Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPEMIMPINAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Organisasi adalah suatu unit fungsi yang dikoordinasikan secara sengaja yang di dalamnya
terdapat sekumpulan orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Maka dalam pelaksanaan
rangkaian kegiatannya dilakukan oleh manusia. Agar sebuah organisasi dapat berjalan lancar dan
efektif diperlukan orang-orang yang memiliki kemampuan tertentu berdasarkan keahliannya
masing-masing. Terkhusus sebuah kepemimpinan yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya
sebuah organisasi.
Kepemimpinan adalah fenomena yang terdapat dalam setiap komunitas, karena dimana manusia
berinteraksi maka disana timbul fenomena kepemimpinan, mulai dari interaksi dalam kelompok
yang paling primitif sampai ke yang paling maju, mulai dari kelompok yang paling terkecil
sampai ke organisasi yang paling besar. Faktor kepemimpinan dalam suatu organisasi menjadi
sangat penting manakala individu/anggota organisasi memiliki dinamika yang tinggi dalam
aktivitasnya disamping perubahan terus-menerus yang didorong oleh kemajuan teknologi, kata
kunci dari fenomena ini adalah kemampuan untuk mempengaruhi anggota organisasi sehingga
mereka dengan segala kesungguhan berusaha untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar
ditentukan oleh faktor kepemimpinan.
Dalam bahasa Indonesia istilah pemimpin, kepemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal
dari kata dasar yang sama, yakni pimpin. Namun demikian, ketiganya di gunakan dalam konteks
yang berbeda. Dimana pemimpin adalah suatu peran dalam sistem tertentu. Istilah memimpin
digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya
untuk mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Sedangkan dari istilah kepemimpinan
pada dasarnya berhubungan dengan, keterampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang
dimiliki seseorang.
Pada dasarnya tema kepemimpinan merupakan topik yang selalu menarik untuk diperbincangkan
dan tak akan pernah habis dibahas. Masalah kepemimpinan akan selalu hidup dan digali setiap
masa, dari generasi ke generasi guna mencari formulasi sistem kepemimpinan yang aktual dan
tepat untuk diterapkan pada masanya. Hal itu mengindikasikan bahwa paradigma kepemimpinan
adalah sesuatu yang sangat dinamis dan memiliki komplekasitas yang tinggi.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah yakni :
1.      Apakah definisi dari kepemimpinan ?
2.      Apa asas dan fungsi kepemimpinan ?
3.      Bagaimana efektivitas dari sebuah kepemimpinan ?
4.      Apa perbedaan leadership dengan manajemen ?
5.      Apa peranan seorang manajer ?

C.    Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan penulisan adalah untuk
mengetahui dan memahami secara spesifik definisi dari kepemimpinan, apa asas dan fungsinya,
dan bagaimana efektivitas sebuah kepemimpinan, serta perbedaan leadership dan manajemen,
dan bagaimana peranan dari seorang manajer.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Kepemimpinan


Definisi tentang kepemimpinan bervariasi sebanyak orang yang mecoba mendefinisikan konsep
kepemimpinan berdasarkan pada latar belakang dan bidang ilmu yang digeluti. Secara umum
definisi-definisi yang dinyatakan tidaklah bertentangan meskipun secara sepintas terkesan
demikian, namun pada intinya adalah sama.
Menurut Hasibuan (edisi revisi:170) kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin dalam
mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja produktif untuk mencapai
tujuan organisasi.
Menurut Rivai, Mulyadi (2009:2) definisi kepemimpinan secara luas meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk
mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga
mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian
dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan kerja
kelompok, perolehan dukungan dan kerjasama dari orang-orang di luar kelompok atau
organisasi.
Kepemimpinan juga terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan
mempengaruhi orang, dan beberapa faktor yang dapat menggerakkan orang yaitu karena
ancaman, penghargaan, otoritas, dan bujukan.
Kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-
aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Tiga implikasi
penting yang terkandung dalam hal ini yaitu :
(1). Kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut
(2). Kepempinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota
kelompok secara seimbang, karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya
(3). Adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk
mempengaruhi tingkah laku pengikutnya melalui berbagai cara.

Oleh karena itu, kepemimpinan pada hakikatnya adalah :


(1). Proses mempengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada
pengikutnyadalam upaya mencapai tujuan organisasi.
