Anda di halaman 1dari 5

Nama : Silma Nurkamila

NPM : 1910631180118
Fakultas : FISIP
Prodi : Ilmu Pemerintahan
Kelas : 1/C
Mata Kuliah : Sistem Hukum Indonesia

BAB X
Asas-Asas Hukum Agraria

A. Pengertian Hukum Agraria


Hukum agraria adalah keseluruhan kaidah hukum tertulis dan tidak tertulis yang
mengatur agraria. Menurut UU no. 5 tahun 1960 (UU Pokok Agraria) yang dimaksud
dengan agraria adalah bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
termasuk rusng angkasa yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi
kekayaan Bangsa Indonsia.
Bumi menurut UUPA adalah permukaan bumi sekaligus tubuh bumi dan
kekayaan yang ada di bawah air. Sedangkan air adalah air laut (lautan) maupun perairan
pedalaman dan lautan yang terbatas pada laut wilayah Negara Republik Indonesia (ayat
(5)). Dsn rusng angkasa adalah ruang angkasa diatas bumi dan laut wilayah Negara
Republik Indonesia (ayat (6)).
Kewenangan negara atas bumi, air, ruang angkasa dan seluruh kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya antara lain:
1. Mengatur, menyelanggarakan peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan
terhadapanya;
2. Menentukan dan mengatur hubungan hukum antara orang dengan bumi, air dan ruang
angkasa;
3. Menentukan dan mengatur hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan
hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

B. Sejarah Hukum Agraria


Sebelum 24 September 1960, hukum agraria di Indonesia mengadopsi Hukum
Adat dan Hukum Perdata Barat yang bersifat dualistis juga masih tersisipi tujuan
pemerintah jajahan untuk menguntungkan dirinya sendiri. Hal ini menjadikan hukum
agraria pada saat itu bertentangan dengan kepentingan rakyat Indonesia.
Hukum perdata barat yang menyangkut agraria hanya diperuntukkan bagi orang-
orang golongan Eropa dan golongan Timur Asing dan tanah-tanah yang dikuasai kedua
golongan tersebut dinamakan tanah dengan hak-hak Barat.
Tanah dengan hak adat adalah yang tunduk pada pada hukum adat dan khusus
berlaku bagi golongan pribumi.
Demi menasionalisasikan hukum agraria yang bersifat dualistis, maka pada 24
September 1960 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang no. 5 tahun 1960 melalui
Lembaran Negara 1960 no. 104, yaitu undang-undang yang mengatur tentang agraria dan
diberi nama Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) dengan beberapa peraturan tertulis
tentang agraria yang dinyatakan dicabut, antara lain:
1. KUH Perdata, khususnya yang mengatur tentang hk eigendom, hak erpacht, hak
opstal dan hak-hak lainnya (Buku 11 KUH Perdata);
2. Agrarische Wet Staatsblad 1870 no. 55 sebagaimana yang termuat dalam pasal 51 IS;
3. Domien Verklaring, tersebut dalam keputusan agraria (Agrarisch Besluit), Staatsblad
1870 no. 118;
4. Algemene Domien Verklaring, tersebut dalam Staatsblad 1875 no. 119 a;
5. Domien Verklaring untuk Sumatra, tersebut dalam pasal 1 Staatsblad 1874 no. 94 f
dan lain-lain.
Hukum agraria baru disusun berdasarkan hukum adat yang tidak bertentangan
dengan kepentingan nasional dan negara (pasal 5 UUPA) sehingga hukum agraria adat
mempunyai peran penting dalam sejarah lahirnya UUPA dan berlakunya UUPA tidak
berarti bahwa hak ulayat tidak diakui, hak ulayat masih diakui selama tidak mengahambat
pembangunan nasional. Semua hak atas tananh dinyatakan berfungsi sosial (pasal 6
UUPA).
Adapun tujuan dari hukum agraria antara lain;
1. Meletakkan dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional yang merupakan sarana
untuk mewujudkan keadilan bagi rakat dan negara, terutama tani dalam rangka
menuju masyarakat adil-makmur;
2. Meletakkan dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan hukum pertahanan;
3. Meletakkan dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah
bagi rakyat seluruhnya.

C. Asas-Asas Hukum Agraria


1. Asas Kesatuan
Pasal 1 ayat (1) UUPA “seluruh wilayah indonesia adalah kesatuan tanah air
dari seluruh rakyat Indonesia yang bersatu sebagai Bangsa Indonesia”.
2. Asas Kepentingan Nasional
Pasal 2 ayat (1) dan (3) UUPA yang pada pokoknya menentukan bahwa
seluruh wilayah Indonesia dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh negara demi kemakmuran rakyat Indonesia seluruhnya.
3. Asas Nasionalisme
Pasal 9 ayat (1) dan (2) yang menyatakan bahwa hanya Warga Negara
Indonesia yang dapat mempunyai hubungan penuh dengan bumi, air dan ruang
angkasa dalam batas-batas ketentuan pasal 1 dan 2.
4. Asas Manfaat
Pasal 10 ayat (1) ditentukan bahwa setiap orang dan badan hukum yang
mempunyai hak atas tanah pertanian pada asasnya diwajibkan mengerjakan atau
mengusahakan sendiri secara aktif dengan mencegah cara-cara pemerasan.
Pasal 14 ayat (1) huruf a, b, c, d dan e menentukan pemerintah harus membuat
rencana umum tentang penyediaan, peruntukan dan penggunaan bumi, air dan ruang
angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya:
a. Untuk keperluan negara;
b. Untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya sesuai dengan dasar sila
pertama pancasila;
c. Untuk keperluan pusat kehidupan masyarakat, sosial, kebudayaan dan lain-lain
kesejahteraan;
d. Untuk keperluan mengembangkan produksi pertanian, peternakan dan perikanan
sejalan dengan itu;
e. Untuk keperluan mengembangkan industri, transmigrasi dan pertambangan.
Pasal 15 menentukan bahwa tiap-tiap orang atau badan hukum yang
mempunyai hubungan dengan tanah wajib memelihara termausk menambah
kesuburan serta mencegah kerusakan tanah dengan memperhatikan pihak ekonomi
lemah.

