Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN OBJECTIVE STRUCTURED LONG EXAMINATION

(OSLER)

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK

Disusun untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Purwokerto Barat

Disusun oleh:

Andika Nurwijaya

(1813020062)

Pembimbing :

dr. Dyah Retnani Basuki, M.Kes., A.A.A.K

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

PERIODE 7 SEPTEMBER – 3 OKTOBER 2020


DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................... 1
Lembar Pengesahan................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................ 3
DAFTAR GAMBAR............................................................................... 4
DAFTAR TABEL.................................................................................... 5
BAB 1 KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA..................... 6
BAB II LAPORAN KASUS.................................................................... 6
A. Identitas pasien............................................................................ 6
B. Anamnesis.................................................................................... 6
C. Pemeriksaan Fisik........................................................................ 16
D. Pemeriksaan Penunjang............................................................... 20
E. Diagnosis..................................................................................... 22
F. Penatalaksanaan........................................................................... 24
BAB III TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 27
A. Definisi......................................................................................... 27
B. Epidemiologi ............................................................................... 27
C. Faktor risiko................................................................................. 28
D. Patogenesis.................................................................................. 29
E. Klasifikasi .................................................................................. 32
F. Penegakan Diagnosis................................................................... 35
G. Penatalaksanaan.......................................................................... 38
H. Dosis obat.................................................................................... 43
I. Lama pengobatan........................................................................ 44
J. Pemantauan kemajuan pengobatan.............................................. 46
K. Efeksamping ............................................................................... 47
L. Evaluasi pengobatan.................................................................... 47
M. Prognosis .................................................................................... 48
BAB IV PENYELESAIAN MASALAH............................................... 49
A. Identifikasi masalah.................................................................... 49
B. Prioritas masalah......................................................................... 49
C. Identifikasi penyebab masalah.................................................... 49
D. Krangka konsep masalah............................................................ 51
E. Alternatif pemecahan masalah.................................................... 51
F. Prioritas pemecahan masalah...................................................... 52
G. Kesimpulan ................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 53
Lampiran ................................................................................................ 54

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 patogenesis PPOK.............................................


26
Gambar 3.2 Klasifikasi PPOK.............................................. 27
Gambar 3.3 Tatalaksana PPOK............................................ 34
Gambar 3.4 Tatalaksana........................................................ 34
Gambar 4.1 Krangka Konsep Masalah................................. 37

3
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah......... 6
Tabel 1.2 Pemeriksaan status generalisata............................................... 15
Tabel 1.3 Pemeriksaan laboratorium........................................................ 20
Tabel 4.1 Prioritas Masalah...................................................................... 36
Tabel 4.2 prioritas pemecahan masalah.................................................... 39

4
BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. S


Alamat lengkap : Karanggedang RT 24/08 Bukateja, Purbalingga
Bentuk Keluarga :
a. Berdasarkan garis keturunan :-
b. Berdasarkan jenis perkawinan : Monogami
c. Berdasarkan pemukiman : Neolokal
d. Berdasarkan jenis anggota keluarga : Nuclear family (keluarga inti)
e. Berdasarkan kekuasaan : Equalitarium

Tabel 1.1 Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No Nama Kedudukan Jenis Umur Pendidikan Pekerjaan
Kelamin
1 Tn. S Kepala L 55 SD Perajin batu
keluarga bata
2 Ny.P Istri P 50 SD Ibu rumah
tangga
3 Tn. R Anak L 28 SMP Swasta
4 An. K Anak L 20 SMP Pelajar
Sumber: Data Primer, September 2020
Kesimpulan dari karakteristik demografi diatas, bentuk keluarga pasien
adalah nuclear family. Tn. S (55 tahun) memiliki peran sebagai kepala keluarga,
Ny. P (50 tahun) sebagai seorang istri, Tn. R (28 tahun), An. K (20 tahun).
Dengan pola interaksi keluarga sebagai berikut:

5
INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA

Tn. S Ny. P

Tn. R Ny. K

Keterangan Interaksi Keluarga Tn. M


: Hubungan baik
Kesimpulan: hubungan antara anggota keluarga di keluarga Tn. M dinilai
harmonis dan saling mendukung.
Sumber : Data Agustus 2020