(2). Seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan,
kepercayaan, kehormatan, dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai
tujuan bersama.
(3). Kemampuan untuk mempengaruhi, memberi inspirasi dan mengarahkan tindakan
seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
(4). Melibatkan tiga hal yaitu, pemimpin, pengikut, dan situasi tertentu.
(5). Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan.
Sumber pengaruh dapat secara formal dan tidak formal. Pengaruh formal bila seorang pemimpin
memiliki posisi manajerial di dalam sebuah organisasi, sedangkan tidak formal muncul diluar
struktur organisasi formal. Maka dari itu, pengaruh pemimpin sangat di tentukan oleh statusnya
yaitu pimpinan formal atau informal yang masing-masing dapat dibedakan dalam hal :
Pimpinan formal (lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif), artinya seseorang yang ditunjuk
sebagai pemimpin, atas dasar keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan
dalam struktur organisasi dengan segala hak dan kewajiban yang melekat berkaitan dengan
posisinya, seperti :
-          Memiliki dasar legalitasnya diperoleh dari penunjukan pihak yang berwenang, artinya memiliki
legitimasi
-          Harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu
-          Mendapat dukungan dari organisasi formal ataupun atasannya
-          Memperoleh balas jasa/kompensasi baik materiil atau immateriil tertentu
-          Kemungkinan mendapat peluang untuk promosi, kenaikan pangkat/jabatan, dapat dimutasikan,
diberhentikan, dan lain-lain.
-          Mendapat reward dan punishment
-          Memiliki kekuasaan atau wewenang
Pimpinan informal (tokoh masyarakat, pemuka agama, adat, LSM, guru,bisnis, dan lain-lain ),
artinya seseorang yang ditunjuk memimpin secara tidak formal, karena memiliki kualitas unggul,
dia mencapai kedudukan sebagai seorang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan
perilaku suatu kelompok/komunitas tertentu, seperti :
-          Sebagian tidak/belum memiliki acuan formal atau legitimasi sebagai pimpinan
-          Masa kepemimpinannya sangat tergantung pada pengakuan dari kelompok atau komunitasnya
-          Tidak di back up dari organisasi secara formal
-          Tidak mendapatkan imbalan/kompensasi
-          Tidak mendapat promosi, kenaikan pangkat, mutasi, dan tidak memiliki atasan
-          Tidak ada reward dan punishment
B.     Asas dan Fungsi Kepemimpinan
Menurut Kartini Kartono (1982:94) asas-asas kepemimpinan adalah :
1.      Kemanusiaan, mengutamakan sifat-sifat kemanusiaan, yaitu pembimbingan manusia oleh
manusia, untuk mengembangkan potensi dan kemampuan setiap individu,demi tujuan-tujuan
human.
2.      Efisien, efisiensi teknis maupun sosial, berkaitan dengan terbatasnya sumber-sumber, materi,
dan jumlah manusia, atas prinsip penghematan, adanya nilai-nilai ekonomis, serta asas-asas
manajemen modern
3.      Kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih merata, menuju pada taraf kehidupan yang lebih
tinggi.
Fungsi kepemimpinan ialah memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi atau
membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan
komunikasi yang baik memberikan supervisi/pengawasan yang efisien, dan membawa para
pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.
Menurut Rivai, Mulyadi (2009:34) secara operasional dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok
kepemimpinan yaitu :
a.       Fungsi instruksi, fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimin sebagai komunikator
merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana perintah itu
dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif
memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau
melaksanakan perintah.
b.      Fungsi konsultasi, fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha
menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan, yang
mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai
berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya
konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan
ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh
masukan berupa umpan balik untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan
yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat
diharapkan keputusan-keputusan pimpinan akan mendapat dukungan dan lebih mudah
menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlangsung efektif.
c.       Fungsi partisipatif, dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang
yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam
melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara
terkendali dan terarah berupa kerja sama dengan tidak menampuri atau mengambil tugas pokok
orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan
pelaksana.
d.      Fungsi delegasi, fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang
membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari
pimpinan. Fungsi ini pada dasarnya adalah kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu
harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi, dan
aspirasi.
e.       Fungsi pengendalian, fungsi ini bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/efektif mampu
mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat
diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.
