Anda di halaman 1dari 6

Nomor Dokumen : MKT-PK3-01

PROSEDUR K3 Revisi : 00
Tanggal terbit
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN dokumen
: 21 Juni 2021
PENGENDALIAN RESIKO (IBPR) Halaman : 1/ 6

PROSEDUR
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RESIKO
(IBPR)

No Dokumen : MKT-PK3-01
No. Revisi : 00

NAMA TANGGAL TANDA TANGAN

Disusun
: HSE Officer Betha Ahlan Gizella 31 Agustus 2021
oleh

Diperiksa : Direktur Aloisius Ivan T, S.T.B.


31 Agustus 2021
oleh Eng

Disetujui : Direktur
Ivo Djuniadi T. 31 Agustus 2021
oleh Utama

1
Nomor Dokumen : MKT-PK3-01
PROSEDUR K3 Revisi : 00
Tanggal terbit
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN dokumen
: 21 Juni 2021
PENGENDALIAN RESIKO (IBPR) Halaman : 2/ 6

DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Persetujuan …………………………………………………….. 1
Daftar Isi ………………………………………………………………….. 2
Lembar Perubahan Dokumen ………………………………………….. 3

1. Tujuan …………………………………………………………… 4
2. Ruang Lingkup …………………………………………………. 4
3. Referensi ………………………………………………………... 4
4. Definisi …………………………………………………………… 4
5. Tanggung Jawab ……………………………………………….. 4
6. Uraian Prosedur ………. ……………………………………………….. 5
7. Lampiran …………………………………………………………. 6

Nomor Direvisi oleh Disetujui


Alasan perubahan dokumen
Revisi Hlm. Jabatan Paraf Tanggal Jabatan Paraf

2
Nomor Dokumen : MKT-PK3-01
PROSEDUR K3 Revisi : 00
Tanggal terbit
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN dokumen
: 21 Juni 2021
PENGENDALIAN RESIKO (IBPR) Halaman : 3/ 6

PERUBAHAN DOKUMEN

1. Tujuan
Untuk memberikan panduan PT. MULTI KARYA TEHNIK dalam membuat :

3
Nomor Dokumen : MKT-PK3-01
PROSEDUR K3 Revisi : 00
Tanggal terbit
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN dokumen
: 21 Juni 2021
PENGENDALIAN RESIKO (IBPR) Halaman : 4/ 6

 Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko terkait dengan keselamatan dan kesehatan
kerja.
 Identifikasi aspek lingkungan, penilaian dan pengelolaan dampak agar tidak membahayakan bagi
personil, proses produksi, aset perusahaan, lingkungan hidup dan kelangsungan bisnis
perusahaan. Hasil dari proses penilaian dan manajemen resiko tersebut digunakan sebagai dasar
penyususan tujuan, sasaran dan program K3.

2. Ruang Lingkup:
Prosedur ini mencakup kegiatan identifikasi dan pengendalian resiko dari setiap kegiatan kerja yang:
- Berpotensi bahaya tinggi di lingkungan PT. MULTI KARYA TEHNIK.
- Disyaratkan oleh pihak terkait

3. Refrensi
3.1. Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 sub elemen 2.1 tentang
Rencana Strategi K3
3.2. Prosedur MKT-MK3-01 tentang Manual Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3.3. Standard JSA Pihak Terkait

4. Definisi
4.1. Bahaya adalah sesuatu yang memiliki potensi untuk menyebabkan cedera atau sakit (bagi pekerja,
kontraktor, pengunjung atau masyarakat sekitar) atau kerusakan terhadap properti perusahaan dan
lingkungan sekitar.
4.2. Resiko adalah kombinasi dari kecenderungan/peluang dan tingkat keparahan suatu potensi bahaya.
4.3. Penilaian resiko adalah proses penilaian terhadap suatu resiko dengan menggunakan parameter
akibat (severity/tingkat keparahan) dan peluang (probability/kecenderungan) dari bahaya yang ada.
4.4. Pengendalian resiko adalah suatu aktivitas untuk meniadakan potensi bahaya dengan menggunakan
cara eliminasi (menghilangkan) bahaya, substitusi (mengganti) peralatan, rekayasa engineering
misalnya menggunakan penutup atau pengaman, pengendalian administratif misalnya pengawasan,
pelatihan, rotasi dan penggunaan Alat Pelindung Diri.
4.5. Tim Manajemen Resiko adalah tim penilaian resiko yang terdiri dari anggota P2K3.
4.6. JSA (Job Safety Analysis) adalah Analisa Pekerjaan Berwawasan K3
4.7. Pihak Terkait: Client/Customer, Pelangan, Rekan Bisnis
4.8. Prosedur ini mendifinisikan informasi/ketentuan umum:
- JSA dibuat pada suatu pekerjaan yang membutuhkan ijin kerja dari hasil Identifikasi bahaya dan
penilaian resiko, berisiko tinggi yang memerlukan pengedalian khusus.
- JSA dibuat pada suatu pekerjaan/project di lingkungan kerja pihak terkait yang mesyaratkan
penerapan prosedur JSA.

