Kti Lengkap Bela Monika Fabiola
Kti Lengkap Bela Monika Fabiola
PADANG
STUDI KASUS
NIM 18112140
TAHUN 2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
HIV/AIDS, seks bebas, hamil di luar nikah, dan aborsi merupakan bukti
rusaknya tata pergaulan, yang tidak lain merupakan dampak langsung dari
mudah bisa diakses oleh para pelajar. Semua itu di tambah dengan kemudahan
merupakan bentuk tindakan yang di dasari rasa keinginan atau hasrat seksual
terhadap lawan atau sesama jenis. Karena orang yang didalam masa transisi
seorang pada masa transisi awal menggunakan narkoba awal hanya sekedar
menghisap atau dengan menggunakan jarum suntik yang di pakai secara terus
RNA yang spesifik menyerang imunitas atau sistem kekebalan tubuh yang
bakteri, ataupun virus tida bisa di tahan oleh tubuh penderita. HIV termasuk
retroviral akut atau Acute Retroviral syndrome. Sindrom ini diikuti oleh
penurunan jumlah CD4 dan peningkatan kadar RNA HIV dalam plasma. CD4
secara perlahan akan menurun dalam beberapa tahun dengan laju penurunan
CD4 yang lebih cepat pada 1,5 – 2,5 tahun sebelum pasien jatuh dalam
keadaan AIDS. Viral load (jumlah virus HIV dalam darah) akan cepat
mningkat pada awal infeksi dan pada fase akhir penyakit akan ditemukan
berat badan turun secara cepat dan muncul komplikasi neurologis. Pada pasien
tanpa pengobatan ARV, rata – rata kemampuan bertahan setelah CD4 turun <
tahun 2030. Salah satu strategi yang di tempuh yaitu dengan pendekatan
people centered treatment approach dibangun dengan landasan hak asasi dan
HIV baru dan menurunkan kematian akibat HIV. Terapi HIV jangka panjang
tahun 2014 tercatat 32.711 kasus HIV baru. Terapi jangka panjang juga perlu
bagi pasien terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) hingga saat ini.
Tujuan utama pemberian ARV adalah untuk menekan jumlah virus (viral
load), sehingga akan meningkatkan status imun pasien HIV dan mengurangi
negara.(Teguh, 2017)
Dengan HIV dan AIDS (ODHA) pada kelompok orang berperilaku resisko
tinggi tertular HIV, yaitu para pekerja seks dan pengguna NAPZA suntikan
berhubungan seks dengan lelaki (LSL) dan perempuan beresiko rendah. Saat
ini dengan prevalensi rerata sebesar 0,4% sebagian besar wilayah di Indonesia
termasuk dalam kategori daerah dengan tingkat epidemi HIV terkonsentrasi.
prevalensi HIV sebesar 2,3%. Prevalensi global HIV meningkat dari 31,0 juta
pada tahun 2002, menjadi 35,3juta di tahun 2012, karena orang – orang yang
telah menurun dari 3,3 juta pada tahun 2002, menjadi 2,3 juta pada tahun
dan pentingnya peran reservoir infeksi dalam penularan HIV diharapkan dapat
ditemukan tahun 1987 sampai dengan Juni 2019, HIV/AIDS telah dilaporkan
kasus HIV/AIDS yang dilaporkan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2019
besar pada kelompok umur 25 – 49 tahun (68,3%). Faktor resiko dari kasus
HIV yang dilaporkan 19% merupakan Lelaki Seks Lelaki (LSL) dan 18%
tahun 2016 sebanyak 640.443). Kasus AIDS yang dilaporkan dari tahun 2005
971 orang, pada tahun 2019 mengalami penurunan yaitu angka kejadian
HIV/AIDS sebanyak 799 orang, sedangkan pada tahun 2020, sebanyak 448
HIV/AIDS adalah virus dan penyakit yang mematikan dalam tubuh manusia,
dimana saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkannya. Setiap orang
karena mempunyai dampak yang luas dan kompleks baik masalah fisik,
berdasarkan Data Registrasi pada tahun 2018 sebanyak 342 kasus, pada tahun
HIV/AIDS pada umumnya akan berujung pada kematian. Dari segi social
berbahaya (Rian,2019)
masalah yang menyangkut etika. Perawat harus berfikir secara rasional, bukan
emosional dalam membuat keputusan etis. Dengan kata lain, perawat harus
dapat berfikir secara logis, dan tak mendahulukan perasaan dan emosionalnya.