C.    Efektivitas Kepemimpinan
a.      Definisi efektivitas kepemimpinan
Berdasarkan Ensiklopedi Umum Administrasi, Efektivitas berasal dari kata kerja Efektif,
berarti terjadinya suatu akibat atau efek yang dikehendaki dalam perbuatan. Setiap pekerjaan
yang efektif belum tentu efisien, karena mungkin hasil dicapai dengan penghamburan material,
juga berupa pikiran, tenaga, waktu, maupun benda lainnya. Kata efektivitas sering diikuti dengan
kata efisiensi, dimana kedua kata tersebut sangat berhubungan dengan produktivitas dari suatu
tindakan atau hasil yang diinginkan. Suatu yang efektif belum tentu efisien, demikian juga
sebaliknya suatu yang efisien belum tentu efektif. Dengan demikian istilah efektif adalah
melakukan pekerjaan yang benar dan sesuai serta dengan cara yang tepat untuk mencapai suatu
tujuan yang telah direncanakan. Sedangkan efisien adalah hasil dari usaha yang telah dicapai
lebih besar dari usaha yang dilakukan.
Dari pengertian diatas efektivitas dapat dikatakan sebagai keberhasilan pencapaian tujuan
organisasi dari dua sudut pandang :
         Dari segi hasil maka tujuan atau akibat yang dikehendaki telah tercapai.
         Dari segi usaha yang telah ditempuh atau dilaksanakan telah tercapai, sesuai dengan yang
ditentukan.
Dengan demikian pengertian efektivitas dapat dikatakan sebagai taraf tercapainya suatu tujuan
tertentu, baik ditinjau dari segi hasil, maupun segi usaha yang diukur dengan mutu, jumlah serta
ketepatan waktu sesuai dengan prosedur dan ukuran–ukuran tertentu sebagaimana yang telah
digariskan dalam peraturan yang telah ditetapkan. Dan efektifitas kepemimpinan diukur
berdasarkan tujuan-tujuan yang hendak dicapai, produktivitas dalam mencapai tujuan-tujuan itu
dalam pembinaan solidaritas kelompok
Mengenai persefektif efektivitas, terdapat tiga perspektif dalam menganalisa apa yang dimaksud
dengan efektivitas organisasi (Richard M. Steers, 1985;5-7) yakni :
1.      Perspektif optimalisasi tujuan, yaitu efektivitas dinilai menurut ukuran seberapa jauh suatu
organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai. Pemusatan perhatian pada tujuan yang
layak dicapai secara optimal, memungkinkan dikenalinya secara jelas bermacam-macam tujuan
yang sering saling bertentangan, sekaligus dapat diketahui beberapa hambatan dalam usaha
mencapai tujuan.
2.      Perspektif sistem, yaitu efektivitas organisasi dipandang dari keterpaduan berbagai faktor yang
berhubungan mengikuti pola, input, konversi, output dan umpan balik, dan mengikutsertakan
lingkungan sebagai faktor eksternal. Dalam perspektif ini tujuan tidak diperlakukan sebagai
suatu keadaan akhir yang statis, tetapi sebagai sesuatu yang dapat berubah dalam perjalanan
waktu. Lagipula tercapainya tujuan-tujuan jangka pendek tertentu dapat diperlakukan sebagai
input baru untuk penetapan selanjutnya. Jadi tujuan mengikuti suatu daur yang saling
berhubungan antar komponen, baik faktor yang berasal dari dalam (faktor internal), maupun
faktor yang berasal dari luar (faktor eksternal).
3.      Perspektif perilaku manusia, yaitu konsep efektivitas organisasi ditekankan pada perilaku orang-
orang dalam organisasi yang mempengaruhi keberhasilan organisasi untuk periode jangka
panjang. Disini dilakukan pengintegrasian antara tingkahlaku individu maupun kelompok
sebagai unit analisis, dengan asumsi bahwa cara satu-satunya mencapai tujuan adalah melalui
tingkahlaku orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut.
