Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK

( Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan )

Dosen Pengampu: Febri Dahlia., M.Pd

Di Susun Oleh:
Al Amalus Sulwana
2011080008

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1442 H / 2020 M
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
selalu melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahnya kepada kita semua. Shalawat dan salam
atas junjungan jkita Nabi besar Muhammad SAW beserta sahabat, kerabat dan orang-orang
yang mengikuti langkah beliau hingga akhir zaman.

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memperluas wawasan dalam rangka


memperbanyak ilmu pengetahuan dan juga sebagai salah satu syarat yang wajib di penuhi.
Penyusun sepenuhnya sangat menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya di sebabkan keterbatasan pengetahuan penyusun oleh karena itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
kesempurnaan makalah ini yang akan datang.

Dalam proses penyelesaian makalah ini kami menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih sebesar-besarnya kepada: Ibu Febri Dahlia., M.Pd selaku dosen mata kuliah
Psikologi Perkembangan. Akhirnya penyusun mengharapkan semoga makalah yang
sederhana ini dapat bermanfaat bagi diri penyusun maupun bagi orang lain.

Bandar Lampung, 18 Desember 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. Kekhasan Tingkah Laku Sosial Anak 1


B. Kepribadian Anak Dalam Kelompok 2
C. Pengembangan Tingkah Laku Proposional Anak 3

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 4
B. Saran 5

DAFTAR PUSTAKA 6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan berperilaku sosial perlu dimiliki sejak anak masih kecil sebagai suatu
fundasi bagi perkembangan kemampuan anak berinteraksi dengan lingkungannya secara
lebih luas. Ketidakmampuan anak berperilaku sosial yang diharapkan lingkungannya, dapat
berakibat anak terkucil dari lingkungan, tidak terbentuknya kepercayaan pada diri sendiri,
menarik diri dari lingkungan, dan sebagainya. Akibatnya anak akan mengalami hambatan
dalam perkembangan selanjutnya.
Pada dasarnya anak khususnya anak usia dini memiliki keinginan yang kuat untuk
dapat diterima oleh kelompoknya. Ia akan terus berusaha untuk dapat bergabung dan diakui
oleh kelompok sebayanya. Bila anak itu tidak diakui oleh kelompoknya, maka ia akan
mencari cara lain untuk dapat diterima dalam kelompok sebaya tersebut. Keinginan yang
kuat pada anak untuk diakui menuntut sejumlah kemampuan social yang perlu dimilikinya.
Tidak semua anak mampu menunjukkan perilaku sosial seperti yang diharapkan,
dan tidak semua anak mampu berinteraksi dengan kelompoknya secara baik. Ada anak
yang menunjukkan sikap membangkang, ingin menang sendiri, tidak mau berbagi dengan
teman lain, licik, cepat marah dan sebagainya. Untuk membantu mengurangi
ketidakmampuan anak berperilaku sosial yang baik, dan membantu menyiapkan anak
memasuki lingkungan pergaulan yang lebih luas, dibutuhkan layanan bimbingan sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kekhasan tingkah laku sosial anak?
2. Bagaimana agar kepribadian anak diterima dalam kelompok?
3. Bagaimana perkembangan tingkah laku proposional anak?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana kekhasan tingkah laku sosial anak.
2. Untuk mengetahui bagaimana agar kepribadian anak diterima dalam kelompok.
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan tingkah laku proposional anak.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kekhasan Tingkah Laku Sosial Anak


