Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Penelitian Sains Volume 14 Nomer 1(D) 14109

Isolasi Senyawa Antibakteri Dari Daun Jengkol (Pithecolobium


lobatum Benth) dan Penentuan Nilai KHM-nya

Salni, Hanifa Marisa, dan Ratna Wedya Mukti


Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia

Intisari: Telah dilakukan penelitian mengenai isolasi senyawa antibakteri dari daun Jengkol (Pithecolobium lobatum
Benth) dan penentuan Konsentrasi Hambat Minimun (KHM)-nya terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Penelitian dilakukan di laboratorium Genetika dan Bioteknologi jurusan Biologi FMIPA Universitas Sriwijaya. Pengujian
aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi agar. Bakteri uji yang digunakan adalah Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli. Hasil penelitian menunjukkan senyawa antibakteri terdapat didalam fraksi etilasetat, Senyawa antibak-
teri dalam daun jengkol merupakan senyawa terpenoid mempunyai nilai Rf 0,75 dengan eluen etilasetat n-heksana 8:2.
Isolat hasil isolasi disebut dengan isolat E18. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) isolat E18 terhadap Staphylococcus
aureus adalah 160 µg/ml dan terhadap Escherichia coli 200 µg/ml.
Kata kunci: antibakteri, jengkol, Pithecolobium lobatum Benth

Abstract: Isolation of antibacterial compound from Jengkol (Pithecolobium lobatum Benth) leaves and determined
the Minimum Inhibition Concentration (MIC) for Staphylococcus aureus and Escherichia coli has been conducted. The
antibacterial activity test and isolation has been done in Genetica and Biotechnology Laboratory of Biology Department,
Math and Science Faculty, Sriwijaya University. Antibacterial activity has been tested by using the diffusion method.
Staphylococcus aureus and Escherichia coli were used as tested bacteria. The result of this research showed that the
antibacterial compound was found from ethyl acetate fraction. The active compound was terpenoid with Rf 0,75.
The result of isolation was called isolate E18. The Minimum Inhibition Concentration (MIC) value of isolate E18 for
Staphylococcus aureus was 160 µg/ml and Escherichia coli was 200 µg/ml.
Keywords: antibacterial, jengkol , Pithecolobium lobatum Benth

Januari 2011

1 PENDAHULUAN senyawa kimia tertentu sebagai bahan obat yang mem-


punyai efek fisiologis terhadap organisme lain, atau
nfeksi merupakan masalah besar yang menyedot sering disebut sebagai senyawa bioaktif. Kurang lebih
Ibabkan
perhatian dunia. Penyakit infeksi telah menye-
kematian sebesar 13 juta orang di seluruh
80% obat-obatan yang digunakan oleh masyarakat In-
donesia berasal dari tumbuhan obat. Telah banyak
dunia setiap tahun, terutama di negara-negara yang senyawa aktif asal tumbuhan yang memasuki aplikasi
sedang berkembang seperti indonesia. Pemakaian an- komersial untuk berbagai kegunaan. Senyawa alam
tibiotika merupakan keharusan dalam penangulangan hasil isolasi dari tumbuhan, juga digunakan sebagai
penyakit infeksi. Dalam beberapa tahun terakhir ter- bahan asal untuk sintesis bahan-bahan biologis aktif
dapat peningkatan angka resistensi terhadap antibi- dan sebagai senyawa model untuk merancang senyawa
otika. baru yang lebih aktif dengan sifat toksik yang lebih
rendah [2] .
Penelitian-penelitian pencarian bahan antibakteri
telah banyak dilakukan terutama dari berbagai je- Tumbuhan jengkol (Pithecollobium lobatum Benth)
nis tumbuhan rempah-rempah. Namun para ilmuwan merupakan salah satu tumbuhan yang digunakan
terus berusaha untuk mencari sumber antibakteri oleh masyarakat indonesia sebagai obat tradisional.
baru, terutama yang mudah tumbuh di indonesia. Daun jengkol berkasiat sebgai obat eksim, kudis,
Tumbuhan yang digunakan untuk obat tradisional da- luka dan bisul, kulit buahnya digunakan sebagai obat
pat dijadikan alternatif pencarian zat anti bakteri, borok. Biji, kortek daun jengkol mengandung saponin,
karena pada umumnya memiliki senyawa aktif yang flavonoid dan tanin [3] . Secara tradisional daun jengkol
berperan dalam bidang kesehatan [1] . sudah digunakan untuk mengobati penyakit infeksi,
Tumbuhan dikenal mengandung berbagai golongan diduga tumbuhan jengkol mengandung senyawa an-