b.      Tingkat efektivitas
Gibson et al. (1994:30) mengemukakan masing-masing tingkat efektivitas   dapat dipandang
sebagai suatu sebab variabel oleh variabel lain (ini berarti sebab efektivitas). Sesuai pendapat
Gibson tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa pada efektivitas individu terdiri dari sebab-sebab
antara lain kemampuan, ketrampilan, pengetahuan, sikap, motivasi dan stress. Efektivitas
kelompok terdiri dari sebab-sebab keterpaduan, kepemimpinan, struktur, status, peran dan
norma-norma. Untuk efektivitas organisasi terdiri dari sebab-sebab lingkungan, teknologi,
pilihan strategi, struktur, proses dan kultur. Semua ini mempunyai hubungan sebab variabel dari
variabel lainnya.
c.       Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pemimpin Dalam Manajemen Pendidikan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Goldsmith, sebagaimana yang dikutip oleh Aunurrahman
(2009) menunjukkan bahwa pemimpin yang mampu menumbuhkan suasana dialogis, kesetaraan,
dan tidak arogan atau nondefensif serta selalu berupaya mendorong sikap positif, akan dapat
mendorong terjadinya keefektifan proses pembelajaran. Oleh sebab itu, pemimpin pendidikan
ketika mengaplikasikan gaya atau aktivitas kepemimpinannya sangat tergantung pada pola
organisasi yang melingkupinya. Dan juga dalam melaksanakan aktivitasnya pemimpin
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikutip Nanang fattah (2001) yakni :
         Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup
nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya
kepemimpinan
         Harapan dan perilaku atasan
         Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan
         Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin
         Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan
         Harapan dan perilaku rekan
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan pemimpin dalam
aktivitasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat menunjang untuk berhasilnya suatu
kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam
hubungan atau interaksi yang baik antara atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh
latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi untuk beprestasi, kedewasaan dan
keleluasaan dalam hubungan social dengan sikap-sikap hubungan manusiawi.
Selanjutnya peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto
(2007) yakni :
         Sebagai pelaksana (executive)
         Sebagai perencana (planner)
         Sebagai seorang ahli (expert)
         Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group representative)
         Sebagai mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok (controller of internal
relationship)
         Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman (purveyor of rewards and
punishments)
         Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)
         Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)
         Merupakan lambang dari pada kelompok (symbol of the group)
         Pemegang tanggungjawab para anggota kelompoknya (surrogate for individual responsibility)
         Sebagai pencipta/ memiliki cita-cita (ideologist)
         Bertindak sebagai seorang ayah (father figure)
         Sebagai kambing hitam (scape goat)
Ada beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi efektivitas kepemimpinan, diantaranya
adalah:
1.Persepsi yang tepat
Persepsi memainkan peran dalam mempengaruhi efektivitas kepemimpinan. Para manajer yang
memiliki persepsi yang keliru terhadap pegawainya mungkin kehilangan peluang untuk
mencapai hasil optimal. Oleh karenanya ketepatan persepsi manajerial sangat penting, dan hal itu
begitu penting pada setiap model situasional.
2.Tingkat kematangan
Pemimpin dituntut untuk berkemampuan dan berkemauan mengambil tanggung jawab untuk
mengarahkan perilaku mereka sendiri dengan memperhatikan tingkat kematangan dalam
pengetahuan, keahlian dan pengalaman untuk melaksanakan pekerjaan tanpa pengawasan ketat
dan juga kemauan untuk melaksanakan pekerjaan itu.o Bagaimana pun, bawahan harus diberi
perhatian serius ketika membuat pertimbangan tentang gaya kepemimpinan yang dapat mencapai
hasil yang diinginkan.
3. Penilaian yang tepat terhadap tugas
Para pemimpin harus mampu menilai dengan tepat tugas yang dilaksanakan oleh bawahan.
Dalam situasi tugas yang tidak terstruktur, kepemimpinan otokratik mungkin sangat tidak sesuai.
Para bawahan memerlukan garis petunjuk, bebas bertindak, dan sumber daya untuk
menyelesaikan tugas itu. Pemimpin harus dapat dengan tepat menentukan kekurangan tugas
bawahan sehingga pilihan gaya kepemimpinan yang layak harus dilakukan. Karena tuntutan ini,
seorang pemimpin harus memiliki beberapa pengetahuan teknik tentang pekerjaan itu dan syarat-
syaratnya.
4. Latar belakang dan pengalaman
Di sini ditegaskan bahwa latar belakang dan pengalaman pemimpin mempengaruhi pilihan gaya
kepemimpinan. Seseorang yang telah memperoleh keberhasilan karena berorientasi kepada
hubungan mungkin akan meneruskan penggunaan gaya ini. Demikian juga, seorang pemimpin
yang tidak percaya kepada para bawahannya dan telah menyusun tugas bertahun-tahun akan
menggunakan gaya otokratik.
