Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KEPERAWATAN MATERNITAS I

ASUHAN KEPERAWATAN IBU


INTRANATAL

Oleh :

Kelompok 6
Dena Padila Sari (R2001013)
Desy Fatmawaty (R2001014)
Ghina Cantika (R2001021)
Rosalia Agustin (R2001045)
Satrio Gilang Pratama (R2001046)
Ken Dedes Puspa Dwi N. (R2001062)

Keperawatan 3A

Jalan Wirapati Sindang Indramayu, Jawa Barat Kode Pos 45222


STIKES INDRAMAYU
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT kami panjatkan, karena dengan
rahmat-Nya kita masih diberi kekuatan untuk bisa melakukan aktifitas. Shalawat
serta salam semoga di curahkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad
SAW. Karena hanya Rahmat-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.

Susunan makalah ini tidak mungkin dapat terwujud tanpa izin dan keridhoan
dari Allah SWT. Keinginan penulis yaitu mendapatkan hasil yang baik agar
maksud dan isinya dapat dimengerti oleh pembaca. Makalah ini tentunya jauh dari
kata sempurna tetapi penulis tentunya bertujuan untuk menjelaskan atau
memaparkan point-point di makalah ini, sesuai dengan pengetahuan yang penulis
peroleh, baik dari buku maupun sumber-sumber yang lain.

Dengan selesainya makalah Asuhan Keperawatan Ibu Intranatal ini, penulis


ingin menyampaikan rasa terimakasih yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat:
1. Ibu Wiwin Nur Aeni, S.Kep., Ns., M.Kep Selaku Dosen Keperawatan
Maternitas I STIKES INDRAMAYU.

Penulis menyadari, sebagai buatan manusia makalah ini tidak mungkin


terlepas dari berbagai kekurangan baik dari segi isi materi, maupun penulisan dan
penyajiannya.
Indramayu, 22 November 2021

Penyusun
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
Latar Belakang ....................................................................................... 1
Mekanisme Persalinan ............................................................................ 1
Tahap- tahap persalinan ......................................................................... 2
Faktor- faktor yang mempengeruhi persalinan ...................................... 3
Perubahan fisik setelah post partum ....................................................... 4
Perubahan psikologis ibu post partum ................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 7
Definisi ................................................................................................... 7
Etiologi ................................................................................................... 8
Patofisiologi ........................................................................................... 8
Manifestasi klinis ................................................................................... 8
Komplikasi ketuban pecah dini .............................................................. 9
Pemeriksaan diagnostic .......................................................................... 9
Penatalaksanaan ...................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dahulu) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2001)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang dapat hidup kedunia luar,dari lahir atau dengan jalan lain
(Mochtar.R,MPH,2001). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar.
(Sarwono Ilmu kebidanan Edisi 3, 1999)
Adanya hormone estrogen dan progesterone dalam keadaan seimbang
sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan estrogen
dan progesterone menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh oleh hipofise
parst posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk Broxton hicks.
Broxton hicks akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya persalinan dan
oksitosin di duga bekerja sama atau melalui prostaglandin yang makin
meningkat mulai dari umur kehamilan 15 minggu. Disamping itu faktor gizi
ibu hamil dan keregangan otot rahim dapat memberikan pengaruh penting
untuk di mulainya kontraksi rahim.

B. Mekanisme persalinan
Mekanisme gerakan bayi memungkinkan ia untuk menyesuaikan diri
dengan pelvis ibu yakni penurunan, fleksi, rotasi dalam, ekstensi, rotasi luar,
dan pengeluaran.

a) Engangement, tertangkapnya kepala janin pada PAP


b) Decent, turunnya kepala janin ke PAP
c) Flexion (menekuk), tahanan yang diperoleh dari dasar panggul makin
besar maka makin fleksi kepala janin, dagu menekan dada dan belakang
kepala (oksiput) menjadi bagian terbawah janin, mengakibatkan masuknya
kepala janin dengan diameter terkecil melewati jalan lahir terkecil
melewati jalan lahir.
d) Internal rotation
Pemutaran bagian terendah kebawah simpisis menyesuaikan posisi kepala
janin dengan bentuk jalan lahir
e) Extentition
setelah paksi dalam selesai dan kepala sampai vulva, lahir berturut sisiput,
dahi, hidung, mulut, dagu
f) External rotation
putaran kepala mengikuti putaran bahu
g) Expultion
pengeluaran bahu dan badan janin