c 2011 FMIPA Universitas Sriwijaya 14109-38
Salni dkk./Isolasi Senyawa Antibakteri . . . Jurnal Penelitian Sains 14 1(D) 14109

tibakteri. Untuk itu perlu dilakukan penelitian isolasi 6 mm dan ditetesi dengan larutan ekstrak 10 L de-
senyawa antibakteri dari daun jengkol (Pithecollobium ngan konsentrasi 1% (10 mg/mL). Ekstrak dilarutkan
lobatum [Benth]). dalam DMSO (dimetilsulfoksida). Setelah disimpan
selama 24 jam pada suhu 37◦ C diukur diameter ham-
2 METODOLOGI PENELITIAN batan yang terbentuk.

2.1 Ekstraksi Serbuk Simplisia 2.4 Uji bioautografi


Ekstraksi menggunakan alat Soxhlet dengan pelarut Uji bioautografi dilakukan untuk mengetahui harga
metanol. Serbuk simplisia sebanyak 200 gram di- Rf senyawa aktif antibakteri dengan menggunakan
bungkus dengan kertas saring dimasukkan kedalam kromatogarfi lapis tipis. Prosedur uji bioautografi
alat Soxhlet, diberi larutan metanol 2 liter kemudian adalah sebagai berikut: Fraksi aktif dengan kon-
dipanaskan dalam tangas air. Ekstraksi dilakukan se- sentrasi 1% ditotolkan pada plat silika gel GF254,
lama 5 hari. Ekstrak metanol cair diuapkan dengan kemudian dikembangkan dengan fase gerak yang
alat penguap vakum putar sampai didapatkan ekstrak sesuai untuk pemisahan senyawa-senyawa yang ter-
kental. Ekstrak kental dikeringkan dengan penangas dapat dalam fraksi, dalam penelitian ini digunakan
air sehingga didapatkan ekstrak metanol kering. fasegerak metilenklorida. Kromatogram diletakkan
dalam cawan petri yang telah berisi biakkan bak-
2.2 Fraksinasi Ekstrak teri, bercak-bercak pada kromatogram diciplak ke
cawan Petri, kromatogram dibiarkan menempel pada
Fraksinasi dilakukan dengan metode FCC (Fraksi- medium agar selama 30 menit supaya senyawa aktif
nasi Cair-Cair) dengan pelarut n-heksan, etilasetat berdifusi kedalam medium agar, kemudian diangkat
dan metanol secara sinambung dengan sifat kepolaran dengan hati-hati. Setelah 24 jam diinkubasi dapat di-
pelarut yang berbeda-beda. Fraksinasi dilakukan se- lihat bercak atau daerah yang berwarna bening meru-
bagai berikut: Ekstrak metanol dilarut dalam metanol pakan daerah senyawa aktif berada [4] .
dan air dengan perbandingan 1:1 sebanyak 200 ml. Uji penentuan nilai KHM
Selanjutnya dimasukkan kedalam labu pisah, ditam- Penentuan nilai konsentrasi hambat minimum di-
bahkan 200 ml n-heksan, dikocok secara perlahan- lakukan dengan metode difusi agar dengan menggu-
lahan, setelah didiamkan terjadi pemisahan antara nakan kertas cakram dengan diameter 6 mm. Prose-