6
BAB II
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. B
Tanggal lahir/usia : 15-06-1962/ 58 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Status pendidikan : SD
Perkerjaan : Petani
Alamat : Karangtengah RT 11/3 Kertanegara, Puralingga
Tanggal masuk : Senin, 31 Agustus 2020
Ruang pemeriksaan: Rumah pasien

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Batuk berdahak
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien memiliki keluhan batuk berdahak berwarna putih. Keluhan
dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan batuk ini semakin memberat
sejak 1 bulan terakhir. Keluhan muncul sepanjang hari terutama ketika
beraktifitas di sawah, keluhan membaik ketika beristirahat. Selian batuk,
pasien juga mengeluhkan sesak nafas yang mencul setelah batuk, keluhan
membaik ketika istirahat. Keluhan mual, muntah, demam, keringat malam,
berat badan turun, dahak tiga lapis warna, nyeri dada disangkal, BAB dan
BAK tidak ada keluhan. Riwayat pergi ke luar daerah disangkal, kontak
dengan orang yang sakit disangkal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien memiliki riwayat sakit PPOK sejak tahun April 2020.
- Pasien pernah di diagnosis sakit TB dan dilakukan pengobatan sampai
sembuh tahun 2016.

7
- Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, kolesterol, diabetes, jantung,
dan alergi obat.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengaku dalam keluarganya ada yang memiliki riwayat
penyakit TB pada tahun 2014 dan sudah sembuh. Riwayat penyakit
keturunan seperti riwayat tekanan darah tinggi disangkal, riwayat kolesterol
tinggi disangkal, riwayat penyakit jantung disangkal, serta riwayat alergi
disangkal.
5. Riwayat Personal Sosial dan Ekonomi
a. Community
Pasien tinggal bersama istri dan 2 anak, 1 suami anak perempuannya, 1
menantu, dan 1 cucunya. Pasien tinggal di rumah pedesaan, jarak antar
rumah adalah 100 meter.
b. Home
Pasien tinggal di rumah dengan bangunan tembok, tanpa langit-langit dan
atap genteng. Terdapat 4 kamar tidur 1 untuk pasien dan istri, 2 kamar
untuk anaknya dan 1 kamar untuk cucunya. Seluruh kamar dan ruang
tamu beralaskan ubin semen yang sudah retak-retak. Terdapat 1 tempat
cuci, 2 kamar mandi terbuka, 1 jamban, 1 dapur. Alas dapur masih
menggunakan tanah. Memasak lebih sering menggunkan kayu bakar,
kadang menggunakan kompor gas. Terdapat sumur yang jaraknya 10
meter dari septic tank. Setiap kamar memiliki jendela yang cukup,
sirkulasi udara baik, dan kaca tembus cahaya matahari. Dahulu jendela
sangat kecil dan kaca berwarna gelap, setelah sakit TB jendela rumah di
renovasi. Bagian depan rumah berupa halaman kecil, bagian samping
rumah adalah pekarangan dengan pohon nangka yang rindang, dan
bagian belakang rumah adalah tebing tanah setinggi 30 meter yg
ditumbuhi rumput pakis. Cahaya matahari masuk dari samping dan depan
rumah pasien. Di dalam rumah penataan barang dirumah sedikit
berantakan.
c. Hobby

8
Passien tidak memiliki hobby khusus hanya suka bersantai di teras rumah
ketika sore hari sambil meminum teh.
d. Occupational
Pasien dan istrinya bekerja sebagai petani di sawah miliknya di dekat
sungai yang yang berjarak sekitar 700 meter dari rumahnya. Berangkat
ke sawah biasanya jam 7 pagi dan pulang jam 4 sore. Pasien memiliki
teman kelompok tani yang berjumlah 20 orang.
e. Personal Habit
Pasien sudah berhenti merokok sejak sakit TB yang dideritanya dahulu.
Sebelum berhenti sejak kecil pasien merupakan perokok aktif, satu hari
dapat habis sampai 2 bungkus rokok sejak umur 20-an. Menurut pasien
rokok membuat pasien lebih semangat ketika bekerja di sawah. Namun
sampai saat ini pasien masih sering berkumpul dengan rekan petani yang
semua rekan petani laki-laki merokok, ketika istirahat pasien masih
menghirup asap rokok.
f. Drug
Pasien hanya 2 kali ke puskesmas di dekat rumahnya untuk kontrol
penyakitnya selama 6 bulan ini, alasannya karena biaya pengobatan,
kalau belum mengganggu sekali pasien enggan ke puskesmas, pasien
mendapatkan obat melegakan nafas berupa obat minum dan obat syrup
anti batuk ketika kontrol.
g. Riwayat Ekonomi
Pasien memiliki penghasilan yang hanya cukup untuk kebutuhan hidup
sehari-hari, pasien dulu memiliki BPJS mandiri namun sudah tidak aktif
karena menunggak tidak bisa bayar lagi.
h. Riwayat Demografi
Hubungan antar keluarga baik, terlihat dari hubungan antara keluarga
yang harmonis, baik dengan istri, anak, menantu, dan cucunya.
i. Riwayat Sosial
Hubungan pasien dengan warga sekitar baik.
6. Riwayat Pribadi

