Anda di halaman 1dari 12

Makalah Sekolahan

HomeMakalah

Makalah Pembegalan
byAdmin PortalDosen-May 09, 20150

Pertama-tama perkenankanlah kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan puji

syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan

judul Pembegalan.

Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memahami aspek pendidikan agama

Islam terutama untuk pembegalan. Dengan mempelajari isi dari makalah ini diharapkan

generasi muda bangsa mampu menjadi Islam yang sesungguhnya, saleh, beriman kepada

Allah SWT dan bermanfaat bagi masyarakat.

Ucapan terima kasih dan puji syukur kami sampaikan kepada Allah dan semua pihak

yang telah membantu kelancaran, memberikan masukan serta ide-ide untuk menyusun

makalah ini.

Kami selaku penyusun telah berusaha sebaik mungkin untuk menyempurnakan

makalah ini, namun tidak mustahil apabila terdapat kekurangan maupun kesalahan. Oleh

karena itu kami memohon saran serta komentar yang dapat kami jadikan motivasi untuk

menyempurnakan pedoman dimasa yang akan datang.


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………..............………………………………...……. i

DAFTAR ISI……………………………………………..……………….……….  ii

BAB  I      :  PENDAHULUAN

                     A. Latar  Belakang…………………………………………………..      1

                     B. Rumusan  Masalah…………………………..…………………...    1

                    

BAB  II    :  PEMBAHASAN…………………………………………………….   2

                    

BAB III    :  PENUTUP

                     A. Kesimpulan………………………..……………………………..      9

                     B. Saran………………………………………........……………….. 9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………...……………………...  10
B AB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap media dalam satu hari lebih dari satu kali menginformasikan tentang adanya
kriminalitas. Tidak dapat dipungkiri itulah yang terjadi dalam negri kita ini. Di sana –sini
banyak terjadi pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, pencurian, dan banyak lagi
kriminalitas yang lain. Banyak sudah para pembuat onar itu yang ditangkap oleh aparat
penegak hukum, tetapi masih banyak pula para pembuat onar yang masih berkeliaran.
Sehingga membuat hati masyarakat tidak tenang, selalu resah diselimuti rasa ketakutan.

Dalam permasalahan di atas, agama Islam tidak hanya diam dan membiarkan begitu
saja. Islam menyikapinya dengan serius. Sehingga terkadang dalam penetapan hukumnya
dirasa berlebihan atau tidak manusiawi.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah saya ini, saya mencoba memaparkan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan kriminalitas yang lebih saya spesifikkan mengenai pembegalan. Yaitu antara lain:

1.      Pengertian pembegalan ?

2.      Orang yang melakukan pembegalan ?

3.      Hukuman atas pelaku pembegalan ?

4.      Sifat pembegal ?

5.      Hal-hal yang dapat menghapuskan hukuman ?

6.      Bukti untuk menetapkan tindak pidana pembegalan ?

7.      Apa sajakah Hak Ulul Amri dalam perkara pemberian hukuman terhadap pembegal yang
bertobat ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembegalan

Begal ialah penjahat yang merampas barang-barang di tengah jalan sepi. Pembegal
juga disebut dengan “qathik” karena pencegahan orang dari melewati suatu jalan sebab
takut dengan adanya pembegal.

2.2 Orang Yang Melakukan Pembegalan

Orang yang melakukan pembegalan itu disyaratkan, antara lain:

1.      Islam

2.         Baligh

3.         Berakal sehat

4.         Orang dzimmi

2.3 Hukuman Atas Pelaku Pembegalan

Allah berfirman:

yJ¯RÎ) (#ätÂt“y_ tûïÏ%©!$# tbqç/Í‘$pt䆠©!$# ¼ã&s!qß™u‘ur $
tböqyèó¡tƒur’Îû ÇÚö‘F{$# #·Š$|¡sù br& (#þqè=Gs)ãƒ÷rr& (#þqç6¯=|Áム÷rr& 
yì©Üs)è?óOÎgƒÏ‰÷ƒr& Nßgè=ã_ö‘r&ur ô`ÏiBA#»n=Åz ÷rr& (#öqxÿYム
šÆÏBÇÚö‘F{$# 4 šÏ9ºsŒ óOßgs9 Ó“÷“Åz ’Îû$u‹÷R‘‰9$# ( óOßgs9ur ’Îû Íot
ÅzFy$#ë>#x‹tã íOŠÏàtã ÇÌÌÈ   žwÎ) šúïÏ%©!$#(#qç/$s? `ÏB È@ö6s% br& 
  (#râ‘ωø)s?öNÍköŽn=tã ( (#þqßJn=÷æ$$sù žcr&©!$# Ö‘qàÿxî ÒO‹Ïm§‘ ÇÌÍÈ

Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan rasul-


Nya dan membuat kerusakan di bumi, harus dibunuh dan disalib, atau dipotong tangan dan
kaki mereka secara silang, atau dibuang dari negri (tempat kediamannya). Yang demikian
itu sebagai suatu penghinaan bagi mereka di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksa
yang besar. Kecuali orang-orang yang bertobat (diantara mereka) sebelum kamu dapat
menguasai (menangkap) mereka.

Menurut riwayat yang kuat dan yang dipegangi oleh kebanyakan fuqaha’, ayat
tersebut turun berkenaan dengan peristiwa orang-orang dari “urainah” yang tidak kerasan
bertempat tinggal di Madinah. Kemudian Rasulullah mengirimkan unta-unta kepada mereka
dan menyuruh untuk minum air susu dan air kencingnya (untuk obat). Kemudian pergilah
mereka, akan tetapi setelah datang waktu pagi, mereka membunuh penggembalanya dan
membawa lari onta-onta tersebut. Maka Rasulullah menyuruh mengejar mereka dan mereka
dapat ditangkap. Kemudian turunlah ayat tersebut dan mereka dikenai hukuman.

Dari ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada beberapa macam hukuman.
Antara lain:

1)    Hukuman mati

Hukuman mati ini dijatuhkan apabila para pembegal itu membunuh orang yang di
begal, tetapi pembegal itu tidak mengambil hartanya.

2)    Hukuman mati disalib

Hukuman itu dijatuhkan apabila para pembegal itu melakukan pembunuhan serta
merampas harta benda. Jadi hukuman tersebut dijatuhkan atas pembunuhan dan
perampasan hartanya. Dimana pembunuhan tersebut merupakan jalan untuk memudahkan
pencurian harta.

Fuqaha’ berselisih pendapat tentang maksud firman Allah “atau disalib”.


Menurut sebagian fuqaha’, maksudnya disalib sampai mati kelaparan. Sedang menurut
fuqaha’ lain, maksud penyaliban adalah hukuman mati dan penyaliban secara bersamaan.
Sebagian mereka berpendapat dihukum mati dulu baru kemudian baru disalib. Ini pendapat
Asyhab. Sebagian yang lain berpendapat, disalib hidup-hidup, baru kemudian dihukum mati
di papan kayu. Ini adalah pendapat Ibnu Qasim dan Ibnu Majsyun.

Untuk masa sekarang hukuman mati dengan disalib sama dengan hukuman mati
ditembak, dimana terhukum diikat pada kayu yang dibuat dalam bentuk salib, kemudian
ditembak.

Mengenai masalah penyaliban, maka pendapat para fuqaha’ tidak sama. Menurut
sebagian fuqaha, masa penyaliban adalah tiga hari. menurut fuqaha-fuqaha lain sampai
mayat mulai berbau. Menurut fuqaha-fuqaha lain, lain lagi, asal sudah disalib maka sudah
mencukupi. Menurut fuqaha golongan ke empat, disalib sampai dikenal oleh orang banyak
dan supaya mayat diturunkan sebelum berbau.