fraksi n-heksan dan metanol-air. Fraksi n-heksan dipi- dur kerja penentuan KHM adalah sebagai berikut:
sahkan, kemudian diulangi beberapa kali sampai laru- fraksi aktif dibuat dengan konsentrasi 1000, 500,
tan berwarna bening. Fraksinasi dilanjutkan meng- 250, 125, 62,5, 31,25 g/mL. Pelarut yang digunakan
gunakan etilasetat dengan proses yang sama dengan adalah DMSO. Suspensi bakteri dengan transmitan
n-heksan. Fraksi n-heksan cair, farksi etilasetat cair 25% pada panjang gelombang 580 nm dimasukkan
dan fraksi metanol-air diuapkan dengan alat vakum kedalam cawan Petri sebanyak 0,1 mL, kemudian di-
putar, sehingga diperoleh fraksi kental. Fraksi kental tambahkan medium NA 10 mL yang belum membeku,
diuapkan dengan penangas air sampai diperoleh fraksi cawan Petri digoyang-goyang sampai membeku. Ke
kering. Ketiga fraksi yang diperoleh diujikan aktivitas dalam medium dimasukkan kertas cakram berdiame-
antibakterinya. ter 6 mm dan ditetesi dengan larutan ekstrak sebanyak
10 µL dengan menggunakan mikropipet, konsentrasi
2.3 Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi isolat adalah 1000, 500, 250, 125, 62,5, 31,25 µg/mL.
Setelah diinkubasi selama 24 jam pada inkubator de-
Uji aktivitas antibakteri dilakukan terhadap bakteri ngan suhu 37◦ C diukur diameter hambatan yang ter-
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dengan bentuk.
metode difusi agar, sebagai berikut ; Bakteri uji di-
inokulasikan kedalam media NB (Nutrient Broth) se-
banyak 3 jarum Ose, diinkubasi selama 24 jam pada 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
suhu 37◦ C. Suspensi bakteri hasil inkubasi dikocok
3.1 Ekstraksi, Fraksinasi dan Uji Aktivitas
dengan alat pemutar kemudian diukur transmitannya
Antibakteri
pada panjang gelombang 580 nm. Transmitan diatur
sebesar 25% dengan cara penambahan bakteri atau Ekstraksi dilakukan menggunakan alat Soxhlet dengan
medium cair. Suspensi bakteri T 25% dimasukkan pelarut metanol selama 5 hari. Dari 200 gram sim-
kedalam cawan Petri sebanyak 0,1 mL, kemudian di- plisia diperoleh ekstrak metanol sebanyak 70,3 gram.
tambahkan medium NA (Nutrient Agar) 10 mL yang Ekstrak yang diperoleh selanjutnya di fraksinasi de-
belum membeku, dengan suhu sekitar 40◦ C. Selan- ngan metode FCC (fraksinasi cair-cair). Hasil fraksi-
jutnya digoyang-goyang sampai membeku. Kedalam nasi dengan menggunakan pelarut n-heksana, etil ase-
medium yang berisi bakteri dimasukkan kertas cakram tat dan metanol; didapatkan fraksi n-heksana se-

