Anda di halaman 1dari 9

7/11/2020 Mengenal Kitab al-Ni’am, Karya Kiai Abdul Wahid Khudzaifah PP Darul Ulum Nangger Sempal Omben Sampang

Sampang - NU Online Pamekasan

 

Artikel

Mengenal Kitab Al-Ni’am, Karya Kiai Abdul Wahid Khudzaifah PP


Darul Ulum Nangger Sempal Omben Sampang
 8 Oktober 2019  Redaksi Online  Comment(0)

Oleh : H. Zainol Hasan

Muqaddimah
https://pcnu-pamekasan.or.id/mengenal-kitab-al-niam-karya-kiai-abdul-wahid-khudzaifah-pp-darul-ulum-nangger-sempal-omben-sampang/ 1/9
7/11/2020 Mengenal Kitab al-Ni’am, Karya Kiai Abdul Wahid Khudzaifah PP Darul Ulum Nangger Sempal Omben Sampang - NU Online Pamekasan

Kitab “an-Ni’am ‘ala nadhm al-Hikam li Ibn ‘Athāillah” adalah salah satu kitab karya Kiai Abdul
Wahid Khudzaifah. Pendiri dan pengasuh PP Darul Ulum Nangger Sempal Omben Sampang di
bidang tasawuf yang berbentuk nadham (puisi) hasil gubahan dari kitab “al-Hikam” yang berbentuk
natsar (prosa), karya Ibn ‘Athā’illahal-Sakandari (1250-1309 M) yang terdiri dari 264 bait aforisma-
aforisma sufistik. Nadham ini juga berisi bagian kedua kitab al-Hikam tentang surat-menyurat
Syaikh Ibnu Athaillah sehingga jumlah keseluruhannya sebanyak 512 bait. Kitab ini ditulis mulai
pada hari Jum’at, 1 Jumadal Ula 1410/2 Desember 1989 M, dan selesai pada hari Rabu, 20 Jumadal
Akhirah 1410/17 Januari 1990 M, dengan bentuk nadham (puisi) berbahar rajaz: (– ‫ﻣﺳﺗﻔﻌﻠن –ﻣﺳﺗﻔﻌﻠن‬
‫) ﻣﺳﺗﻔﻌﻠن‬

Kitab induknya, al-Hikam, adalah salah satu kitab tasawuf terkenal di Indonesia. Terdapat banyak
syarh (penjelas, komentar) yang membahas dan mengurai makna kitab ini. Carl Brockelmann
mencatat 17 syarh atas kitab al-Hikam ini. Diantaranya yang terkenal di Indonesia: (1). Syarhal-
Hikam yang ditulis Ibn ‘Ubbadal-Nafari al-Randi (w.796H./1394M.); (2). Al-Hikam al-‘Aththa’iyah
karya Abi al-Abbas Ahmad ibn Muhammad Zarruq (w.899H./1394M.); (3). Ib’ad al-Ghumam ‘an
Iyqadh al-Himam fi Syarhil-Hikam, buah tangan Ahmad ibn Muhammad ibn Ajibah al-Hasani. Kitab
ini merupakan syarah terhadap syarah hikam, Iyqadhal–Hikam.

Dari beberapa syarh (penjelas, komentar) di atas, sepengetahuan penulis, kitab“an-Ni’am ‘ala
nadhm al-Hikam”ini adalah satu-satunya kitab syarhkarya Ulama Madura yang berbentuk
puisi(nadham).Di setiap baitnya dilengkapi dengan penjelasan-penjelasan (syarh) singkat
berbahasa Madura dengan tulisan pegon. Bisa dikatakan, kitab an-Ni’am ini adalah syarah
(penjelas, komentar) yang pertama kali dari kitab al-Hikam yang menggunakan bahasa Madura.

