kepribadian anak. Karena untuk mengatakan suatu bernilai baik itu bukanlah hal yang mudah. Apalagi menilai secara mendalam dalam arti untuk membina kepribadian ideal. G. Dasar-dasar Kajian Filsafat Pendidikan Hal-hal yang menjadi kajian filsafat pendidikan sangat luas cakupannya, yaitu: 1. Merumuskan secara tegas sifat hakiki pendidikan. 2. Merumuskan hakikat manusia sebagai subjek dan objek pendidikan. 3. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan. 4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan. 5. Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan) 6. Merumuskan sistem nilai dan norma atau isi moral pendidikan yang menjadi tujuan pendidikan. H. Tujuan Filsafat Pendidikan Menurut UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat , berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab kepada bangsa dan negara. Menjadikan seseorang sebagai manusia yang lebih terdidik serta mampu membangun diri sendiri. Mendorong untuk mampu menjadi orang yang berpikir sendiri. Memberikan dasar-dasar pengetahuan, pandangan yang sintesis sehingga seluruh pengetahuan menjadi kesatuan Menjadikan seseorang memiliki hidupnya sendiri berkat pengetahuan yang dimilikinya. Oleh karena itulah, dapat mengetahui hal-hal dasar berarti mengenai diri sendiri Bagi seorang pendidik, filsafat memiliki keistimewaan karena filsafatlah yang memberikan dasar-dasar dari ilmu pengetahuan lainnya mengenai manusia, seperti ilmu dalam mendidik I. Objek dan ruang lingkup filsafat pendidikan Objek materia merupakan segala sesuatu yang menjadi problem filsafat atau yang dipermasalahkan oleh dan dalam filsafat. Material filsafat yang sangat luas itu meliputi segala pengetahuan manusia dan apa saja yang ingin diketahuinya.19karena filsafat itu berpangkal pada pikiran manusia secra radikal dan sistematik terhadap seluruh alam, maka materi filsafat juga termasuk alam dan pemikiran itu sendiri. Objek materia filsafat selalu berkembang sejalan dengan perkembangan pemikiran manusia, objek yang selama ini menjadi pembahasan agama, berkembang menjadi pembahasan filsafat, seperti adakah dan siapakah Tuhan itu ? apa dan siapa manusia ? apakah hakekat dari segala realitas, apakah arti dan substansinya ? juga sudah menjadi objek kajian filsafat.21 Ewing menegaskan bahwa sasaran pokok dari filsafat adalah kebenaran (truth), materi (matter), budi (mind), hubungan materi dan budi (the relation of matter and mind), ruang dan waktu (space and time), sebab (cause), kemerdekaan (freedom), monisme lawan pluralisme (monism versus pluralism), dan Tuhan (God). Objek forma filsafat adalah mencari keterangan yang membahas secara mendalam tentang segala objek material filsafat. Dengan demikian jelaslah bahwa objek filsafat itu ada dua bentuk, yakni materia dan forma. Objek materia meliputi hakekat Tuhan, alam dan manusia. Ataupun sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Sedangkan objek forma meliputi pencaharian keterangan secara radikal tentang objek materia filsafat yang ada. Hal inilah yang membedakan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya. Pada objek materianya sama sedang objek formanya berbeda. Namun demikian, aspek materianya sedikit berbeda. Objek ilmu hanya manusia dan alam, sedang filsafat mencakup juga masalah Tuhan (metafisika).