Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

POLITIK DALAM ISLAM

Disusun oleh :

 Mufliha Nur (C30121166)


 Suriyadewi (C30121184)
 Widya Putri (C30121162)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “POLITIK DALAM ISLAM” guna memenuhi
tugas mata kuliah pendidikan agama.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kami haturkan untuk junjungan nabi agung kami, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kami semua,
yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna
dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang
telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga
rampungnya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan kami telah berusaha
semaksimal mungkin dalam menyusun tugas makalah ini. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan kritik, saran dan nasehat yang baik demi perbaikan tugas makalah ini
kedepannya.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ni dapat berguna dan bemanfaat
untuk kita semua.

Palu, September 2021

KELOMPOK 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3

BAB I

PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................................. 4

BAB II

PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 5

A. Pengertian Politik dalam Islam.....................................................................................5


B. Nilai-nilai dasar politik dalam Al-
Qur’an...........................................................................................................................6
C. Hubungan Agama dan Politik. ....................................................................................7

BAB III

PENUTUP .............................................................................................................................. 9

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 9
B. Saran ........................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 10

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Islam merupakan agama Allah SWT sekaligus agama yang terakhir yang
disampaikan kepada nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril dengan tujuan
untuk mengubah akhlak manusia ke arah yang lebih baik di sisi Allah SWT. Banyak
cara dilakukan manusia untuk mencapai ketakwaan di sisinya atau disebut juga
dengan kata ‘politik’ karena politik dapat dikatakan sebagai suatu cara untuk
mencapai tujuan tertentu. Tidak sedikitpun masyarakat menganggap bawha politik
adalah sesuatu yang negatif yang harus dijauhi. Padahal tidak semstinya selalu
begitu, bahkan pilitik sangat dibutuhkan dalam hidup beragama. Andai saja kita
tidak mempunyai cara untuk pendekatan kpd Allah SWT, maka dapat dipastikan kita
sebagai manusia biasa juga tidak akan pernah mencapai kata beriman dan bertakwa
di sisiNYA, dikarenakan tidak akan pernah tercapai suatu tujuan jika tidak ada
usaha atau cara yang dilakukannya untuk mencapai tujuan tersebut. Realita inilah
yang harus kita ubah dikalangan masyarakat setempat, setidaknya dimulai dari
lingkungan keluarga,masyarakat kemudian untuk bangsa dan nergara kita.

Islam bukanlah suatu ilmu yang harus dipertandingnya dengan tulisan atau ceramah
belaka tanpa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, karna islam sangat identik
dengan sifat, pemikiran, tingkah laku, dan perbuatan manusia dalam kehidupan
sehari-hari untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan tujuan utk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Tentunya untuk mencapai hal tersebut, kita
harus mempunyai suatu cara yang tidak melanggar ajaran agama dan tidak
merugikan umat manusia. Banyak yang beranggapan bahwa jika agama dimasukan
dalam suatu politik, maka agama ini tidak akan murni lagi. Namun ada yang
beranggapan lain, karena agama jika idak menggunakan suatu politik atau cara maka
agama tersebut tidak akan sampai pada tujuannya. Kalaupun pada kenyataanya
banyak yang tidak berhasil, mungkin cara yang digunakan belum sempurna dan
perlu menambah ilmu.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Politik dalam Islam


islam dan politik adalah satu kesatuan, di mana ajaran Islam mampu menyelesaikan
berbagai masalah yang terjadi pada masyarakat. Sangat Perlu mempelajari strategi politik
untuk menyebarkan ajaran Islam kepada orang-orang. Strategi ini dilakukan oleh Nabi
Muhammad saw ketika melakukan penyebaran Islam di kota Madinah. Selain
membangun peradaban baru berdasarkan Islam, Nabi mengatur semua bidang, seperti
ekonomi, hukum, dan pertahanan nasional melalui undang-undang yang disebut Piagam
Madinah. Piagam Madinah merupakan model konstitusi pertama dalam sejarah Islam.
Secara etimologi kata “politik” berasal dari bahasa Yunani,yaitu dari perkataan “polis”
yang mempunyai arti kota dan negara. Kata “polis” tersebut berkembang menjadi kata
lain seperti “politis” yang berarti warga negaradan “politikus” yangberarti
kewarganegaraan (civic) (P.Cowie,1990: 190). Dalam bahasa Indonesia kata politik
mempunyai beberapa pengertian,yaitu: (1) ilmu/pengetahuan mengenai ketatanegaraan
atau kenegaraan; (2) segalaurusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya)
mengenai pemerintahannegara atau terhadap negara lain; dan (3) kebijakan, cara
bertindak (dalammenghadapi atau menangani suatu masalah)(Departemen P&K, 1995:
694). Cita-cita politik seperti yang dijanjikan Allah swt kepada orang- orang berimandan
beramal saleh dalam al-Qur’an adalah (1) terwujudnya sebuah sistem politik,
(2)berlakunya hukum Islam dalam masyarakat secara mantap, dan (3)terwujudnya
ketentraman dalam kehidupan masyarakat (Salim, 2002: 290). Kehidupan Nabi
Muhammad saw menunjukkan bahwa beliau memegang kekuasaan politik disamping
kekuasaan Agama. Ketika beliau dengan para sahabat hijrah ke Madinah, kegiatan yang
beliau lakukan untak menciptakan sistem kehidupan yang stabil dan harmonis adalah
mempersatukan seluruh penduduk Madinah dalam satu sistem sosial-politik dibawah
kekuasaan beliau yang di kenal dengan perjanjian Madinah. Nabi Muhammad saw tidak
memaksa kaum Yahudi dan Watsaniuntuk memeluk Agama Islam, tetapi beliau
menginginkan semua penduduk Madinah menghormati perjanjian yang mereka sepakati.
Setelah Rasulullah saw memiliki kekuasaan secara politik di Madinah, beliau juga
menjalin kesepakatan dengan penguasa mereka agar tidak terjadi perselisihan di antara
kedua kekuasaan tersebut, sekalipun dalam perkembangan selanjutnya penguasa Madinah
mengingkari penjanjian yang ia tandatangani sehingga memicu peperangan, seperti
perang Badar, Uhud, dan lain-lain.