C. Tahap- tahap persalinan


Terdapat empat tahap persalinan
a. kala I : Dimulai dari permulaan persalinan sampai dilatasi serviks secara
lengkap
b. kala II : dari dilatasi serviks lengkap sampai kelahiran bayi
c. kala III : dari kelahiran bayi sampai kelahiran plasenta
d. kala IV : dari kelahiran plasenta sampai stabilisasi keadaan pasien,
biasanya
pada sekitar 1 jam masa nifas
● Kala 1 :
Proses membukanya servik sebagai akibat his di bagi dalam 2 fase.
1. Fase laten: kurang lebih selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm
2. Fase aktif: dibagi dalam 3 fase lagi yaitu:
- Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4
cm
- Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm
- Fase deselarisasi: pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap
Fase-fase tersebut pada primigravida. Pada multigravida pun
terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, fase deselarisasi
terjadi lebih pendek.
Mekanisme pembukaan serviks berbeda antara primigravida dan
multigravida. Pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka
lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru
kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida ostium
uteri internum sudah sedikit terbuka.ostium uteri internum dan
eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat
yang sama.
Ketuban akan pecah sendiri ketika pembukaan hampir atau telah
lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm,
disebut ketuban pecah dini. Kala 1 selesai apabila pembukaan serviks
uteri telah lengkap. Pada primigravida kala 1 berlangsung kira-kira 13
jam , sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam.
● Kala II.
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai
3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk
ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar
pangggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita
merasa pula tekanan pada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian
perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia
mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva
pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi kepala janin
tidak masuk lagi diluar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan
maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simfisis dan
dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his
mulai lagi untuk mengeluarkan badan, dan anggota bayi. Pada primigravida
kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.
● Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas
pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan
plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit
setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
● Kala IV
Seperti diterangkan di atas, kala ini dianggap perlu untuk mengamat-
amati apakah ada perdarahan postpartum.

D. Faktor- faktor yang mempengeruhi persalinan


Ada 5 faktor yang penting dalam persalinan yaitu;
a. Power
Tenaga, his, kontraksi otot dinding uterus, kontraksi diafragma pelvis /
kekuatan mengejan, ketegangan / kontraksi ligamentum rotundum.
b. Passanger
Faktor yang berasal dari janin dan plasenta.
c. Passage
Faktor yang berasal dari jalan lahir lunak ataupun jalan lahir keras.
d. Persiapan penolong
e. Psikis
Apabila ke 5 faktor di atas berjalan dengan baik tanpa adanya alasan
intervensi maka persalinan tersebut berjalan normal, tetapi apabila terjadi
penyimpangan pada kelima faktor diatas sehingga memerlukan bantuan dari
luar.