5. Tanggung Jawab :
5.1. Koordinator P2K3, Departemen K3 dan Pimpinan Project bertanggung jawab untuk menyusun IBPR
dan JSA bagi pelaksana tugas/pekerja dalam lingkup pengawasannya.
5.2. Koordinator P2K3, Departemen K3 dan Pimpinan Project bertanggung jawab untuk memantau
pelaksanaan hasil IBPR dan JSA di lapangan.
5.3. Pelaksana tugas/pekerja melakukan pekerjaannya sesuai dengan JSA yang dibuat

6. Uraian Prosedur
6.1. Uraian Prosedur
6.1.1. Persiapan Tim Manajemen Resiko

4
Nomor Dokumen : MKT-PK3-01
PROSEDUR K3 Revisi : 00
Tanggal terbit
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN dokumen
: 21 Juni 2021
PENGENDALIAN RESIKO (IBPR) Halaman : 5/ 6

 Tim Manajemen Resiko mempersiapkan jadwal pelaksanaan dan lokasi yang akan
dilakukan penilaian dan manajemen resiko serta kelengkapan yang diperlukan.
6.1.2. Identifikasi Bahaya/aspek lingkungan
 Pada tahap awal, tim akan melakukan identifikasi bahaya/aspek lingkungan yang
ada pada suatu obyek/aktifitas yang akan dinilai resikonya.
 Identifikasi bisa dilakukan tetapi tidak terbatas pada cara sebagai berikut :
- Mengamati kondisi fasilitas, peralatan & mesin yang dapat mencelakai
personil/menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta
menimbulkan kerusakan harta benda dan lingkungan hidup.
- Mengamati aktifitas dan proses, serta melakukan wawancara dengan
personil yang terkait dengan aktifitas dan proses tersebut.
- Sumbang saran
- Meninjau ulang laporan kecelakaan (baik internal maupun eksternal
PT. MULTI KARYA TEHNIK) yang pernah terjadi sebelumnya.
- Menggunakan daftar periksa pengamatan proses, jika diperlukan.
6.1.3. Penilaian Resiko
 Setelah semua bahaya atau aspek lingkungan diidentifikasi, selanjutnya dari setiap
bahaya atau aspek lingkungan tersebut ditentukan resikonya berdasarkan
kemungkinan dan dampak kejadian tersebut.
 Penentuan nilai resiko dilakukan dengan menggunakan Formulir Identifikasi
Bahaya, penilaian, dan Pengendalian Resiko terlampir.
 Penentuan penilaian resiko dilakukan dengan mempertimbangkan sistem
perlindungan/pengendalian yang sudah ada.
6.1.4 Tindakan Pengendalian Resiko
 Semua resiko di atas garis tebal (area merah pada matriks tingkatan resiko) harus
dikendalikan dan ditindaklanjuti dengan pembuatan rencana tindakan perbaikan.
Aspek lingkungan yang masuk dalam kategori ini dipertimbangkan memiliki
dampak penting.
 Resiko di bawah garis tebal (area hijau pada matriks tingkatan resiko) disarankan
untuk dikendalikan. Aspek lingkungan yang masuk dalam kategori ini
dipertimbangkan tidak memiliki dampak penting.
 Apabila berdasarkan penilaian resiko yang didapat ternyata dapat diterima/
acceptable risk (baris F pada matriks tingkatan resiko) maka hanya perlu dilakukan
monitoring terhadap kondisi/tindakan pengendalian yang telah ada.
 Prinsip pengendalian resiko adalah menghilangkan atau meminimalkan probability
dan/atau severity dan dapat dilakukan dengan menggunakan hirarki sebagai
berikut:
- Eliminasi: meniadakan tahapan suatu kegiatan/proses berbahaya.
- Substitusi : mengganti suatu bahan atau modifikasi proses.
- Isolasi: memisahkan bahaya dari area kerja, misal dengan memasang
pembatas atau tabir/layar (screen).
- Rekayasa Engineering: menambahkan alat pelindung/pengaman,
pemasangan sensor otomatis, pemasangan local/general ventilation.
- Administrasi: rotasi/mutasi karyawan, pengendalian sistem ijin kerja.
- Alat Pelindung Diri: menggunakan alat pelindung diri (ear plug, masker,
helmet, safety shoes, dsb).
6.1.5 Pemantauan Tindakan Pengendalian Resiko
 HSE Officer bertanggung jawab dalam memantau tindakan perbaikan agar
dilaksanakan sesuai jadwal yang ada.
5
Nomor Dokumen : MKT-PK3-01
PROSEDUR K3 Revisi : 00
Tanggal terbit
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN dokumen
: 21 Juni 2021
PENGENDALIAN RESIKO (IBPR) Halaman : 6/ 6

 Untuk setiap tindakan perbaikan yang telah dilakukan, maka harus dilakukan
peninjauan ulang untuk memastikan bahwa pengendalian resiko telah dilakukan
dengan efektif.

7 Lampiran
7.1 Formulir identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko
7.2 Formulir JSA (Job Safety Analysis

Anda mungkin juga menyukai