9
a. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Menurut pasien bahwa Ibu pasien tidak memiliki masalah saat
mengandung baik masalah mental atau fisik, pasien tidak memiliki
masalah saat lahir atau pada saat proses kelahiran baik.
b. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pasien tidak memiliki masalah pada masa kanak-kanaknya, tumbuh dan
berkembang normal seperti anak biasanya. Gizi yang diberikan cukup
(pemberian ASI, makanan pendamping ASI sesuai usia, dan makanan
sesuai usia).
c. Masa Kanak Pertengahan sampai Remaja
Pasien tidak ada masalah pada masa remajanya, tapi pasien hanya
menyelesaikan sekolahnya hingga SD karena keterbatasan biaya.
d. Masa Dewasa
1) Riwayat aktivitas sosial
Pasien memiliki banyak teman, terutama teman kelompok tani pasien
yang sangat hangat.
2) Riwayat perkawinan
Pasien sudah menikah tahun dengan istrinya dan mempunyai 1 anak
laki-laki dan 1 anak perempuan yang sudah dewasa..
3) Riwayat pendidikan
Pasien bersekolah hanya sampai SD.
4) Riwayat pekerjaan
Pasien pernah merantau di usia 20-an tahun kemudian kembali ke desa
dan bekerja sebagai petani, pernah merantau lagi ketika tahun 2008 ke
kalimantan dan berjualan, namun pada tahun 2012 pasien
memutuskan untuk kembali lagi ke kampung halaman dan kembali
bertani karena alasan keluarga.
5) Riwayat kehidupan terkini
Saat ini pasien tinggal dengan keluarganya bersama istri dan anak, dan
cucunya.
6) Riwayat pelanggaran hukum

10
Riwayat pemakaian obat-obatan terlarang (-), minum alcohol (-) dan
tidak pernah berurusan dengan polisi (pelanggaran hukum).
7) Aktivitas keagamaan
Pasien beragama Islam dan rajin beribadah
8) Mimpi dan Fantasi
Pasien ingin penyakitnya sembuh dan kembali seperti ketika sebelum
sakit.
9) Persepsi pasien terhadap sakitnya
Pasien sadar dengan kondisi penyakit PPOK yang dideritanya saat ini.
Pasien merasa menyesal karena dulu merokok.
e. Genogram

Keluarga Tn B
Bulan Agustus 2020

Keterangan :
1. Saudara bapak pasien 20. Ibu istri pasien
2. Saudara bapak pasien 21. Saudari ibu istri pasien

11
3. Saudara bapak pasien 22. Saudara ibu istri pasien
4. Bapak pasien 23. Istri pasien
5. Ibu pasien 24. Saudari istri pasien
6. Saudari ibu pasien 25. Saudara istri pasien
7. Saudari ibu pasien 26. Saudara istri pasien
8. Saudara ibu pasien 27. Saudara istri pasien
9. Saudara suami 28. Anak pertama pasien
10. Saudari pasien 29. Anak kedua pasen
11. Saudara pasien 30. Menantu anak kedua pasien
12. Saudara pasien 31. Saudari menantu anak kedua
13. Pasien pasien
14. Saudari pasien 32. Saudara menantu anak kedua
15. Saudari bapak istri pasien pasien
16. Saudari bapak Istri Pasien 33. Cucu pasien
17. Saudara bapak Istri Pasien
18. Bapak istri pasien
19. Sauadra ibu istri pasien

