OLEH :
NUR ALIMSYAH
D1E120068
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampah rumah tangga merupakan jenis sampah yang turut menyumbang pencemaran
lingkungan. Sampah dapat menimbulkan gangguan jika tidak ditangani dengan serius. Enam
puluh delapan persen sampah rumah tangga terdiri dari sampah organik (Rabbani, 2020).
Sekolah merupakan tempat penghasil sampah terbanyak setelah industri dan pasar (Mulyanto,
2020). Pengelolaan sampah organik belum dilakukan dengan baik dan masih didominasi dengan
membuangnya ke lahan kosong, saluran air, atau dibakar. Padahal, sampah organik sangat
bermanfaat jika diolah menjadi pupuk kompos cair (Ngurah, Suryaputra, & Mudianta, 2020).
Sampah merupakan ancaman serius bagi manusia, karena membuang sampah sembarangan dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan. Pengelolaan sampah yang kurang baik berdampak pada
permasalahan lingkungan (Fatmawati, Sabna, & Irawan, 2020). Meningkatnya jumlah penduduk
dan kegiatan manusia dalam suatu daerah maka semakin tinggi jumlah sampah yang dihasilkan.
Dibutuhkan cara pengelolaan yang lebih baik agar sampah tidak menjadi masalah bagi
lingkungan. Pola pengelolaan sampah dengan cara pengumpulan, pengangkutan serta
pembuangan di tempat akhir sampah tidak dapat menyelesaikan persoalan ini. Disamping
berbiaya tinggi pola ini juga menghasilkan volume sampah yang dibuang tidak terkurangi,
diketahui bahwa TPA memiliki daya tampung dan usia pemakaian maksimal (Sekarsari et al.,
2020).
Sampah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh
pemilik/pemakai sebelumnya, namun dalam kondisi dan pengolahan tertentu sampah masih
dapat digunakan. Contohnya adalah sampah organik, sampah organik adalah sampah yang bisa
mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau
(kompos). Sampah organik memiliki banyak manfaat salah satunya adalah sebagai penyubur
tanah dan pupuk organik. Namun masih banyak masyarakat dan petani yang tidak tahu manfaat
dari sampah organic dan cara mengolah sampah organik, padahal pengetahuan tentang teknik
pengolahan sampah organik sangat diperlukan agar masyarakat dapat mengetahui dan
mempraktikkan secara langsung teknik pengolahan sampah yang baik dan benar (Wiryono &
Dewi, 2020).
B. Tujuan
1. Tujuan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrapilan siswa SMA tentang
pengolahan sampah organik menjadi cairan serbaguna Eco Enzym.
Kegiatan pelatihan dilakukan di SMAN 4 Kota Kendari, dengan jumlah peserta kegiatan 27
orang, kegiatan dilakukan pada tanggal 10 November 2021, materi edukasi tentang sampah
organik, kemudian setelah itu dilakukan peltihan pembuatan eco enzym.
D. Peserta pelatihan
1.Jumlah peserta pelatihan pembuatan ekoenzym di SMAN 4 Kota Kendari ,peserta sebanyak
27 orang,berikut tabel peserta pelatian pembuatan ekoenzim.
1 Laki-laki 8 29,6
2 Perempuan 19 70, 4
Total 27 100
Data di atas menunjukan bahwa jenis kelamin laki-laki berjumlah 8 orang dengan
presentase 29,6 %, dan jenis kelamin perempuan berjumlah 19 orang dengan presentase 70,4 %.
a.Berasal dari SMAN 4 Kots Kendari yang berusia minimal 16 tahun dan maksimal 18 tahun
b.kelengkapan yang harus di bawa peserta adalah
F. Intruktur Pelatihan
NO NAMA
500 ml air
50 gram gula
150 gram kulit buah
Botol plastik bekas 1 liter atau wadah tertutup lainnya
Timbangan digital
Corong
b. prasana dalam kegitan pelatihan pembuatan ekoenzim
Lokasi SMAN 4 Kendari
Bangunan sekolah
Kantin
Toilet
musolah
hasil evaluasi kegiatan menunjukan bahwa kegiatan sangat menarik 22 orang (81.4%),
menarik dan 5 (18.6%)siswa kurang menarik . Kesimpulan kegiatan pengabdian masyarakat
berhasil meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa SMA baik itu pegetahuan tentang
dampak sampah organik untuk lingkungan dan kesehatan dan siswa SMA dapat dengan mudah
memahami bagaimana cara pembuatan eco enzyme dan Manfaat yang di peroleh dari ekoenzim ,
saran bagi seluruh kepala sekolah SMA untuk melakukan kegiatan edukasi dan pelatihan
pengolahan sampah organik dengan metode eco enzym, guna mengurangi sampah saat ini.