Islam memang memberikan landasan kehidupan umat manusia secara lengkap, termasuk
didalamnya kehidupan politik. Tetapi Islam tidak menentukan secara konkrit bentuk

5
kekuasaan politik seperti apa yang diajarkan dalam Islam. Itulah sebabnya terjadi
perbedaan pendapat dikalangan umat Islam dalam merumuskan sistem politik Islam.
Umat Islam berbeda pendapat tentang kedudukan politik dalam syariat Islam. Beberapa
pendapat di antaranya: Pertama, menyatakan bahwa Islam adalah agama yang serba
lengkap. Di dalamnya terdapat pula antara lain sistem ketatanegaraan atau politik. Dalam
bahasa lain, sistem politik atau juga disebut juga fiqh siya>sah merupakan bagian integral
dari ajaran Islam. Lebih jauh kelompok ini berpendapat bahwa sistem ketatanegaraan
yang harus diteladani adalah sistem yang telah dilaksanakan oleh Nabi Muhammad saw.
Kedua, kelompok yang berpendirian bahwa Islam adalah agama dalam pengertian barat.
Artinya Agama tidak ada hubungannya dengan urusan kenegaraan. Menurut aliran ini
nabi Muhammad sawhanyalah seorang rasul, seperti para rasul yang lain bertugas
menyampaikan risalah Tuhan kepada segenap alam. Nabi tidak bertugas untuk
mendirikan dan memimpin suatu negara. Ketiga, menolak bahwa Islam adalah agama
yang serba lengkap yang terdapat didalamnya segala sistem kehidupan termasuk sistem
ketatanegaraan, tetapi juga menolak pendapat bahwa Islam sebagaimana pandangan barat
yang hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan. Aliran ini berpendirian bahwa
dalam Islam tidak terdapat sistem ketatanegaraan, tetapi terdapat seperangkat tata nilai
etika bagi kehidupan bernegara.

B. Nilai-Nilai Dasar Politik dalam Al-Qur’an


Al-Qur’an sebagai sumber ajaran utama dan pertama agama Islam mengandung ajaran
tentang nilai-nilai dasar yang harus diaplikasikan dalam pengembangan sistem politik
Islam. Nilai-nilai dasar tersebut adalah:
1. Kemestian mewujudkan persatuan dan kesatuan umat sebagaimana tercantum dalam
Q.S al-Mu’minu>n [23]: 52 ‫اح َدةً َّو اَن َ۠ا َر بُّ ُك ْمفَاتَّقُوْ ِن‬ ِ ‫ َو ِانَّ ٰھ ِذ ٖھ ٓاُ َّمتُ ُك ْما ُ َّمةً َّو‬Terjemahan: “Dan
sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu,
maka bertakwalah kepada-Ku”.
2. Kemestian bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah-masalah ijtiha>diyyah.
Sebagaimana dijelaskan dalamQ.S. al-Syu’a>ra[26]: 38 َ‫َو الَّ ِذ ْینَ ا ْستَ َجابُوْ ا لِ َر بِّ ِھ ْم َو اَقَا ُموا الص َّٰل و ۖة‬
َ‫ َو اَ ْم ُر ھُ ْم ُشوْ ٰر ى بَ ْینَھُ ۖ ْم َو ِم َّما َر زَ ْق ٰنھُ ْم یُ ْنفِقُوْ ۚن‬Terjemahan: “Dan (bagi) orang-orang yang
menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan salat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian
dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka”. Dapat juga ditemukan pada Q.S.An
ْ ‫اورْ ھُ ْمفِىا‬ ٰ ‫فَبمار حْ م ٍةمن‬
َ ِ‫َاللّ ِھلِ ْنتَلَھُ ْم ۚ َو لَوْ ُك ْنتَفَظا َغلِ ْیظَ ْالقَ ْلبِالَ ْنفَضُّ وْ ا ِم ْن َحوْ ل‬
[3]:159 ‫ال َ ْم ۚ ِر‬ ِ ‫ك ۖ فَا ْعفُ َع ْنھُ ْم َو ا ْستَ ْغفِرْ لَھُ ْم َو َش‬ ِّ َ َ َ ِ
ْ ّ ٰ ٰ ْ
َ‫ فَا ِ َذا َع َز ْمتَفَتَ َو َّكل َعلَىا ّ ِ ۗ اِنَّاللھَی ُِح بُّال ُمت ََو ِّكلِ ْین‬Terjemahan: “Maka berkat rahmat Allah engkau
(Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras
dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu
maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah
dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad,
bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal”.