5. Harapan dan gaya pemimpin
Pemimpin senang dengan dan lebih menyukai suatu gaya kepemimpinan tertentu. Seorang
pemimpin yang memilih pendekatan yang berorientasi pada pekerjaan, otokratik, mendorong
keberanian bawahan mengambil pendekatan yang sama. Peniruan model pemimpin merupakan
kekuatan untuk membentuk gaya kepemimpinan. Karena pemimpin memiliki berbagai landasan
kekuasaan, maka harapan mereka adalah penting.
6. Hubungan seprofesi
Pemimpin membentuk hubungan dengan pemimpin yang lain. Hubungan seprofesi ini digunakan
untuk tukar menukar pandangan, gagasan, pengalaman, dan saran-saran. Teman seprofesi
seorang pemimpin dapat memberikan dukungan dan dorongan semangat bagi berbagai perilaku
kepemimpinan, sehingga mempengaruhi pemimpin itu pada waktu yang akan datang. Teman-
teman seprofesi merupakan sumber penting tentang perbandingan dan informasi dalam membuat
pilihan dan perubahan gaya kepemimpinan.

Efektifitas kepemimpinan juga bergantung pada pola relasi yang dikonstruk oleh pemimpin.
Relasi pemimpin dengan para follower (guru dan karyawan) menjadi dinamis jika pola
kepemimpinan yang digunakan bersifat partisipatif. Perencanaan sampai dengan semua putusan
yang diambil oleh secara partisipatif berimplikasi positif terhadap tingkat kepengikutan para
bawahan

D.    Leadership dan Manajemen


Hampir semua literatur manajemen memberikan rumusan yang jelas mengenai apa yang yang
dimaksudkan dengan manajemen. Suatu rumusan yang sering dikemukakan ialah bahwa
manajemen adalah suatu proses pencapaian tujuan organisasi lewat usaha orang-orang lain.
Dengan demikian manajer adalah orang yang senantiasa memikirkan kegiatan untuk mencapai
suatu tujuan organisasi. Dan supaya dapat mencapai tujuan organisasi harus melewati suatu
proses kegiatan kepemimpinan, kegiatan pencapaian tujuan organisasi lewat kepemimpinan itu
dapat dinamakan manajemen.
Kepemimpinan dan manajemen seringkali disamakan pengertianya oleh banyak orang.
Walaupun demikian antara keduanya terdapat perbedaan yang penting untuk diketahui. Pada
hakikatnya kepemimpinan mempunyai pengertian agak luas dibandingkan dengan manajemen.
Manajemen merupakan jenis pemikiran yang khusus dari kepemimpinan di dalam usahanya
mencapai tujuan organisasi. kunci perbedaan di antara kedua konsep pemikiran ini terjadi setiap
saat dan di mana pun asalkan ada seseorang yang berusaha untuk mempengaruhi perilaku orang
lain atau kelompok, tanpa mengindahkan bentuk alasannya. Dengan demikian, kepemimpinan
bisa saja karena berusaha mencapai tujuan seseorang atau kelompok, dan bisa saja sama atau
tidak selaras dengan tujuan organisasi.
Dalam arti yang luas kepemimpinan dapat digunakan setiap orang dan tidak hanya terbatas
berlaku dalam suatu organisasi atau kantor tertentu. Seperti yang dikemukakan dalam beberapa
rumusan pengertian diatas dan beberapa rumusan lain bahwa kepemimpinan adalah kegiatan
untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik
perorangan maupun kelompok. Dalam pembahasan ini kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh
aturan-aturan atau tata krama birokrasi. Kepemimpinan tidak harus diikat dalam suatu organisasi
tertentu. Melainkan kepemimpinan bisa terjadi di mana saja, asalkan seseorang mampu
menunjukkan kemampuannya dalam mempengaruhi perilaku orang-orang lain ke arah
tercapainya suatu tujuan tertentu. Seorang ulama dapat diikuti orang lain dan memiliki pengaruh
yang besar terhadap orang-orang di daerahnya, tidak harus terlebih dahulu diikat oleh aturan-
aturan atau ketentuan-ketentuan organisasi yang sering dinamakan birokrasi. Konkretnya,
seorang ulama dengan pengaruh yang besar, mampu mempengaruhi tingkah laku seorang Bupati
Kepala Daerah di dalam memimpin daerahnya, sehingga tidak harus terlebih dahulu ulama
tersebut menjadi pegawai di Kabupaten. Dari contoh tersebut, disimpulkan bahwa kepemimpinan
mempunyai ciri tidak harus terjadi dalam organisasi tertentu. Selain itu, juga tidak dibatasi oleh
jalur komunikasi struktural, melainkan bisa menjalin jalur network yang meresap secara luas
melampaui jalur struktural.