E. Perubahan fisik setelah post partum


a. Kembalinya rahim kebentuk asalnya
Pada waktu hamil dapat terjadi perubahan besar pada otot rahim,
yang mengalami pembesaran ukuran karena pembesaran selnya
(hipertrofi) dan pembesaran ukuran karena pertambahan jumlah selnya
(hiperplasia). Sehingga dapat menampung pertumbuhan dan
perkembangan janin sampai cukup bulan dengan berat lebih dari 2500
gram. Berta rahim menjadi sekitar 1 kg, yang semula hanya 30 gram.
Stelah persalinan terjadi proses baliknya disebut “involusi” (kembalinya
rahim keukuran semula) dimana secara berangsur otot rahim mengecil
kembali, sampai seberat semula pada minggu ketujuh (42 hari). Proses ini
berlansung cepat dengan perkiraan urutan setelah persalinan : tempat
implantasi plasenta segera tertutup epitel sebagai proses penyembuhan,
sehingga tidak terjadi sumber perdarahan dan tempat masuknya infeksi.
Liang senggama yang meregang karena proses persalinan akan mengecil,
sehingga seminggu setelah persalinan hanya dapat di lalui satu jari.
Robekan pada liang senggama, menyembuh dengan sensirinya. Hanya
robekan yang terdapat dalam mulut rahim memerlukan perhatian, karena
mungkin sukar sembuh dan dapat menjadi luka menahun (kronis) sebagai
sumber infeksi atau mengalami degenerasi ganas.
b. Perubahan lokea
Lokea adalah cairan yang keluar dari liang senggama pada masa
nifas. Cairan ini dapat berupa darah atau sisa lapisan rahim. Urutan
pengeluaran lokea ini terjadi dimulai oleh keluarnya lokea rubra, berupa
darah, agak gelap, mungkin ada gumpalan darah terjadi antara 2 sampai 5
hari.
Macam- macam lokea :
1) Lokea rubra (hari 1-4): Jumlahnya sedang, berwarna merah, dan
terutama darah.
2) Lokea serosa (hari 4-8): Jumlahnya berkurang dan berwarna merah
muda (hemoserosa).
3) Lokea alba (hari 8-14): Jumlahnya sedikit, berwarna putih atau
hampir tidak berwarna.
c. Perubahan kulit
Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa tempat
karena proses hormonal. Pigmentasi ini berupa kloasma gravidarum pada
pipi, hiperpigmentasi kulit sekitar payudara, hiperpigmentasi dinding perut
(striae gravidarum). Setelah persalinan, hormonal berkurang dan
hiperpigmentasi menghilang. Pada dinding perut akan menjadi putih
mengkilap yaitu ”striae albican”
d. Perubahan dinding perut
Otot dinding perut memanjang sesuai dengan besarnya pertumbuhan
hamil. Setelah persalinan dinding perut kendor, dan lebih kendor sesuai
dengan jumlah kehamilan. Tetapi kendornya dinding perut dapat
dikurangai dengan jalan melakukan latihan dinding perut melalui senam
kesegaran jasmani.
e. Buang air besar dan berkemih
Pada persalinan normal masalah berkemih dan buang air besar tidak
mengalami hambatan apapun. Buang air besar akan biasa setelah sehari,
kecuali ibu takut pada luka episiotomi. Bila sampai 3 hari belum buang air
besar sebaiknya dilakukan “ klisma” untuk merangsang buang air besar
sehingga tidak mengalami sembelit dan mengakibatkan jahitan terbuka.
Tentang berkemih, sebagian besar mengalami pertambahan air seni,
karena terjadi pengeluaran air tubuh berlebih, yang disebabkan oleh
pengenceran (hemodilusi) darah pada waktu hamil. Keadaan demikian
adalah normal bila air seni seret, perlu dilakukan evaluasi penyebabnya.
F. Perubahan psikologis ibu post partum
a. Dependent : taking in
 Fokus kediri ibu: pemenuhan kebutuhan
 24 jam pertama(1-2 hari)
 Gembira dan banyak bicara dengan pengalaman persalinannya
 Ingin menceritakan pengalaman bersalin
b. Dependent- independent : taking hold
 Mulai hari 2-3,berakhir hari ke 10/ beberapa minggu
 Ibu fokus pada perawatan bayi dan kemampuan menjadi seorang ibu
 Mengatasi ketidaknyamanan fisik dan perubahan emosional
c. Interdependent : letting go
 Fokus : perubahan ke keluarga sebagai kesatuan dan interaksi dengan
anggota keluarga lain.
 Penyesuaian diri dengan ketergantungan bayi
 Keinginan merawat diri dan pasangan peran
 Memulai hubungan dengan pasangan/suami
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Persalinan normal adalah pervaginam tanpa bantuan apapun tidak
kurang dari 18 jam, tanpa adanya gangguan jalannya persalinan.
Tanda- tanda persalinan normal:
1. Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifatnya
sebagai berikut :
- Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
- Teratur
- Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat
intensitasnya.
- Kalau di bawa berjalan bertambah kuat.
- Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan
cervix.
2. Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir (show).
- Dengan pendataran dan pebukaan, lendir dari canalis cervikalis
keluar disertai dngan sedikit darah.
- Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput
ajnin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa
kapilair terputus.
3. Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir
Hal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek.
Ketuban itu biasanya pecah, kalau pembukaan lengkap atau hampir
lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang
lambat sekali.
Tetapi kadang-kadang ketuban itu pecah pada pembukaan kecil,
malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan.
Walaupun selaput robek sebelum persalinan, kita boleh
mengharapkan bahwa persalinan akan mulai dalam 24 jam setelah air
ketuban keluar.
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan nmembran atau meningkatnya tekanan intra
uteri atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membrane disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina
serviks. (Sarwono Prawiro, 2002)
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya
tanda persalina, waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontrasi
rahim disebut kejadian ketuban pecah dini (periode laten ). (Ida Bagus
Manuaba EGC, 1998)
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric
terkaitan dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi
khorioamnionitis sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan
mortalitas perinata, dan menyebabkan infeksi ibu.
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, 2001)
Ketuban pecah dini atau sponkaneous/early/premature rupture of
the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum partus yaitu
bila pembukaan pada premi dari 3 cm dan pada multipara kurang dari
5 cm.
(Rustam Mochtar, 1998)

2. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
- Serviks inkompeten.
- Ketegangan rahim berlebihan: kehamilan ganda, hidramnion.
- Kelainan letak janin dalam rahim: letak sungsang, letak lintang.
- Kemungkinan kesempitan panggul: bagian terendah belum masuk PAP.
- Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proleolitik sel sehingga memudahkan ketuban
pecah.

