Print Pathway
Print Pathway
Disusun Oleh :
2021
1. Definisi Gastroentiritis/GEA
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung danusus halus
yang di tandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit ( cecyly,
Betz.2002). Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang pada
lambung dan usus yang di tandai berak-berak encer 5 kali atau lebih.Gastroenteritis
adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari dapat atau tanpa lender dan
darah ( Murwani. 2009).
Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang pada lambung
dan usus yang di tandai berak-berak encer 5 kali atau lebih. Gastroenteritis adalah
buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari dapat atau tanpa lendir dan darah
(Murwani, 2009).
2. Etiologi
Menurut (Ngastiyah,2005) faktor infeksi diare.
A. Faktor Infeksi
1) Infeksi Virus
Retovirus , Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau
disertai dengan muntah. Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada
musim dingin. Dapat ditemukan demam atau muntah. Di dapatkan
penurunan HCC.
Enterovirus, Biasanya timbul pada musim panas.
Adenovirus, Timbul sepanjang tahun. Menyebabkan gejala pada saluran
pencernaan/pernafasan.
Norwalk , Epidemik dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).
2) Bakteri
Stigella, Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September insiden paling
tinggi pada umur 1-5 tahun dapat dihubungkan dengan kejang demam.
Muntah yang tidak menonjol terdapatnya sel polos dalam feses sel batang
dalam darah
Salmonella, Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.
Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid. Mungkin ada peningkatan
temperature Muntah tidak menonjol Sel polos dalam feses Masa inkubasi 6-
40 jam, lamanya 2-5 hari. Organisme dapat ditemukan pada feses selama
berbulan-bulan.
Escherichia coli Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang
menghasilkan entenoksin. Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.
Campylobacter Sifatnya invasif (feses yang berdarah dan bercampur
mukus) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi
klinik yang lain. Kram abdomen yang hebat. Muntah/dehidrasi jarang
terjadi
Yersinia Enterecolitica Feses mukosa Sering didapatkan sel polos pada
feses. Mungkin ada nyeri abdomen yang berat Diare selama 1-2 minggu.
Sering menyerupai apendicitis.
Kolera, merupakan diare jenis hipersekresi. Kuman tersebut mengeluarkan
endotoksin sehingga menyebabkan pengeluaran cairan yang berlebihan di
usus, sehingga orang yang bersangkutan kehilangan banyak elektrolit.
Timbulnya mendadak, usia terkena lebih dari 2 tahun, terkadang disertai
muntah, dan jarang disertai panas badan. Pada jenis ini, penderita yang
terkena cepat mengalami dehidrasi. Feces/tinja yang timbul baunya amis
dan seperti cucian beras
3) Parasit ( E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
4) Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.
B. Faktor Non Infeksi
1) Malabsorbsi,
Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa, dan
sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.
2) Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy, food alergy,
dow’n milk protein senditive enteropathy/CMPSE) . Makanan dan minuman
yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau
kontaminasi oleh tangan yang kotor. Penggunaan sumber air yang sudah
tercemar dan tidak memasak air dengan benar. Tidak mencuci tangan
dengan bersih setelah buang air besar.
3. Manifestasi Klinik
a. Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering
b. Muntah (umumnya tidak lama)
c. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
d. Kram abdomen, tenesmus
e. Membrane mukosa kering
f. Fontanel cekung (bayi)
g. Berat badan menurun
h. Malaise
(Cecyly, Betz.2002)
4. Patofisiologi
Menurut Ngastiyah (2005), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare
adalah:
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus ( Rotravirus, Adenovirus enteris,
Virus Norwalk ), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli,
Yersinia dan lainnya), parasit ( Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus
pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu
penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaranpatogen dikarenakan
makanan dan minuman yang terkontaminasi. Gastroenteritis, yang terjadi merupakan
proses dari Transfor aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit
ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya
sekresi cairan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa
intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal dan terjadi gangguan
absorpsi cairan elektrolit.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun
akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
5. Komplikasi
a. Dehidrasi
b. Renyatan Hiporomelik
c. Kejang
d. Bakterikimia
e. Malnutrisi
f. Hipoglikimia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
Dari komplikasi Gastroenteritis, tingkat dehidrasi dapat di klasifikasikan
sebagai berikut :
Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit kurang
elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
Dehidrasi sedang
Kehilangan 5 – 8% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara
serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8 – 10% dari BB dengan gambaran klinik seperti tanda
dihidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot kaku
sampai sianosis.
6. Penatalaksanaan Medis
Menurut Supartini (2004), penatalaksanaan medis pada pasien diare meliputi:
pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan.Pemberian cairan Pemberian cairan
pada pasien diare dan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan peroral berupa
cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan glukosa untuk diare akut.
b. Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan kebutuhan
pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan setampat. Pada
umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di berikan tergantung berat / ringan
dehidrasi, yang di perhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur
dan berat badannya.
Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB /oral.
Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB /hari.
Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit (inperset 1 ml :
20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral
c. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui
tinja dengan / tanpa muntah dengzan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dsb).
Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30
mg.Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
Obat spasmolitik, umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak
beladora, opium loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi diare akut lagi,
obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin, charcoal, tabonal, tidak ada
manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB /
hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit seperti OMA, faringitis,
bronchitis / bronkopeneumonia.
7. Pathway
Meragsang usus
mengeluarkan isinya
DIARE
Inflamasi saluran
pencernaan
BAB sering dan cair
Gangguan integritas
kulit/jaringan Diare
WOC (Muttaqin,2008)
B. Diagnosis Keperawatan
Defisit nutrisi
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Penyebab :
Kurangnya asupan makanan
Ketidakmampuan menelan makanan
Ketidakmampuan mencerna makanan
Ketidakmampuan meabsorbsi nutrien
Peningkatan kebutuhan metabolisme
Faktor ekonomi
Faktor psikologis
Kondisi Klinis Terkait :
Stroke
Parkinson
Mobius syndrome
Cerebral palsy
Cleft lip
Celft palate
Amyoropic lateral sclerosis
Kerusakan neuromoskular
Luka bakar
Kanker
Infeksi
AIDS
Diare
Definisi : pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk
Penyebab :
Inflamasi gastrointestinal
Iritasi gastroistenstinal
Proses infeksi
Malabsorbsi
Kecemasan
Terpapar kontaminan
Terpapar toksin
Program pengobatan
Perubahan air dan makanan
Bakteri pada air
Kondisi Terkait
Kanker kolon
Diverticulitis
Iritasi usus
Ulkus peptikum
Gastritis
Spasme kolon
Disentri
Hepatitis
9. Perencanaan
NO Diagnosa SLKI SIKI
1 Defisit Nutrisi Status nutrisi Bayi Identifikasi status nutrisi
L.03031 Identifikasi kebutuhan
Berat Badan kalori dan jenis nutrien
Panjang badan Monitor berat badan
Tebal lapisan kulit Fasilitasi menetukan
Lapisan lemak pedman diet
Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi dengan ahli gizi
Daftar Pustaka
Arita Murwani. (2009). Perawatan pasien penyakit dalam. Jogjakarta : Nuha Medika
Betz, C., & Sowden, L. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Keperawatan Indonesia (SDKI).Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017.Standar Diagnosis
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Intervensi
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Luaran
PPNI.
PPNI.
Yupi Supartini. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta. EGC. 2004.