Apabila kepemimpinan dibatasi oleh tata krama birokrasi atau dikaitkan dalam suatu organisasi
tertentu, maka dinamakan manajemen. Fungsi-fungsi seperti perencanaan, pengaturan, motivasi,
dan pengendalian yang sering dipertimbangkan oleh pengarang-pengarang manajemen sebagai
fungsi pokok yang terpisahkan, menjadi pokok perhatian yang harus dijalankannya. Fungsi-
fungsi ini relevan pada setiap jenis organisasi dan tingkat hierarki manajemen yang ada dalam
organisasi tersebut.
Dari pembahasan diatas, maka dapat saja terjadi seorang manajer berprilaku sebagai pemimpin,
asalkan dia mampu mempengaruhi perilaku orang-orang lain untuk mencapai tujuan. Tetapi
seorang pemimpin belum tentu harus menyandang jabatan manajer untuk mempengaruhi
perilaku orang lain. Dengan kata lain, seorang pemimpin belum tentu manajer, tetapi seorang
manajer bisa berperilaku sebagai seorang pemimpin. Thoha (1983:8)
Menurut Hughes et al (2002:10) perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen :
Kepemimpinan Manajemen

efektivitas Efesiensi
Pengambilan risiko Perencanaan
Dinamis Kertas kerja
Kreativitas Peraturan
Perubahan Regulasi
Inspirasi Pengendalian
Visi Konsistensi

Di tengah perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen, Hughes et al (2002:43) kembali


menyatakan bahwa meskipun terdapat perbedaan diantara keduanya ternyata keduanya bisa
dikembangkan dalam diri individu yang sama.
E.     Peranan Manajer
Manajer merupakan seseorang yang ditunjuk dan memiliki kekuasaan legitimasi untuk memberi
penghargaan maupun hukuman pada bawahannya. Kekuatan mempengaruhi pada manajer
karena dimilikinya otoritas formal bukan karena faktor individual. Karena otoritas formal itulah
maka manajer memiliki wewenang yang merupakan kekuasaan resmi yang dimiliki seseorang
karena kedudukannya dalam organisasi. Kemudian peranan menjawab pertanyaan apa yang
sebenarnya dilakukan oleh seorang manajer dalam menjalankan kewajibannya. Suatu peranan
dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku yang teratur, yang ditimbulkan karena suatu
jabatan tertentu, atau karena adanya suatu kantor yang mudah dikenal. Keperibadian seseorang
barangkali juga amat mempengaruhi bagaimana peranan harus dijalankan. Peranan timbul karena
seorang manajer memahami bahwa ia bekerja tidak sendirian. Dia mempunyai lingkungan yang
luas dan beraneka macam yang setiap saat ia perlukan untuk berinteraksi dan masing masing
manajer mempunyai lingkungan yang berlainan. Tetapi peranan yang harus dimainkan pada
hakikatnya tidak ada perbedaan.
Menurut buku Miftah Thoha (1983:12) yang dikemukakan Henry Mintzberg terdapat 3 peranan
utama yang diperinci menjadi 10 peranan yang dimainkan oleh setiap manajer yakni :
a.       Peranan Hubungan Antar Pribadi (Interpersonal Role), aktivitas –aktivitas yang sering
digunakan dalam peranan ini antara lain kegiatan-kegiatan seremonial yang sehubungan dengan
jabatan yang melekat pada manajer. Status menghendaki manajer harus mau menerima
undangan-undangan, mendatangi upacara-upacara, dan lain-lain yang bersifat seremonial.
