Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rivaldo Yesi Gabril Mongkau

Nim : 210611020298
Kelas : 1B5
M.K : Bahasa Indonesia

TUGAS

A. PENALARAN
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis,
berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah
yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut
dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut
dengan konklusi (consequence).
Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

Metode dalam menalar


Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif.

1.Metode induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan menjelaskan permasalahan-
permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri
dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum. Paragraf Induktis sendiri
dikembangkan menjadi beberapa jenis. Pengembangan tersebut yakni
paragraf generalisasi, paragraf analogi, paragraf sebab akibat bisa juga akibat sebab.
Contoh paragraf Induktif:
Pada saat ini remaja lebih menyukai tari-tarian dari barat seperti breakdance,
Shuffle, salsa (dan Kripton), modern dance dan lain sebagainya. Begitupula dengan
jenis musik umumnya mereka menyukai rock, blues, jazz, maupun reff tarian
dan kesenian tradisional mulai ditinggalkan dan beralih mengikuti tren barat.
Penerimaan terhadap bahaya luar yang masuk tidak disertai dengan pelestarian
budaya sendiri. Kesenian dan budaya luar perlahan-lahan menggeser kesenian dan
budaya tradisional.
Contoh generalisasi:
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.

2.Metode deduktif

Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum
terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti
sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan
yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status
sosial.

Konsep dan simbol dalam penalaran


Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya
diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran
berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol
berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat
berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat
menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah
aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan
tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya
pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan
digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar
dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran


Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk
menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar
dapat dipenuhi.

 Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan


sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
 Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi
semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar
secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang
tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti
isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran#Metode_deduktif
B. HAKIKAT MENULIS

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata menulis berasal dari kata
tulis. Tulis adalah ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan
sebagainya) dengan pena (pensil, cat, dan sebagainya). Menulis adalah membuat
huruf, angka , dan sebagainya dengan pena, pensil, cat, dan sebagainya melahirkan
pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan tu-
lisan. Selanjutnya menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keingi-
nan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian “mengirimkannya”
kepada orang lain

Selain itu, menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan
bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf
yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis
juga suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pen-dapat kepada
pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati
bersama oleh penulis dan pembaca.

Ada beberapa persyaratan yang sebaiknya dimiliki seorang siswa untuk meng-hasilkan
tulisan yang baik. mengemukakan bahwa syarat-syarat tersebut adalah

(1) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis,

(2) ke-pekaan terhadap kondisi pembaca,

(3) kemampuan menyusun rencana penulisan,

(4) kemampuan menggunakan bahasa,

(5) kemampuan memulai tulisan,

(6) kemam-puan memeriksa tulisan.

Menulis berarti menyampaikan pikiran, perasaan, atau pertimbangan melalui tulisan.


Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan
wacana. Pikiran yang di-sampaikan kepada orang lain harus dinyatakan dengan kata
yang mendukung makna secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin dinyatakan.
Kata-kata itu harus disusun secara teratur dalam klausa dan kalimat agar orang dapat
menangkap apa yang ingin disampaikan itu. Makin teratur bahasa yang digunakan,
makin mudah orang menang-kap pikiran yang disalurkan melalui bahasa itu. Oleh
karena itu, keterampilan menulis di sekolah sangatlah penting.
Menulis pada hakikatnya adalah suatu proses berpikir yang teratur, sehingga apa yang
ditulis mudah dipahami pembaca. Sebuah tulisan dikatakan baik apabila memiliki ciri-
ciri, antara lain bermakna, jelas, bulat dan utuh, ekonomis, dan meme-nuhi kaidah
gramatika.

Kemampuan menulis adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan buah pikiran,


ide, gagasan, dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar.
Kemampuan menulis seseorang akan menjadi baik apabila dia juga memiliki:

(a) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis

(b) kepekaan terhadap kondisi pembaca

(c) kemampuan menyusun perencanaan penelitian

(d) kemampuan menggunakan bahasa indonesia

(e) kemampuan memuali menulis

(f) kemam-puan memeriksa karangan sendiri.