3. Patofisiologi
a. Terjadi penbukaan premature serviks.
b. Membrane terkait dengan pembukaan terjadi: selaput ketuban tidak
kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
c. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan
mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang
mengeluarkan enzim: enzim proteolitik dan enzim kolagenase.

4. Manifestasi klinis
a. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau skaligus banyak.
b. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
c. Janin mudah diraba.
d. Pada pemeriksaan dalam, selaput dalam sudah tidak ada air ketuban,
sudah kering.
e. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air ketuban sudah kering.

5. Komplikasi ketuban pecah dini


a. Infeksi intrapartum (korioamnionitis)
b. Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm
c. Prolaps tali pusat
d. Oligohidamnion

6. Pemeriksaan diagnostic
1. Ultrasonografi
ultrasonografi dapat mengidentifikasikan kehamilan ganda, anomaly janin,
atau melokalisai kantong amnion pada amniosintesis.
2. Amniosintesis
cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan
paru janin.
3. Pemantauan janin
membantu dalam mengevaluasi janin.
4. Protein C-reaktif
peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peningkatan
korioamnionitis.
5. Histopatologi
cairan ditampung dalam tabung reaksi kemudian dibakar sampai tertinggal
endapan tersebut dilihat dibawah mikroskop dan bila air ketuban
mengalami kelainan maka akan terlihat seperti daun pakis.
6. Kertas lakmus
bila merah menunjukkan cairan mengandung urine yang bersifat asam,
bila biru menunjukkan cairan mengandung air ketuban yang bersifat basa.

7. Penatalaksanaan
a. Penanganan umum:
 Konfirmasi usia kehamilan,kalau ada dengan USG
 Lakikan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar
(jumlah, warna, bau) dan membedakannya dengan urin. Dengan
pemeriksaan tes lakmus,bila kertas lakmus biru menunjukkan air
ketuban (basa), dan bila kertas lakmus merah menunjukkan cairan
urine (asam)
 Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 32
minggu), jangan melakukan menit pemeriksaan dalam secara digital
 Tentukan ada tidaknya infeksi
 Tentukan tanda-tanda inpartus
b. Penanganan khusus:
Konfirmasi diagnosis:
 Bau cairan ketuban yang khas
 Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang
keluar dan nilai 1 jam kemudian
 Dengan speculum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai apakah
cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior
(Prawirohardjo, 2002)
c. Penanganan konservatif:
 Rawat di rumah sakit
 Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau erittromisin bila tidak
tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
 Jika umur kehamilan < 32 — 34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
 Jika usia kehamilan 32 -37 minggu, belum inpartu, tidak ada
infeksi,tes busa negative; beri deksametason, observasi tanda-tanda
infeksi dan kkesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu
 Jika usia kehamilan 32 — 37 minggu, sudah inpartu,tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24
jam
 Jika usia kehamilan 32 -37minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan
lakukan induksi
 Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intra
uterin). Klien dianjurkan pada posisi trendelenburg untuk menghindari
prolap tali pusat.
d. Penanganan aktif:
 Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprotal 50 μg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali
 Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan
persalinan diakhiri:
a. Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks kemudian
induksi, jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
b. Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
(prawirohardjo, 2002)

Kasus :
Ny. Y 24 tahun GI Po Ao usia gestasi 40 minggu. Masuk RS 21 juni 2005
jam 09:45 WIB. Dan anda melakukan pengkajian pada jam 10:00 WIB. Dx medis
PROM dari pemeriksan lab darah positif terdapat gambaran seperti pakis dari
cairan yang diambil pervaginam. Pemeriksaan VT pembukaan I ketuban telah
pecah warna jernih. Blood slym (negatif) kien mengeluh mulas-mulas sejak tadi
malam setelah sholat magrib. Klien mengaku cemas dengan keaadaannya. Klien
menyatakan agar bayinya dapat lahir dengan selamat. His 1X10 menit durasi 20
menit. TD 100/70 mmHg. Nadi kuat teratur 80x/menit.T 37,0 oC. Tampak klien
berkeringat banyak, baju klien basah dan lembab.
Pada siang harinya sebelum berganti dinas, anda melakukan evaluasi dari
intervensi yang anda lakukan pukul 13:30 WIB didapatkan data, tampak klien
semakin lemah TD 100/70 mmHg, Nadi kuat 86x/mnt, RR 24x/mnt, T 37,0 o C,
pemeriksaan leokosit 13000 mm3. klien cemas dengan persalinannya. Anda
memberikan penjelasan tentang cara nafas dalam bila nyeri timbul, tetapi klien
tidak dapat berkonsentrasi karena cemasnya. Klien dipasang IV FD Nacl 0,9 % 20
tetes per menit. His 2x / 10 mnt, durasi 20 menit pembukaan 2.