14109-39
Salni dkk./Isolasi Senyawa Antibakteri . . . Jurnal Penelitian Sains 14 1(D) 14109

banyak 4,5 g (18%), fraksi etil asetat sebanyak 12,3 nyawa antibakteri tersebut termasuk kedalam golon-
g (49,2%) dan fraksi metanol sebanyak 8,2 g (32,8%). gan senyawa terpenoid (Tabel 2).
fraksi yang diperoleh kemudian diuji aktivitas antibak-
teri untuk menentukan jenis ekstrak yang aktif. Dari Tabel 2: Hasil uji bioautografi dari fraksi terhadap bakteri
hasil pengujian aktivitas antibakteri fraksi n-heksana, Staphylococcus aureus
etilasetat dan metanol aktif terhadap bakteri uji yang
ditunjukkan dengan terbentuknya zona hambat di se- No Fraksi Rf Warna Golongan
(cm) Terbentuk Senyawa
kitar kertas cakram pada medium agar yang ditum-
buhi bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia 1 etilasetat 0,75 Unggu terpenoid
coli. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga fraksi daun
jengkol memiliki senyawa antibakteri sehingga mem- Terpenoid merupakan suatu golongan hidrokarbon
punyai aktivitas dalam menghambat pertumbuhan yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama
bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. terkandung pada getah dan vakuola selnya. Pada tum-
buhan senyawa-senyawa golongan terpen dan turunan-
Tabel 1: Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi terhadap nya merupakan hasil metabolisme sekunder. Naim
[5]
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli menyatakan bahwa terpen atau terpenoid aktif
terhadap bakteri, virus dan protozoa. Terpenoid
No Jenis Diameter Zona Hambat (mm) yang terdapat dalam minyak esensial tanaman telah
Ekstrak S. aureus E. coli bermanfaat untuk mengontrol Listeria monocytogenes
1 n-heksana 7, 96 ± 0, 6 7, 01 ± 0, 19 pada makanan. Terpenoid yang terdapat pada cabai
2 etil asetat 11, 75 ± 0, 5 9, 81 ± 0, 57 yang dikenal dengan Capsaicin memiliki sejumlah ak-
3 etanol 7, 7 ± 0, 5 7, 03 ± 0, 5 tivitas biologis pada manusia seperti mempengaruhi
sistem saraf, cardiovaskular dan degestif, membunuh
bakteri.
Diameter zona hambat yang terbentuk pada eks- Mekanisme penghambatan pertumbuhan bakteri
trak etil asetat lebih besar bila dibandingkan de- oleh senyawa terpenoid diduga senyawa terpenoid akan
ngan diameter zona hambat pada ekstrak n-heksana bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada
dan etanol, menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat membran luar dinding sel bakteri membentuk ikatan
lebih aktif dibandingkan dengan ekstrak n-heksana polimer yang kuat sehingga mengakibatkan rusaknya
maupun ekstrak etanol. Bakteri Staphylococcus aureus porin. Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar
ternyata relatif lebih sensitif terhadap bahan bioak- masuknya substansi, akan mengurangi permaebilitas
tif dibandingkan dengan bakteri Escherichia coli. Hal dinding sel bakteri yang akan mengakibatkan sel bak-
ini disebabkan karena adanya perbedaan komposisi teri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan
dan struktur dinding sel yang dimiliki oleh masing- bakteri terhambat atau mati [6] .
masing bakteri uji. Perbedaan bakteri gram posi-
tif dan bakteri negatif terdapat pada komposisi dan
3.3 Pemurnian senyawa antibakteri
struktur dinding selnya. Struktur dinding sel bak-
teri gram positif lebih sederhana, yaitu berlapis tung- Pemurnian dilakukan untuk memisahkan senyawa an-
gal dengan kandungan lipid yang rendah (1-4%) se- tibakteri dari senyawa yang laninya dengan menggu-
hingga memudahkan bahan bioaktif masuk ke dalam nakan nmetode kromatografi gravitasi. Silica gel di-
sel. Struktur dinding sel bakteri gram negative lebih gunakan sebagai fase diam dan sebagai fase gerak di-
kompleks, berlapis tiga, yaitu lapisan luar lipoprotein, gunakan pelarut n-heksana, etil asetat (8:2). Dengan
lapisan tengah lipopolisakarida yang berperan sebagai laju elusi 17 tetes permenit dengan volume 5 ml. Se-
penghalang masuknya bahan bioaktif antibakteri, dan nyawa antibakteri diperoleh pada botol ke 18. senyawa
lapisan dalam berupa peptidoglikan dengan kandun- antibakteri yang diperoleh disebut dengan isolat E18.
gan lipid tinggi (11-12%).
3.4 Penentuan Konsentrasi Hambat
3.2 Uji Bioautografi dan Penentuan Minimum (KHM)
Golongan Senyawa Aktif
Isolat E18 yang diperoleh ditentukan nilai Konsentrasi
Hasil uji bioautografi dan penentuan golongan se- Hambat Minimum (KHM) nya. Hasil uji penentuan
nyawa aktif dari fraksi etilasetat dengan menggunakan nilai Konsentrasi Hambat Minimum ditunjukkan pada
metode kromatografi lapis tipis (KLT) dengan fase Tabel 3.
gerak etilasetat : n-heksana (8:2) menunjukkan bahwa Hasil uji penentuan nilai KHM menunjukkan bahwa
fraksi aktif mengandung senyawa antibakteri dengan isolat E18 memiliki nilai KHM 160 µg/ml pada bak-
Rf 0,75. Setelah disemprot dengan penampak bercak teri Staphylococcus aureus dan 200 µg/ml terhadap
H2 SO4 10% berwarna unggu yang mengidikasikan se- bakteri Escherichia coli. Ini berarti bahwa isolat E18

14109-40
Salni dkk./Isolasi Senyawa Antibakteri . . . Jurnal Penelitian Sains 14 1(D) 14109