Perkembangan sosial pada anak usia dini merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan
dan saling berkomunikasi, dan bekerja sama. Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam
arti, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Mulai bergaul atau
hubungan sosial baik dengan orang tua, anggota kelurga, orang dewasa lainnya, maupun
teman bermainnya, anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial sebagai
berikut :
a. Pembangkang
Terjadi pada anak usia 18 bulan sampai tiga tahun, yaitu suatu bentuk tingkah laku
melawan.
b. Agresi
Perilaku menyerang balik secara fisik maupun kata-kata, merupakan suatu bentuk reaksi
terhadap rasa kecewa karena tidak terpenuhi keinginannya.
c. Bertengkar
Terjadi apabila sang anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap dan perilaku anak
lain, seperti direbut barang atau mainannya oleh temannya.
d. Menggoda
Merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk ejekan, cemoohan yang
menimbulkan reaksi marah pada orang disekitarnya.
e. Persaingan
Keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong ata distimulasi oleh orang lain.
f. Kerja sama
Sikap mau bekerjasama dengan kelompok
g. Tingkah laku berkuasa
Sejenis tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi, atau bersikap bissiness
h. Mementingkan diri sendiri
Merupakan sikap egosentris dalam memenuhi keinginannya.
i. Simpati
Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap
orang lain, mendekati atau bekerjasama dengannya.

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, baikorang


tua, sanak keluarga, orang dewasa lainnya, atau teman sebayanya. Apabila lingkungan
sosial ini memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara
positif, maka anak akan dapat mencapai perkembangan sosialnya secara matang. Dengan
demikian dapat diartikan sebagai sequence, dari perubahan berkesinambungan dalam
perilaku individu untuk menjadi makhluk sosial.

B. Kepribadian Anak Dalam Kelompok


Kepribadian seseorang berkembang melalui proses bertahap dan berlangsung
seumur hidup. Kepribadian seseorang hanya dapat berkembang dengan bantuan orang lain.
Dari gambaran atau cermin diri yang diberikan orang lain kepada kita membentuk
kepribadian dalam diri. Kepribadian terbentuk sebagai akibat konflik mendasar dan abadi
antara individu dengan masyarakatnya. Jiwa seseorang terdii atas tiga bagian yaitu id,
superego, dan ego. Id adalah pusat nafsu dan dorongan yang bersifat naluri, antisosial, dan
rakus. Superego adalah jalinan antara cita-cita dan nilai sosial yang dipahami seseorang
sehingga membentuk hati nurani. Sedangkan ego adalah bagian yang bersifat sadar dan
rasional. Sehingga mampu mengendalikan konflik antara superego dan id.
Faktor pembentuk kepribadian Kepribadian seseorang selalu berkembang sejalan
dengan berbagai pengaruh yang diperoleh melalui proses sosialisasi dan interaksi dengan
orang lain. Beberapa faktor membentuk kebiasan, sikap, dan sifat yang khas. Faktor
tersebut adalah:
a. Faktor prenatal (prakelahiran) Seorang anak berada dalam kandungan selama sembilan
bulan sepuluh hari. Selama itu beberapa hal dapat memengaruhi perkembangannya.
Penyakit yang diderita ibunya bisa memengaruhi pertumbuhan dari sang bayi yang ada di
dalam perut. Keadaan kandungan juga memengaruhi perkembangan kepribadian anak yang
dilahirkan. Akibat kondisi yang tidak menguntungkan, dapat menyebabkan bayi tersebut
terlahir dengan beberapa kekurangan. Semua itu dapat memengaruhi pembentukan
kepribadian.
b. Faktor biologis
Faktor biologis berpengaruh dalam membentuk beberapa ciri kepribadian seseorang,
namun tidak menentukan semuanya. Faktor biologis akan berkembang secara optimal bila
mendapat pengaruh positif dari lingkungan. Secara biologis terdapat tiga faktor yang
mendasar, yaitu:
• Ciri fisik biologis
Setiap manusia memiliki ciri fisik berbeda yang diwarisi dari orang tuanya. Ada
orang yang berbadan tinggi dan gagah, namun ada yang berbadan kecil dan pendek.
Perbedaan fisik biologis ini memberikan pengaruh pada ciri kepribadiannya.
• Ciri psikologis
Sebagian dari sifat dasar yangh diwariskan orang tua adalah faktor kejiwaan atau
psikologis. Unsur kejiwaan terdiri dari temperamen, emosi, nafsu, dan kemampuan belajar.
• Tingkat kecerdasan
Salah satu bagian kepribadian yang diwarisi dari orang tua adalah kemampuan
belajar atau tingkat kecerdasan.
a. Faktor geografis
Faktor geografis ini mampu membentuk kepribadian seseorang dalam hal ketekunan,
ambisi, kejujuran, kriminalitas, dan kkelainan. Faktor geografis erat kaitannya dengan
lingkungan. Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar, baik keadaan fisik,
sosial, maupun budaya. Berikut penjelasannya:
• Lingkungan fisik
Lingkungan fisik termasuk dalam iklim, tipografi, dan sumber daya alam. Hal ini
memengaruhi masyarakat yang tinggal di dalamnya. Tanah yang subur mampu mendukung
kehidupan penduduk dengan baik. Sedangkan daerah tandus menyebabkan penduduknya
merasa kesusahan. Keadaan lingkungan fisik juga memengaruhi terhadap karakter
seseorang. Misalnya, orang yang tinggal di pantai berbicara dengan nada keras, karena
suasana laut yang riuh. Sedangkan, yang tidak tinggal di pantai tidak akan berbicara dengan
suara keras.
• Lingkungan sosial
Faktor lingkungan sosial bersifat dinamis, yang artinya faktor tersebut tidak bersifat
permanen dan akan terus mengalami perubahan. Unsur-unsur pembentuk lingkungan sosial
adalah kebudayaan, pengalaman kelompok, pengalaman unik, sejarah, dan pengetahuan.
Unsur-unsur tersebut memberi pengaruh terhadap individu yang terlibat dalam lingkungan
sosialnya.
Hal seperti ini menyebabkan kepribadian yang muncul pada setiap individu juga
berbeda-beda. Selain itu, dapat menyebabkan perbedaan cara yang dilakukan oleh setiap
individu dalam membentuk kepribadiannya masing-masing. Tahap pembentuk kepribadian
Seseorang belajar menjadi anggota keluarga atau masyarakat melalui proses sosialisasi.
Dalam hal ini orang menerima dan menyesuaikan diri dengan unsur dari faktor lingkungan
sosial.