: Perempuan

: Laki-laki

: Pasien

: Tinggal satu rumah

f. Keadaan sosial ekonomi


Pasien memiliki status ekonomi yang cukup, keseharian untuk kebutuhan
makan dan minum sudah tercukupi.
g. Fungsi subsistem
1) Hubungan pasien dengan keluarganya

12
Pasien berkomunikasi baik dengan angggota keluarga yang lain.
2) Hubungan pasien dengan lingkungan
Pasien berkomunikasi baik dengan orang-orang dilingkungan sekitar.
7. Riwayat Pengobatan
Pasien berobat ruitn ke puskesmas. Pada tahun 2014 pasien pernah di
diagnosis TB dan sembuh. Pada tahun 2019 pasien mulai mnegluhkan batuk
berdahak dan sesak napas yang di diagnosis PPOK oleh dokter puskesmas.
8. Anamnesis sistem
a. Keluhan Utama : Batuk berdahak
b. Kulit : tidak ada keluhan
c. Kepala : tidak ada keluhan
d. Mata : tidak ada keluhan
e. Hidung : tidak ada keluhan
f. Telinga : tidak ada keluhan
g. Mulut : tidak ada keluhan
h. Tenggorokan : tidak ada keluhan
i. Pernafasan : Sesak nafas
j. Sistem Kardiovaskuler : tidak ada keluhan
k. Sistem Gastrointestinal : tidak ada keluhan
l. Sistem Saraf : tidak ada keluhan
m. Sistem Muskuloskeletal : tidak ada keluhan
n. Sistem Genitourinaria : tidak ada keluhan
o. Ekstremitas : Atas : tidak ada keluhan
Bawah : tidak ada keluhan

C. Pemeriksaan Fisik
1. Kesan Umum : Tampak sakit ringan
2. GCS : E4V5M6
3. Vital Sign
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- Heart rate : 76 x/m

13
- Respirasi rate : 22 x/m
- Suhu tubuh : 36,8º C
4. Status Gizi
- Berat badan : 65 Kg
- Tinggi badan : 172 cm
- IMT : 22,6 kg/m2 ( Berat badan ideal )
5. Pemeriksaan Status Generalisata
Tabel 1.2 Pemeriksaan status generalisata
Pemeriksaan Hasil
Kepala
Inspeksi Normocepal, wajah terlihat simetris, conjungtiva
anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), pupil isokor (+/+),
mukosa bibir kering (-), sianosis (-), otorea (-/-),
rinore (-/-)
Palpasi Nyeri tekan (-), pembesaran KGB (-)
Leher
Inspeksi Pembengkakan (-), jejas (-), deviasi trakea (-), pulsasi
vena jugular tidak terlihat,
Palpasi Pembesaran KGB (-), deviasi trakea (-), nyeri tekan
(-).
Auskultasi Suara bruit (-)
Thorax (Pulmo)
Inspeksi Barel chest (+), retraksi dinding dada (-).
Palpasi Tidak ada ketertinggalan gerak, vokal fremitus tidak
ada peningkatan maupun penurunan,
Perkusi Sonor di seluruh lapang paru, dan sedikit redup pada
dada bagian atas
Auskultasi Suara ronkhi basah kasar: +/+-. Wheezing : -/-
Thorax (Cor)
Inspeksi Pulsasi iktus cordis tidak terlihat
Palpasi Teraba ictus cordis di SIC V linea midclavicularis
sinistra
Perkusi Batas kanan atas : SIC II linea sternalis dextra
Batas kiri atas : SIC II linea sternalis sinistra
Batas kanan bawah : SIC IV linea sternalis dextra
Batas kiri bawah: SIC IV linea midclavicularis
sinistra.
Auskultasi Bunyi jantung I dan II normal, regular,
mur-mur (-), gallop (-)
Abdomen

14
Inspeksi Abdomen terlihat datar, tidak ada kelainan bentuk
abdomen
Auskultasi Bising usus (+) normal
Perkusi Timpani pada semua kuadran abdomen, area traube
timpani
Palpasi Defens muskular (-), nyeri tekan pada epigastrium,
ginjal, hepar dan lien tidak teraba mengalami
pembesaran
Genitalia
Inspeksi Tidak dilakukan pemeriksaan
Palpasi Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
Inspeksi Tidak terdapat jejas, oedema (-), ROM dalam batas
normal
Palpasi Nyeri tekan (-), akral hangat.

