Anda di halaman 1dari 9

ara Mengelola Limbah B3 Bagi Industri,

Bagaimana Menurut Regulasi Terbaru?


by Safety Sign Indonesia | Apr 9, 2021 | Safety Article | 0 comments
Limbah B3 tidak bisa dibuang sembarangan ke lingkungan karena mengandung bahan
yang dapat membahayakan manusia dan makhluk hidup lain.

Sumber: suez.azureedge.net
Hingga kini produksi limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)  terus meningkat sejalan
dengan semakin pesatnya perkembangan industri di Indonesia. Jenis limbah yang dihasilkan
di antaranya logam berat, sianida, pestisida, cat dan zat warna, minyak, pelarut, dan zat
kimia berbahaya lainnya.
Tanpa pengelolaan yang memadai, limbah ini memiliki daya rusak lingkungan yang jauh
lebih berat dibandingkan dengan jenis limbah yang lain. Bahkan limbah B3 juga berpotensi
mengancam kesehatan manusia.
Apakah Sobat Pro Safety masih ingat dengan Tragedi Minamata di Jepang? Atau bahkan
baru mendengarnya? Tragedi ini pertama kali terdeteksi pada 1950. Kurang lebih 17.000
orang melapor kepada pemerintah setelah mengalami gejala susah bicara, kelumpuhan,
gangguan syaraf, tremor, keterbelakangan mental, hingga kematian. Ini merupakan gejala
penyakit Minamata.
Seorang wanita memegang korban “penyakit Minamata” karena keracunan merkuri yang
pertama kali diidentifikasi pada tahun 1950 di Minamata, Jepang.
Sumber: tirto.id
Penyakit ini terjadi karena akumulasi racun metil merkuri (MeHG) pada tubuh manusia
akibat mengonsumsi ikan yang sudah tercemar di laut. Metil merkuri ini berasal dari
pembuangan limbah secara sembarangan ke Teluk Minamata oleh Chisso Co.Ltd.
Sistem pengelolaan limbah B3 yang sangat buruk inilah yang menjadi cikal bakal terjadinya
tragedi Minamata. Pabrik itu akhirnya ditutup dan pemiliknya di penjara dan harus
memberikan ganti rugi sekitar US$ 26,6 juta kepada masyarakat dan Pemerintah Kerajaan
Jepang.
Sejarah buruknya pengelolaan limbah B3 di Jepang tersebut telah memberikan pelajaran
penting bahwa pertumbuhan industri yang pesat perlu disertai pengelolaan limbah B3 yang
memadai.
Baca juga: Bagaimana Pengelolaan B3 yang Benar Sesuai Regulasi Nasional? 
Limbah B3 dan Bahayanya
Berdasarkan PP No.22 Tahun 2021, yang dimaksud limbah B3 adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung B3. B3 ini merupakan zat, energi, dan/atau komponen
lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lain.
 
Perlu Anda ketahui, ada banyak cara limbah mencemari lingkungan yang pada akhirnya
akan memengaruhi kesehatan manusia. Semua limbah B3 baik padat, cair, ataupun gas
memiliki potensi merusak kesehatan manusia dan lingkungan akibat sifat-sifat yang dimiliki
limbah.
Ketika limbah berada di dalam tanah, maka limbah akan mencemari sumber air, air tanah
serta tanaman yang tumbuh di sekitarnya untuk kemudian dikonsumsi oleh manusia.
Limbah juga dapat terminum dan bersentuhan langsung dengan kulit manusia atau
termakan oleh binatang laut, misalnya ikan, yang akhirnya dikonsumsi oleh manusia.
Selebihnya, limbah juga bisa menguap ke udara dan terhirup oleh manusia.
Dilansir kaltimtoday.co, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda mengungkapkan
beberapa bahaya limbah B3, antara lain:
 Beracun, radioaktif, meledak
 Karsinogenik (mengakibatkan kanker)
 Teratogenik (mengakibatkan cacat lahir)
 Mutagenik (mengakibatkan kerusakan kromosom)
 Bioakumulasi (peningkatan konsentrasi bahan berbahaya di ujung rantai makanan).
Limbah B3 yang sangat membahayakan adalah limbah dari industri kimia. Limbah dari
industri kimia umumnya mengandung berbagai macam unsur logam berat, seperti Al, Cr,
Cd, Cu, Fe, dan zat kimia lainnya yang digunakan berbagai industri cat, kertas,
pertambangan, peleburan timah hitam, dll. Limbah B3 ini memiliki sifat akumulatif dan
beracun sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia.
Maka sangat penting bagi perusahaan yang menggunakan B3 untuk melakukan
pengelolaan terhadap limbahnya dengan benar sesuai regulasi yang berlaku, yakni PP
No.22 Tahun 2021. PP ini merupakan turunan dari UU Cipta Kerja yang membahas
mengenai penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup .
Baca juga: Panduan APD Saat Menangani Bahan Kimia Berbahaya, Pilih yang Tepat! 
Bagaimana Pengelolaan Limbah B3 Sesuai PP No.22 Tahun 2021?
Dilansir katadata.co.id, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat
kenaikan signifikan lahan yang terkontaminasi limbah B3 periode 2015-2019 mencapai
300%, dari 211.359,2 meter persegi (2015) menjadi 840.024,85 meter persegi (2019).
Sumber kegiatan yang menyebabkan kontaminasi lahan berasal dari kegiatan sektor
pertambangan, energi dan migas, manufaktur, agroindustri serta jasa.

Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan B3 KLHK, Rosa Vivien Ratnawati
menyatakan, meningkatnya luas lahan terkontaminasi limbah B3 di Indonesia
mengindikasikan bahwa masih ada permasalahan di bagian hulu pengelolaan limbah.
Berikut pengelolaan limbah B3 berdasarkan regulasi nasional terbaru PP No.22 Tahun 2021,
di antaranya:
a. Pengurangan
Sesuai PP No.22 Tahun 2021 Pasal 283, setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib
melakukan pengurangan limbah B3.
Pengurangan limbah B3 bisa dilakukan melalui:
 Substitusi bahan: pemilihan bahan baku dan/atau bahan penolong yang semula
mengandung B3 digantikan dengan bahan baku dan/atau bahan penolong yang
tidak mengandung B3.
 Modifikasi proses: pemilihan dan penerapan proses produksi yang lebih efisien.
 Penggunaan teknologi ramah lingkungan.
b. Penyimpanan
Sesuai PP No.22 Tahun 2021 Pasal 285, setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib
melakukan penyimpanan limbah B3 dan dilarang melakukan pencampuran limbah B3 yang
disimpannya.
Untuk dapat melakukan penyimpanan limbah B3, setiap orang yang menghasilkan limbah
B3 wajib memenuhi:
 Standar penyimpanan limbah B3 yang diintegrasikan ke dalam nomor induk
berusaha, bagi penghasil limbah B3 dari usaha dan/atau kegiatan wajib memiliki
Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL), dan/atau
 Rincian teknis penyimpanan limbah B3 yang dimuat dalam persetujuan lingkungan
bagi:
 Penghasil limbah 83 dari usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan – Upaya
Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL), dan
 Instansi pemerintah yang menghasilkan limbah B3.
Standar dan/atau rincian teknis penyimpanan limbah B3 yang dimaksud meliputi:
 Nama, sumber, karakteristik, dan jumlah limbah B3 yang akan disimpan
 Dokumen yang menjelaskan tentang tempat penyimpanan limbah B3
*Penjelasan detail mengenai hal ini tercantum pada Pasal 286 sampai dengan Pasal 291.
 Dokumen yang menjelaskan tentang pengemasan limbah B3
*Penjelasan detail mengenai hal ini tercantum pada Pasal 292.
 Persyaratan lingkungan hidup
*Penjelasan detail mengenai hal ini tercantum pada Pasal 294.
 Kewajiban pemenuhan standar dan/atau rincian teknis penyimpanan limbah B3
*Penjelasan detail mengenai hal ini tercantum pada Pasal 295.
Setelah pelaku usaha melakukan kegiatan penyimpanan limbah B3 memenuhi standar
dan/atau rincian teknis sesuai peraturan yang berlaku, pelaku usaha wajib menyusun dan
menyampaikan laporan pelaksanaan yang disampaikan kepada Bupati/Walikota/Pejabat
penerbit persetujuan lingkungan.
Catatan: Pembahasan lebih detail dan rinci mengenai kegiatan penyimpanan limbah B3
tercantum pada Pasal 285 sampai dengan Pasal 297.
c. Pengumpulan
Sesuai PP No.22 Tahun 2021 Pasal 298, setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib
menyerahkan limbah B3 yang dihasilkannya kepada pengumpul limbah B3, dalam hal:
 Tidak mampu memenuhi ketentuan jangka waktu penyimpanan limbah B3, dan/atau
 Kapasitas tempat penyimpanan limbah B3 terlampaui.
Jangka waktu penyimpanan limbah B3 mencakup:
 Untuk limbah B3 yang dihasilkan sebesar 50 kg per hari atau lebih disimpan paling
lama 90 hari sejak limbah B3 dihasilkan
 Untuk limbah B3 kategori 1 yang dihasilkan kurang dari 50 kg per hari atau lebih
disimpan paling lama 180 hari sejak limbah B3 dihasilkan
 Untuk limbah B3 kategori 2 dari sumber tidak spesifik dan sumber spesifik umum
yang dihasilkan kurang dari 50 kg per hari atau lebih disimpan paling lama 365 hari
sejak limbah B3 dihasilkan.
Penyerahan limbah B3 harus disertai dengan bukti penyerahan limbah B3, di mana salinan
bukti penyerahan limbah B3 ini menjadi bagian dalam pelaporan pelaksanaan kegiatan
penyimpanan limbah B3.

