Oleh :
Kelompok 6
Dena Padila Sari (R2001013)
Desy Fatmawaty (R2001014)
Ghina Cantika (R2001021)
Rosalia Agustin (R2001045)
Satrio Gilang Pratama (R2001046)
Ken Dedes Puspa Dwi N. (R2001062)
Keperawatan 3A
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT kami panjatkan, karena dengan
rahmat-Nya kita masih diberi kekuatan untuk bisa melakukan aktifitas. Shalawat
serta salam semoga di curahkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad
SAW. Karena hanya Rahmat-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
Susunan makalah ini tidak mungkin dapat terwujud tanpa izin dan keridhoan
dari Allah SWT. Keinginan penulis yaitu mendapatkan hasil yang baik agar
maksud dan isinya dapat dimengerti oleh pembaca. Makalah ini tentunya jauh dari
kata sempurna tetapi penulis tentunya bertujuan untuk menjelaskan atau
memaparkan point-point di makalah ini, sesuai dengan pengetahuan yang penulis
peroleh, baik dari buku maupun sumber-sumber yang lain.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dahulu) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2001)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang dapat hidup kedunia luar,dari lahir atau dengan jalan lain
(Mochtar.R,MPH,2001). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar.
(Sarwono Ilmu kebidanan Edisi 3, 1999)
Adanya hormone estrogen dan progesterone dalam keadaan seimbang
sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan estrogen
dan progesterone menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh oleh hipofise
parst posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk Broxton hicks.
Broxton hicks akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya persalinan dan
oksitosin di duga bekerja sama atau melalui prostaglandin yang makin
meningkat mulai dari umur kehamilan 15 minggu. Disamping itu faktor gizi
ibu hamil dan keregangan otot rahim dapat memberikan pengaruh penting
untuk di mulainya kontraksi rahim.
B. Mekanisme persalinan
Mekanisme gerakan bayi memungkinkan ia untuk menyesuaikan diri
dengan pelvis ibu yakni penurunan, fleksi, rotasi dalam, ekstensi, rotasi luar,
dan pengeluaran.
1. Definisi
Persalinan normal adalah pervaginam tanpa bantuan apapun tidak
kurang dari 18 jam, tanpa adanya gangguan jalannya persalinan.
Tanda- tanda persalinan normal:
1. Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifatnya
sebagai berikut :
- Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
- Teratur
- Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat
intensitasnya.
- Kalau di bawa berjalan bertambah kuat.
- Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan
cervix.
2. Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir (show).
- Dengan pendataran dan pebukaan, lendir dari canalis cervikalis
keluar disertai dngan sedikit darah.
- Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput
ajnin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa
kapilair terputus.
3. Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir
Hal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek.
Ketuban itu biasanya pecah, kalau pembukaan lengkap atau hampir
lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang
lambat sekali.
Tetapi kadang-kadang ketuban itu pecah pada pembukaan kecil,
malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan.
Walaupun selaput robek sebelum persalinan, kita boleh
mengharapkan bahwa persalinan akan mulai dalam 24 jam setelah air
ketuban keluar.
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan nmembran atau meningkatnya tekanan intra
uteri atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membrane disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina
serviks. (Sarwono Prawiro, 2002)
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya
tanda persalina, waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontrasi
rahim disebut kejadian ketuban pecah dini (periode laten ). (Ida Bagus
Manuaba EGC, 1998)
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric
terkaitan dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi
khorioamnionitis sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan
mortalitas perinata, dan menyebabkan infeksi ibu.
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, 2001)
Ketuban pecah dini atau sponkaneous/early/premature rupture of
the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum partus yaitu
bila pembukaan pada premi dari 3 cm dan pada multipara kurang dari
5 cm.
(Rustam Mochtar, 1998)
2. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
- Serviks inkompeten.
- Ketegangan rahim berlebihan: kehamilan ganda, hidramnion.
- Kelainan letak janin dalam rahim: letak sungsang, letak lintang.
- Kemungkinan kesempitan panggul: bagian terendah belum masuk PAP.
- Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proleolitik sel sehingga memudahkan ketuban
pecah.
3. Patofisiologi
a. Terjadi penbukaan premature serviks.
b. Membrane terkait dengan pembukaan terjadi: selaput ketuban tidak
kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
c. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan
mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang
mengeluarkan enzim: enzim proteolitik dan enzim kolagenase.