6. Status psikiatri
a. Deskripsi Umum
- Penampilan: Seorang laki-laki berusia 58 tahun tampak sesuai umur,
kulit sawo matang, cara berpakaian cukup rapi, perawatan diri baik.
- Perilaku dan Aktivitas Psikomotor: Selama proses anamnesis pasien
kooperatif dan mampu berkomunikasi dengan baik.
- Sikap terhadap pemeriksa: kooperatif, setiap pertanyaan dijawab
sesuai oleh pasien dan terbuka.
b. Mood dan Afek
- Mood: normal, tidak euporia, atau disforia
- Afek: Apropriate
c. Pembicaraan
- Kualitas: pasien lancar dalam menjawab menjawab pertanyaan,
jawaban dapat dipahami, intonasi tidak monoton, volume suara
terdengar jelas, artikulasi jelas.
- Kuantitas: berbicara cukup, koheren dan relevan, logorhoe (-),
blocking (-),mutisme (-)
- Kecepatan produksi: spontan
d. Persepsi

15
- Halusinasi: auditorik, taktil , visual tidak ditemukan
- Ilusi : tidak ditemukan
e. Pikiran
- Bentuk piker : realistik
- Isi pikir : tidak ditemukan waham curiga, waham kejar,
waham bersalah, pikiran obsesi, kompulsi
- Arus piker: koheren (+), flight of ideas (-), asosiasi longgar (-),
neologisme (-)
f. Sensorium dan Kognisi
- Kesadaran: Kualitatif : non psikotik, Kuantitatif : Compos Mentis
- Orientasi:
 Waktu : baik, pasien saat ditanya pagi atau sore pasien bisa
menjawab dengan baik, dapat menentukan jam, jam, tanggal, dan
hari.
 Tempat: baik, pasien dapat menjelaskan dimana dia sekarang
 Orang : baik, pasien dapat menjelaskan siapa saja yang berada di
rumahnya
 Situasi : baik, pasien tahu bahwa ia sedang diwawancarai
- Memori
 Jangka pendek: baik, pasien dapat menyebutkan apa yang ia
makan saat sarapan, dan yang dilakukan tadi pagi
 Daya ingat segera : baik, pasien dapat mengingat kegiatan dia
tepat sebelum diwawancara
 Jangka menengah : pasien mampu mengingat kegiatan minggu
yang lalu yang dikerjakan dirumah
 Jangka panjang : pasien masih mengingat kejadian ketika
pasien bekerja di jakarta
- Konsentrasi dan perhatian
 Konsentrasi : baik
 Perhatian : baik

16
- Pikiran abstrak
 Pasien dapat membedakan bolpen dan buku
 Informasi dan intelegensia
- Taraf pendidikan:
 Lulus sekolah dasar
g. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien cukup, selama anamnesis pasien kontak mata
baik.
h. Daya Nilai
- Daya nilai social : Penilaian pasien tentang norma-norma
sosial cukup baik (terhadap keluarga dan lingkungan sekitar rumah)
- Uji daya nilai realitas : dapat membuat kesimpulan.

D. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan


Sputum BTA Negatif Negatif -

Tabel 1.3 Pemeriksaan laboratorium tanngal 2 april 2020

E. Diagnosis holistik
1. Aspek Personal
- Keluhan Utama: Batuk berdahak
- Keluhan Tambahan : Sedikit sesak nafas jika batuk
- Idea: pasien berobat ke puskesmas agar penyakitnya sembuh.
- Concern: Pasien merasa keluhan membaik saat minum obat.
- Expectation: Pasien berharap agar penyakit pasien dapat segera sembuh
sehingga pasien dapat segera beraktivitas seperti semula dan tidak
menganggu pekerjaannya.
- Anxiety
Pasien khawatir apabila penyakitnya membuat pasien tidak bisa bekerja
lagi.
2. Aspek Klinis