6
Inti ayat tersebut di atas adalah:
1. Urusan mereka diputuskan dengan musyawarah diantara mereka
2. Bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kata al-Amr (urusan) pada ayat
di atas mencakup urusan ekonomi, politik, sosial, budaya dan sebagainya yang harus
dimusya- warahkan.Ayat di atas juga memerintahkan untuk menunaikan amanat dan
menetapkan hukum secara adil.Sebagaimana dalam Q.S.al-Nisa’>[4]: 58 ‫اِ َّن ٰ ّ َ یَْأ ُم ُر ُك ْم اَ ْن‬
ۢ ۙ ٓ ‫ال َمٰ ٰن‬
‫ص ْی ًر ا‬ ِ َّ‫ت اِ ٰلى اَ ْھلِھَا َو اِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْینَ الن‬
ِ َ‫اس اَ ْن تَحْ ُك ُموْ ا بِ ْال َع ْد ِل ۗ اِ َّن ٰ ّ َ نِ ِع َّما یَ ِعظُ ُك ْم بِ ٖھ ۗ اِ َّن ٰ ّ َ َكانَ َس ِم ْیعًا ب‬ ِ ْ ‫تَُؤ ُّدوا ا‬
Terjemahan: “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu
menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran
kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat”.
3. Kemestian mentaati Allah dan Rasulullah dan uli al-Amr (pemegang kekuasaan)
sebagaimana dalamQ.S al-Nisa’>[4]: 59 ‫ال َ ْم ِر ِم ْن ُك ۚ ْم‬ ٰ ‫ ٰیٓاَیُّھاالَّذ ْین َٰامنُ ْٓو ااَط ْیع‬.....
ْ ‫ُوااللّھَ َو اَ ِط ْیعُواال َّر سُوْ لَ َو اُولِىا‬ ِ َ ِ َ
Terjemahan: “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika
kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya…..”

