Anda di halaman 1dari 14

AKUNTANSI HOTEL

RMK RPS 2

Dosen Pengampu:

Dr. I Nyoman Wijana Asmara Putra, S.E., M.Si., Ak.

Oleh: Kelompok 5

Anak Agung Ngurah Wicaksana Putra (1907531133)

Elsa Isabel (1907531173)

Dian Yupita (1907531177)

Nyoman Putri Artiwi (1907531190)

Ni Wayan Sintya Prabawati (1907531254)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
2.1 Pengertian Pariwisata dan Wisatawan

Pembangunan kepariwisataan (UU No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan) bertujuan


untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata, serta mengkomunikasikan
destinasi pariwisata dengan menggunakan media pemasaran secara efektif, efisien, dan
bertanggungjawab.

Kata “Pariwisata” berasal dari bahasa Jawa Kuna. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kata “pari” berarti semua, segala, sekitar, sekeliling; kata “wisata” berarti bepergian bersama-sama
untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang dan sebagainya. Pariwisata adalah berbagai
macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah (UU No. 9 tahun 1990 dan
diperbaharui dengan UU No. 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan). Sehingga lingkup
pariwisata meliputi:

1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.


2. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, seperti kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan
peninggalan sejarah (candi, makam), museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata
kehidupan masyarakat dan yang bersifat alamiah, seperti keindahan alam, gunung berapi,
danau, pantai dan lain-lain.
3. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata seperti biro perjalanan wisata, pramuwisata,
pameran, angkutan wisata, akomodasi dan lain-lain.

Wisatawan menurut kamus besar bahasa Indonesia merupakan kata nomina yang berarti
orang berwisata, pelancong, atau turis artinya orang yang memasuki wilayah atau Negara lain
dengan tujuan apa pun asal bukan untuk tinggal menetap atau melakukan usaha teratur, dan
mengeluarkan uangnya dinegara yang dikunjungi serta tidak memperoleh uang dari Negara
tersebut. Inpres No.9/1969 mendefinisikan wisatawan adalah setiap orang yang bepergian dari
tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati kunjungan tersebut. The
Comittee of Statistical Experts of the League of Nations (1937) memberikan beberapa definisi
terkait dengan wisatawan sebagai berikut:

1. Wisatawan adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara selain negara di mana ia
biasanya tinggal, dan dengan periode setidak-tidaknya selama 24 jam.
2. Yang biasa dianggap sebagai wisatawan adalah:
a. Orang-orang yang bepergian untuk tujuan bersenang-senang, alasan keluarga, untuk
tujuan kesehatan dan lain sebagainya.
b. Orang-orang yang bepergian untuk mengadakan pertemuan atau mewakili kedudukan
sebagai diplomat, misi keagamaan, orang-orang yang bepergian dengan alasan dagang.
c. Orang-orang yang singgah dalam pelayaran lautnya, sekalipun bila mereka tinggal
kurang dari 24 jam.
3. Yang tidak biasa dianggap sebagai wisatawan adalah:
a. Orang-orang yang datang baik dengan dasar kontrak maupun tidak, untuk mencari
kerja atau yang bekerja pada suatu aktivitas usaha di negara tersebut.
b. Orang-orang lain yang datang untuk menetap menjadi penduduk di negara tersebut.
c. Pelajar dan orang-orang muda yang mondok di rumah pemondokan atau asrama.