Karena manajer mempunyai jabatan yang tinggi, maka eksesnya manajer tersebut harus selalu
mengadakan kontak tertentu pada pihak-pihak luar. Hubungan antar pribadi ini mau tidak mau
harus dijalankan oleh manajer sebagai suatu peranannya. Dalam peranan utama ini terbagi atas 3
peranan terinci yakni :
         Peranan sebagai figurhead, yakni suatu peranan yang dilakukan untuk mewakili suatu organisasi
yang dipimpinnya di dalam setiap kesempatan dan persoalan yang timbul secara formal. Peranan
ini sangat dasar dan sederhana. Karena otoritas formalnya, maka manajer dianggap sebagai
simbol, dan berkewajiban untuk melaksanakan serangkaian tugas-tugas. Ada sebagaian tugas-
tugas tersebut bersifat konstan setiap saat, tetapi adakalanya yang bersifat inspirasional.
Semuanya itu melibatkan aktivitas-aktivitas interpersonal. Contoh-contoh yang disebutkan diatas
seperti menghadiri upacara-upacara pembukaa,peresmian, dan lain sebagainya dalam rangka
mewakili organisasi yang dipimpinnya termasuk dalam peranan figurhead
         Peranan sebagai pimpinan(leader), dalam peranan ini manajer bertindak sebagai pemimpin. Ia
melakukan hubungan interpersonal dengan yang dipimpin, dengan melakukan fungsi-fungsi
pokoknya diantaranya memimpin, memotivasi, mengembangkan, dan mengendalikan. Dalam
organisasi informal biasanya, pemimpin diikuti karena mempunyai kekuasaan karismatik atau
kekuasaan fisik. Adapun dalam organisasi formal, pemimpin yang diangkat dari atas, sering kali
tergantung akan kekuasaanyang melekat pada jabatanya tersebut.
         Peranan sebagai pejabat perantara, yakni melakukan peranan yang berinteraksi dengan teman
sejawat, staf, dan orang lain yang berada di luar organisasinya, untuk mendapatkan informasi.
Oleh karena organisasi yang dipimpin manajer tidak berdiri sendiri, maka manajer meletakkan
peranan liaison dengan cara banyak berhubungan dengan sejumlah individu atau kelompok-
kelompok tertentu yang berada di luar organisasinya.Homans menyebut peranan seperti ini
sebagai hubungan pertukaran,yakni manajer memberikan sesuatu agar mendapatkan sesuatu
pula.
b.      Peranan yang berhubungan dengan informasi
Peranan interpersonal di atas meletakkan manajer pada posisi yang unik dalam hal mendapatkan
informasi. Hubungan-hubungan ke luar membawa padanya mendapatkan informasi yang spesial
dari lingkungan luarnya, dan kegiatan-kegiatan kepemimpinannya membuat manajer sebagai
pusat informasi bagi organisasinya. Oleh karena itu Mintzberg merancang peranan yang
berhubungan dengan informasi ini yakni :
         Sebagai monitor, peranan ini mengindetifikasi seorang manajer sebagai penerima dan
pengumpul informasi, agar ia mampu untuk mengembangkan suatu pengertian yang baik dari
organisasi yang dipimpinnya, dan mempunyai pemahaman yang komplit tentang lingkungannya.
Manajer mencari informasi itu agar mampu mendeteksi perubahan-perubahan, persoalan-
persoalan, dan kesempatan-kesempatan yang ada, untuk membangun pengetahuannya tentang
lingkungannya, menjadi tahu kapan suatu informasi harus diberikan untuk keperluan pembuatan
keputusan. Dengan demikian manajer akan memperoleh informasi seluas mungkin dari berbagai
sumber baik dari luar maupun dari dalam organisasinya.
Adapun informasi yang diterima oleh manajer dapat dikelompokkan menjadi lima kategori :
  Internal operations yakni semua informasi yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.
Informasi ini berupa laporan standar pelaksanaan pekerjaan,masukan-masukan dari panitia yang
telah dibentuk pengamatan dari kunjungan kerja, dan lain sebagainya.
  Eksternal events yakni informasi yang diterima manajer dari diluar organisasi berupa informasi
dari langganan,hubungan-hubungan pribadi, pesaing-pesaing, asosiasi-asosias, dan semua
informasi mengenai perubahan/perkembangan ekonomi, politik, dan teknologi, yang semuanya
bermanfaat bagi organisasi.