4. Manifestasi klinis
a. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau skaligus banyak.
b. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
c. Janin mudah diraba.
d. Pada pemeriksaan dalam, selaput dalam sudah tidak ada air ketuban,
sudah kering.
e. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air ketuban sudah kering.
6. Pemeriksaan diagnostic
1. Ultrasonografi
ultrasonografi dapat mengidentifikasikan kehamilan ganda, anomaly janin,
atau melokalisai kantong amnion pada amniosintesis.
2. Amniosintesis
cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan
paru janin.
3. Pemantauan janin
membantu dalam mengevaluasi janin.
4. Protein C-reaktif
peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peningkatan
korioamnionitis.
5. Histopatologi
cairan ditampung dalam tabung reaksi kemudian dibakar sampai tertinggal
endapan tersebut dilihat dibawah mikroskop dan bila air ketuban
mengalami kelainan maka akan terlihat seperti daun pakis.
6. Kertas lakmus
bila merah menunjukkan cairan mengandung urine yang bersifat asam,
bila biru menunjukkan cairan mengandung air ketuban yang bersifat basa.
7. Penatalaksanaan
a. Penanganan umum:
Konfirmasi usia kehamilan,kalau ada dengan USG
Lakikan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar
(jumlah, warna, bau) dan membedakannya dengan urin. Dengan
pemeriksaan tes lakmus,bila kertas lakmus biru menunjukkan air
ketuban (basa), dan bila kertas lakmus merah menunjukkan cairan
urine (asam)
Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 32
minggu), jangan melakukan menit pemeriksaan dalam secara digital
Tentukan ada tidaknya infeksi
Tentukan tanda-tanda inpartus
b. Penanganan khusus:
Konfirmasi diagnosis:
Bau cairan ketuban yang khas
Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang
keluar dan nilai 1 jam kemudian
Dengan speculum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai apakah
cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior
(Prawirohardjo, 2002)
c. Penanganan konservatif:
Rawat di rumah sakit
Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau erittromisin bila tidak
tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
Jika umur kehamilan < 32 — 34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
Jika usia kehamilan 32 -37 minggu, belum inpartu, tidak ada
infeksi,tes busa negative; beri deksametason, observasi tanda-tanda
infeksi dan kkesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu
Jika usia kehamilan 32 — 37 minggu, sudah inpartu,tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24
jam
Jika usia kehamilan 32 -37minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan
lakukan induksi
Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intra
uterin). Klien dianjurkan pada posisi trendelenburg untuk menghindari
prolap tali pusat.
d. Penanganan aktif:
Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprotal 50 μg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan
persalinan diakhiri:
a. Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks kemudian
induksi, jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
b. Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
(prawirohardjo, 2002)
Kasus :
Ny. Y 24 tahun GI Po Ao usia gestasi 40 minggu. Masuk RS 21 juni 2005
jam 09:45 WIB. Dan anda melakukan pengkajian pada jam 10:00 WIB. Dx medis
PROM dari pemeriksan lab darah positif terdapat gambaran seperti pakis dari
cairan yang diambil pervaginam. Pemeriksaan VT pembukaan I ketuban telah
pecah warna jernih. Blood slym (negatif) kien mengeluh mulas-mulas sejak tadi
malam setelah sholat magrib. Klien mengaku cemas dengan keaadaannya. Klien
menyatakan agar bayinya dapat lahir dengan selamat. His 1X10 menit durasi 20
menit. TD 100/70 mmHg. Nadi kuat teratur 80x/menit.T 37,0 oC. Tampak klien
berkeringat banyak, baju klien basah dan lembab.
Pada siang harinya sebelum berganti dinas, anda melakukan evaluasi dari
intervensi yang anda lakukan pukul 13:30 WIB didapatkan data, tampak klien
semakin lemah TD 100/70 mmHg, Nadi kuat 86x/mnt, RR 24x/mnt, T 37,0 o C,
pemeriksaan leokosit 13000 mm3. klien cemas dengan persalinannya. Anda
memberikan penjelasan tentang cara nafas dalam bila nyeri timbul, tetapi klien
tidak dapat berkonsentrasi karena cemasnya. Klien dipasang IV FD Nacl 0,9 % 20
tetes per menit. His 2x / 10 mnt, durasi 20 menit pembukaan 2.
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Ny. Y
Umur : 24 tahun
2. Keluhan utama
Ny.Y mengeluh mulas-mulas sejak tadi malam setelah solat maghrib
Ny.Y mengeluh cemas dengan keadaannya
Ny.Y menanyakan apakah bayinya dapat lahir dengan selamat.
