Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT DAN


KESEIMBANGAN CAIRAN ELEKTROLIT

Adinda Mery Ashari, S.Kep


14420212135

Cl Lahan Cl Institusi

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan dasar manusia menurut Maslow secara hirarkhis yang pertama
adalah kebutuhan fisiologis (fisiological needs), yang dipandang sebagai
kebutuhan paling dasar untuk manusia dalam mempertahankan kehidupannya
(survive). Salah satu kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan akan cairan
dan elektrolit yang merupakan cairan kedua setelah oksigen. Bila tidak
terpenuhi akan menyebabkan ketidakseimbangan cairan tubuh bahkan bisa
menyebabkan kematian (Atoilah dan Kusnadi, 2013).
Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam
memelihara fungsi tubuh dan proses homeostasis. Tubuh kita terdiri atas
sekitar 60% air yang tersebar didalam maupun diluar sel. Namun demikian,
besarnya kandungan air tergantung dari usia, jenis kelamin, dan kandungan
lemak (Tarwoto dan Wartonah, 2015).

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan
cairan dan elektrolit
2. Untuk mengetahui konsep keperawatan mengenai kebutuhan cairan dan
elektrolit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikelpartikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena
(IV) dan di distribusikan ke seluruh tubuh (Haswita,& Reni, 2017).
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan salah satu faktor yang
diatur dalam homeostatis. Keseimbangan cairan sangat penting karena
diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme. Keseimbangan diperlukan
oleh tubuh adalah dimana input=output. Kebutuhan cairan dan elektrolit
merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis, yang
memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat
badan tubuh. Berdasarkan perhitungan energy expenditure rata-rata pada
pasien yang dirawat di rumah sakit didapatkan kebutuhan cairan perhari
sebagai berikut :
1. Bayi 1 hari = 50 ml H2O/kgBB/hari
2. Bayi 2 hari = 75 ml H2O/kgBB/hari
3. Bayi ≥ 3 hari = 100 ml H2O/kgBB/hari
4. Berat badan 10 kg pertama = 100 ml H2O/kgBB/hari
5. Berat badan 10 kg kedua =1000 ml H2O/kgBB/hari
6. Berat badan ≥ 20 kg = 1500 ml H2O/kgBB/hari