  Informasi dari hasil analisis, yakni semua analisis dan laporan mengenai berbagai isu yang
berkaitan dan bermanfaat bagi organisasi. manajer barangkali tertarik kepada salah satu subjek
tertentu, dan membutuhkan informasi tentang subjek itu, maka bawahan bisa menyediakannya
dengan penyajian kliping surat kabar yang memuat artikel-artikel dari subjek yang dikehendaki
manajer dan membutuhkan laporan tersebut yang bertalian dengan keputusan yang akan dibuat.
  Buah pikiran dan kecenderungan,yakni sarana untuk mengembangkan suatu pengertian atas
kecenderungan-kecenderungan yang tumbuh dalam masyarakat, dan mempelajari tentang
ide/buah pikiran yang baru. Suatu cara untuk mengetahui buah pikiran dan kecenderungan-
kecenderungan dengan mengunjungi konferensi-konferensi, seminar-seminar,memperhatikan
surat-surat saran dari masyarakat, membaca laporan-laporan singkat, menerima pendapat-
pendapat dari bawahan, dan lain sebagainya.
  Tekanan-tekanan yakni manajer perlu mengetahui informasi yang ditimbulkan dari tekanan-
tekanan dari pihak-pihak tertentu.
         Sebagai disseminator, yakni peranan yang melibatkan manajer untuk menangani proses
transmisi dari informasi-informasi kedalam organisasi yang dipimpinnya
         Sebagai juru bicara yakni dimana peranan manajer menyampaikan dan menyebarkan informasi
kepada pihak luar kegitan-kegiatan ataupun produk dan hasil yang dicapai.
c.     Peranan Pembuat Keputusan
Manajer mempunyai minimal 4 yang berkaitan dengan pengambilan keputusan:
         Kewirausahaan
Seorang manajer harus mampu mencari berbagai peluang bagi perusahaan atau industry terhadap
lingkungannya dan mengambil inisiatif  untuk mengembangkan berbagai proyek perubahan.
Manajer perlu mengembangkan jiwa enterprenuership guna mengembangkan organisasi menjadi
lebih profit, lebih baik dan lebih skses. Penyelesai masalah, manajer mempunai tanggung jawab
terhadap tindakan perbaikan ketika terjadi masalah yang tidak diharapkan.
         Peranan sebagai penghalau gangguan, yakni peranan ini membawa manajer untuk bertanggung
jawab terhadap organisasi ketika organisasinya terancam bahaya
         Peranan sebagai pembagi sumber, yakni manajer di minta untuk memainkan peranan untuk
memutuskan ke mana sumber dana akan di distribusikan ke bagian-bagian dari organisasinya.
         Peranan sebagai negosiator, peranan ini meminta kepada manajer untuk aktif berpatisipasi
dalam area negoisasi. Dari waktu ke waktu organisasi akan membuat manajer selalu terlibat
dalam kancah negoisasi dengan pihak-pihak lain di luar perusahaan.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan, keterampilan, kecakapan, dan tingkat
pengaruh yang dimiliki seseorang, kepemimpinan tidak harus diikat dalam suatu organisasi
tertentu. Melainkan kepemimpinan bisa terjadi di mana saja, asalkan seseorang mampu
menunjukkan kemampuannya dalam mempengaruhi perilaku orang-orang lain ke arah
tercapainya suatu tujuan tertentu. Apabila kepemimpinan dibatasi oleh tata krama birokrasi atau
dikaitkan dalam suatu organisasi tertentu, maka dinamakan manajemen. Dalam sebuah
manajemen tidak terlepas dari peran seorang manajer, dimana manajer merupakan seseorang
yang ditunjuk dan memiliki kekuasaan legitimasi untuk memberi penghargaan maupun hukuman
pada bawahannya. Kekuatan mempengaruhi pada manajer karena dimilikinya otoritas formal
bukan karena faktor individual. Karena otoritas formal itulah maka manajer memiliki wewenang
yang merupakan kekuasaan resmi yang dimiliki seseorang karena kedudukannya dalam
organisasi.

 
DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan. Edisi Revisi. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Kartono Kartini.1982. Pemimpin dan Kepemimpinan. Bandung : Rajawali Pers

Thoha Miftah. 1983. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali


Pers.
Thijardi Semuil.2007. A Great Leader. Bandung : Penerbit Andi.
www.google.com

Anda mungkin juga menyukai