Face mask
Pada tahun 1959 Swenson mengemukakan suatu metode penggunakan
masker wajah yang terbuat dari akrilik untuk merekam dimensi
vertikal pasien. Sehingga apabila suatu saat pasien datang dengan
kondisi edentulous dan ingin dibuatkan gigi tiruan, penetapan gigit
pasien dapat dilakukan dengan bantuan cetakan masker wajah yang
terbuat dari akrilik. Namun saat ini metode ini jarang digunakan. Hal
tersebut dikarenakan membutuhkan kunjungan tambahan serta
ketrampilan khusus dalam pembuatan masker wajah seakurat mungkin.
Selain itu diyakini pula bahwa profil wajah pasien dapat berubah
sewaktu-waktu sehingga keakuratannya rendah.
Tattoo
Metode ini dilakukan dengan cara pembuatan tattoo pada labial
maksila dan manibula kemudian dilakukan pengukuran jarak antar
tattoo tersebut saat pasien dalam posisi oklusi sentris dan rest position.
Lakukan pencatatan hasil pengukuran yang dapat menjadi alat bantu
dalam menentukan dimensi vertikal pasien ketika terjadi kehilangan
gigi yang bersifat multiple.
Penentuan dimensi vertikal oklusal menggunakan metode fisiologis terdiri dari :
1. Physiologic rest position
Niswonger mengemukakan metode penentuan dimensi vertikal oklusal dengan
menggunakan panduan dua titik acuan yang terletak pada ujung hidung dan ujung
dagu. Sebelum pengukuran dilakukan, pasien harus diposisikan duduk relaks dengan
garis tragus ala-nasi sejajar dengan lantai. Kemudian beri tanda titik pada ujung
hidung dan dagu serta instruksikan pasien untuk menelan. Lakukan pengukuran jarak
kedua titik tersebut ketika oklusi sentris sebagai dimensi vertikal oklusal (DVO) dan
jarak kedua titik tersebut ketika posisi rest sebagai rest vertical dimension (RVD).
2. Estetika
Penentuan dimensi vertikal berdasarkan metode harmonitas sepertiga wajah bawah.
Lakukan evaluasi profil wajah saat galangan gigit dalam rongga mulut pasien berada
dalam posisi rest harus dapat memberikan support terhadap bibir. Jika dimensi
vertikal pasien terlalu besar maka bibir pasien akan kesulitan untuk berkontak. Selain
itu evaluasi terhadap labiomental angle juga penting dilakukan dengan cara
memposisikan galangan gigit kedalam rongga mulut pasien dalam posisi rest.
Lakukan pengamatan terhadap labiomental angle. Apabila sudut tampak semakin
tumpul maka kemungkinan dimensi vertikal terlalu besar. Metode ini sangat bersifat
subjektif maka dari jarang digunakan untuk penentuan dimensi vertikal oklusal.
3. Fonetika
Penggunaan metode fonetik dalam penentuan dimensi vertikal oklusal dipengaruhi
oleh jarak interoklusal, posisi bidang oklusal, dan posisi lidah relatif terhadap
galangan gigit atau gigi-geligi. Metode fonetika berdasarkan pada closest speaking
distance yaitu pada saat menghasilkan suara “s” atau “sh” tidak ditemukan adanya
kontak diantara gigi. Selain itu pasien juga dapat diinstruksikan untuk mengucapkan
suara “m” sampai diperoleh kontak antara bibir atas dan bibir bawah. Jika gigi
anterior saling bersentuhan saat mengucapkan kata-kata tersebut maka diperkirakan
dimensi vertikal pasien terlalu besar.
4. Fenomena penelanan (swallowing threshold)
Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan galangan gigit kedalam rongga mulut
pasien. Kemudian letakkan wax cone diantara galangan gigit rahang atas dan bawah.
Instruksikan pasien untuk melakukan proses penelanan. Lakukan pengamatan pada
wax cone, apabila wax cone berkontak namun tidak sampai menyebabkan wax cone
menjadi pipih maka dapat diasumsikan telah dicapai dimensi vertikal yang benar.
5. Metode taktil
Penggunaan metode taktil untuk menentukan dimensi vertikal oklusal didasari pada
kemampuan proprioseptif pasien untuk menentukan posisi rahang selama beroklusi.
Metode ini dilakukan dengan cara membuat dua titik acuan pada hidung dan dagu.
Kemudian instruksikan pasien untuk membuka mulut selebar-lebarnya dan menutup
kembali secara perlahan hingga diperoleh posisi yang nyaman dan lakukan
pengukuran jarak kedua titik tersebut dan dicatat sebagai dimensi vertikal oklusal
pasien. Metode ini jarang digunakan karena pada umumnya pasien cenderung akan
merasa nyaman pada posisi dimana terjadi penurunan dimensi vertikal oklusal.
6. Boos bimeter
Boos bimeter merupakan suatu alat yang digunakan untuk mereka tekanan
pengunyahan yang dapat membantu untuk menentukan dimensi vertikal oklusal. Hal
tersebut didasari oleh teori yang menyatakan bahwa gaya penutupan rahang
maksimum terjadi saat rahang berada dalam posisi rest. Prosedur penentuan dimensi
vertikal menggunakan boos bimeter dilakukan dengan cara melekatkan bimeter pada
mandibular record base untuk menyediakan central bearing point. Selama prosedur
penutupan rahang dilakukan, gaya yang diaplikasikan ditunjukan oleh skala pada alat
bimeter. Prosedur ini dilakukan secara berulang hingga diperoleh gaya gigit
maksimum kemudian besar nilai gaya maksimum dikunci dan dicatat.
7. Elektromiografi
Penggunaan elektromiografi dalam penentuan dimensi vertikal oklusal didasari oleh
teori yang mengatakan bahwa aktivitas otot terendah terjadi ketika rahang berada
dalam posisi rest. Metode ini cukup jarang digunakan karena memerlukan alat khusus
yang cukup mahal. Selain itu diperlukan keahlian dokter gigi dalam bidang fisiologis
otot agar dapat menginterpretasi hasil pengukuran seakurat mungkin.
Terdapat beberapa rencana perawatan yang dapat dilakukan untuk mengkoreksi dimensi
vertikal oklusal, seperti
Secara konvensional koreksi dimensi vertikal oklusal dapat dilakukan dengan cara
menggunakan removable acrylic resin occlusal splint. Namun penggunaan removable acrylic
resin occlusal splint seringkali menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien dan gangguan
pengucapan.
Dahl pada tahun 1975 memperkenalkan penggunaan protesa lepasan berbahan chrome cobalt
disertai dengan anterior bite plane untuk mengkoreksi dimensi vertikal. Penggunaan protesa
ini akan menyebabkan gigi posterior disoklusi yang kemudian diharapkan gigi posterior akan
beradaptasi dengan bergerak kearah oklusal untuk mencari kontak antagonisnya sehingga
akan terjadi penyesuaian dimensi vertikal oklusal yang baru.
Koreksi dimensi vertikal oklusal dapat dilakukan menggunakan metal onlay. Restorasi onlay
disementasi pada gigi penyangga yang tidak dilakukan preparasi sehingga akan menyebabkan
terjadi peningkatan dimensi vertikal pasien. Onlay metal memiliki kekuatan yang baik dalam
menahan gaya keausan apabila digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Namun
penggunaan onlay metal membutuhkan biaya perawatan yang lebih besar karena
membutuhkan proses laboratorium untuk pembuatan onlay. Selain itu berdasarkan segi
estetika onlay metal memiliki estetika yang buruk.