a. Volume Dan Distribusi Cairan Tubuh


1. Volume cairan tubuh
Total jumlah volume cairan tubuh(TBW) kira-kira 60% dari berat
badan pria dan 50% dari berat badan wanita.
2. Distribusi cairan
Cairan tubuh di distribusikan diantara dua kompartemen, yaitu pada
intraseluler dan ekstraseluler, cairan intraseluler (CIS) kira-kira 2/3
atau 40% dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler (CES) 20% dari BB.
(Tarwoto dan Wartonah,2015).
b. Komponen Cairan Tubuh Cairan tubuh mengandung:
1. Oksigen yang berasal dari paru-paru
2. Nutrisi yang berasal dari saluran pencernaan
3. Produk metabolisme seperti karbon dioksida
4. Ion-ion yang merupakan bagian dari senyawa atau moloekul atau
disebut juga elektrolit. (Tarwoto dan Wartonah,2015).
c. Fungsi Cairan
1. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh.
2. Transportasi nutrisi ke sel.
3. Transport hasil sisa metabolisme
4. Transpor hormone.
5. Pelumas antar organ
6. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskular.
d. Konsentrasi Cairan
1. Osmolaritas : Adalah konsentrasi larutan atau partikel terlarut per liter
larutan, diukur dalam miliosmol.
2. Tonistas : Merupakan osmolaritas yang menyebabkan pergerakan air
dan kompartemen ke kompartemen yang lain.
e. Pergerakan Cairan Tubuh
Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses berikut ini
menurut (Tarwoto dan Wartonah,2015).
1. Difusi
Merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak
dari konsentrasi tinggi ke rendah sampai terjadi keseimbangan.
2. Osmosis
Merupakan bergeraknya pelarut bersih sperti air, melalui membrane
semipermiabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke
konsentrasi yang lebih tinggi sifatnya menarik.
3. Transport aktif
Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya daya
aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
f. Keseimbangan Cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolit ditentukan oleh intake atau masukan
cairan dan output atau pengeluaran cairan. Kebutuhan cairan pada anak
setiap hari antara 1800-2500ml/hari. (Tarwoto dan Wartonah,2015).
g. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang
diperlukan dan berat badan.
2. Temperature lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat
kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-3- gram/hari.
3. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan
energy, proses ini menimbulkan pergerakan cairan dari interstial ke
intraseluler.
4. Stress
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi
darah dan glikosis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi
sodium dan air.
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal, dan jantung,
gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan.
h. Cara Pengeluaran
Cairan Pengeluran cairan terjadi melalui organ-organ seperti:
1. Ginjal
2. Kulit
3. Paru-paru
4. Gastrointestinal
i. Masalah/Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
1. Ketidakseimbangan cairan
Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu
gangguan keseimbangan isotonis dan osmolar.Ketidakseimbangan
isotonis terjadi ketika sejumlah cairan dan elektrolit hilang bersamaan
dalam proporsi yang seimbang. Sedangkan ketidakseimbangan osmolar
terjadi ketika kehilangan cairan tidak diimbangi dengan perubahan
kadar elektrolit dalam proporsi yang seimbang sehingga menyebabkan
perubahan pada konsentrasi dan osmolalitas serum. Berdasarkan hal
tersebut, terdapat empat kategori ketidak seimbangan cairan, yaitu :
a. Kehilangan cairan dan elektrolit isotonic
b. Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)
c. Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan
d. Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat)
2. Defisit Volume Cairan
Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik).
Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini
diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan
perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan
intraseluler. Secara umum, deficit volume cairan disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit,
penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi
ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler
istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju
lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga
sendi. Selain itu, kondisitertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam
saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
3. Defisit Cairan
Faktor Resiko
a. kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung)
tanda klinis : kehilangan berat badan
b. ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada
cairan dan depresi konfusi) tanda klinis : penurunan tekanan darah.
4. Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiper osmolar, terjadi akibat
kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit
dalam jumlah proporsional, terutama natrium. Kehilangan cairan
menyebabkan peningkatan kadar natrium, peningkatan osmolalitas,
serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari sel dan kompartemen
interstitial menuju ruang vascular. Kondisi ini menyebabkan
gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko
mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu lansia. Mereka
mengalami penurunan respons haus atau pemekatan urine.Di samping
itu lansia memiliki proporsi lemak yang lebih besar sehingga beresiko
tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan air yang sedikit dalam
tubuh.Klien dengan diabetes insipidus akibat penurunan hormon
diuretik sering mengalami kehilangan cairan tipe hiperosmolar.
Pemberian cairan hipertonik juga meningkatkan jumlah solute dalam
aliran darah.
5. Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan
elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang
seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium
dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hamper selalu
disebabkan oleh penungkatan jumlah natrium dalam serum.
Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan
mekanisme homeostatispada proses regulasi keseimbangan cairan.
Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain :
a. Asupan natrium yang berlebihan
b. Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama
pada klien dengan gangguan mekanisme regulasi cairan.
c. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan
jantung (gagal ginjal kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom
Cushing
d. Kelebihan steroid.
e. Kelebihan Volume Cairan
f. Factor resiko : Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari
terapi intravena
Tanda klinis : penambahan berat badan
Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan
Tanda klinis : edema perifer dan nadi kuat
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang
berlebihan dalam kompartemen ekstraselulermeningkatkan tekanan
osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel sehingga menimbulkan
penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema). Edema yang
sering terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat
local atau menyeluruh, tergantung pada kelebihan cairan yang
terjadi. Edema dapat terjadi ketika ada peningkatan produksi cairan
interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial. Hal ini dapat
terjadi ketika:
a. Permeabilitas kapiler meningkat (mis : karena luka bakar, alergi
yang menyebabkan perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang
interstisial).
b. Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis : hipervolemia,
obstruksisirkulasi vena) yang menyebabkan cairan dalam
pembuluh darahterdorong ke ruang interstisial.
c. Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis : pada
blockade limfatik)
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan
elektrolit meliputi jumlah asupan cairan yang dapat diukur melalui jumlah
pemasukan secara oral, parental, atau enteral. Jumlah pengeluaran dapat
diukur melalui jumlah produksi urine, feses, muntah atau pengeluaran
lainnya. Faktor yang berhubungan meliputi faktor-faktor yang
memengaruhi masalah kebutuhan cairan, seperti, diet, lingkungan, usia
perkembangan, dan penggunaan obat. (Eko&Andi,2014).
Pengkajian fisik meliputi sistem yang berhubungan dengan
masalah cairan dan elektrolit, seperti sistem intregumen (status turgor kulit
dan edema), sistem kardiovaskular (adanya distensi vena jugularis,
tekanan darah, dan bunyi jantung), sistem penglihatan (kondisi dan cairan
mata), sistem neurologi (gangguan sensorik /motorik, status kesdaran, dan
adanya reflex), dan sistem gastrointestinal (keadaan mukosa mulut, lidah,
dan bising usus).
2. Diagnosis keperawatan
a. Hipovolemia
b. Diare
c. Deficit nutrisi
d. Intoleran aktivitas
e. Nyeri akut
f. Hipertermia
g. Risiko syok
h. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Hipovolemia Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam, status Manajemen cairan
cairan membaik, dengan kriteria elektolit

1. Observasi tekanan
Indikator Skor darah
2. Monitor denyut nadi
a. Output urin meningkat 4 3. Monitor turgor kulit
4. Evaluasi urin output
b. Elastisitas turgor meningkat 4 tiap hari
c. Tekanan darah meningkat 4 5. Motivasi pasien
mengkonsumsi
d. Frekuensi nadi meningkst 4 cairan yang
e. Suhu meningkat 4 dianjurkan
6. Monitor berat badan
f. Membran mukosa meningkat 2 setiap hari
g. Keluhan haus membaik 3 7. Edukasi tanda tanda
dehidrasi dan
h. Intake cairan meningkat 2 anjurkan meminta
bantuan jika
memerlukan cairan
tambahan

4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA

Atoilah, Elang M. Kusnadi, Engkus. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien


dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut : In Media.

Bulechek,dkk. 2016. Nursing Intervention classification (NIC) Edisi keenam.


Singapore: Elsevier Icn.

Haswita & Reni, 2017. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Tim

Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and


classification 2018-2020. Jakarta: EGC.

Prabowo, Eko & Andi, Eka, Pranata. 2014. Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan.

Tarwoto, Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Edisi 5. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Medika.Yogyakarta : Nuha
Medika

Anda mungkin juga menyukai