17
- Diagnosis : PPOK
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Faktor Risiko yang tidak dapat diubah (Unmodiffied)
 Karakteristik Pasien: Pasien merupakan seorang lelaki tampak cukup,
berpenampilan sesuai usianya.
 Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien mempunyai riwayat penyakit PPOK
sejak 5 bulan yang lalu hingga kini, dan riwayat TB paru tahun 2014
yang sudah dinyatakan sembuh.
 Riwayat penyakit keluarga: menantu pasien pernah sakit TB paru
tahun 2012.
b. Faktor Risiko yang dapat diubah
 Teman kelompok tani pasien masih perokok atif
 Pasien memasak menggunakan kayu bakar
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu/Aspek psikososial keluarga
Pasien tinggal dengan istri dan ketiga anaknya dilingkngan yang tidak padat,
dengan kondisi rumah yang cukup bersih dan cukup tertata rapih. Selain itu
keluarga ini masih memiliki kesadaran yang kurang akan pentingnya
kesehatan yaitu merenovasi rumah agar ventilasi udara menjadi baik,
mengganti kaca rumah menjadi yang bening agar cahaya matahari masuk,
menggunakan kompor gas walau kadang masih pakai kayu bakar.
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Aktivitas menjalankan fungsi sosal dalam kehidupan dapat dijalankan
sendiri oleh pasien dan pasien berada di derajat 4.
F. Penatalaksanaan
1. Personal Care
a. Diagnostik:
Pasien didiagnosis berdasarkan pemeriksaan klinis dengan pemeriksaan
penunjang hasil BTA (-) pasien mederita PPOK.
b. Terapi medikamentosa :
 Teosal ( salbutamol 1mg dan teofilin 130mg) 3x 1 tablet
 Sirup ambroxol 3x1 sendok

18
c. Terapi Non Medikamentosa
 Edukasi tentang penyakit
 PHBS ( Berhenti merokok dan gunakan kompor gas untuk
memasasak)
 Kontrol rutin di puskesmas
2. KIE (konseling, informasi dan edukasi)
a. Memberikan waktu untuk pasien bertanya tentang penyakitnya
b. Menjelaskan kepada pasien tentang penyebab PPOK
c. Menjelaskan tentang pengobatan PPOK
d. Menjelasakan risiko PPOK
e. Edukasi kepada pasien agar menjaga kebersihan
f. Edukasi pada pasien bahwa rekan kerja perokok dapat memperparah
penyakit
g. Edukasi pasien bahwa asap kompor kayu bakar di ganti kompor gas
untuk memasasak, karena asap kayu bakar dapat memeperparah
penyakit.
h. Edukasi kepada pasien agar makan teratur dan makanan bergizi
3. Family Care
a. Dukungan psikologis dari keluarga pasien.
b. Memberi informasi kepada keluarga terkait penyakit PPOK mulai dari
faktor risiko, tanda gejala, pencegahan, komplikasi dan pengobatan.
c. Memberikan edukasi PHBS.
4. Community Care
a. Dukungan psikologis dari lingkungan tempat tinggal
b. Dukungan psikologis dari petugas kesehatan
c. Meberikan pengetahuan terkait penyebab, faktor risiko, cara encegahan,
gejala, serta pengobatan.
d. Memotivasi lingkungan untuk menjaga lingkungan yang sehat agar
terhindar dari penyakit.
e. Anjuran kepada individu dengan gejala yang sama untuk berobat ke
Puskesmas

19
f. Edukasi untuk rekan kerjanya agar berhenti merokok,
g. Kerjasama lintas sektoral untuk membantu pasien

20
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran
udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel
parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan
keduanya (Riyanto BS, 2006).
Bronkitis kronik
Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal
3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak
disebabkan penyakit lainnya (Riyanto BS, 2006).
Emfisema
Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara
distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Pada prakteknya
cukup banyak penderita bronkitis kronik juga memperlihatkan tanda-tanda
emfisema, termasuk penderita asma persisten berat dengan obstruksi jalan
napas yang tidak reversibel penuh, dan memenuhi kriteria PPOK (Riyanto BS,
2006).
B. Epidemiologi
Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 menunjukkan
bahwa prevalensi PPOK di Indonesia sebanyak 3,7%.[6] Pada tahun 2015 saja,
dapat dilihat bahwa penduduk berusia 15 tahun keatas yang mengkonsumsi
rokok sebesar 22,57% di perkotaan dan 25,05% di pedesaan. Rata-rata jumlah
batang rokok yang dihabiskan selama seminggu mencapai 76 batang di
perkotaan dan 80 batang di pedesaan. Hal ini menunjukkan tingginya angka
perokok di Indonesia yang merupakan faktor risiko utama PPOK.
C. Faktor Risiko

a. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang


terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya.