2.2 Jenis-jenis Pariwisata

Terdapat beberapa jenis pariwisata:

1. Pleasure tourism (pariwisata menikmati perjalanan). Jenis pariwisata ini dilakukan


oleh orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar yang
baru, mengendurkan ketegangan sarafnya, menikmati keindahan alam, menikmati hikayat
suatu daerah, menikmati hiburan, dan sebagainya.
2. Recreation tourism (pariwisata rekreasi). Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang
menghendaki pemanfaatan hari-hari libur untuk istirahat, memulihkan kembali kesegaran
jasmani dan rohani yang akan menyegarkan keletihan dan kelelahan.
3. Cultural tourism (pariwisata budaya). Jenis pariwisata ini ditandai oleh adanya
rangkaian motivasi seperti keinginan untuk belajar dipusat-pusat pengajaran dan riset,
mempelajari adat istiadat, cara hidup masyarakat suatu negara, mengunjungi peninggalan
bersejarah, mengunjungi peninggalan masa kini, pusat-pusat kesenian dan keagamaan,
mengikuti festival seni musik, film, teater, tari dan sebagainya.
4. Sport tourism (pariwisata olah raga). Jenis pariwisata ini dibagi dalam dua kategori:
a. Big sport event seperti: Olympiade games, tenis Wimbledon, balap motor grand prix-
GP, Formula-1, kejuaraan sepak bola dunia, sepak bola piala champions, dan
sebagainya.
b. Sporting tourism of practionaer. Yaitu pariwisata olah raga bagi mereka yang ingin
berlatih dan mempraktikkan sendiri, seperti pendakian gunung, berburu, memancing,
dan sebagainya yang tentunya akan menarik wisatawan untuk mengunjungi negara
yang menyediakan fasilitas pariwisata untuk olah raga.
5. Business shoping tourism (pariwisata dagang besar-belanja). Jenis perjalanan ini
menurut banyak ahli tidak termasuk dalam kegiatan pariwisata karena unsur voluntary
tidak terlibat di dalamnya. Dalam jenis pariwisata ini, unsur yang ditekankan adalah
kesempatan yang digunakan oleh pelaku perjalanan wisata menggunakan waktu-waktu
bebasnya untuk menjadikan dirinya sebagai wisatawan dengan mengunjungi dan
menikmati obyek wisata dan berbelanja.
6. Convention tourism (pariwisata konvensi). Jenis pariwisata ini mengalami
perkembangan yang luar biasa dan menjadi penting dalam sumbangan terhadap devisa
negara. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya negara yang mulai tertarik dan menggarap
jenis pariwisata ini dengan banyaknya hotel atau bangunan-bangunan yang khusus
dilengkapi untuk menunjang convention tourism. Fasilitas konvensi ini digunakan untuk
melakukan pertemuan-pertemuan kepala negara ataupun organisasi-organisasi dunia yang
melibatkan bayak negara dan banyak peserta.

2.3 Usaha Pariwisata

Industri pariwisata merupakan jenis industri yang mempunyai mata rantai kegiatan yang
sangat panjang. Banyak kegiatan yang terkait dengan industri pariwisata, hal ini berarti banyak
industri lain yang dapat digerakkan oleh industri pariwisata seperti kegiatan biro perjalanan,
transportasi, perhotelan, restoran, kesenian, dan budaya daerah, kerajinan rakyat, guider, pameran
dan olah raga internasional yang diselenggarakan didaerah-daerah. Sektor-sektor yang dianggap
termasuk sektor pariwisata adalah:

1. Akomodasi termasuk di dalamnya hotel, villa, penginapan, dan pemondokan.


2. Jasa boga termasuk di dalamnya restoran, cafetaria, dan rumah makan.
3. Usaha wisata termasuk di dalamnya pengusahaan obyek wisata, usaha souvenir, dan usaha
hiburan.
4. Agen perjalanan wisata termasuk di dalamnya travel agent.
5. Perusahaan angkutan atau transportasi termasuk di dalamnya perusahaan angkutan darat,
angkutan laut, angkutan udara yang menunjang perjalanan wisman dan wisdom.
6. Covention organizer.
7. Pelatihan dan pendidikan.

