KIMIA DASAR
ACARA II
STOIKIOMETRI REAKSI PENGENDAPAN
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
1. Amirul Mujaddid Burdawani (B1D021196)
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Menghitung persentase endapan yang dihasilkan berdasarkan reaksi
stoikiometri.
2. Waktu Praktikum
Rabu, 1 Desember 2021
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Sebagian besar reaksi kimia yang terjadi di permukaan bumi, baik dalam
makhluk hidup maupun zat anorganik, berlangsung dalam larutan berari Bila reaksi
kimia berlangsung di antara zat-zat dalam larutan, persyaratan hukum kekekalan
selalu berlaku. Namun demikian, sekarang kita perlu memodifikasinya Kita tidak
lagi mengkonversi massa dan jumlah bahan kimia, melainkan antara volume dan
larutan jumlah bahan kimia, dengan konsentrasi sebagai faktor konversi (Oxtoby,
2008: 2).
Stoikiometri termasuk reaksi matematis Akan tetapi, pada saat itu belum
diberlakukan sebagai reaksi ion karena belum dipelajari mengenai konsep ion dan
elektrolit. Sekarang setelah pembatasan ini dilalui dapat kita lihat bahwa prinsip
stoikiometro dapat digunakan pada zat-zat berupa ion dan reaksi dalam larutan. Jika
reaksi terjadi dalam bentuk. Jika reaksi terjadi dalam bentuk larutan, sebelumnya
masih ada cara lain untuk mengukur reaktan yang dibutuhkan-dengan cara mengukur
volume larutan yang diketahui molaritasnya (James, 2018: 231-322).
Proses pengendapan dapat ditentukan dengan melihat nilai hasil kali kelarutan
atau solubility product constant atau Ksp dari masing-masing senyawa. Nilai Ksp
yang rendah mengindikasikan bahwa senyawa tersebut mudah diendapkan,
sebaliknya jika Ksp suatu senyawa memiliki nilai yang tinggi maka senyawa tersebut
susah diendapkan. Pemisahan uranium dan thorium dengan metode pengendapan
yang memanfaatkan perbedaan nilai Ksp kedua unsur dilakukan secara basa dengan
reagen NaOH dan NH4OH. Uranium dan thorium akan bereaksi dengan reagen basa
membentuk uranium dan thorium hidroksida (Mutia, 2015: 128).
1. Alat-alat praktikum
a. Batang pengaduk
b. Corong kaca 60 mm
c. Erlenmeyer 250 mL
d. Gelas arloji
e. Oven
f. Pipet ukur 5 mL
g. Rak tabung reaksi
h. Rubber bulb
i. Tabung reaksi
j. Timbangan analitik
2. Bahan-bahan praktikum
a. Aquades (H2O(l))
b. Kertas saring
c. Larutan Asam sulfat (H2SO4) 1 M
d. Larutan Timbal (II) asetat (Pb(CH3COO)2) 0,1 M
D. PROSEDUR PERCOBAAN
E. HASIL PENGAMATAN
Langkah Kerja Hasil Pengamatan
1. Dimasukkan larutan • Warna awal
Pb(CH3COO)2 sebanyak 5 mL ke Pb(CH3COO)2 adalah
dalam tabung reaksi. warna bening.
2. Dimasukkan 5 mL larutan H2SO4 • Kedua warna larutan
1 M ke dalam tabung reaksi yang berwarna putih.
sama. • Terbentuk endapan
3. Dikocok dan diamati endapan berwarna putih
yang terbentuk. kecoklatan.
4. Ditimbang massa kertas saring • Kertas saring kosong
dengan ditimbang
memiliki berat 0,88 g
5. Disaring dengan kertas saring • Hasil kertas endapan
yang telah ditimbang massanya. menggunakan oven pada
suhu 117℃ di peroleh
berat endapan yang
6. Dikeringkan kertas saring beserta konstan .
endapannya di dalam oven • Massa kertas saring dan
selama beberapa menit dengan endapan yaitu kertas
suhu 117oC. saring berisi hasil
endapan reaksi kemudian
di oven untuk
menghilangkan sisa-sisa
7. Ditimbang setelah endapannya larutan yang masih
kering dan dingin. tercampur agar
mendapatkan hasil
endapan yang benarbenar
kering
• Kertas saring dan
endapan yang telah di
oven kemudian
ditimbang dan memiliki
berat 1,59 gram.
F. ANALISIS DATA
1. Persamaan reaksi
Pb(CH3COO)2(aq) + H2SO4(aq) → PbSO4(s) + 2CH3COOH (aq)
2. Perhitungan
Diketahui: M Pb(CH3COO)2 = 0,1 M
M H2SO4 =1M
V Pb(CH3COO)2 = 0,005 L
V H2SO4 = 0,005 L
b. n H2SO4 = MxV
= 1 M x 0,005 L
= 0,005 mol
Pb(CH3COO)2(aq) + H2SO4(aq) → PbSO4(s) + 2CH3COOH (aq)
= 𝑜,71 x 100%
0,1515
= 4,686 %
G. PEMBAHASAN
H. KESIMPULAN