3. Riwayat obstetric
a) Riwayat haid
- Menarche : 16 tahun
- Siklus : 28 hari
- Durasi : 1 minggu
b) Riwayat kehamilan sekarang
c) Kehamilan ke : I
d) HPHT : 05 September 2004
e) HPL :21 Juni 2005
4. Pemeriksaan umum:
- tinggi badan
- berat badan
- TTV :-TD :100/70 mmHg
-N : 80x/mnt
-RR : 20x/mnt
-T : 37,0 c
5. Pemerisaan penunjang :
- leokosit : 13 ribu mm3 (13.30)
- pemeriksaan air ketuban : tampak gambaran seperti pakis dari cairan
ketuban
B. Analisa Data :
No Data yang di dapat Masalah keperawatan
.
1. Ds :- klien memengaku cemas dengan Ansietas
keadaannya
- klien menyatakan agar bayinya
dapat lahir dengan selamat.
Do ; tampak berkeringat banyak
2. Ds: klien mengeluh mulas-mulas sejak Gangguan Rasa Nyaman
tadi malem setelah sholat magrib.
B. Diagnosa Keperawatan:
a. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang persalinan
dibuktikan dengan klien memengaku cemas dengan keadaannya, klien
menyatakan agar bayinya dapat lahir dengan selamat, tampak berkeringat
banyak
b. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan nyeri persalinan dibuktikan
dengan klien mengeluh mulas-mulas sejak tadi malem setelah sholat
magrib, klien tampak cemas, klien tampak berkeringat, pemeriksaan VT
pembukaan 1, ketuban telah pecah, warna jernih
Diagnosa Tujuan/ criteria
NO Intervensi Rasional
Keperawatan hasil
1 Ansietas Setelah dilakukan 1. Jelaskan 1. Pengetahuan
intervensi prosedur tentang alasan
keperawatan selama 3 intervensi untuk aktifitas ini
kali 24 jam maka keperawatan dan dapat menurunkan
tingkat ansietas tindakan.pertaha rasa takut dari
menurun dengan nkan komunikasi ketidaktahuan
kriteria: terbuk;diskusika
Klien mampu n dengn klien
mengidentifikasi kemungkinan
dan efek samping
mengungkapkan dan hasil
gejala cemas. pertahankan
Mengidentifiksi sikap optimistic 2. Membantu klien
mengungkapkan
2. Orientasikan dan orang terdekat
dan menunjukan
klien dengan merasa mudah dan
teknik untuk
pasangan pada lebih nyaman
mengontrol
lingkungan disekitar kita
cemas.
persalinan 3. Memungkinkan
Vital sign dalam
3. Anjurkan teknik klien mendapatkan
batas normal
relaksasi kemungkinan
maksimum dari
periode istirahat:
mencegah
kelelahan otot dan
memperbaiki
aliran uterus
4. Dapat membantu
4. Anjurkan menurunkan
pengungkapan ansietas dan
Diagnosa Tujuan/ criteria
NO Intervensi Rasional
Keperawatan hasil
rasa takut atau merangsang
masalah identifikasi
perilaku koping
5. Tanda vital klien
5. Pantau tanda dan janin dapat
vital ibu dan berubah karena
janin ansietas. Stabilisasi
dapat
menunjukkan
penurunan tingkat
ansietas/
2 Gangguan Setelah dilakukan 1. Identifikasi skala 1. Untuk mengetahui
Rasa Nyaman intervensi nyeri tingkat nyeri
keperawatan selama 3 2. Berikan teknik 2. Untuk mengurangi
kali 24 jam maka nonfarmakologis rasa nyeri saat
tingkat nyeri untuk perut kontraksi
menurun dengan mengurangi rasa sehingga klien
kriteria: nyeri (Teknik merasa nyaman
Keluhan mulas mengambil nafas 3. Agar klien dapat
atau nyeri klien dalam) mengendalikan
menurun 3. Anjurkan rasa nyerinya
Kecemasan atau memonitor nyeri 4. Untuk mengurangi
kegelisahan klien secara mandiri rasa nyeri klien
menurun 4. Kolaborasi dengan cepat
Fokus klien pemberian
membaik analgetik, jika
Pengeluaran perlu
keringat klien
menurun
CATATAN PERKEMBANGGAN/PROGRES NOTE
I. Implementasi
II. Evaluasi