UU No. 10 Tahun 2009, tentang Kepariwisataan telah mendefinisikan Industri Pariwisata


adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau
jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. Sedangkan, usaha
pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. Usaha pariwisata meliputi, antara lain: daya tarik
wisata, Kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan
minuman, penyediaan akomodasi, penyelenggaraan kegiatan hiburan atau rekreasi, jasa
impresariat/promotor, yang meliputi sub jenis usaha jasa impresariat/promotor, penyelenggaraan
pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran, jasa informasi pariwisata, jasa konsultan
pariwisata, jasa pramuwisata, wisata tirta, dan SPA.

2.4 Daya Tarik Wisata dan Motivasi Melakukan Perjalanan

Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah kawasan
geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya
tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait
dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Sedangkan, daya tarik wisata adalah segala sesuatu
yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam
budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Jenis
daya tarik wisata tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut dalam berbagai sub jenis atau kategori
kegiatan wisata, antara lain:

1. Wisata petualangan (adventure tourism)


2. Wisata bahari (marine tourism)
3. Wisata agro (farm tourism)
4. Wisata kreatif (creative tourism)
5. Wisata kapal pesiar (cruise tourism)
6. Wisata kuliner (culinary tourism)
7. Wisata budaya (cultural tourism)
8. Wisata sejarah (heritage tourism)
9. Wisata memorial (dark tourism), contoh: ground zero World Trade Centre, ground
zero Legian Bali, Merapi pasca letusan;
10. Wisata ekologi (ecotourism/wild tourism);
11. Wisata pendidikan (educational tourism);
12. Wisata ekstrim-menantang bahaya (extreme tourism), contoh: bercanda dengan hiu,
bercanda dengan buaya;
13. Wisata missal (mass tourism);
14. Wisata pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran (meeting, incentive,
convention, and exhibition tourism);
15. Wisata kesehatan (medical tourism/wellness tourism);
16. Wisata alam (nature-based tourism);
17. Wisata religi (religious tourism/pilgrimage tourism);
18. Wisata budaya kekinian (pop culture tourism);
19. Wisata desa (rutal tourism);
20. Wisata luar angkasa (space tourism);
21. Wisata olahraga (sport tourism);
22. Wisata kota (urban tourism); dan
23. Wisata relawan (volunteer tourism);

H. Peter Gray (1970), mengemukakan beberapa alasan seseorang melakukan perjalanan


untuk bersenang-senang (pleasure travel) adalah:

1. Faktor haus akan sinar (sunlust), dimaksudkan sebagai sifat-sifat yang mendasar pada
tabiat manusia, yang menyebabkan seseorang ingin pergi meninggalkan sesuatu yang
sudah biasa dilihat dan dirasakan, untuk melihat suatu daerah atau kebudayaan baru
yang berbeda. Jadi ini adalah fungsi dari karakter manusia.
2. Faktor yang menimbulkan jenis perjalanan yang khusus, yang tergantung pada adanya
hal yang menyenangkan (amenities) yang berbeda dan lebih baik untuk tujuan tertentu
dibandingkan dengan yang ada ditempat sendiri, seperti liburan musim dingin di
Florida, Hawaii atau Caribia oleh orang-orang Canada dan orang-orang yang berasal
dari Amerika Serikat sebelah Utara.

Hal di atas sangat penting terutama bagi negara yang menerima wisatawan tersebut,
khususnya dalam pembuatan rencana yang sesuai bagi pembangunan industri pariwisata, di mana
kita harus mengetahui apa yang diharapkan oleh para wisatawan potensial tersebut dan apa yang
lebih disenanginya dan lain sebagainya.