Kitab al-Ni’am adalah kitab terakhir dari puluhan kitab hasil karya lainnya. Penulisan Kitab ini
rampung ketika tahun akhir menjelang kepulangan beliau kehadirat-Nya. Pada masa-masa
penulisan kitab tersebut, dikisahkan, ia bermimpi di datangi oleh almarhum abah, ummi, kakek,
dan neneknya. Mereka seakan-akan mengelilingi beliau dan memerintahkan untuk cepat-cepat
merampungkan penulisannya. Dari isyarah mimpi tersebut, ia berkesimpulan bahwa usianya tidak
akan berlangsung lama lagi, sehingga kitab tersebut harus segera diselesaikan penulisannya.

Alasan Penulisan Kitab Syarah al-Ni’am

Menurut bait-bait awal, alasan atau latar belakang penulisan nadham ini adalah karena pada saat
ini (ketika kitab ini ditulis, pen.), banyak orang yang sudah mengikuti tarekat (sālik). Mereka (para
sālik), membutuhkan “pedoman”, petunjuk jalan yang menuntunnya menuju kepada Allah. Di
samping sebagai pedoman, mereka (para sālik), juga butuh pada pembimbing yang akan
menyadarkan hati yang lupa. Lalu beliau merekomendasikan agar mereka (para sālik), meluangkan
waktuuntuk membaca al-Hikam karya Ibnu Athaillah. Sebaliknya, para sālik, meminta beliau untuk

https://pcnu-pamekasan.or.id/mengenal-kitab-al-niam-karya-kiai-abdul-wahid-khudzaifah-pp-darul-ulum-nangger-sempal-omben-sampang/ 2/9
7/11/2020 Mengenal Kitab al-Ni’am, Karya Kiai Abdul Wahid Khudzaifah PP Darul Ulum Nangger Sempal Omben Sampang - NU Online Pamekasan

menulis nadham sehingga mempermudah mereka memahami kitab al-Hikam. Hal ini dapat dilihat
pada bait berikut:

ْ‫ﺎج ْاﻟ ُﻌﺑ ُْور‬ ‫َﻣنْ َو َﻟ َﺞ ﱠ‬


َ ‫اﻟط ِرﯾْقَ َواﺣْ َﺗ‬ ﴾﴿ ُ ‫و َﺑﻌْ ــــ ُد ﻓﺎﻋْ َﻠم أَ ﱠﻧ ُﮫ َﻟـﻣﱠـﺎ‬
ْ‫ﻛﺛـــــــر‬

‫ﺑن ﺳﻣﺎرﯾﻧﮫ ﻣذﻛور ﻣك أوﻧﯾﻐﮫ ﺳﻣﻔﯾﺎن دأ ﺳؤﻏﻛوﻧﮫ ﻛﻼﻛوان ﻓﻧﻛﺎ ﺳﻣﻐﺳﺎﻧﮫ ﺑﻧﯾﺄ ﻓﺳﯾراه أورﯾﻎ ﺳﻰ ﻣﺎﺳؤ طرﯾﻘﺔ ﺑن أﺣﺎﺟﺔ دأ ﻟﯾﺑﺎت ﻻن ﺟﺎﻻﻧﮫ طرﯾﻘﺔ‬

َ ‫ﺎج َﻣنْ ﯾُرْ ﺷِ ُد ْﻗﻠ‬


‫ب اﻟﺳﱠﺎھِﻲ‬ َ ‫َواﺣْ َﺗ‬ ﴾﴿ ‫ـــــر ِة ْاﻹِ ٰﻟـــــ ِﮫ‬
َ ْ ‫إِ َﻟﻰ وُ ﺻ‬
ْ‫ُـــــو ِل َﺣﺿ‬

‫اﺣﺎﺟﺔ ﻣن دأ أورﯾﻎ ﺳﻰ ﻧودواﻛﻰ ﻣن دأ أﺗﯾﻧﮫ أورﯾﻎ ﺳﻰ ﻟوﻓﺎه‬ ‫ﺳﻣﻔﺊ دﻓﺄ دأ ﺣﺿراﻧﮫ ﻓﻐﯾران‬

