Anda di halaman 1dari 16

STRATEGI PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING

31 JANUARI 2022

Rapat Dengar Pendapat dengan


Komisi IX DPR RI

Plt. Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat


Kementerian Kesehatan RI
TREN DAN TARGET PENURUNAN PREVALENSI STUNTING NASIONAL
Tren menurun, namun perlu percepatan untuk mencapai target RPJMN 2024

Pandemi
COVID-19

Sumber: Kementerian Kesehatan 2


PROVINSI DENGAN PREVALENSI JUMLAH BALITA STUNTING TERTINGGI
TAHUN 2021

PROVINSI JUMLAH BALITA


STUNTING
Jawa Barat 1.055.608
Jawa Timur 653.218
Jawa Tengah 543.963
Banten 294.862
Sumatera Utara 383.403
51,2% Balita Stunting tinggal di 5 Provinsi ini

Sumber: SSGI, 2021


3
INTERVENSI HOLISTIK UNTUK PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING

1 2 Kontribusi
Kontribusi
Intervensi Spesifik 30% Intervensi Sensitif 70%

Intervensi yang ditujukan melalui berbagai


kegiatan pembangunan di luar sektor
kesehatan dan merupakan kerjasama lintas
sektor. Sasarannya adalah masyarakat secara
umum, tidak khusus untuk 1.000 HPK.

4
KEMENTERIAN KESEHATAN MENDUKUNG PERCEPATAN PENURUNAN
STUNTING DALAM KOORDINASI INTERVENSI SPESIFIK
Intervensi Spesifik Intervensi Sensitif
Target Target (Penyebab tidak langsung)
(Penyebab langsung)
70% pelayanan KB pascapersalinan
1 58% remaja putri mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)
Sebelum

15,5% kehamilan yang tidak diinginkan


lahir

2 80%ibu hamil mengonsumsi 90 tablet TTD selama kehamilan


90% cakupan calon Pasangan Usia Subur (PUS) memperoleh
3 90%ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) mendapat tambahan asupan gizi pemeriksaan kesehatan sebagai bagian pelayanan nikah
4 80% bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif 100% rumah tangga mendapat akses air minum layak di kab/kota
prioritas
5 80% anak usia 6-23 bulan mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) 90% rumah tangga mendapat akses sanitasi (air limbah domestik)
layak di kab/kota prioritas
Setelah

6 90% balita dipantau pertumbuhan dan perkembangannya


lahir

96,8 juta penduduk menjadi Penerima Bantuan Iuran (PBI)


7 Jaminan Kesehatan Nasional
90% balita gizi kurang mendapat tambahan asupan gizi
90% keluarga berisiko stunting memperoleh pendampingan
8 90% balita gizi buruk mendapat pelayanan tata laksana gizi buruk
10 juta keluarga miskin dan rentan memperoleh bantuan tunai
9 90% balita memperoleh imunisasi dasar lengkap bersyarat
70% target sasaran memiliki pemahaman yang baik tentang
stunting di lokasi prioritas
15,6 juta keluarga miskin dan rentan yang menerima bantuan
sosial pangan
90% desa/ kelurahan stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

5
Sebelum lahir
INTERVENSI DI HULU PADA REMAJA PUTRI
Sasaran Remaja Putri siswi SMP/SMA/Sederajat : 16.256.613 Siswi
Indikator program :
Remaja putri mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)

Remaja putri mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD), 1 tablet setiap


1
minggu selama 52 minggu (1 tahun)

2 Skrining Anemia pada remaja putri dengan pemeriksaan kadar Hb

Edukasi remaja putri: manfaat TTD, bahaya anemia, kespro, gizi seimbang
3

Kegiatan tambahan:
4 - Minum TTD Bersama di sekolah “Anemia No,Tablet Tambah Darah Yes.”
- Sarapan Bersama di sekolah

6
Sebelum lahir
INTERVENSI PADA IBU HAMIL
Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD)
Indikator program :
Ibu Hamil mengonsumsiTablet Tambah Darah (TTD)

Ibu Hamil mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD), minimal


mengonsumsi 90 tablet selama masa kehamilan
1
Evidence: mampu menurunkan kejadian lahirnya Bayi Kecil (Small
for Gestational Age/SGA) dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
hingga 13% (Haider and Bhutta 2015)

2
Skrining Anemia pada saat pemeriksaan kehamilan (K1)
Riskesdas 2018: % Ibu Hamil Anemia = 48,9%

3 Edukasi hamil: manfaat TTD, gizi seimbang untuk ibu hamil, IMD, ASI Eksklusif

“Anemia No,Tablet Tambah Darah Yes.”