Spillance (1989) produk dari obyek atau industri pariwisata mempunyai beberapa sifat
khusus, antara lain:

• Produk wisata tidak dapat dipindahkan karena orang tidak dapat membawa produk
wisata ke wisatawan, tetapi wisatawan itu sendiri yang harus mengunjungi, mengalami,
dan datang untuk menikmati produk wisata.
• Produksi dan konsumsi terjadi pada waktu bersamaan. Tanpa wisatawan yang sedang
menggunakan jasa wisata itu tidak akan terjadi kegiatan produksi wisata.
• Pariwisata tidak mempunyai standar ukuran yang obyektif karena pariwisata memiliki
berbagai ragam jenis pariwisata.
• Wisatawan tidak dapat mencicipi, mengetahui, ataupun menguji produk itu sebelumnya
karena wisatawan hanya melihat melalui brosur, internet, ataupun alat promosi lainnya.
• Produk wisata mengandung risiko tinggi karena memerlukan modal besar, sedangkan
permintaannya sangat peka dan rentan terhadap situasi ekonomi, politik, sikap
masyarakat, dan kesukaan wisatawan.

Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2005) mengemukakan bahwa hasrat ingin tabu dan jiwa
petualangan yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada manusia merupakan dorongan terhadap
kita untuk melakukan perjalanan ke mana saja yang ingin kita lintasi dan nikmati obyek wisatanya
meskipun sampai ke negeri orang. Selain hal tersebut ada beberapa faktor yang menjadi penyebab
untuk melakukan perjalanan wisata yaitu:

1. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan sekitar yang kurang baik/rusak, lingkungan tempat tinggal yang bising
dan kotor, ataupun pemandangan yang membosankan.
2. Kondisi sosial budaya
Seperti kurang tersedianya fasilitas rekreasi, kegiatan yang rutin dalam masyarakat sekitar,
terlalu banyak kerja, adanya perbedaan sosial antar anggota masyarakat dan lain-lain yang
sering menjadi alasan untuk pergi ke tempat-tempat yang kondisinya lebih baik dan
menyenangkan.
3. Kondisi ekonomi
Konsumsi yang tinggi dari masyarakat, biaya hidup sehari-hari, tingkat daya beli yang
tinggi, banyaknya waktu luang serta relatif rendahnya ongkos angkutan, juga akan
mendorong seseorang untuk melakukan perjalanan wisata.
4. Pengaruh kegiatan pariwisata
Peningkatan publikasi dan penyebaran informasi serta timbulnya pandangan tentang nilai
lebih dari kegiatan berwisata terhadap fungsi sosial masyarakat dapat mendorong kegiatan
wisata.

2.5 Pemasaran Pariwisata

Pemasaran mempunyai peran yang sangat penting dalam industri pariwisata khususnya
untuk memberikan pencitraan daerah tujuan wisata. Pemasaran daerah tujuan wisata adalah
keseluruhan untuk mengenalkan produk wisata yang ditawarkan oleh daerah tujuan wisata baik
yang tagiable maupun intangiable produk, mengenali identitas wisatawan yang mempunyai
waktu, uang dan mempunyai keinginan untuk berwisata, dan mencari cara terbaik untuk mencapai
dan meyakinkan wisatawan untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata. Pemasaran daerah tujuan
wisata menyangkut penelitian pasar, penjualan, dan usaha mencari jalan terbaik untuk meyakinkan
wisatawan agar rata-rata lama tinggal lebih lama, dan jumlah pengeluaran per kapita wisatawan
semakin besar.

Tujuan utama pemasaran pariwisata adalah tidak hanya menyangkut jumlah maksimal
wisatawan yang berkunjung dan tinggal lebih lama tetapi lebih diutamakan quality tourism yang
dengan promosi selektif dapat mencapai wisatawan dengan belanja yang sangat besar dan
terjadi repeat guest. Pemasaran daerah tujuan pariwisata memerlukan kerja sama dengan pihak-
pihak terkait seperti: pemerintah (Kementerian), perusahaan jasa penerbangan dalam dan luar
negeri, jasa transportasi darat, biro wisata, travel, restoran, dan hotel. Sasaran pasar dapat dicapai
dengan menggunakan data statistik, dan informasi seperti rata-rata lama tinggal, pengeluaran per
kapita wisatawan, jumlah kunjungan wisatawan, dan waktu-waktu pilihan yang menarik
wisatawan untuk datang dan mengunjungi daerah tujuan wisata (peak season and off season).