ِ ‫َﻓﺈِ ﱠﻧ ُﮫ دَ َوا ُء َﻗ ْﻠـ‬ ْ ِ ‫دَ َﻟ ْﻠ ُﺗــــ ُﮫ إِ ٰﻟﻰ ِﻛ َﺗﺎ‬


ْ‫ب َﻣـــــــنْ َﻋﻣِـــــــﻲ‬ ﴾﴿ ِ ‫ب اﻟـﺣِـــ َﻛ‬
‫ــــم‬

‫ﻣك أﻧودواﻛﻰ دأ أورﯾﻎ ﺳﻰ ﻣﺎﺳؤ طرﯾﻘﺔ دأ ﻛﺗﺎب اﻟﺣﻛم ﻛرﻧﮫ ﺳؤﻏﻛوﻧﮫ ﻛﺗﺎب اﻟﺣﻛم ﻓﻧﯾﻛﺎ ﺗﻣﺑﺎﻧﮫ أﺗﯾﮫ أورﯾﻎ ﺳﻰ ﺑوﺗﺎه ﻣن‬

Artinya:

Setelah itu, ketahuilah bahwa ketika banyak orang yang masuk tarekat dan butuh pada jalan yang
bisa sampai (wushul) di hadapan Ilahi; (di samping itu) juga butuh kepada orang yang
membimbing hati yang lupa, lalu saya tunjukkan kitab al-Hikam, karena ia (mengandung) obat hati
bagi orang yang buta.

ُ ‫أَنْ أَ ْﻧ‬
ِ‫ظـــــ َم ْاﻟ ِﺣ َﻛــــ َم ﻟِﻠ ﱡﻧﺳﱠــــــﺎك‬ ﴾﴿ ِ‫َو َﻗ ْد دَ َﻋﻰ َﺑﻌْ ضٌ ﻣ َِن اﻟ ﱡﺳﻼَك‬

‫ ﻣﻧﺗﺎ دأ ﻛوﻟﮫ ﻓﺳﯾره ﺳﺗﻐﺎ داري ﺑﻧﯾﺎء أورﯾﻎ ﺳﻰ ﻣﺎﺳؤ طرﯾﻘﺔ دأ ﻛودوه اﻧظم ﻛوﻟﮫ دأ ﻛﺗﺎب اﻟﺣﻛم ﻛرﻧﮫ ﺑﻧﯾﺄ أورﯾﻎ ﺳﻰ ﻟﻼﻛوه ﻋﺑﺎده‬٢‫ﺑن أوﻏﻛو‬

َ ‫ُﻣ ْﺗ َﻘـــــرﱢ ﺑًﺎ ِﺑــــ ِﮫ َﻓﮭ‬


‫ْــــو َﺣﺳْ ُﺑ َﻧـــــﺎ‬ ﴾﴿ َ ‫اَ َﺟ ْﺑ ُﺗـــ ُﮫ ﻣُﻌْ َﺗﻣِــــ ًدا ﻟ‬
‫ِــرﺑﱢــﻧـَـﺎ‬

‫ﺳﻣﺑــﯾﮫ أﻛﺎﺑـﻲ ﻛﻔرﺋﺎن ﻛوﻟﮫ ﻛﻼﺑن ﺳﺑب ﻧظم ﻣك ﷲ أﯾوﻛوﻓـﻰ دأ ﻛوﻟﮫ‬ ‫ﻣك أپـﻣﺑﺎداﻧﻲ ﻛوﻟﮫ دأ ﺑﻌض ﺳﻣﺑــﯾﮫ اﻓﯾﻛوﻛو ﻛوﻟﮫ دأ ﻓﻐﯾران ﻛوﻟﮫ‬

Artinya:

Sebagian dari Salik (pengikut tarekat) betul-betul meminta saya untuk menulis kitab al-Hikam
dalam bentuk nadham (puisi) sebagai “pedoman” untuk melakukan ibadah (tarekat, pen.), lalu saya
memenuhi permintaanitu seraya tetap memohon petunjuk kepada Allah, dengan (harapan)
penulisan nadham ini(semoga) dapat lebih mendekatkan diri kepadaNya, karena Dialah Dzat yang
mencukupi (kebutuhan) kita.