C. Pengembangan Tingkah Laku Anak


Perilaku prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul dalam
kontak sosial, sehingga perilaku prososial adalah tindakan yang dilakukan atau
direncanakan untuk menolong orang lain tanpa peduli motif-motif si penolong. Wilayah
kedua dari perkembangan sosial anak yang mendapat perhatian besar dari para pengasuh
anak usia dini adalah aspek positif perkembangan moral, yang lebih dikenal sebagai
perilaku prososial.
Wilayah ini mencakup perilaku seperti empati, dimana anak-anak
mengekspresikan kasih sayang dengan menghibur atau menyenangkan orang lain dalam
kesusahan atau dengan mengungkapkan perasaan anak lainnya selama konflik
interpersonal; kemurahan hati, dimana anak-anak bergiliran secara sukarela atau
memenuhi permintaan dengan riang, dan kepedulian, dimana anak-anak membantu
seseorang menyelesaikan tugas atau membantu seseorang yang membutuhkan.
Penanaman perilaku sosial pada anak usia dini merupakan hal penting. Kerena perilaku
dasar inilah yang akan membawa anak pada sebuah kebiasaan dan kecerdasan yang baik
dalam lingkungannya.
Penanaman perilaku prososial harus dilakukan dengan cara yang tepat dan
membekas agar sampai pada tujuan terurama pada anak usia dini. Ada dua hal yang
biasanya sangat disukai oleh anak-anak, yaitu cerita dan musik. Cerita adalah salah satu
media yang sangat efektif dalam mendidik anak, dan read aload adalah metode yang tepat
untuk ini semua. Kegiatan bercerita biasanya menjadi kesempatan baik untuk read aload
kepada anak-anak dalam menanamkan aksi-aksi atau nilai-nilai baik yang ada pada tokoh
dalam cerita. Tidak hanya orang tua di rumah, di sekolah pun bisa melakukan kegiatan
ini. Yang perlu diketahui adalah kegiatan read aload ini tidak hanya dilakukan menjelang
tidur saja. Itu semua bisa dilakukan pada waktu kapanpun dan dimanapun termasuk di
sekolah dan dalam waktu pembelajaran.
Sejak dari lahir hingga dewasa, seseorang mengalami proses sosialisasi melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut:
b. Tahap meniru
Menjadi tahap pemulaan di mana seorang bayi menanggapi orang lain sebagai bentuk
imitasi atau peniruan. Mereka mengikutu perilaku tertentu tanpa mengetahui maksud
perilaku tersebut. mereka belum mampu menggunakan simbol-simbol.