Catatan: Pembahasan lebih detail dan rinci mengenai kegiatan pengumpulan limbah B3
tercantum pada Pasal 298 sampai dengan Pasal 309.
d. Pengangkutan
Sesuai PP No.22 Tahun 2021 Pasal 310, pengangkutan limbah B3 wajib dilakukan dengan
menggunakan alat angkut yang tertutup untuk limbah B3 kategori 1 dan alat angkut terbuka
untuk limbah B3 kategori 2.
Sesuai Pasal 311, pengangkutan limbah B3 wajib memiliki rekomendasi pengangkutan
limbah B3 dan perizinan berusaha di bidang pengangkutan limbah B3. Rekomendasi
pengangkutan limbah B3 ini nantinya akan menjadi dasar diterbitkannya perizinan
berusaha di bidang pengangkutan limbah B3.
Untuk mendapatkan rekomendasi pengangkutan limbah B3, pengangkut limbah B3 harus
mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri dan dilengkapi dengan
persyaratan meliputi:
 Identitas pemohon
 Akta pendirian badan usaha
 Bukti kepemilikan atas dana penjaminan untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup
 Buku kepemilikan alat angkut
 Dokumen pengangkutan limbah B3 yang mencakup:
 Jenis dan jumlah alat angkut
 Sumber, nama, dan karakteristik limbah B3 yang diangkut
 Prosedur penanganan limbah B3 pada kondisi darurat
 Peralatan untuk penanganan limbah B3
 Prosedur bongkar muat limbah B3.
Catatan: Pembahasan lebih detail dan rinci mengenai kegiatan pengangkutan limbah B3
tercantum pada Pasal 310 sampai dengan Pasal 314.
e. Pemanfaatan
Sesuai PP No.22 Tahun 2021 Pasal 315, pemanfaatan limbah B3 wajib dilaksanakan oleh
setiap orang yang menghasilkan limbah B3. Jika perusahaan Anda tidak mampu
melakukannya sendiri, pemanfaatan limbah B3 diserahkan kepada pemanfaat limbah B3.
Sesuai Pasal 316, pemanfaatan limbah B3 meliputi:
 Pemanfaatan limbah B3 sebagai substitusi bahan baku
 Pemanfaatan limbah B3 sebagai substitusi sumber energi
 Pemanfaatan limbah B3 sebagai bahan baku
 Pemanfaatan limbah B3 sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pemanfaatan limbah B3 dapat dilakukan dengan mempertimbangkan:
 Ketersediaan teknologi
 Standar produk jika hasil pemanfaatan limbah B3 berupa produk
 Standar lingkungan hidup atau baku mutu lingkungan hidup.
Setiap orang atau perusahaan yang menghasilkan limbah B3 juga dilarang melakukan
pemanfaatan limbah B3 terhadap limbah B3 dari sumber tidak spesifik dan sumber spesifik
yang memiliki tingkat kontaminasi radioaktif lebih besar atau sama dengan 1 Bq/cm2
dan/atau konsentrasi aktivitas tiap radionuklida anggota deret uranium dan torium atau
kalium tingkat tertentu.
Untuk dapat melakukan pemanfaatan limbah B3, perusahaan wajib memiliki persetujuan
lingkungan dan perizinan berusaha dengan persyaratan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Catatan: Pembahasan lebih detail dan rinci mengenai kegiatan pemanfaatan limbah B3
tercantum pada Pasal 315 sampai dengan Pasal 341.
f. Pengolahan
Sesuai PP No.22 Tahun 2021 Pasal 342, pengolahan limbah B3 wajib dilaksanakan oleh
setiap orang yang menghasilkan limbah B3. Jika perusahaan Anda tidak mampu
melakukannya sendiri, pengolahan limbah B3 diserahkan kepada pengolah limbah B3.
Sesuai Pasal 343, pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara:
 Termal, meliputi:
Baku Mutu Emisi, standar efisiensi pembakaran dengan nilai paling sedikit mencapai
99,99%, dan standar efisiensi penghancuran serta penghilangan senyawa principle organic
hazardous constituents (POHCs) dengan nilai paling sedikit mencapai 99,99%.
 Stabilisasi dan solidifikasi, berupa baku mutu stabilisasi dan solidifikasi berdasarkan
analisis organik dan anorganik.
 Cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengolahan limbah B3 ini dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan teknologi
dan standar lingkungan hidup atau baku mutu lingkungan hidup.
Sama seperti halnya pemanfaatan limbah B3, untuk dapat melakukan pengolahan limbah
B3, perusahaan wajib memiliki persetujuan lingkungan dan perizinan berusaha dengan
persyaratan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Catatan: Pembahasan lebih detail dan rinci mengenai kegiatan pemanfaatan limbah B3
tercantum pada Pasal 342 sampai dengan Pasal 365.
g. Penimbunan
Sesuai PP No.22 Tahun 2021 Pasal 366, setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib
melaksanakan penimbunan limbah B3. Jika perusahaan Anda tidak mampu melakukannya
sendiri, penimbunan limbah B3 dapat diserahkan kepada penimbun limbah B3.
Sesuai Pasal 367, penimbunan limbah B3 oleh penghasil limbah B3 wajib memiliki
persetujuan lingkungan dan perizinan berusaha dengan persyaratan sesuai perundang-
undangan yang berlaku.
Penimbunan limbah B3 dapat dilakukan pada fasilitas penimbunan limbah B3 berupa:
 Penimbunan akhir
 Sumur injeksi
 Penempatan kembali di area bekas tambang
 Bendungan penampung limbah tambang
 Fasilitas penimbunan limbah B3 lain sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Lokasi penimbunan limbah B3 ini juga harus memenuhi persyaratan yang meliputi:
 Bebas banjir
 Permeabilitas tanah (tidak berlaku untuk penimbunan limbah B3 yang
menggunakan fasilitas berupa sumur injeksi, penempatan kembali di area bekas
tambang, bendungan penampung limbah tambang, dam fasilitas penimbunan
limbah B3 lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
 Daerah yang secara geologis aman, stabil, tidak rawan bencana, dan di luar kawasan
lindung
 Bukan daerah resapan air tanah, terutama yang digunakan untuk air minum.
Catatan: Pembahasan lebih detail dan rinci mengenai kegiatan pemanfaatan limbah B3
tercantum pada Pasal 366 sampai dengan Pasal 389.
*                        *                        *
Untuk menghilangkan atau mengurangi risiko dan bahaya yang dapat ditimbulkan limbah
B3, maka limbah B3 yang dihasilkan perlu dikelola secara khusus sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku, yakni PP No.22 Tahun 2021.
Penting Anda ketahui juga, meskipun sudah ada regulasi yang mengatur tentang
pengelolaan limbah B3, namun masih diperlukan pengawasan dari berbagai pihak dalam
pelaksanaannya. Diperlukan juga pola hidup sehat untuk menghindari penyakit yang
diakibatkan oleh limbah B3.
Dengan melakukan pengelolaan limbah B3 dengan benar, Anda sudah turut
menyelamatkan diri dan lingkungan terhadap dampak yang bisa timbul.
Semoga bermanfaat.
Salam safety!
Download PP No.22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup  di sini

Anda mungkin juga menyukai