Memang –ketika paper ini dipresentasikan– muncul pertanyaan : mengapa kiai Abdul Wahid
Khudzaifah, sang pengikut Tarekat Naqsyabandiyah Ahmadiyah Mudzhariyah menulis atau
mengomentari (mensyarahi) kitab al-Hikam, karya Ibn ‘Athā’illahal-Sakandari yang nota bene
adalah pengikut tarekat al-Syadiliyah??? Tidak ada jawaban secara eksplisit dalam teks kitab al-
https://pcnu-pamekasan.or.id/mengenal-kitab-al-niam-karya-kiai-abdul-wahid-khudzaifah-pp-darul-ulum-nangger-sempal-omben-sampang/ 3/9
7/11/2020 Mengenal Kitab al-Ni’am, Karya Kiai Abdul Wahid Khudzaifah PP Darul Ulum Nangger Sempal Omben Sampang - NU Online Pamekasan

Ni’amini. Tetapi secara implisit dapat dikatakan bahwa kitab al-Hikam, karya Ibn ‘Athaillah ini,
mampu “menembus batas-batas” tarekat “formal” yang ada. Artinya, ia bisa dijadikan rujukan tidak
hanya terbatas di kalangan tarekat al-Syadiliyah saja, tetapi bisa juga dijadikan rujukan bagi
tarekat lainnya. Pertimbangan untuk merujuk kepada al-Hikam ini, tidak lepas dari kedalaman
permenungan spiritual, ketinggian ilmu hikmah dan kekayaan pengalaman batin yang dimiliki oleh
Ibn Atha’illah. Maka tidak heran, jika banyak komentar yang memujinya.

Abdul Halim Mahmud, misalnya, mengomentari tentang isi (content) kitab al-Hikam sebagai
memantulkan ilmu dan cahaya (tufidual-‘ilmwa al-nur), sedangkan Muhammad Abduh
mengomentari dari diksinya bahwa kitab ini hampir saja serupa dengan al-Qur’an (kada kitabal-
hikamiya kunuqur’anan). Kiai Mustofa Bisri, wakil Ra’is Am PBNU, menyatakan, aforisme al-Hikam
bahasanya luar biasa, menyihir banyak orang, saling mendukung antara kata dan makna sehingga
melahirkan ungkapan-ungkapan yang menggetarkan.

Terlepas dari argumentasi khusus di atas, secara umum, alasan ulama meberikan syarh
(penjelasan, komentar) pada karya ulama sebelumnya, dapat dikemukakan sebagai berikut:
Pertama, mereka berkeinginan untuk terus menghubungkan sanad keilmuan mereka dengan para
ulama terdahulu supaya tidak ada keterputusan. Jaringan keilmuan seperti ini yang tidak terpikirkan
oleh orang lain. Menurut para ulama, hal demikian penting dilakukan, agar ada kejelasan sumber
pengetahuan mereka.

Kedua, para ulama tidak hanya memberikan komentar atau perluasan terhadap konten kitab
tersebut. Namun, mereka juga membuat kontekstualisasi isi kitab itu dengan persoalan yang
tengah terjadi atau penerapannya terhadap suatu masalah.Biasanya, dalam kitab tersebut terdapat
problem di dalam kurung sebagai penanda atas pembahasan suatu permasalahan yang masih ada
kaitannya dengan materi yang tengah dibahas.

Ketiga, keinginan para ulama untuk bertabaruk, mengambil berkah dari para ulama sebelumnya.
Bagi mereka, mensyarahi, memberi catatan tambahan, memperjelas, atau menazamkan kitab
karya para ulama sebelumnya sebagai bentuk memudahkan para santri adalah bagian dari ngalap
berkah para ulama.

Ketiga hal inilah yang luput dari pantauan peneliti selain masyarakat pesantren sendiri. Para
orientalis tidak melihat adanya tiga hal itu mengingat mereka hanya fokus pada teks saja. Mereka
tidak mengerti ada hal yang berada di balik teks (beyond the text, mā warā’a al-nash).