c. Tahap bermain
Pada tahap ini anak-anak sudah mulai belajar dalam mengambil peran orang yang berada
di sekelilingnya. Misalnya, menirukan peran yang dijalankan orangtuanya atau kakaknya di
rumah. Di sini, kesadaran anak mulai terbentuk. Seseorang sudah mengetahui siapa dirinya,
siapa orangtuanya dan saudaranya. Tahap bermain peran Seorang anak mulai mengurangi
proses peniruan. Mereka secara langsung berani mengeluarkan kemampuan perannya sendiri
dengan sadar.
Kemampuan tersebut dengan menempatkan diri pada posisi orang lain juga meningkat.
Dalam tahap ini, seseorang mengalami kemantapan diri melebihi dua tahap sebelumnya.
Tahap penerimaan Pada tahap ini, seorang anak memasuki jenjang yang lebih matang.
Mereka mampu menerima peran yang ada di dalam lingkungan masyarakat. Mereka mampu
berinteraksi dengan orang lain karena telah memahami perananya sendiri serta peran orang
lain yang telah menjadi pasangan interaksinya. Di tahap ini seorang manusia membentuk
kepribadian yang terakhir dalam membentuk kepribadian yang penuh.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan sosial pada anak usia dini merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan
dan saling berkomunikasi, dan bekerja sama. Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam
arti, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Mulai bergaul atau
hubungan sosial baik dengan orang tua, anggota kelurga, orang dewasa lainnya, maupun
teman bermainnya.
Kepribadian seseorang berkembang melalui proses bertahap dan berlangsung seumur
hidup. Kepribadian seseorang hanya dapat berkembang dengan bantuan orang lain. Dari
gambaran atau cermin diri yang diberikan orang lain kepada kita membentuk kepribadian
dalam diri. Kepribadian terbentuk sebagai akibat konflik mendasar dan abadi antara individu
dengan masyarakatnya. Jiwa seseorang terdii atas tiga bagian yaitu id, superego, dan ego.
Perilaku prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul dalam kontak
sosial, sehingga perilaku prososial adalah tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk
menolong orang lain tanpa peduli motif-motif si penolong. Wilayah kedua dari
perkembangan sosial anak yang mendapat perhatian besar dari para pengasuh anak usia dini
adalah aspek positif perkembangan moral, yang lebih dikenal sebagai perilaku prososial.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah saya baca dari ketiga materi tersebut, bahwa
perkembangan sosial anak semuanya saling bersangkut-paut dan untuk orang tua maupun
guru di sekolah si anak harus lebih memahami dan belajar akan pentingnya memperhatikan
perkembangan anak pada usia dini.
DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud, 1994, Kurikulum Taman Kanak-kanak, Jakarta

Diah Harianti, 1994, Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak, Jakarta : Depdikbud.

Dini P. Daeng, S, 1996, Metode Mengajar di Taman Kanak-kanak, Bagian 2, Jakarta


: Depdikbud.

Gerungan, W. A., 1986, Psikologi Sosial, Jakarta : Eresco.

Havighurst, Robert J, 1978, Human Development and Education, New York : Longmans
Green and Co.

Helms, D. B & Turner, J.S., 1983, Exploring Child Behavior, New York : Holt Rinehartand
Winston.

Hurlock, Elizabeth, B., 1978, Child Development, Sixth Edition, New York : Mc.
Graw Hill, Inc.

Anda mungkin juga menyukai