(Nasution, 2020)
maupun tidak terinfeksi HIV/AIDS dapat memberikan arti yang cukup besar
dapat dirumuskan
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam pembuatan proposal ini adalah agar dapat gambaran
2. Tujuan Khusus
Mdjamil Padang.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien yang
Padang.
Mdjamil Padang.
Padang.
Padang.
Padang.
D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi pasien
2. Bagi institusi
Sebagai bahan referensi institusi dalam memahami asuhan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi HIV/AIDS
infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV
telah ditetapkan sebagai penyebab AIDS, tingkat HIV dalam tubuh dan
ketika menunjukkan gejala atau penyakit tertentu yang merupakan akibat dari
penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan virus HIV atau tes darah
lewat kontak seksual, berbagai jarum yang tercemar dan menerima darah yang
terinfeksi serta alat-alat untuk trasfusi darah. Perempuan hamil yang terinfeksi
2. Anatomi Fisiologi
atau toksin.
pathogen, misalnya bakteri, virus, fungus, protozoa, dan parasite yang dapat
menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi yang terjadi pada orang yang
imun untuk mengenali mulekul asing (antigen) yang terdapat pada pathogen
dilakukan oleh unsure utama sistem imun – yaitu linfosit – yang kemudian
diikuti oleh faktor efektor yang melibatkan beberapa jenis sel. Sel-sel yang
terdapat dalam jaringan ini berasal dari sel induk (stem cell) dalam sumsum
dalam tubuh melalui darah, getah bening, serta jaringan limfiod dan dapat
ke dalam tubuh masuk suatu zat yang oleh sel atau jaringan tadi dianggap
asing. Lalu sistem imun membedakan zat asing (non-self) dari zat yang
berasal dari tubuh sendiri (self). Pada beberapa keadaan patologik, sistem
imun tidak dapat membedakan self dari non-self sehingga sel-sel dari sistem
imun membentuk zat inti terhadap jaringan tubuh sendiri. Zat anti itu disebut
autoantibodi.
Bila sistem imun terpapar pada zat yang dianggap asing maka ada dua
zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar zat
itu. Selain fogositosis respon imun non spesifik yang lainnya adalah reaksi
inflamasi. Sel-sel imun tersebar di seluruh tubuh, tetapi bila terjadi infeksi di
suatu tempat perlu upaya memusatkan sel-sel sistem imun itu dan produk-
vascular
beberapa jenis sel misalnya histamine yang dilepaskan oleh basophil dan
sebagai umpan balik. Mediator ini antara lain meransang bergeraknya sel-sel
antigen.
besar.
spesifik karena sel-sel ini dapat mengenal setiap jenis antigen, baik antigen
yang terdapat di intra seluler maupun ekstra seluler misalnya dalam cairan
pagosit, respons imun spesifik dimulai dengan aktifitas magrof atau antigen
presenting.
a) Limfosit B
immunoglobulin .
limfosit B memory.
b) Limfosit T
diaktifkan :
magrofag.
boedina,2009)
3. Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human
1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1 pada tahun 1986. Di afrika
ditemukan lagi virus yang diberi nama HIV-2. HIV-2 di anggap sebagai virus
b. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala
ada.
mulut.
maupun wanita.
Yang termasuk beresiko tinggi adalah :
4. Patofisiologi
dilepas dari sel yang terinfeksi dapat berkaitan dengan sel lain yang tidak
terinfeksi. Segera setelah masuk kedalam sel, enzim dalam kompleks
epitel lalu masuk melalui kontak antar sel. Dalam beberapa hari jumlah virus
fasekedua dimana kelenjer getah bening dan linfa merupakan tempat replikasi
virus dan dekstruksi jaringan secara terus menerus. Destruksi sel T dalam
semakin menurun (jumlah sel T jaringan limfoid 90% dari jumlah sel T,
disebut AIDS.
d. TBC
pembuluh darah dan limfe. Secara khas ditemukan sebagai lesi pada
kulit sebagai tungka terutama pada pria. Ini berjalan lambat dan
aliran vena, limfedema serta rasa nyeri. Lesi ulserasi akan merusak
7. Komplikasi
a. Oral lesi
kondidiasis oral akan berlanjut mengenai esophagus dan lambung. Tanda dan
gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan dan sulit dan rasa sakit di
Neurologik :
kematian.
2. Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam, sakit
serebbospinal.
b. Gastrointestinal
BB > 10% dari BB awal, diare yang kronis selama lebih dari 30 hari atau
kelemahan yang kronis, dan demam yang kambuh dan menetap tanpa adanya
a. Respirasi
dan strongyloides.
b. Dermatologic
c. Sensorik
(taqiyyah,2013)
8. Pemeriksaan Diagnostik
westrem blot).
penurunan)
berlanjutnya penyakit)
(taqiyyah,2013)
9. Penatalaksanaan
c. Penatalaksanaan diare
e. Penekanan gagasan
f. Terapi antiretrovirus
terapi tenaga fisik dan akupuntur, yoga, terapi messege, dan terapi
sentuhan. (Magareht,2012)
a) Pengobatan suportif :
Tujuan :
4. Dukungan psikososial
b) Pengobatan infeksi oportunistik
Infeksi :
1. Kandidiasis esophagus
2. Tuberculosis
3. Toksoplasmosis
4. Herpes
Terapi :
1) Flikonasol
2) Pirazinamid, stremptomisin
3) Sulfadiazine
4) Asiklovir
5) Kontrimoksazol
Tujuan :
a. Identitas klien
b. Riwayat kesehatan
suka melakukam free sexs atau gonta ganti pasangan secara bebas.
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
a) Tingkat kesadaran
ringan)
b) Tanda-tanda vital
meningkat.
2. Kepala
Biasanya bentuk kepala simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema
a. Rambut
Biasanya tidka ada lesi pada kulit kepala, dan tidak ada
b. Wajah
c. Mata
Biasanya mata klien simetris kiri dan kanan, mata tampak
d. Hidung
Biasanya hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada cairan atau
e. Bibir
dipermukaan bibir.
f. Gigi
Biasanya gigi dan gusi tidak ada kelainan, dan gigi lengkap.
g. Lidah
3. Leher
kelenjer getah bening dan biasanya reflex menelan kurang baik dan
nyeri telan.
4. Dada/thorak
a. Inspeksi
b. Palpasi
Biasanya vocal premitus teraba kiri dan kanan
c. Perkusi
d. Auskultasi
tambahan
5. Jantung
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
6. Abdomen
a. Inspeksi
b. Auskultasi
d. Perkusi
7. Genitourinaria
8. Ektremitas
a. Atas
b. Bawah
9. Sistem integument
Kekuatan otot :
444 444
444 444
d. Pola kebiasaan sehari-hari
mengandung energi
mineral.
menghilangkan sariawan
pada lidah.
berkepanjangan dan
tubuh mengalami
penurunan.
sehari-hari. keluarganya.