3)    Pemotongan anggota badan

Hukuman ini dijatuhkan atas pengganggu keamanan jika ia mengambil harta tetapi
tidak membunuhnya. Yang dimaksud dengan pemotongan adalah pemotongan tangan
kanan pembuat dan kaki kirinya sekaligus, yakni tangan dan kaki berseling-seling.

Di Indonesia pencurian biasa diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya


lima tahun (pasal 362). Sedang pencurian yang mengakibatkan ada orang mati, dihukum
dengan penjara lima belas tahun, atau mengakibatkan mati atau luka berat. Sedangkan
pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, maka diancam dengan hukuman mati
atau penjara selama-lamanya dua puluh tahun atau pidana penjara seumur hidup (pasal
265, ayat 3 dan 4).

4)    Pengasingan

Hukuman ini dijatuhkan apabila pengganggu keamanan hanya menakut-nakuti orang


yang berlalu lintas, tetapi tidak mengambil harta dan tidak pula membunuh. Boleh jadi
dengan perbuatan itu ia bermaksud mencari ketenaran nama diri dan oleh karena itu maka
ia harus diasingkan, sebagai salah satu cara untuk mengurangi kebenarannya. Boleh jadi
dengan perbuatannya tersebut pengganggu keamanan bermaksud meniadakan keamanan
di jalan-jalan umum sebagai bagian dari negeri, dan oleh karena itu maka ia dihukum
dengan meniadakan keamanan dirinya dari semua bagian negeri.

Fuqaha berselisih pendapat mengenai makna firman Allah “atau dibuang dari negeri
(tempat kediamannya)”. Menurut satu pendapat, maksud “dibuang” adalah dipenjarakan.
Pendapat lain mengatakan bahwa pembuangan itu adalah dibuang dari satu negri ke negri
lain, kemudian dipenjara di negri tersebut, hingga ada indikasi bahwa ia telah bertobat. Ini
pendapat Ibnu Qasim dari Malik. Sedangkan jarak antara negri itu adalah minimal jarak
untuk mengqasar shalat.

Menurut Syafi’i, pembuangan sesudah ditangkap itu bukan yang dimaksud. Tetapi
maksudnya adalah, apabila mereka lari, maka kita usir mereka dengan cara mengejar
mereka. Pendapat lain mengatakan bahwa pembuangan adalah hukuman yang disengaja.

2.4 Sifat pembegalan

Mengenai sifat pembegal yang diterima tobatnya, fuqaha berselisih pula dalam tiga
pendapat :

1)      Ia masuk ke negri bukan islam

2)         Ia mempunyai kelompok

3)         Bagaimanapun keadaannya, baik ia mempunyai kelompok atau tidak, dan baik ia masuk ke
negri bukan islam atau tidak.

Dan diperselisihkan pula apabila pembegal membangkang, kemudian oleh penguasa


diberi keamanan dengan syarat ia mau memberhentikan perbuatan pembegalannya.
Menurut satu pendapat, ia da[at diberi keamanan, dan hukuman pembegalan pun gugur
atas dirinya. Menurut pendapat lain, tidak ada pemberian keamanan untuknya, karena yang
diberi keamanan hanyalah orang musyrik. 

2.5     Hal-Hal Yang Dapat Menghapuskan Hukuman


Mengenai hal-hal yang dapat menggugurkan hukuman atas pembuat onar adalah firman
Allah “kecuali orang-orang yang bertobat (diantara mereka)sebelum kamu dapat menguasai
mereka”(QS. Al-Maidah:34).

Berkenaan dengan ayat ini terdapat dua persoalan yang diperselisihkan. Pertama,
apakah tobatnya dapat diterima. Kedua, apabila dapat diterima, maka bagai mana sifat
pembegal yang dapat diterima tobatnya.

Apakah tobatnya dapat diterima ad dua pendapat dari kalangan ahli ilmu. Pendapat
pertama mengatakan bahwa tobatnya diterima berdasarkan firman Allah “kecuali orang-
orang yang bertobat (diantar mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap)
mereka”. Sedang pendapat kedua mengatakan bahwa tobatnya tidak dapat diterima.
Pendapat ini dikemukakan oleh fuqaha yang berpendapat bahwa ayat tersebut tidak
berkenan dengan  orang-orang yang melakukan keonaran.