D. Hak-Hak Tanah dalam UUPA


1. Hak Penguasaan Atas Tanah
Hak penguasaan atas tanah berisi serangkaian wewenang, kewajiban dan atau
larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang menjadi
haknya. Pengertian tersebut dapat dipakai dalam arti fisik maupun yuridis, beraspek
privat maupun publik.
2. Tetap (pasal 16 UUPA)
a. Hak Milik
Hak milik merupakan hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang
dapat dimiliki oleh orang dengan tanpa melupakan bahwa setiap hak itu
mempunyai fungsi sosial (pasal 20 UUPA).
Hak milik dapat diperoleh dengan cara-cara berikut:
1) Peralihan hak;
2) Ketentuan yang ada dalam hukum adat;
3) Penetapan oleh pemerintah;
4) Kententuan yang ada dalam undang-undang.
Hak milik dapat di hapus oleh berbagai sebab sebagai berikut:
1) Dicabut;
2) Pemberian kepada orang lain dengan sukarela;
3) Ditelantarkan;
4) Jatuh pada orang asing yang berkewarganegaraan rangkap;
5) Tanahnya musnah.
b. Hak Guna Usaha
Hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai
langusng oleh negara (tanah negara) dalam waktu tertentu, paling lama 25-35
tahun tergantung jenis usahanya dan dapat diperpanjang lagi sampai 25 tahun
apabila diperlukan. Tanah tersebut diusahakan untuk pertanian, perikanan dan
peternakan dengan luas minimal 5 ha (pasal 28 ayat (1) dan (2) pasal 29
UUPA).
c. Hak Guna Bangunan
Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai
bangunan-bangunan diatas tanah bukan milik sendiri dengan jangka waktu
paling lama 30 tahun dan dapat diperpanjang sampai 20 tahun apabila
diperlukan (pasal 35 ayat (1) dan (2) UUPA).
Hak tersebut dapat digunakan oleh WNI atau badan hukum yang
didirikan di Indonesia menurut hukum Indonesia.
Hak guna bangunan dapat dihapus oleh faktor-faktor berikut:
1) Jangka waktunya berakhir;
2) Dihentikan sebelum waktunya karena sudah tidak memenuhi syarat;
3) Dilepaskan oleh pemegang hak;
4) Dicabut oleh pemerintah guna kepentingan umum;
5) Ditelantarkan;
6) Tanahnya musnah.
d. Hak Pakai
Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil
dari tanah negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang atau
kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang
berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengna pemilik tanahnya
yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjan pengelolaan tanah,
segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan undang-
undang (pasal 41 UUPA).
e. Hak Sewa
Hak sewa adalah hak seseorang atau badan hukum untuk
menggunakan tanah milik orang lain untuk keperluan bangunan dengan
membayar sejumlah uang tertentu sebagai uang sewa kepada pemilik tanah
yang bersangkutan (pasal 44 UUPA).
Hak sewa mempunyai sifat khusus antara lain:
1) Adanya kewajiban membayar sewa kepada pemilik tanah;
2) Sementara.
Hak sewa dapat dimiliki oleh:
1) WNI;
2) WNA penduduk Indonesia;
3) Badan hukum yang didirikan di Indonesia menurut Hukum Indonesia;
4) Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia (pasal 42
dan 45 UUPA).
f. Hak Membuka Tanah
Hak membuka tanah berhubungan dengan hak ulayat, yakni hak yang
dimiliki oleh warga negara atau anggota masyarakat hukum adat tertentu
untuk membuka tanah dalam wilayah masyarakat hukum adat tersebut.
g. Hak Memungut Hasil Hutan
Hak memungut hasil hutan adalah hak yang dimiliki oleh anggota
masyarakat tertentu untuk memungut hasil yang termasuk wilayah masyarakat
hukum tersebut dengan seizin Kepala Adat (jika tanahnya seluas 2 ha) atau
Bupati setempat (jika tanahnya seluas 5 ha).
3. Sementara (pasal 53 UUPA)
a. Hak Gadai
b. Hak Usaha Bagi Hasil
c. Hak Menumpang dan Hak Sewa Tanah Pertanian
E. Hak atas Air dan Ruang Angkasa
1. Hak Guna Air
Hak memperoleh air untuk keperluan tertentu dan atau mengalirkan air di atas
tanah orang lain.
2. Hak Guna Ruang Angkasa
Hak untuk menggunakan tenaga dan unsur dalam ruang angkasa untuk usaha
memelihara dan mengembangkan kesuburan bumi, air serta kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dan hal-hal lainnya yang bersangkutan dengan itu.
3. Hak Guna Pemeliharaan dan Penangkapan Ikan
Hak pemeliharaan merupakan hak untuk memperoleh perikanan darat
sedangkan hak penangkapan merupakan hak untuk memperoleh perikanan laut (UU
no. 16 tahun 1964).

Anda mungkin juga menyukai