Realisasi kedatangan wisman ke Indonesia menunjukkan bahwa jumlah wisman yang dating
paling banyak pada bulan Agustus dan Desember (peak season) sedangkan bulan Maret, April,
dan Mei merupakan bulan sepi kunjungan (off season). Hal ini dapat dimengerti karena pada bulan
Agustus dan Desember, wisman memperoleh hak menikmati liburan atau hak cuti dari tempat
kerjanya, dan bersamaan liburan natal dan tahun baru.

Pemasaran daerah tujuan wisata dapat dilakukan tidak hanya dengan melakukan promosi
melalui iklan, brosur, internet, ataupun alat-alat promosi lainya tetapi dapat juga dengan
mengundang penulis atau wartawan pariwisata asing dengan tujuan agar penulis atau wartawan
tersebut menulis atau meliputi hasil kunjungannya didaerah tujuan wisata. Penentuan posisi pasar
penting bagi wisatawan dalam memperoleh gambaran yang jelas tentang produk wisata,
kekhususan daerah tujuan wisata, mutu layanan hotel, tarif kamar hotel, dan kondisi keamanan
daerah tujuan wisata.

Dalam manajemen pemasaran global, prinsip-prinsip dalam marketing mix masih


berlaku. Marketing mix sebagai strategi pemasaran sebenarnya mempertemukan antara penawaran
dan permintaan pasar. Stanley dalam (Spillance, 1989), seseorang konsultan Pasific Asia Travel
Associantion (PATA) membagi unsur marketing mix dalam pariwisata menjadi:

1. Product mix
Wisatawan memerlukan jasa obyek wisata dan sarana wisata tertentu. Sarana wisata adalah
sarana sosial ekonomi secara keseluruhan atau sebagai menghasilkan jas atau barang yang
digunakan wisatawan seperti hotel, rumah makan, sarana olah raga, dan atraksi kesenian.
Faktor penting dalam product mix adalah maslah pemeliharaan warisan budaya,
peninggalan sejarah, dan pemeliharaan fisik dan non fisik.
2. Distribution mix
Distribution mix berperan penting membawa wisatawan pada produk wisata yang
ditawarkan. Distribution mix mencakup jasa transportasi darat, laut, dan udara yang
melibatkan perusahaan jasa transportasi darat, laut, udara, bio perjalanan dan guide. Kunci
penting distribution mix adalah layanan agar wisatawan memperoleh kepuasan saat
mengonsumsi produk pariwisata.
3. Communication mix
Agar suatu produk wisata diketahui oleh wisatawan maka wisatawan harus diberi
informasi, diperkenalkan, ditarik, dan didorong agar mengunjungi suatu daerah tujuan
wisata. Dalam menginformasikan, mengenalkan, menarik, dan mendorong wisatawan
tersebut diperlukan communication mix. Ada beberapa pendekatan communication
mix, yaitu:
a. Sales promotion
Pendekatan ini meliputi kegiatan komunikasi yang diarahkan kepada wisatawan
melalui media umum, e-commerce, biro perjalanan, dan hubungan langsung dengan
wisatawan.
b. Image promotion
Kegiatan komunikasi ini dilakukan dengan cara membujuk secara halus untuk
memberi kesan dan gambaran suatu daerah tujuan wisata melalui kunjungan
perkenalan juru foto spesialis, penulis atau wartawan pariwisata, feature khusus
disurat kabar atau majalah, dan pengiriman misi kesenian ke berbagai Negara.
c. Melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kepada semua staf organisasi yang
terkait dalam mata rantai kegiatan pariwisata.
d. Melalui jasa penerangan kantor pariwisata, termasuk jasa surat-menyurat, dan
hubungan korespondensi melalui alat komunikasi.
e. Service mix
Kegiatan dalam service mix merupakan kebijakan pemerintah untuk memperlancar
perjalanan dan persinggahan wisatawan, seperti kebijakan visa dan ketentuan bea
cukai.