Sifat tobat yang dapat menggugurkan hukuman terdapat beberapa pendapat, antara
lain:

a.       Tobatnya dapat terjadi dengan dua cara, pertama, pembegal meninggalkan perbuatannya,
meski penguasa belum datang. Kedua, pembegal meletakkan senjata dan datang kepada
penguasa dengan segala ketundukan.

b.           Tobatnya dengan cara meninggalkan perbuatannya, kemudian duduk di tempat, dan


menampakkan sikap tobat itu pada tetangganya.

c.           Tobatnya dengan cara menghadap penguasa sebelum dapat ditangkap. Sebab apabila ia
meninggalkan perbuatannya. cara ini belum dapat menggugurkan hukuman, jika kemudian
ia dapat ditangkap sebelum ia datang menghadap kepada penguasa.

Para ulama berselisih pendapat mengenai tobat yang dapat menggugurkan hadd,
pertama, tobat yang hanya menggugurkan hadd hirabah saja. Sedang hak-hak Allah sedang
hak Adami selain hadd hirabah, masih tetap berlaku. Ini pendapat Malik. Kedua, taubat tidak
hanya menghapus had hirobah, tapi seluruh hak Allah dan hak adami, seperti zina,
minuman khamar dan pencurian ikut terhapus. Sedangkan pembunuhan, utang piutang
harta dan lain-lain tidak ikut terhapus, kecuali ahli waris memaafkan.

Ketiga, tobat menghapus semua hak allah, ia dihukum dengan pembunuhan., jika ia
punya tanggungan harta, diganti dengan harta yang ada ditangannya.
Keempat, tobat menghapus semua hak allah dan semua hak manusia berupa harta benda
yang masih ada ditangannya, ia harus mempertanggungjawabkan nya.

2.6 Bukti Untuk Menetapkan Tindak Pidana Pembegalan


Mengenai dengan apa perbuatan hirabah dapat ditetapkan? Ditetapkan berdasarkan
pengakuan dan kesaksian.

Dalam hal ini, Malik menerima kesaksian orang yang dirampas atas orang yang
merampas.

Menurut imam Syafi’i, kesaksian kawan serombongan diperbolehkan jika mereka tidak
mengaku harta dirinya dan harta temannya telah dirampas.
Malik juga berpendapat bahwa perbuatan hirabah dapat ditetapkan berdasarkan kesaksian
pendengaran.

2.7 Hak Ulil Amri dalam perkara pemberian hukuman terhadap pembegal yang
bertobat

Ulil amri adalah penguasa dalam islam.

Allah SWT berfirman:

pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä(#qãè‹ÏÛr& ©!$# $
(#qãè‹ÏÛr&urtAqß™§9$# ’Í<'ré&ur ÍöDF{$#óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt“»uZ
s? ’Îû&äóÓx« çnr–Šãsù ’n<Î) «!$#ÉAqß™§9$#ur bÎ) ÷LäêYä.tbqãZÏB÷sè? 
  «!$$Î/ ÏQöqu‹ø9$#ur̍ÅzFy$# 4 y7Ï9ºsŒ ×Žöyz ß`|¡ômr&ur ¸xƒÍrù's? ÇÎÒÈ

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rosul dan Ulil Amri.” (Q.S.
Annisa:59)

Setiap peraturan yang dibuat disertai dengan hukumannya yang akan dijatuhkan kepada
siapa saja yang melanggarnya.

Hukum Allah bersumber pada peraturan Al-Qur’an, hukuman Rosul bersumber pada
hadits-haditsnya yang shahih, sedangkan hukuman Ulul Amri bersumber pada peraturan
perundang-undangan dalam negara. Inilah yang disebut hukum ta’zir dalam perkara pidana
adalah Ulul Amri atau penguasa dalam negara,
Hukuman Allah dan Rosul tidak dapat ditambahi, diubah, atau dikurangi. Akan tetapi,
hukuman Ulul Amri dapat dikurangi, dirubah, atau ditambah, atau dihapus kalau tidak perlu
lagi, sesuai dengan keadaan negara dan sesuai pula dengan cara berpikirnya Ulul Amri
dalam suatu negara islam.