PRAKTIK BAIK PENGURANGAN RISIKO BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI
Pada tahun 2018 bencana cukup masif terjadi dan kerugian yang di timbulkan cukup
besar sehingaga banyak rumah yang rusak , kemudian mas imam prasetyo dan kawan –kawan
membuat bagunan tempat tinggal sememtara dengan menggunakan bahan-bahan yang sederhana
terkologi material bambu,namun dengan mengunakan cara- cara yang baru ,dengan
menggunakan teknologi yang sederhana sehingga orang yang baru pertama kali melihatnya bisa
membutnya ,ada beberapa proyek yang di bagun pasca gempa dan tsunami ,ada bebrapa fase
pembangunan yaitu fase darurat bencana ,masa atau fase transisi sampai pada masa rekomtruksi
Saat di lombok mas imam prasetyo dan teman-teman membangun beberapa bagunan tipe
syalter yang dapat di bangun secara cepat menggunakan bambu atau material yang mudah di
dapat kan di lombok, dengan mengguakan teknologi yang paling sederhana dengan
menggunakan ikatan tali rafiah, yang di bantu dengan warga sekitar,kemudian di kembangkan
tenda yang di namakan tenda keluarga atau tenda yang berbentuk seperti huruf A ,tenda ini di
bagun sangat mudah, kurang lebih hanya membutuhkan waktu beberapa jam sehingga tempat ini
dapat di gunakan dengan cepat ,dalam fase ini yang menjadi poin utama adalah bagaiman
menyediakn hunian yanag dapat membuat orang tdr gengan nyaman .kemudian kami juga
membuat baguna yang cukup besar untuk tempat –tempat pertemuan
Pada fase ini mulai berpikir bagaimana masyarakat lebih lama tingagal dari bagunan yang
di buat ,dengan menggunakan material yang seadanya dengan menggunakan bambu dengan
mencampurkan dengan teknologi menggunakan semen ,di mana bambu tersebut di palster dan di
masukan juga besi sehinggaa bagunan tersebut lebih tahan
Kita dapat mengetahui peran magrove dalam mitigasi bencana tsunami dengan
mengunakan simulasi mate-matika sebagai berikt ;
3.simulasi pemograman
Validasi
Validasi adalah untuk memastikan bahwa model numerik dapat memeberikan hasil yang
sesuai dengan hasil analitik atau eksperimen .
Verivikasi
Verivikasi adalah untuk memastikan bahwa modek numerik dapat memberikan hasil
yang baik untuk rentang permasalahan yang cukup lebar.
C. saran
Saran saya dalam webinar ini adalah sebaiknya dalam mengajukan sebuah pertanyaan si
penanya lansung di berikan kesempatan untuk memberikan pertanyaan dengan lisan ,agar
terbangun diskusi yang lebih hidup yang di dalanya terjadi interaksi antara penanya dan dengan
pemateri.
D. Kesimpulan
1. bahwa dalam keadaan pasca gempa atau tsunami yang di mana banyak masyarakat yang
kehilangan tempat tinggal ,kita dapat membuat hunian yang layak untuk masyarakat dengan
menggunakan bahan –bahan lokal yang ada di daerah kita ,misalnya bambu ,atau kayu yang
tidak kalah kualitas nya dari menggunakan bahan-bahan moderen,baik itu di lihat dari bentuk
dan kekutan bangunan,bahkan kita mempunyai kenggulan ,yaitu proses pembagunan nya
yang relatif lebih cepat dari bagunan modern apalagi dalam keadaan bencana alam,yang di
mana masyarakat sanagat membutuhkan tempat tinggal dengan cepat.
2. selanjutya kesimpulan saya adalah bahwa tanaman magrove dapat memperkecil terjagan
trsunami dengan memanfaatkan pantulah air,apabila air menghatam pohon magrove maka air
tersebut akan memantul kearah yang berlawanan sehingga akan terjadi tambrakan air yang di
pantulkan pohon magrove tambrakan ini akan menurunkan intesitas terjagan tsunami
.ketebalan pohon magrove sangat berpenagruh juga terhadap intesitas dari terjagan tsunami
,ketebalan hutan magrove 20 meter dan 50 meter sudah pasti berbeda, semakin tebal pohon
magrove maka intesitas terjagan tsunami akan semakin rendah.