C. HUBUNGAN AGAMA DAN POLITIK


Agama dan politik merupakan satu kesatuan yang berbeda hakikatnya tapi sama-sama
berfungsi untuk kehidupan manusia. Jika politik berada dalam dimensi manusia sekuler
untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia, maka agama memainkan peran dalam
dimensi religius(Sjadzali, 1993). Agama memiliki peran strategis dalam mengkonstruksi
dan memberikan kerangka nilai dan norma dalam membangun struktur negara dan
pendisplinan masyarakat. Sedangkan, negara menggunakan agama sebagai legitimasi
dogmatik untuk mengikat warga negara untuk mematuhi negara. Konsep demokrasi
sesuai dengan Islam, adalah agama yang mendukung kebenaran, keadilan, penegakan
hukum, kebebasan dalam semua aspek kehidupan termasuk ucapan dan hak asasi
manusia lainnya. Hak asasi manusia adalah aspek mendasar yang harus didukung. Agama
terkait dengan ideologi pembangunan negara untuk mengejar ketertinggalan dalam
IPTEK dan industrialisasi, demi kepentingan umum/negara, pembangunan ekonomi
menjadi prioritas utama. Pembangunan politik (demokratisasi) diharapkan akan terwujud
searah dengan naiknya keadaan perekonomian. Pengembangan politik (demokratisasi)
diharapkan dapat diwujudkan ke arah meningkatnya situasi ekonomi. Agama diakui telah
memperjelas nilai-nilai dan norma- norma kehidupan dariaspek apapun. Artinya bahwa
agama merupakan salah satu di antara sumber nilai yang penting, yang menunjang
budaya politik masyarakat (Nasution, 1987). Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam 177
Menurut Smith (1985) ada tiga hal utama dalam agama yang secara psikologis
menentukan pembentukan sikap dan perilaku politik:
7
(1) otoritas dogmatis, atau kebenaran absolut;
(2) otoritas terarah, atau kelengkapan pengaturan; dan
(3) pelembagaan otoritas, atau integrasi pemahaman dan penggunaan kebenaran mutlak
dalam perumusan aturan yang memperkuat struktur keagamaan.
Teori keterkaitan Islam dan kenegaraan disepakati olehbeberapa orientalis terkenal. Di
antaranya, Dhiauddin Rais menukil beberapa pernyataan orientalis, adalah V. Fitzgerald
berkata, “Islam bukanlah semata agama namun juga merupakan sebuah sistem politik.
Meskipun pada dekade terakhir ada beberapa kalangan dari kaum umat Islam yang
mengklaimsebagai kalangan modernis, yang berusaha memisahkan kedua sisi itu, namun
seluruh gugusan pemikiran Islam dibangun di atas fondasi bahwa kedua sisi itusaling
bergandengan dengan selaras dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain(Rais; 2001). C.A.
Nalinno menulis, “Muhammad telah membangun dalam waktu bersamaanagama dan
negara. Dan batas-batas territorial negara yang dia bangun itu terus terjaga sepanjang
hayatnya”. Bahkan H.A.R. Gibb dengan tegas mengatakan, dengan demikian, jelaslah
bahwa Islam bukanlah sekadar kepercayaan agamaindividual, namun ia meniscayakan
berdirinya suatu bangunan masyarakat yang independen. Ia mempunyai metode tersendiri
dalam sistem kepemerintahan, perundang-undangan, dan institusi. Untuk memahami
politik Islam diperlukan pemahaman konsep- konsepdasar yang berlandaskan pada
sumber hukum Islam, yaitu al- Qur’an, al-Sunnah, dan ijma para sahabat. Konsep-konsep
dasar yang harus dipahami terlebihdahulu adalah konsep tentang ummah, syura, dan
imamah atau khilafah.Konsep-konsep ini tidak terdapat dalam konsep politik modern
Barat (Rais; 2001).

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia diciptakan Allah dengan sifat bawaan ketergantungan kepada-Nya di samping sifat-sifat
keutamaan, kemampuan jasmani dan rohani yang memungkinkan ia melaksanakan fungsinya
sebagai khalifah untuk memakmuran bumi. Namun demikian, perlu dikemukakan bahwa dalam
keutamaan manusia itu terdapat pula keterbatasan atau kelemahannya. Karena kelemahanya itu,
manusia tidak mampu mempertahankan dirinya kecuali dengan bantuan Allah.

Bentuk bantuan Allah itu terutama berupa agama sebagai pedoman hidup di dunia dalam rangka
mencapai kebahagiaan di akhirat nanti. Dengan bantuan-Nya Allah menunjukkan jalan yang
harus di tempuh manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. Tujuan hidup manusia hanya dapat
terwujud jika manusia mampu mengaktualisasikan hakikat keberadaannya sebagai makhluk
utama yang bertanggung jawab atas tegaknya hukum Tuhan dalam pembangunan kemakmuran
di bumi untuk itu Al-Qur'an yang memuat wahyu Allah, menunjukkan jalan dan harapan yakni
(1) agar manusia mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan fitrah (sifat asal atau kesucian)nya,
(2) mewujudkan kebajikan atau kebaikan dengan menegakkan hukum, (3) memelihara dan
memenuhi hak-hak masyarakat dan pribadi, dan pada saat yang sama memelihara diri atau
membebaskan diri dari kekejian, kemunkaran dan kesewenang-wenangan. Untuk itu di perlukan
sebuah system politik sebagain sarana dan wahana (alat untuk mencapai tujuan) yaitu Politik
Islam.

B. Saran

Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh, sudah sepatutnya memiliki peran utama
dalam kehidupan politik sebuah negara. Untuk menuju ke arah integrasi kehidupan masyarakat,
negara dan Islam diperlukan ijtihad yang akan memberikan pedoman bagi anggota parlemen atau
politisi dalam menjelaskan hujahnya dalam berpolitik. Dan interaksi umat Islam yang hidup
dalam alam modern ini dengan politik akan memberikan pengalaman dan tantangan baru menuju
masyarakat yang adil dan makmur. Berpolitik yang bersih dan sehat akan menambah

9
kepercayaan masyarakat khususnya di Indonesia bahwa memang Islam mengatur seluruh aspek
mulai ekonomi, sosial, militer, budaya sampai dengan politik.

DAFTAR PUSTAKA

TimDosenPendidikanAgama.2019.PendidikanAgamaIslamDiPerguruanTinggiUmum.Makassar;
BalaiPenelitiandanPengembanganAgamaMakassar.

Anwar, Fuadi, dkk. Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum, Padang : 2008

10

Anda mungkin juga menyukai