e. Riwayat psikososial
f. Riwayat spiritual
3. Intervensi keperawatan
O keperawatan
(L.14134) Tindakan
1 Mengigil Observasi
menurun 1 Identifikasi
(skala 5) penyebab
(skala 5) tubuh
menurun elektrolit
4 Akrosianosis urine
menurun 5 Monitor
5 Konsumsi hipertermia
oksigen Terapeutik
menurun 1 Sediakan
6 Piloerasi dingin
8 Takikarida oral
menurun 5 Lakukan
(skala 5) pendinggin
9 Takipnea eksternal
menurun 6 Hindari
(skala 5) pemberian
menurun aspirin
menurun Edukasi
membaik Kolaborasi
(skala 5) 1 Kolaborasi
14 Tekanan perlu
darah
membaik
(skala 5)
(L.14137) patogenik
1 Kebersihan Tindakan
tangan Observasi
badan sistemik
meningkat Terapeutik
4 Demam edema
6 Nyeri 4 Pertahankan
menurun Edukasi
menurun batuk
menurun 5 Anjurkan
(skala 5) meningkatkan
menurun 6 Anjurkan
(skala 5) meningkatkan
13 Kultur darah
membauk
(skala 5)
14 Kultur area
luka
membaik
(skala 5)
15 Kadar sel
darah putih
membaik
(skala 5)
meningkat nafas
meningkat Terapeutik
(skala 5) 1 Pertahankan
posterior lift
meningkat 2 Posisikan semi
ekspirasi hangat
meningkat 4 Lakukan
(skala 5) fisioterapi
inspirasi 5 Lakukan
meningkat penghisapan
6 Dispnea detik
menurun 6 Kelurkan
a5) Edukasi
(skala 5) Kolaborasi
10 Pernafasan 1 Kolaborasi
cuping pemberian
hidung bronkodilator,
menurun ekspektorat,mukot
11 Frekuensi
nafas
membaik
(skala 5)
12 Kedalaman
nafas
membaik
(skala 5)
13 Ekskursi dada
membaik
(skala 5)
(skala 5) Observasi
2 Saturasi 1 Identifikasi
(skala 5) mengakibatkan
3 Kemudahan kelelahan
aktivitas emosiaonal
berjalan ketidaknyamanan
(skala 5) aktivitas
meningkat 1 Sediakan
(skala 5) lingkungan
bawah menenangkan
(skala 5) berjalan
menurun baring
(skala 5) 2 Anjurkan
10 Dispnea melakukan
aktivitas bertahap
menurun 3 Anjurkan
(skala 5) menghubungi
(skala 5) berkurang
(skala 5) mengurangi
membaik Kolaborasi
(skala 5) 1 Kolaborasi
membaik meningkatkan
(skala 5) asupan makanan
15 Frekuensi
nafas
membaik
(skala 5)
16 EKG iskemia
membaik
(skala 5)
(L.03021) Observasi
1 Serum 1. Identifikasi
natrium kemungkinan
meningkat penyebab
(skala 5) ketidakseimbanga
meningkat 4. Monitor
kalsium gejala
meningkat hipokalemia
5 Serum gejala
magnesium hiperkalemia
(skala 5) gejala
(skala 5) gejala
hipernatremia
hipokalsemia
gejala
hiperkalsemia
gejala
hipomagnesemia
gejala
hipermagnesemia
Teraupetik
1. Atur interval
waktu
pemantauan
sesuai dengan
kondisi pasien
2. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan
yang nutrisi
(skala 5) makanan
meningkat disukai
(skala 5) 4. Identifikasi
3. Kekuatan otot kebutuhan kalori
meningkat 5. Identifikasi
(skala 5) perlunya
4. Verbalisasi penggunaan
meningkatkan makanan
meningkat badan
5. Pengetahuan pemeriksaan
tentang laboratorium
pilihan Teraupetik
meningkat makan
(skala 5) 2. Fasilitasi
6. Pengetahuan menentukan
meningkat sesuai
tentang mencegah
standar konstipasi
8. Penyiapan makanan
dari 7. Hentikan
(skala 5) ditoleransi
9. Penyiapan Edukasi
penyimpanan duduk
minuman 2. Ajarkan diet yang
meningkat Kolaborasi
(skala 5) 1. Kolaborasi
makanan/min makan
cepat
kenyang
menurun
(skala 5)
12. Nyeri
abdomen
menurun
(skala 5)
13. Sariawan
menurun
(skala 5)
14. Rambut
rontok
menurun
(skala 5)
15. Diare
menurun
(skala 5)
membaik
(skala 5)
tubuh (IMT)
membaik
(skala 5)
18. Frekuensi
makan
membaik
(skala 5)
19. Nafsu makan
membaik
(skala 5)
membaik
(skala 5)
kulit trisep
membaik
(skala 5)
22. Membran
mukosa
membaik
(skala 5)
(L.09070) Observasi
1. Perilaku 1. Monitor
konsisten perubahan
meningkat orientasi
(skala 5) 2. Monitor
2. Hubungan perubahan
meningkat perilaku
(skala 5) Teraupetik
meningkat interaksi
(skala 5) 2. Orientasikan
(skala 5) 4. Sediakan
menurun mengorientasikan
(skala 5) lingkungan
hidup orientasi
kelamin informasi
menurun Edukasi
(skala 5) 1. Anjurkan
(skala 5) bantu
(skala 5)
4. Implementasi
nyata dari rencana keperawatan yan telah disusun dari tahap intervensi.
diharapkan.