Tabel 3: Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) isolat 3. Nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) iso-
E18 lat E18 terhadap bakteri Staphylococcus aureus
adalah 160 µg/ml dan Escherichia coli adalah 200
Isolat KHM (µg/ml)
µg/ml.
S. aureus E. coli
Isolat E18 160 200 4.2 Saran
Perlu dilakukan isolasi dan identifikasi secara spesi-
yang berasal dari daun jengkol memilki tingkat ak- fik untuk mengetahui jenis senyawa terpenoid yang
tivitas antibakteri cukup kuat dalam menghambat berfungsi sebagai senyawa aktif antibakteri yang ter-
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Es- dapat dalam ekstrak daun jengkol (Pithecollobium lo-
cherichia coli, sehingga tanaman jengkol (Pithecol- batum [Benth]).
lobium lobatum [Benth]) sangat potensial untuk di-
jadikan sebagai sumber senyawa obat. Hal ini sesuai DAFTAR PUSTAKA
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Holetz dkk.
[7] [1] Zuhud, 2001, Aktivitas antimikroba ekstrak kedaung
bahwa berdasarkan nilai Konsentrasi Hambat Mi-
(Parkia roxburghii G Don) terhadap bakteri pathogen,
nimum (KHM) yang dimilikinya, maka senyawa an-
Teknol & Indusri Pangan, XII(1): hal. 6-12
tibakteri dibedakan menjadi 4, yaitu ; senyawa ak- [2] Sasongko, H & W. Asmara, 2002, Pengaruh Minyak Atsiri
tif yang memilki nilai KHM kurang dari 100 µg/ml. Dlingo (Acorus calamus L.) terhadap Profil Protein
Digolongkan sebagai senyawa yang memiliki tingkat Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif, Teknosains, 15
aktivitas antibakteri yang sangat kuat. Senyawa ini (3): 527-543
[3] Whitmore, T.C., 1978, Tree Flora of malaya: Chapter I A
sangat baik untuk dijadikan sebagai senyawa obat.
Manual for Forestters, Vol 1, Forest Departement Ministry
Senyawa aktif yang memilki nilai KHM antara 100- of Primary industries Malaysia Longman Publishing,
500 µg/ml, maka digolongkan sebagai senyawa yang Kuala Lumpur, Malaysia
memilki tingkat aktivitas antibakteri yang cukup kuat. [4] Betina, V., 1973, Bioautography in paper and thin layer
Senyawa aktif yang memilki nilai KHM antara 500- chromatography and its scope in the antibiotic field, J.
Chromatography, (78), 41-51
1000 µg/ml digolongkan sebagai senyawa yang memi- [5] Naim, R., 2004, Senyawa antibakteri dari tanaman,
liki tingkat aktivitas antibakteri yang lemah, dan
Http://www.kompas.com., Diakses pada tanggal 8 juli
senyawa aktif yang memilki nilai KHM lebih dari 2008
1000 µg/ml digolongkan sebagai senyawa yang tidak [6] Gunawan, 2008, Antibakteri pada herba Meniran
memilki aktivitas antibakteri. (Phylanthus niruri Linn), Jurnal Kimia, Vol II (22), hal.
Pemberian antibakteri dalam jumlah yang berlebi- 31-39
[7] Holetz, F.B., G. L. Pessini, N.R. Sanchez, D. Aparicio, G.
han dan secara terus menerus akan menyebabkan sel
Cortez, C.V. Nakamura, & B.P.D. Filho, 2002, Screening
bakteri menjadi resisten. Pengujian yang dilakukan of Some Plants Used in The Brazillian Folk Medicine for
untuk mengetahui nilai Konsentrasi Hambat Mini- The Treatment of Infectious I, Journal of Bioline
mum (KHM) dari suatu senyawa antibakteri sangat International, http://www.bioline-org.br/request?02229
[8] Diarti, M.W., 2004, Penemu Senyawa Antimikroba dari
penting karena selain bertujuan untuk meningkatkan
Rumput Laut, Harian Umum Kompas: 1-3,
efektifitas dari senyawa antibakteri tersebut juga
http://www.kompas.com/harian/10202/htm
bertujuan untuk mencegah timbulnya masalah re-
sistensi bakteri karena penggunaan dosis yang berlebi-
han sehingga sel bakteri lama kelamaan akan menjadi
kebal [8] .

4 KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Senyawa antibakteri pada daun jengkol (Pithecol-
lobium lobatum [Benth]) terdapat didalam fraksi
etilasetat.
2. Senyawa antibakteri pada daun jenkol golongan
senyawa terpenoid dengan nilai Rf 0,75, senyawa
antibakteri yang diperoleh disebut dengan isolat
E18.

14109-41

Anda mungkin juga menyukai