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Ny. Y
Umur : 24 tahun

2. Keluhan utama
Ny.Y mengeluh mulas-mulas sejak tadi malam setelah solat maghrib
Ny.Y mengeluh cemas dengan keadaannya
Ny.Y menanyakan apakah bayinya dapat lahir dengan selamat.

3. Riwayat obstetric
a) Riwayat haid
- Menarche : 16 tahun
- Siklus : 28 hari
- Durasi : 1 minggu
b) Riwayat kehamilan sekarang
c) Kehamilan ke : I
d) HPHT : 05 September 2004
e) HPL :21 Juni 2005

4. Pemeriksaan umum:
- tinggi badan
- berat badan
- TTV :-TD :100/70 mmHg
-N : 80x/mnt
-RR : 20x/mnt
-T : 37,0 c
5. Pemerisaan penunjang :
- leokosit : 13 ribu mm3 (13.30)
- pemeriksaan air ketuban : tampak gambaran seperti pakis dari cairan
ketuban

B. Analisa Data :
No Data yang di dapat Masalah keperawatan
.
1. Ds :- klien memengaku cemas dengan Ansietas
keadaannya
- klien menyatakan agar bayinya
dapat lahir dengan selamat.
Do ; tampak berkeringat banyak
2. Ds: klien mengeluh mulas-mulas sejak Gangguan Rasa Nyaman
tadi malem setelah sholat magrib.

Do: - pemeriksaan VT pembukaan 1,


ketuban telah pecah, warna jernih
- klien tampak cemas
- klien tampak berkeringat

B. Diagnosa Keperawatan:
a. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang persalinan
dibuktikan dengan klien memengaku cemas dengan keadaannya, klien
menyatakan agar bayinya dapat lahir dengan selamat, tampak berkeringat
banyak
b. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan nyeri persalinan dibuktikan
dengan klien mengeluh mulas-mulas sejak tadi malem setelah sholat
magrib, klien tampak cemas, klien tampak berkeringat, pemeriksaan VT
pembukaan 1, ketuban telah pecah, warna jernih
Diagnosa Tujuan/ criteria
NO Intervensi Rasional
Keperawatan hasil
1 Ansietas Setelah dilakukan 1. Jelaskan 1. Pengetahuan
intervensi prosedur tentang alasan
keperawatan selama 3 intervensi untuk aktifitas ini
kali 24 jam maka keperawatan dan dapat menurunkan
tingkat ansietas tindakan.pertaha rasa takut dari
menurun dengan nkan komunikasi ketidaktahuan
kriteria: terbuk;diskusika
 Klien mampu n dengn klien
mengidentifikasi kemungkinan
dan efek samping
mengungkapkan dan hasil
gejala cemas. pertahankan
 Mengidentifiksi sikap optimistic 2. Membantu klien
mengungkapkan
2. Orientasikan dan orang terdekat
dan menunjukan
klien dengan merasa mudah dan
teknik untuk
pasangan pada lebih nyaman
mengontrol
lingkungan disekitar kita
cemas.
persalinan 3. Memungkinkan
 Vital sign dalam
3. Anjurkan teknik klien mendapatkan
batas normal
relaksasi kemungkinan
maksimum dari
periode istirahat:
mencegah
kelelahan otot dan
memperbaiki
aliran uterus
4. Dapat membantu
4. Anjurkan menurunkan
pengungkapan ansietas dan
Diagnosa Tujuan/ criteria
NO Intervensi Rasional
Keperawatan hasil
rasa takut atau merangsang
masalah identifikasi
perilaku koping
5. Tanda vital klien
5. Pantau tanda dan janin dapat
vital ibu dan berubah karena
janin ansietas. Stabilisasi
dapat
menunjukkan
penurunan tingkat
ansietas/
2 Gangguan Setelah dilakukan 1. Identifikasi skala 1. Untuk mengetahui
Rasa Nyaman intervensi nyeri tingkat nyeri
keperawatan selama 3 2. Berikan teknik 2. Untuk mengurangi
kali 24 jam maka nonfarmakologis rasa nyeri saat
tingkat nyeri untuk perut kontraksi
menurun dengan mengurangi rasa sehingga klien
kriteria: nyeri (Teknik merasa nyaman
 Keluhan mulas mengambil nafas 3. Agar klien dapat
atau nyeri klien dalam) mengendalikan
menurun 3. Anjurkan rasa nyerinya
 Kecemasan atau memonitor nyeri 4. Untuk mengurangi
kegelisahan klien secara mandiri rasa nyeri klien
menurun 4. Kolaborasi dengan cepat
 Fokus klien pemberian
membaik analgetik, jika
 Pengeluaran perlu
keringat klien
menurun
CATATAN PERKEMBANGGAN/PROGRES NOTE
I. Implementasi