5. Evaluasi
belum berhasil/teratasi.
6. Dokumentasi keperawatan
dan benar, dalam status klien sebagai petanggung jawab atau tindakan
pengetahuan selanjutnya.
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Pengkajian
a. Biodata umum
Nama : Tn. A
Umur : 29 tahun
b. Keluhan Utama
Klien masuk dengan keluhan demam tinggi sejak 1 minggu yang lalu,
kuning, badan terasa lemah dan letih, nafsu makan menurun, berat
badan menurun.
c. Riwayat Kesehatan
lalu.
Pada saat pengkajian keadaan umum klien tampak lemah dan letih.
d. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda vital
TD : 80/60 mmHg
N : 89x/i
RR : 19x/i
S : 36,0 oC.
2) Wajah
Klien tampak pucat.
3) Kepala
4) Mata
Konjungtiva anemis.
5) Hidung
6) Mulut
kandidiasis oral.
7) Dada/thorax
8) Abdomen
9) Kulit
Kulit pasien terlihat kering, lesi turgor kulit kembali > 2 detik.
10) Ekstremitas
Tidak ada edema, akral teraba dingin, CRT > 3 detik, dan tonus
otot melemah.
Kekuatan otot :
3333 3333
3333 3333
e. Kebiasaan sehari-hari
No Nutrisi Sakit
3. Istirahat dan tidur Saat sakit jam tidur klien meningkat, waktu
klien lebih banyak digunakan untuk tidur
200 cc.
f. Data psikososial
lebih banyak merunduk, saat bicara klien hanya sesekali melihat lawan
bicara. Klien mengatakan malu dengan kondisinya saat ini, klien tidak
percaya diri dengan tubuhnya saat ini dan malu jika bertemu dengan
h. Data spritual
i. Pemeriksaan diagnostik
Hematokrit 29 % 40-48%
LED 75 mm 0 – 10 mm
MCV 96 fL 82 – 92 fL
MCH 31 pg 27 – 31 pg
MCHC 32 32 – 36
N.Segmen 84 % 50 – 70 %
Limfosit 9% 20 – 40 %
AGD PH 7,49
PCO2 34
PO2 86
HCO3- 25,6
Leukosit 0–1 ≤5
Eritrosit 0–1 ≤1
Protein Negatif Negatif
j. Terapi
2) Caeftazidime 2 x 1 g (IV)
terasa lemah
kali sehari
berlebih
DO :
pecah-pecah
- TD : 80/60 mmHg
- N : 89x/i
kanan
seperti mendesak
hilang timbul
DO :
atas
- TD : 80/60 mmHg
- N : 89x/i
kondisinya semakin
memburuk
beraktivitas
DO :
keluarga
Kekuatan otot :
3333 3333
3333 3333
- TD : 80/60 mmHg
- N : 89 x/i
DS : Defisit nutrisi Peningkatan kebutuhan
berkurang
makan menurun
muntah
DO :
- Terdapat sariawan
ini
menyendiri di kamar
DO :
pengobatannya
sesekali me
3. Diagnosa keperawatan
metabolisme.
metabolisme.
tubuh.
4. Intervensi keperawatan
(skala 3) Terapeutik
(skala 1) cairan
(skala 5) - Anjurkan
(skala 5) mendadak
(skala 5) koloid
5) samping penggunaan
5) rasa nyeri
(skala 5) Edukasi
(skala 5) - Anjurkan
tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgetik
4) - Identifikasi toleransi
4) darah sebelum
mobilisasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu
- Fasilitasi melakukan
pergerakan
- Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(skala 5) laboratorium
(skala 5) makan
- Membran mukosa
membaik (skala 5)
4) - Batasi jumlah
pembicaraan
- Hindari sikap
mengancam dan
berdebat
Edukasi
- Informasikan
keluarga bahwa
keluarga sebagai
dasar pembentukan
kognitif
5. Implementasi keperawatan
Intervensi yang akan diimplementasikan adalah dari diagnosa hipovolemia
Link video :
https://drive.google.com/file/d/1h7xIPxiy3ZrVXrQL9_3A7orgVxWasvbJ/
view?usp=drivesdk
NO LANGKAH/PROSEDUR
1. a. Stand infus
b. Infus set
c. Cairan Ringer Laktat (RL)
d. IV ket
e. Pengalas
f. Torniket
g. Kapas alcohol
h. Plester
i. Gunting
j. Kassa
k. Handscon
l. Baki
m. Bengkok
TINDAKAN SEBELUM MELAKUKAN TINDAKAN
PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis akan membandingkan antara tinjauan teoritis dengan
menemukan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang ditemukan. Untuk lebih
jelas akan di uraikan satu persatu sesuai langkah-langkah proses keperawatan yaitu
A. Pengkajian
dari pengkajian ini dapat dilihat uraian dari proses keperawatan secara teoritis
dan kasus :
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
dank lien suka melakukan free sexs atau gonta ganti pasangan
secara bebas.