2.6 Aspek Ekonomis Pariwisata

Berkembangnya industri pariwisata di suatu negara/daerah akan menarik sektor lain untuk
berkembang karena produknya atau jasanya diperlukan untuk menunjang industri pariwisata,
seperti sektor pertanian, peternakan, dan perkebunan. Penelitian yang dilakukan Chau di Hawai
(Spillance, 1989) menunjukkan bahwa setiap kenaikan kunjungan wisatawan sebnyak 25.000
orang mengakibatkan terciptanya kesempatan kerja langsung sejumlah 390 orang dan tidak
langsung sejumlah 243 orang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh International Union of
Office Travel Organization menyimpulkan bahwa kesempatan kerja yang terbuka diseluruh dunia
untuk bidang hotel dan restoran diperkirakan mencapai 750.000 orang per tahunnya (Spillance,
1989).

Menurut Tambahan (1999), industri pariwisata dapat menjadi sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD) adalah industri pariwisata yang dimiliki masyarakat daerah (community tourism
development) atau CTD. Dengan pengembangan CTD, pemerintah daerah dapat memperoleh
peluang penerimaan pajak dan beragam retribusi yang bersifat legal. Kegiatan CTD meliputi
pengembangan dan pelestarian budaya, kesenian dan budaya berbagai desa di daerah tujuan
wisata. Pilar ekonomi CTD dalam meningkatkan PAD dapat dilihat dari usaha pemerintah daerah
dalam melakukan pungutan dan retribusi resmi dari kegiatan industri yang bersifat multi sektoral,
yang meliputi usaha perhotelan, restoran, usaha wisata, usaha perjalanan wisata, profesional
convention organizer, pendidikan formal dan informal, pelatihan dan transportasi.

Keterkaitan kegiatan industri pariwisata dengan penerimaan daerah melalui jalur PAD yang
terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, bagi hasil kekayaan bukan pajak dan pendapatan transfer yang terdiri dari dana bagi
hasil pajak, dana bagi hasil sumber daya alam, dana alokasi umum serta dana alokasi khusus. Mata
rantai industri pariwisata yang berupa hotel atau penginapan, restoran atau jasa boga, usaha wisata
yang meliputi obyek wisata, souvenir dan hiburan, usaha perjalanan wisata yang meliputi travel
agent dan guide, convention organizer, dan transportasi dapat menjadi sumber penerimaan PAD
yang berupa pajak daerah, restribusi daerah, laba BUMD, dan penerimaan lain bukan pajak yang
diterima oleh daerah kabupaten kota maupun provinsi. Sebagai contoh, keberadaan sebuah hotel
di suatu daerah kabupaten atau kota akan menjadi sumber PAD bagi kabupaten atau kota dari
penerimaan:

a) Pajak daerah (berupa pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame dan pajak
minuman beralkohol).
b) Retribusi daerah (berupa uang sepadan reklame, retribusi kebersihan, uang sewa
tanah/bangunan, retribusi ijin mendirikan bangunan, dan retribusi parkir).
c) Laba BUMD (berupa penggunaan jasa bank pemerintah daerah, PD bank pasar, dan PD air
minum).
d) Bagi hasil pajak (berupa bagi hasil pajak bumi dan bangunan, bagi hasil bea perolehan hak
atas tanah dan bangunan, bagi hasil pajak penghasilan pajak 25,29, dan PPh pasal 21).
e) Bukan pajak (berupa pemberian hak atas tanah pemerintah).