Bagaimana tobat sipembegal?

Melihat ayat di atas, tobat itu hanya penghapuskan hukuman yang berupa hak Allah
disebut dalam ayat sebelumnya. Akan tetapi, hak Ulul Amri tidak dapat dihapuskan. Dalam
pengertian, sipembegal itu berhak diberi hukuman dengan hukuman Ulil Amri berupa human
ta”zir.
Dengan demikian, walaupun sipembegal telah bertobat (menyerah sebelum ditangkap),
hal itu dapat menggugurkan hak Allah. Ada dua macam hak yang akan dipikul oleh
sipembegal yang bertobat, yaitu:

a.      Hak Ulul Amri sendiri

b.         Hak Adami yang berupa qisas tas barang-barang yang telah diambilnya.

Oleh sebab itu, bagaimanapun juga, sipembegal ini perlu diadili di pengadilan walaupun
ia telah bertobat. Hal ini dilakukan untuk menyelesaikan pertanggungjawabannya selam ia
membegal.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari beberapa uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pembegalan ialah suatu
perbuatan seseorang untuk melakukan perampasan di jalan sepi. Macam-macam hukuman
atas pelaku pembegalan itu terdiri dari empat macam, yaitu; hukuman mati, hukuman mati di
salib, pemotongan anggota badan dan yang terakhir adalah pengasingan.

Demikianlah makalah ini saya susun. Saya yakin dalam makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah in bermanfaat. Amiin.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Hanafi, MA, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Bulan Bintang, Jakarta; 1967

Drs. H. Ibu Mas’ud, Drs. H. Zainal Abidin S, Fiqh Madzhab Syafi’I, Pustaka Setia, Bandung:
1999

Drs. Imam Ghazali, Ahmad Zaidun, Terjemah Bidayatul Mujtahid, Pustaka Amani, Jakarta;
2002 

Drs. Sulkhan Yasin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Amanah, Surabaya; 1997

Muhammad bin Qosim al-Ghozi, Sarah Fathul Qorib, Darul Ihya’, Indonesia, tth
Prof.  Moeltjatno, SH, KUHP, Bumi Aksara, Jakarta; 2003
Tags:Makalah



o
o
o
YOU MIGHT LIKE
Makalah Manajemen Sumber Daya Manusia
HUBUNGAN GLOBALISASI DENGAN KEBUDAYAAN
Pengaruh Globalisasi Terhadap Perilaku Pelajar
Post a Comment (0)
Previous PostNext Post

DCMA

FOLLOW US
 Twitter
 YouTube
 Facebook
 Instagram
POPULAR POSTS
KARYA ILMIAH-May 23, 2015
Karya Ilmiah Upaya Meningkatkan Minat Baca di Kalangan Pelajar
Karya Ilmiah Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan
Karya Tulis tentang Pencemaran Lingkungan
RECENT POSTS

MAIN TAGS
ABOUT US
LLDDBlog adalah blog yang membahas tentang Teknologi terkini, seputar dunia hiburan, tips blogging,
tutorial pemrograman dan lain-lain tentunya saling berbagi pengalaman dari masing-masing penulis. more

FOLLOW US





TOTAL TAYANGAN HALAMAN
 1329461

DCMA

DI SPONSORI OLEH:
POPULAR POSTS
Karya Ilmiah Upaya Meningkatkan Minat Baca di Kalangan Pelajar
Karya Ilmiah Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan
Karya Tulis tentang Pencemaran Lingkungan
Design by - Blogger Templates |CopyBloggerThemes.com

 Home
 

 About
 

 Privacy Policy
 

 Disclaimer
 

 Peta Situs
 

 Kontak Kami

















Anda mungkin juga menyukai