Selain itu, para ulama juga pastinya mempertimbangkan hal lain, seperti memudahkan para santri,
pembaca, dan siapapun yang ingin mempelajari untuk dapat memahami substansi kitab yang
dinadhamkan, diringkas, ataupun yang disyarahi. Kitab yang terakhir (disyarahi), juga dapat

https://pcnu-pamekasan.or.id/mengenal-kitab-al-niam-karya-kiai-abdul-wahid-khudzaifah-pp-darul-ulum-nangger-sempal-omben-sampang/ 4/9
7/11/2020 Mengenal Kitab al-Ni’am, Karya Kiai Abdul Wahid Khudzaifah PP Darul Ulum Nangger Sempal Omben Sampang - NU Online Pamekasan

memperluas pandangan mereka agar lebih jauh pemahamannya dan penerapannya pada suatu
permasalahan.

Isi Kitab al-Hikam dan al-Ni’am

Dari sudut isi (content), kitab al-Ni’am tidak berbeda dengan kitab aslinya, kitab al-Hikam; ia berisi
puluhan kata ringkas (aforisme) dengan penuh hikmah yang merupakan hasil permenungan atau
pengalaman spiritual ibn Athaillah. Sebagai penganut tasawuf khuluqi-‘amali, ibn Athaillah berusaha
memadukan antara syariat dan hakikat. Ini terlihat ketika ia menafsirkan ayat al-Qur’an,
iyyakana’buwaiyyakanasta’in. Menurutnya, iyyaka na’budu itu adalah syariat, sedangkan iyyaka
nasta’in adalah haqiqat; iyyakana’budu itu adalah Islam, sedangkan iyyakanasta’in adalah ihsan;
iyyakana’budu ituadalah ‘ubudiyah, sedangkan iyyakanas ta’in adalah‘ubudah.

Sebagaimana ciri dan corak tasawuf khuluqi-‘amali pada umumnya, meskipun tidak tersistematisasi
seperti yang dilakukan pemikir tasawuf lain, di dalam kitab al-Hikam ini yang juga diikuti oleh kitab
al-Ni’am, dibahas tentang terminal-terminal spiritual (maqamat) dan kondisi spiritual (ahwal) yang
sebelumnya telah dirintis oleh al-Harits al-Muhasibi (w.243H.) Abu Nashr al-Sarraj (w. 378 H./ 988
M.), al-Kalabadzi (w. 380 H.), al-Qusyairi (w. 465H./1072M.), Abu Hamidal-Ghazali (505H.).

Maqam-maqam spiritual yang dsebutkan dalam kitab ini, seperti taubat, zuhud, shabar, tawakkal,
dan ridha. Sedangkan kondisi spiritual (ahwal) seperti khauf-raja’, tawadhu’, ikhlas, dan syukr.
Bahkan, dalam kitab ini juga dibahas tentang ma’rifat,fana-baqa,dan mahabbah.

Contoh tentang maqam taubat. Seorang salik (orang yang berjalan menuju Allah) harus terlebih
dahulu membersihkan diri dari dosa-dosa. Caranya, menyesali dan merasa sedih atas dosa-dosa
yang telah dilakukan. Orang yang tidak menyesal dan tidak merasa susah atas dosa yang dilakukan
disebut sebagai “matêna atê” (hati yang mati, buta). Walaupun begitu, banyaknya dosa yang
dilakukan seseorang, tak boleh menyebabkan seseorang “pegghâ’ pangarep” (putus
pengharapan) akan ampunan Allah dan justeru “pegghâ’ pangarep” itu sendiri lebih besar dari
pada “dhusana bâ’na” (dosa yang kamu kerjakan).