7
Sebelum lahir
INTERVENSI PADA IBU HAMIL
ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) mendapat tambahan asupan gizi

Indikator program :
Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK) mendapat tambahan asupan gizi

Skrining status gizi ibu hamil dengan pemeriksaan lingkar lengan atas (LILA)
1 pada saat pemeriksaan kehamilan/ANC. Ibu menderiat risiko KEK jika LILA
< 23,5 cm

2 Pemberian tambahan asupan gizi untuk ibu Hamil KEK selama 90 hari

3 Edukasi hamil: manfaat makanan tambahan, gizi seimbang untuk ibu hamil

4 Monitoring tingkat kepatuhan konsumsi tambahan asupan gizi secara


berkala oleh kader dan tenaga kesehatan

8
Setelah lahir
ASI EKSKLUSIF
Pemberian ASI Eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan sebagai salah satu standar Pemberian
Makan Bayi dan Anak (PMBA)
100
80
Tantangan 80 64.5
60 47.5
Pandemi COVID-19 berdampak pada pelaksanaan pelayanan kesehatan
40
di Puskesmas dan Posyandu
20
 43,5% Puskesmas meniadakan Pelayanan Posyandu (Survey Cepat
0
Balitbangkes, 2020) Bayi 0-5 bulan mendapatkan ASI
 Cakupan Konseling Pemberian Makan Bayi Dan Anak (PMBA) Eksklusif
menurun 23,5% (Survey Cepat Gizi, 2020)
2018 2021 Target 2024

Sumber: Riskesdas , 2018 ; SSGI 2021


Solusi
Pelaksanaan modifikasi layanan konseling PMBA melalui tele-konseling
atau kunjungan ke rumah
 68,7% Puskesmas Melakukan Kunjungan Rumah Balita (Survey Cepat
Balitbangkes, 2020)
 69,42% Puskesmas Melakukan Kunjungan Rumah Ibu Hamil (Survey
Cepat Balitbangkes, 2020)
Penyusunan media KIE terkait menyusui, webinar tentang pentingnya ASI

Sumber: Riskesdas , 2018 ; SSGI 2021

9
Setelah lahir
PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA ANAK USIA 6 – 23 BULAN

Mulai usia 6 bulan, kandungan protein dan zat Tantangan


besi pada ASI sudah berkurang sehingga bayi 1. Kurangnya pengetahuan ibu dalam
membutuhkan makanan pendamping ASI yang pemberian Makanan Pendamping ASI
adekuat untuk memenuhi kebutuhan gizinya sesuai rekomendasi
2. Masih rendahnya kapasitas tenaga
Asupan gizi pada bayi >6 bulan dapat kesehatan dalam memberikan konseling
tercukupi dengan makanan pendamping dan edukasi terkait MP-ASI
ASI kaya protein hewani.

Solusi
Konsumsi telur sebutir
1. Konseling dan penyuluhan
sehari selama 6 bulan
dalam periode MP-ASI 6-9 Pemberian Makan Bayi dan Anak yang
bulan terbukti menurunkan tepat diberikan kepada ibu balita agar
prevalensi stunting 47% ibu balita tahu dan mampu
dan underweight 74%.1 memberikan MP-ASI adekuat untuk
anaknya
Konsumsi lebih
dari 1 2. Pelatihan Konselor PMBA
jenis pangan hewani (Pemberian Makan Bayi dan Anak)
berasosiasi signifikan dengan
risiko stunting yang lebih untuk tenaga kesehatan dan kader
rendah pada usia 18-23
bulan.2
1. PEDIATRICS 140:1:2017 10
2. Amer.J.Agr.Econ.100(5),20July2017.
Setelah lahir
BALITA GIZI KURANG MENDAPAT TAMBAHAN
ASUPAN GIZI
Tantangan

1. Tidak dilakukan rujukan dari posyandu ke


Balita dengan status gizi kurang puskesmas, ketika terjadi weight faltering
mendapatkan tambahan asupan atau ketika berat badan anak tidak naik(T)
gizi selama 90 hari
2. Kurangnya kapasitas petugas dan kader
dalam penaganan anak gizi kurang