21
Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan :
1) Riwayat merokok
 Perokok aktif
 Perokok pasif
 Bekas perokok
2) Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian
jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok
dalam tahun :
 Ringan : 0-200
 Sedang : 200-600
 Berat : >600
b. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja
c. Hipereaktiviti bronkus
d. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
e. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia
(Katleen H dan Dong Feng Gu, 2014).

D. Patogenesis
Pada PPOK, hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama
yang diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran napas bagian
proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi paru yang dikarenakan adanya
suatu inflamasi yang kronik dan perubahan struktural pada paru. Terjadinya
penebalan pada saluran napas kecil dengan peningkatan formasi folikel
limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding luar saluran napas mengakibatkan
restriksi pembukaan jalan napas. Lumen saluran napas kecil berkurang akibat
penebalan mukosa yang mengandung eksudat inflamasi, yang meningkat
sesuai berat sakit.
Proses inflamasi akan mengaktifkan sel makrofag alveolar, aktivasi sel
tersebut akan menyebabkan dilepaskannya faktor kemotaktik neutrofil seperti
interleukin 8 dan leukotrien B4, tumuor necrosis factor (TNF), monocyte
chemotactic peptide (MCP)-1 dan reactive oxygen species (ROS).

22
Paradigma dominan dari patogenesis emfisema terdiri atas empat peristiwa
yang berkaitan : (1) Paparan kronis dari merokok akan menyebabkan
rekruitmen sel inflamasi ke dalam ruang udara terminal di paru. (2) Sel-sel
inflamasi ini melepaskan elastonic proteinases yang merusak matriks
ekstraseluler di paru. (3) Kematian sel secara struktural dihasilkan dari stres
oksidatif dan hilangnya ikatan matriks sel. (4) Perbaikan elastin dan komponen
matriks ekstraseluler yang tidak efektif menghasilkan pembesaran ruang udara
yang didefinisikan sebagai emfisema pulmonal.
Paparan asap rokok dapat mempengaruhi saluran pernapasan besar,
saluran pernapasan kecil (diameter ≤2mm), dan alveoli. Perubahan di saluran
pernapasan besar menyebabkan batuk dan sputum, sedangkan di saluran
pernapasan kecil dan alveoli bertanggung jawab terhadap perubahan fisiologis.
Pasien PPOK dikatakan mengalami eksaserbasi akut bila kondisi pasien
mengalami perburukan yang bersifat akut dari kondisi yang sebelumnya stabil
dan dengan variasi gejala harian normal sehingga pasien memerlukan
perubahan pengobatan yang biasa digunakan. Eksaserbasi ini biasanya
disebabkan oleh infeksi (bakteri atau virus), bronkospasme, polusi udara atau
obat golongan sedatif (Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease,
2010).

Gambar 3.1 Patogenesis PPOK

23
E. Klasifikasi PPOK

Tabel 3.2 Klasifikasi PPOK (Wan C, Tze P , 2011)

F. Penegakan Diagnosis
Penegakan diagnosis berdasarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesi (2006),
Yaitu :
a. Anamnesis
1) Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala
pernapasan
2) Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
3) Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
4) Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan
lahir rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap
rokok dan polusi udara
5) Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
6) Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
b. Pemeriksaan fisik
PPOK dini umumnya tidak ada kelainan

24
1) Inspeksi
 Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
 Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal
sebanding)
 Penggunaan otot bantu napas
 Hipertropi otot bantu napas
 Pelebaran sela iga
 Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena
jugularis di leher dan edema tungkai
 Penampilan pink puffer atau blue bloater
2) Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
3) Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak
diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah
4) Auskultasi
 suara napas vesikuler normal, atau melemah
 terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau
pada ekspirasi paksa
 ekspirasi memanjang
 bunyi jantung terdengar jauh
Pink puffer
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit
kemerahan dan pernapasan pursed – lips breathing. Pursed - lips
breathing Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu
dan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme
tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi sebagai mekanisme
tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas
kronik.
Blue bloater