Penutup

Apa yang ditulis dalam paper ini, masih bersifat pinggiran (periferial) untuk menyeberang jauh ke
samudera pengetahuan tasawuf yang luas yang terdapat pada lautan kitab al-Hikam. Walaupun
begitu, berkat kealiman dan keterampilan yang dimiliki, Kiai Abdul Wahid Khudzaifah telah berusaha
membuat “wasilah” (perahu), untuk mendekatkan dan menggapai “mutiara” ilmu tasawuf ini,
kepada masyarakat Madura lewat karyanya: al-Ni’am ‘ala nadhm al-Hikam.

Daftar Rujukan

https://pcnu-pamekasan.or.id/mengenal-kitab-al-niam-karya-kiai-abdul-wahid-khudzaifah-pp-darul-ulum-nangger-sempal-omben-sampang/ 5/9
7/11/2020 Mengenal Kitab al-Ni’am, Karya Kiai Abdul Wahid Khudzaifah PP Darul Ulum Nangger Sempal Omben Sampang - NU Online Pamekasan

Abdul Muqsith Ghazali, “Pemikiran Tasawuf Ibn Atha’illah al-Sakandari : Kajian TerhadapKitab al-
Hikam al-‘Aththa’iyah”, (Jakarta: Tashwirul Afkar, edisi 32 tahun 2013).

Abi al-Abbas Ahmad ibn Muhammad Zarruq, Al-Hikam al-‘Atha’iyah, (Lebanon: Daral- Kutub
al-‘Ilmiyah, 2008).

Ahmad ibn Muhammad ibn Ajibah al-Hasani, Ib’adal-Ghumam ‘an iyqadh al-Himam fi Syarh al-
Hikam, (Lebanon: Daral Kutubal-‘Ilmiyah, 2009).

Ibn‘Ubbad al-Nafari al-Randi, Syarh al-Hikam, (Semarang: Thaha Putera, Semarang, tt).

Ibn Atha’illah, Al- Hikam:Rampai Hikmah IbnAtha’illah, (Jakarta:Serambi,2007).

Kiai Abdul Wahid Khudzaifah, al-Ni’am, (Sampang: Dar al-Ulum, tt).

Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat. Syaikh Abu Madyan al-Maghribi,
Mengaji al-Hikam: Jalan Kalbu Para Perindu Tuhan, (Jakarta: Zaman, 2011).

 Kuliah Dakwah B… Warga NU Galis K… 

https://pcnu-pamekasan.or.id/mengenal-kitab-al-niam-karya-kiai-abdul-wahid-khudzaifah-pp-darul-ulum-nangger-sempal-omben-sampang/ 6/9
7/11/2020 Mengenal Kitab al-Ni’am, Karya Kiai Abdul Wahid Khudzaifah PP Darul Ulum Nangger Sempal Omben Sampang - NU Online Pamekasan

https://pcnu-pamekasan.or.id/mengenal-kitab-al-niam-karya-kiai-abdul-wahid-khudzaifah-pp-darul-ulum-nangger-sempal-omben-sampang/ 7/9
7/11/2020 Mengenal Kitab al-Ni’am, Karya Kiai Abdul Wahid Khudzaifah PP Darul Ulum Nangger Sempal Omben Sampang - NU Online Pamekasan

Cari … Cari

RECENT POSTS

Kantor PCNU Pamekasan


Jl. R. Abdul Aziz Nomor 95 Kelurahan Jungcangcang Pamekasan 69317

https://pcnu-pamekasan.or.id/mengenal-kitab-al-niam-karya-kiai-abdul-wahid-khudzaifah-pp-darul-ulum-nangger-sempal-omben-sampang/ 8/9
7/11/2020 Mengenal Kitab al-Ni’am, Karya Kiai Abdul Wahid Khudzaifah PP Darul Ulum Nangger Sempal Omben Sampang - NU Online Pamekasan

HP : 081937401926
Email: set@pcnu-pamekasan.or.id

Copyright © 2019 NU Pamekasan

https://pcnu-pamekasan.or.id/mengenal-kitab-al-niam-karya-kiai-abdul-wahid-khudzaifah-pp-darul-ulum-nangger-sempal-omben-sampang/ 9/9

Anda mungkin juga menyukai