Kegiatan:

1. Monitoring kepatuhan konsumsi


Solusi
makanan tambahan
2. Monitoring kenaikan berat badan 1. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
balita yang mendapat tambahan dan kader Posyandu terkait alur rujukan
asupan gizi
3. Konseling dan edukasi gizi untuk 2. Puskesmas dapat memenuhi kebutuhan
keluarga balita bahan terapi gizi dari alokasi Anggaran
BOK

11
Setelah lahir
BALITA GIZI BURUK MENDAPAT TATA LAKSANA
BALITA GIZI BURUK
Tantangan
Balita dengan status gizi buruk
mendapatkan tata laksana gizi 1. Belum semua puskesmas dan rumah sakit
buruk di faskes terlatih memiliki Tim Asuhan Gizi yang terlatih tata
laksana gizi buruk
2. Terbatasnya anggaran puskesmas untuk
Kegiatan: membeli bahan F75/F100 dan PKMK

1. Penerapan 10 Langkah Tata


Solusi
laksana gizi buruk oleh Tim Asuhan
Gizi Puskesmas/ Rumah Sakit
1. Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana
2. Pemberian Obat Terapi Gizi
Gizi Buruk metode tatap muka dan e-
(F75/F100 dan PKMK)
learning
3. Monitoring kenaikan berat badan,
status gizi dan kesehatan balita
2. Tersedianya SOP untuk penanganan kasus
yang mendapat tatalaksana gizi
gizi buruk di puskesmas

3. Puskesmas dapat memenuhi kebutuhan


bahan untuk terapi gizi dari alokasi
Anggaran BOK

12
Setelah lahir
IMUNISASI DASAR LENGKAP

Imunisasi rutin: dari 11 menjadi 14 jenis


vaksin di seluruh Indonesia
Pneumonia dan diare merupakan 2 dari
5 penyebab tertinggi kematian balita di
Indonesia* yang dapat dicegah dengan
imunisasi:

Vaksin Lokasi

PCV 34 prov
(Pneumococcal
Conjugate Vaccine)
Rotavirus DKI Jakarta, Bali, NTB

Sumber: Subdit imunisasi desember 2021


13
Penggunaan sumber data laporan rutin (ePPGBM)
untuk penentuan angka stunting

Waktu Jumlah
Sumber Data Existing Jenis Data
Pelaksanaan Orang
2007, 2010, 2013,
300.000
Perpres No. 72 Tahun Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Survei 2018, 2023
(2018)
2021 Tentang Percepatan (5 tahun sekali)
Penurunan Stunting Studi Status Gizi Balita Indonesia
Survei
2019
320.000
(SSGBI) (hanya sekali)
Kementerian Kesehatan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Survei
2021
150.000
mempunyai tanggung (hanya sekali)
jawab untuk publikasi 12.000.000
E-PPGBM Laporan rutin Setiap bulan
angka stunting (2021)
kabupaten/kota setiap
tahun.

Untuk mendapatkan angka stunting berbasis laporan rutin/surveilans, maka dibutuhkan:

Peningkatan Kualitas Pemeliharaan dan Integrasi ePPGBM dengan


Data Surveilans peningkatan Aplikasi Kesehatan
• Pemenuhan alat kapasitas aplikasi lainnya
antropomentri
• Pelatihan tenaga Puskesmas ePPGBM
dan Kader Posyandu 14
• Ketepatan input rutin data
bulanan saat Posyandu
1. Kemenkes memastikan intervensi gizi spesifik dilaksanakan dengan baik
sehingga dapat mencapai target yang ditetapkan
2. Kemenkes akan merevitalisasi, melengkapi, mendigitalisasi alat ukur di
seluruh Posyandu melalui APBN dan DAK
3. Kemenkes sudah melakukan penambahan antigen untuk imunisasi
dasar lengkap
4. Kegiatan intervensi spesifik telah sejalan dengan kegiatan yang
KESIMPULAN dilaksanakan oleh BKKBN terkait :
• Integrasi sistem informasi ePPGBM (Aplikasi Surveilans Gizi) dengan
Sistem Informasi BKKBN
• Pelaksanaan edukasi, pendampingan, montoring dan evaluasi
kegiatan

15

Anda mungkin juga menyukai