NO Tanggal Implementasi Respon Ttd


Dx jam
1 21 juni 1. Menjelaskan 1. Klien tampak mengerti
2005 dengan penjelasan
prosedur intervensi
jam perawat, dan mulai
11.30 keperawatan dan terbuka kepada perawat
wib
tindakan.pertahanka
n komunikasi
terbuka;diskusikan
dengn klien
kemungkinan efek
samping dan hasil
pertahankan sikap
optimistic
2. Suami klien bersedia
2. Mengorientasikan
menemani klien
klien dengan
pasangan pada
lingkungan
persalinan
3. Klien tampak mengerti
3. Menganjurkan namun tidak bisa fokus
4. Klien mulai
teknik relaksasi
mengungkapkan rasa
4. Menganjurkan cemasnya kepada
perawat
pengungkapan rasa
takut atau masalah 5. klien bersedia untuk
diperiksa tanda vitalnya
5. Memantau tanda
vital ibu dan janin
2 21 juni 1. Mengidentifikasi 1. Pasien mengungkapkan
2005 rasa nyeri nya
skala nyeri
jam
11.50 2. Memberikan teknik 2. Pasien nampak
wib mengikuti yang
nonfarmakologis
diinstruksikan oleh
untuk mengurangi perawat
rasa nyeri (Teknik
mengambil nafas 3. Pasien tampak mengerti
dalam) dan mulai memonitor
nyerinya
3. Menganjurkan
memonitor nyeri
4. Pasien tampak siap
secara mandiri
untuk diberikan obat
4. Melakukan
kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu

II. Evaluasi

NO. Tanggal Evaluasi Ttd


Jam
1. 21 juni S : Pasien mengatakan masih merasa cemas dengan
2005 persalinannya
Jam
13.30 O: klien tampak lemah, dan masih berkeringat
wib
A: Masalah keperawatan masih belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan pada no.1,2, dan 4

I : 1. Menjelaskan prosedur intervensi keperawatan dan


tindakan.pertahankan komunikasi terbuka;diskusikan
dengn klien kemungkinan efek samping dan hasil
pertahankan sikap optimistic
2. Mengorientasikan klien dengan pasangan pada
lingkungan persalinan
4. Menganjurkan pengungkapan rasa takut atau
masalah
E : S : Klien mengatakan sudah membaik namun masih
ada rasa cemas
O : Pasien sudah tidak berkeringat
A : Masalah keperawatan teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan no.1
R : Melatih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
2 21 juni S : Pasien mengatakan mulasnya sudah bisa diatasi
2005 sendiri, namun terkadang masih kurang fokus karena
Jam cemasnya
13.35
wib
O: klien tampak lemah, dan masih berkeringat, His 2x /
10 mnt, durasi 20 menit pembukaan 2

A: Masalah keperawatan teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkanpada no.1,2, dan 3


DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja DPP PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:


DPP PPNI
Tim Pokja DPP PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI
Tim Pokja DPP PPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI
Doengoes, M. 1996. Rencana Asuhan perawatan maternal bayi. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandun gan dan
keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC

Mochtar, R, 1998. sinopsis obstetric, jilid I. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, S. 2002. buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan


neonatal, Jakarta: Bina Pustaka FKUI

Prawirohardjo, S, 2002. buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan


neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI

Taber, M.D, 1994, Kedaruratan obstetric dan ginekologi. Jakarta: EGC

Sumber Internet : www.google.com. Ketuban pecah dini

Anda mungkin juga menyukai