3. Menjaga akhlak.
Dengan menikah, seorang muslim akan terhindar dari dosa zina, sebagaimana
sabda Nabi Muhammad SAW: “Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian
berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan
pandangan, dan lebih membentengi farji [kemaluan]. Dan barangsiapa yang tidak
mampu, maka hendaklah ia puasa, karena shaum itu dapat membentengi dirinya,”
(H.R. Bukhari dan Muslim).
Salah satu amal yang tak habis pahalanya kendati seorang muslim sudah
meninggal adalah keturunan yang saleh atau salihah. Dengan berumah tangga,
seseorang dapat mendidik generasi muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah
SWT, yang merupakan tabungan pahala dan amal kebaikan yang berkepanjangan.
"Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami istri dan menjadikan
bagimu dari istri-istrimu itu anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki yang
baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari
nikmat Allah?” (Q.S. An-Nahl[16]: 72).
”Apabila ada seorang laki-laki yang kamu ridhai agama dan akhlaknya
datang meminang anak perempuanmu, maka nikahkanlah dia. Apabila engkau
tidak menikahkannya, niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan
yang meluas”. (Hadits Riwayat at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
1. Ketahanan fisik
Ketahanan fisik mencakup kepada kebutuhan primer dalam keluarga seperti
terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan. Aspek
fisik bisa disebut juga material yang merupakan komponen penting di dalam keluarga.
2. Ketahanan sosial
Islam mengajarkan nilai komitmen ketahanan sosial yang tinggi melalui sikap
saling menjaga dan melindungi kehormatan keluarga. "Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS At-Tahrim: 6)
3. Ketahanan psikologis
Kemudian ketahanan psikologis ditunjukkan apabila keluarga mampu
menanggulangi masalah nonfisik dengan melakukan pengendalian emosi secara
positif. Di dalam konsep psikologis keluarga maka diperlukan kepedulian satu sama
lain, terutama dari pihak suami dan istri.
Pengertian Talak Secara bahasa, talak berarti melepaskan ikatan. Dengan kata
lain, talak adalah memutuskan hubungan antara suami istri dari ikatan pernikahan
yang sah menurut syariat agama. Meski demikian, Islam juga memperbolehkan
adanya rujuk setelah suami menjatuhkan talak pada istrinya, tapi tetap dengan
beberapa catatan
Hukum talak menjadi wajib yakni talak yang akan dijatuhkan oleh pihak
penengah antara suami dan istri (hakam), karena perceraian antara suami dan istri
yang tidak akan mungkin disatukan kembali dan jug talak merupakan satu-satunya
jalan.
Hukum dari talak menjadi haram yakni talak tanpa alasan yang benar. Oleh
sebab itu, diharamkan karena menyakiti istri yang pada akhirnya akan merugikan
kedua belah pihak, dikarenakan tidak ada gunanya dan juga kemaslahatan
melakukan talak.
Hukum talak menjadi Sunnah yakni suatu talak yang disebabkan istri
mengabaikan kewajibannya kepada Allah Swt maupun suka melanggar larangan-
Nya. Dalam hal ini istri dikategorikan sudah rusak moralnya, padahal suami sudah
berusaha memperbaiki dirinya. Menurut Imam Ahmad tidak patut
mempertahankan istri seperti itu, karena hal tersebut akan banyak mempengaruhi
keimanan suami dan juga tidak membuat ketenangan dalam rumah tangga.
Bahkan Ibnu Qadamah menjelaskan bahwa talak terhadap istri yang demikian
wajib hukumnya.
b). Istri
Talak yang dijatuhkan kepada Istri hukumnya sah saja apabila masih
dalam ikatan suami istri yang sah dan istri dalam keadaan iddah talak raj’i
ataupun talak bain sughra yang dijatuhkan sebelumnya.
a). Talak satu ialah talak yang pertama kali dijatuhkan oleh suami kepada
istrinya dan juga hanya dengan satu talak.
b). Talak dua ialah suartu talak yang dijatuhkan oleh suami kepada istrinya
yang kedua kali maupun untuk yang pertama kalinya tetapi dengan 2 talak
sekaligus. misalnya: aku talak kamu dengan talak yang dua.
c). Talak yang ke tiga ialah talak yang dijatuhkan oleh suami kepada istrinya
untuk yang ketiga kalinya. ataupun untuk yang pertama kalinya tetapi langsung
talak tiga. misalnya suami berkata: aku talak kamu dengan talak yang tiga.