Kemampuan tersebut akan berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca


dan kekayaan kosakata yang dimilikinya.

Tujuan Menulis

Kegiatan menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Menulis mempunyai empat tujuan,
yaitu untuk mengekpresikan diri, memberikan informasi kepada pembaca, mempersuasi
pembaca, dan untuk meng-hasilkankarya tulis.

Jenis tulisan menurut tujuan menulis sebagai berikut:

1) Narasi yakni karangan/tulisan ekspositoris maupun imajinatif yang secara


spesifik menyampaikan informasi tertentu berupa perbuatan/tindakan yang
terjadi dalam suatu rangkaian waktu.
2) Deskripsi yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi
tentang situasi dan kondisi suatu lingkungan (kebendaan ataupun kemanusiaan)
3) Ekposisi yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi
tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan
de-ngan tujuan menjelaskan, menerangkan, dan menguraikan sesuatu hal
sehingga pengetahuan pendengar/pembaca menjadi bertambah.
4) Argumentatif yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan infor-
masi tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilaku-
kan dengan tujuan mempengaruhi, memperjelas, dan meyakinkan.
5) Persuasif:karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi
tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan
dengan tujuan mempengaruhi, meyakinkan, dan mengajak.

Manfaat Menulis

Graves (dalam Akhadiah dkk., 1998:1.4) berkaitan dengan manfaat menulis


mengemukakan bahwa: (1) menulis menyumbang kecerdasan, (2) menulis mengem-
bangkan daya inisiatif dan kreativitas, (3) menulis menumbuhkan keberanian, dan (4)
menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

1) Menulis Mengasah Kecerdasan

Menulis adalah suatu aktivitas yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak


pada tuntutan kemampuan mengharmonikan berbagai aspek. Aspek-aspek itu
meli-puti (1) pengetahuan tentang topik yang akan dituliskan, (2) penuangan
pengetahuan itu ke dalam racikan bahasa yang jernih, yang disesuaikan dengan
corak wacana dan kemampuan pembacanya, dan (3) penyajiannya selaras
dengan konvensi atau aturan penulisan. Untuk sampai pada kesanggupan
seperti itu, seseorang perlu memiliki kekayaan dan keluwesan pengungkapan,
kemampuan mengendalikan emosi, serat menata dan mengembangkan daya
nalarnya dalam berbagai level berfikir, dari tingkat mengingat sampai evaluasi.

2) Menulis Mengembangkan Daya Inisiatif dan Kreativitas

Dalam menulis, seseorang mesti menyiapkan dan mensuplai sendiri segala


sesuatunya. Segala sesuatu itu adalah pertama unsur mekanik tulisan yang
benar seperti pungtuasi, ejaan, diksi, pengalimatan, dan pewacanaan, kedua
bahasa topik, dan ketiga pertanyaan dan jawaban yang harus diajukan dan
dipuaskannya sendiri. Agar hasilnya enak dibaca, maka apa yang dituliskan
harus ditata dengan runtut, jelas dan menarik.

3) Menulis Menumbuhkan Keberanian

Ketika menulis, seorang penulis harus berani menampilkan kediriannya, ter-


masuk pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta menawarkannya kepada publik.
Kon-sekuensinya, dia harus siap dan mau melihat dengan jernih penilaian dan
tanggapan apa pun dari pembacanya, baik yang bersifat positif ataupun negatif.

4) Menulis Mendorong Kemauan dan Kemampuan Mengumpulkan Informasi

Seseorang menulis karena mempunyai ide, gagasan, pendapat, atau sesuatu hal
yang menurutnya perlu disampaikan dan diketahui orang lain. Tetapi, apa yang
disampaikannya itu tidak selalu dimilikinya saat itu. Padahal, tak akan dapat me-
nyampaikan banyak hal dengan memuaskan tanpa memiliki wawasan atau
pengeta-huan yang memadai tentang apa yang akan dituliskannya. Kecuali,
kalau memang apa yang disampaikannya hanya sekedarnya.

SUMBER : https://www.kompasiana.com/akipeffendy/550eb183a33311b12dba83af/hakikat-
keterampilan-menulis

Anda mungkin juga menyukai