teori dan kasus klien, hanya saja Tn.A tidak pernah melakukan
dengan kasus.
sesak nafas.
klien demam tinggi dan diare sejak 1 minggu yang lalu, BAB cair,
3. Pemeriksaan fisik
Dari data pemeriksaan fisik yang penulis lakukan ada ditemukan
a. Keadaan umum
Pada kasus Tn.A didapatkan klien tampak lemah, TTV dalam batas
normal.
b. Wajah
kiri dan kanan, tidak ada oedema. Pada kasus Tn.A wajah klien
tampak pucat.
Berdasarkan uraian diatas penulis mendapatkan kesamaan antara
teori dengan kasus, hanya saja pada teori tidak ada masalah, tetapi
c. Kepala
berketombe.
d. Mata
Secara teori biasanya mata klien simetris kiri dan kanan, mata
kasus.
e. Hidung
Secara teori hidung klien simetris kiri dan kanan, tidak ada cairan
masalah.
kesamaan, hanya saja pada teori biasanya gigi tidak lengkap, gigi
g. Dada/thorax
teori dan kasus, karena pada teori auskultasi biasanya bunyi nafas
wheezing, sedangkan pada kasus yang didapatkan fase ekspirasi
memanjang.
h. Abdomen
dan tidak ada lesi, auskultasi biasanya bising usus 18x/i, palpasi
kesamaan antara teori dan kasus, hanya saja pada teori inspeksi
i. Kulit
kulit klien terlihat kering, lesi turgor, kulit kembali > 2 detik.
j. Ekstremitas
Secara teori ekstremitas atas biasanya kelemahan otot, menurunnya
masa otot, ekstremitas bawah biasanya tidak ada oedema pada kaki
4. Kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
kurang dari 2000 cc/hari, biasanya diit pasien harus minum yang
kasus.
b. Eliminasi
kasus.
tidur dan istirahat, masalah yang ditemukan klien saat tidur yaitu
malam.
Berdasarkan uraian diatas penulis mendapatkan bahwa ada
kesamaan antara teori dan kasus, hanya saja pada teori klien
5. Riwayat psikologis
6. Riwayat spiritual
B. Diagnosa keperawatan
berdasarkan dukungan dari data subjektif dan data objektif serta sesuai
1 minggu yang lalu, badan terasa lemah, BAB cair, frekuensi BAB 3x
sehari, suhu tubuh naik dan keringat sering berlebih, bibir kering dan
membaik.
malu dengan kondisinya saat ini, tidak percaya diri dengan tubuhnya
saat ini dan malu jika bertemu dengan orang lain, pasrah dengan
penyakitnya saat ini, saat sakit klien lebih sering menyendiri di kamar,
melihat lawan bicara. Sehingga tujuan yang diangkat yaitu harga diri
BAB 3x sekali, jika suhu tubuh naik, keringat sering berlebih. Dari
nafas.
nutrisi
Pada teori yang dibahas pada BAB II dalam studi kasus ini, setelah
makan dengan baik, monitor reaksi pasien terhadap terapi cairan yang
tinggi kalori dan tinggi protein, anjurkan posisi duduk, ajarkan diet
pembentukan kognitif.
D. Implementasi Keperawatan
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
teori dan kasus yaitu : diare, mual, muntah, lemah, lesu, tidak nafsu
makan, penurunan berat badan, nyeri dan sariawan, serta demam hilang
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan keperawatan
B. Saran
1. Bagi penulis
intervensi.
2. Bagi klien
3. Bagi akademik