2). Talak ditinjau dari segi boleh tidaknya bekas suami untuk rujuk kembali
a). Talak Raj’i Yang dimaksud dengan talak raj’i ialah talak yang boleh
dirujuk kembali mantan istri oleh mantan suaminya selama masa iddah maupun
sebelum masa iddahnya yang berakhir. Yang termasuk talak raj’i yakni talak satu
dan juga talak dua. DR. Asy-Syiba’iy mengatakan bahwa talak raj’i merupakan
talak yang telah dijatuhkan suami kepada istrinya, apabila suami ingin rujuk
kembali maka tidak akan melakukan akad nikah lagi, tidak akan memerlukan
mahar dan tidak memerlukan saksi lagi.
b). Talak Ba’in Yang dimaksud dengan talak ba’in yakni talak yang akan
dijatuhkan suami dan mantan suami tidak boleh meminta rujuk Kembali kecuali
dengan melakukan akad nikah lagi dengan semua syaratnya serta rukunnya. Talak
ba’in ada 2 macam yaitu talak ba’in shughra dan juga talak bain kubra.
c). Talak Ba’in Shughra Merupakan talak yang dapat menghilangkan
kepemilikan mantan suami terhadap mantan istri, tetapi tidak menghilangkan
kebolehan mantan suami untuk rujuk dengan melakukan akad nikah ulang. yang
termasuk talak ba’in shughra antara lain talak yang belum akan bercampur,
khuluk, talak satu dan juga talak dua tetapi masa iddahnya sudah habis.
d). Talak Ba’in Kubra Talak ba’in qubra merupakan talak 3 dimana mantan
suami tidak boleh rujuk kembali, terkecuali jika mantan istrinya pernah menikah
dengan laki-laki yang lain dan sudah digaulinya, lalu diceraikan oleh suaminya
yang kedua.
a). Talak Sunny: Talak sunny yakni talak yang dijatuhkan suami kepada
istrinya yang pernah dicampurinya dan pada waktu itu keadaan istri dalam
keadaan suci dan pada waktu suci belum dicampurinya, sedang hamil dan juga
jelas kehamilannya
b). Talak Bid’iy: Talak bid’iy yakni talak yang dijatuhkan suami kepada istri
yang pernah dicampurinya dan pada saat itu keadaan istri saat sedang haid Dan
dalam keadaan suci tetapi pada waktu suci tersebut sudah dicampuri.
5. Rujuk
1. Pengertian Rujuk
Rujuk adalah bersatunya kembali sepasang suami dan istri dalam ikatan
pernikahan setelah terjadinya talak raj'i (di antara talak satu dan talak dua),
dan sebelum habis masa iddah (masa saat istri menunggu setelah diceraikan
oleh suaminya). Jika seorang suami memutuskan untuk rujuk dengan istrinya,
keduanya nggak perlu melangsungkan akad nikah. Sebab, akad nikah yang
keduanya miliki belum sepenuhnya putus. Namun, ada beberapa cara dan
syarat yang perlu diperhatikan. “Wanita-wanita yang dotalak hendaklah
menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. Tidak boleh mereka
menyembunyikan apa yang diciptakan dalam rahimnya jika mereka beriman
pada Allah swt dan hari akhir. Dan suami-suami berhak merujukinya dalam
masa menanti itu jika mereka menghendaki ishlah. Dan para wanita
mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menuntut cara yang
ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada
istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S. al-Baqarah:
228)
2. Syarat Rujuk
a). Syarat rujuk dari sisi istri adalah istri yang telah ditalak pernah
melakukan hubungan seksual dengan sang suami. Jika suami menalak istri
yang belum pernah melakukan hubungan seksual bersama, ia tidak berhak
mengajak rujukan. Hal ini sudah merupakan kesepakatan para ulama.