Bagi provinsi, keberadaan hotel yang ada didaerahnya akan menjadi sumber PAD dari penerimaan:

✓ Pajak provinsi (berupa pajak air bawah tanah, pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan
pajak kendaraan bermotor).
✓ Retribusi provinsi (berupa retribusi pemakaian tanah dan bangunan).
✓ Laba BUMD provinsi (berupa penggunaan jasa bank BPD).
✓ Bagi hasil pajak provinsi (berupa bagi hasil bumi dan bangunan, bagi hasil bea perolehan hak
atas tanah dan bangunan, bagi hasil pajak PPh pasal 25,29 dan 21).

2.7 Dampak Pembangunan Pariwisata

Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2005), manfaat dan keuntungan dalam pembangunan dan
pengembangan pariwisata bila direncanakan dan diarahkan dengan baik adalah:

1. Manfaat ekonomi (kesejahteraan masyarakat). Meningkatnya arus wisatawan baik


nusantara atau mancanegara ke suatu daerah menuntut macam-macam pelayanan dan
fasilitas yang semakin meningkat jumlah dan ragamnya. Hal ini memberi manfaat ekonomi
bagi penduduk, pengusaha maupun pemerintah setempat, seperti:
a. Penerimaan devisa akan meningkat
b. Kesempatan berusaha yang semakin lama
c. Terbukanya lapangan kerja baru di sekitar daerah wisata
d. Meningkatnya pendapatan masyarakat dan pemerintah
e. Mendorong perkembangan masyarakat dan pemerintah
2. Manfaat sosial budaya
a. Adanya upaya pelestarian budaya dan adat istiadat dari masyarakat
b. Meningkatkan kecerdasan masyarakat karena adanya persaingan
c. Meningkatkan kesehatan dan kesegaran jasmani ataupun rohani
d. Mengurangi konflik sosial karena meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
3. Manfaat dalam berbangsa dan bernegara
a. Mempererat persatuan dan kesatuan antar daerah
b. Menumbuhkan rasa memiliki, keinginan untuk memelihara dan mempertahankan
negara yang berujung pada tumbuh rasa cinta terhadap tanah air
c. Memelihara hubungan baik internasional dalam hal pengembangan pariwisata
4. Manfaat bagi lingkungan. Pembangunan dan pengembangan pariwisata diarahkan agar
dapat memenuhi keinginan wisatawan, seperti hidup tenang, bersih, jauh dari polusi, santai,
dapat mengembalikan kesehatan fisik maupun mental. Dengan demikian pengembangan
pariwisata merupakan salah satu cara dalam upaya untuk melestarikan lingkungan, di
samping akan memperoleh nilai tambah atas pemanfaatan dari lingkungan yang ada.
Dampak-dampak yang tidak diinginkan (negatif) karena berkembangnya kepariwisataan di
suatu daerah, dapat menyangkut segi ekonomi, sosial budaya, politik maupun lingkungan, seperti:

i. Harga-harga barang atau jasa pelayanan menjadi naik, karena banyaknya pengunjung.
Wisatawan selalu dianggap membawa uang banyak.
ii. Penduduk, khususnya remaja suka mengikuti pola hidup para wisatawan yang tidak
sesuai dengan budaya dan kepribadian bangsa kita sendiri.
iii. Banyaknya pemanfaatan wisatawan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab
untuk melakukan hal-hal yang tidak pantas seperti pemerasan, perjudian, pencurian,
pengedaran barang-barang terlarang dan lain-lain.
iv. Terjadinya pengrusakan lingkungan, baik karena pembangunan prasarana dan sarana
pariwisata, maupun karena ulah pengunjung atau tangan-tangan jahil.
DAFTAR PUSTAKA

Widanaputra, AAGP., Suprasto, H Bambang., Ariyanto, Dodik., Sari, Maria M


Ratna.2009.Akuntansi Hotel (Pendekatan Sistem Informasi).Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ariyanto, Dodik., Sari, MM Ratna., Widanaputra, AAGP. 2018. Akuntansi Perhotelan


(Pendekatan Sistem Informasi Berbasis USALI). Pekalongan: NEM.

Anda mungkin juga menyukai