Syarat rujuk dari sisi suami adalah ia tidak boleh merasa terpaksa kala
mengajak rujuk istrinya, berakal sehat, dan sudah akil baligh atau dewasa.
b). Talak yang jatuh bukanlah talak tiga, melainkan talak raj'i.
Talak yang terjadi tanpa tebusan. Jika dengan tebusan, istri menjadi talak
bain (talak yang dijatuhkan suami pada istrinya yang telah habis masa
iddah-nya) dan suami tidak dapat mengajak istrinya untuk rujukan. Rujuk
dilakukan pada masa iddah atau masa menunggu istri. Jika sudah lewat
masa iddah, suami tidak dapat mengajak istri untuk rujuk kembali dan ini
sudah menjadi kesepakatan para ulama fikih.
d). Adanya saksi yang menyaksikan suami dan istri rujuk kembali.
Sebagaimana firman Allah swt yang berbunyi: “Maka bila mereka telah
mendekati akhir iddahnya, maka rujuklah (kembali kepada) mereka
dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi yang adil diantara kamu dan hendaklah kamu
tegakkan kesaksian itu karena Allah.” (Q.S. at-Talaq:
a). Rujuk setelah talak satu dan dua saja, baik talak tersebut langsung
dari suami atau dari hakim.
b). Rujuk dari istri yang ditalak dalam keadaan pernah digauli. Apabila
istri yang ditalak tersebut sama sekali belum pernah digauli, maka tidak
ada rujuk.
a). Rujuk dilakukan selama masa ‘iddah. Apabila telah lewat masa
‘iddah -menurut kesepakatan ulama fikih- tidak ada rujuk. Dalam rujuk,
tidak disyaratkan keridhaan dari wanita. Sedangkan bila masih dalam masa
‘iddah, maka anda lebih berhak untuk diterima rujuknya, walaupun sang
wanita tidak menyukainya. Dan bila telah keluar (selesai) dari masa ‘iddah
tetapi belum ada kata rujuk, maka sang wanita bebas memilih yang lain.
Bila wanita itu kembali menerima mantan suaminya, maka wajib diadakan
nikah.
5. Metode Diskusi
Metode ini bisa digunakan dalam membina anak karena orangtua dapat
berdiskusi dengan anak dengan tujuan untuk memantapkan pikiran mereka dan
juga pengetahuan mereka terhadap suatu hal. Selain itu, dalam metode diskusi ini
anak dapat mempelajari sikap – sikap yang baik seperti dapat menerima pendapat
oranglain, dapat bertambahnya wawasan mereka, dan dapat melatih kemampuan
berpikir kritis mereka. Penggunaan beberapa metode – metode diatas dapat
diaplikasikan kepada anak tetapi akan percuma apabila orangtua tidak memahami
seperti apa kepribadian dan sifat yang dimiliki anak. Tentunya, ada beberapa anak
yang tidak suka diajari oleh metode yang keras tetapi terkadang sebagai orangtua
kita perlu menggunakan metode yang bukan keras melainkan tegas agar dapat
mendisiplinkan anak. Hakikat dan makna dari pembinaan anak dalam Islam
sendiri adalah anak merupakan anugerah yang telah diberikan oleh Allah kepada
kita. Sudah sepatutnya, sebagai orangtua kita perlu membimbing dan
mengarahkan anak kita agar ia tidak salah jalan. Karena orangtua merupakan
pendidik pertama bagi anak. Ketika anak telah tumbuh besar tanggung jawab
dalam membina seorang anak pun semakin luas yakni sekolah, organisasi, teman
sebaya, dan sebagainya. Untuk itu, orangtua perlu menyiapkan bekal berupa
pembelajaran akhlak kepada anak sedari kecil agar ia tidak melakukan hal – hal
yang dapat merugikan dirinya di masa depan.
https://tirto.id/pernikahan-dalam-islam-pengertian-hukum-dan-tujuannya-gaWS
http://eprints.umpo.ac.id/4508/2/BAB%20II.pdf
https://muslim.okezone.com/read/2020/07/08/614/2243100/3-pilar-menjaga-ketahanan-
keluarga-menurut-ajaran-islam?page=1
https://gurune.net/contoh-hak-kewajiban-serta-tanggung-jawab-anggota-keluarga/