25
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis,
terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral
dan perifer
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan rutin
a) Faal paru
 Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP
 Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan
atau VEP1/KVP ( % ). Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1
pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 %
 VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai
untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan
penyakit.
 Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin
dilakukan, APE meter walaupun kurang tepat, dapat
dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti
harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20%
 Uji bronkodilator
 Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada
gunakan APE meter.
 Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8
hisapan, 15 - 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai
VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai
awal dan < 200 ml
 Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil
2) Darah rutin
3) Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit
paru lain.
Pada emfisema terlihat gambaran :
 Hiperinflasi

26
 Hiperlusen
 Ruang retrosternal melebar
 Diafragma mendatar
 Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop
appearance)

Pada bronkitis kronik :

 Normal
 Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus
4) Pemeriksaan khusus (tidak rutin)
a) Faal paru
 Volume Residu (VR), Kapasiti Residu Fungsional (KRF),
Kapasiti Paru Total (KPT), VR/KRF, VR/KPT meningkat
 DLCO menurun pada emfisema
 Raw meningkat pada bronkitis kronik
 Sgaw (tahan jalan nafas spesifik) meningkat
 Variabiliti Harian APE kurang dari 20 %
b) Uji latih kardiopulmoner
 Sepeda statis (ergocycle)
 Jentera (treadmill)
 Jalan 6 menit, lebih rendah dari normal
c) Uji provokasi bronkus
Untuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus, pada sebagian kecil
PPOK terdapat hipereaktiviti bronkus derajat ringan
d) Uji coba kortikosteroid
Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral
(prednison atau metilprednisolon) sebanyak 30 - 50 mg per hari
selama 2 minggu yaitu peningkatan VEP1 pascabronkodilator >
20 % dan minimal 250 ml. Pada PPOK umumnya tidak terdapat
kenaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid

27
e) Analisis gas darah
Terutama untuk menilai :
 Gagal napas kronik stabil
 Gagal napas akut pada gagal napas kronik
f) Radiologi
 CT-Scan resolusi tinggi
 Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat
emfisema atau bula yang tidak terdeteksi oleh foto toraks polos
 Scan ventilasi perfusi Mengetahui fungsi respirasi paru
g) Elektrokardiografi
Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal
dan hipertrofi ventrikel kanan.
h) Ekokardiografi
Menilai fungsi jantung kanan
i) Bakteriologi
Pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur
resistensi diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan untuk
memilih antibiotik yang tepat. Infeksi saluran napas berulang
merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita
PPOK di Indonesia.
j) Kadar alfa-1 antitripsin
Kadar antitripsin alfa-1 rendah pada emfisema herediter
(emfisema pada usia muda), defisiensi antitripsin alfa-1 jarang
ditemukan di Indonesia.

G. Diagnosis Banding

Asma PPOK SOPT

Timbul pada usia muda ++ - +

28
Sakit mendadak ++ - -

Riwayat merokok +/- +++ -

Riwayat atopi ++ + -

Sesak dan mengi berulang +++ + +

Batuk kronik berdahak + ++ +

Hipereaktiviti bronkus +++ + +/-

Reversibiliti obstruksi ++ - -

Variabiliti harian ++ + -

Eosinofil sputum + - ?

Neutrofil sputum - + ?

Makrofag sputum + - ?

Tabel 3.1 Diagnosis Banding


H. Penatalaksanaan
Terapi PPOK menurut pedoman GOLD 2019 adalah dibagi kedalam 4 kategori
pasien, yaitu pasien kategori A, B, C dan D
Kategori Defenisi
A Pasien yang peka dengan short acting bronkodilator
B Pasien yang persisten dengan short acting bronkodilator
C Pasien yang memerlukan LAMA
D Pasien yang memerlukan kortikosteroid inhalasi

Pasien Grup A, bronkodilator kerja jangka pendek (SAMA atau SABA) atau
panjang (LAMA) atau long-acting beta2 agonist [LABA]) direkomendasikan
berdasarkan efeknya terhadap sesak napas pasien.

29
Pasien Grup B, pedoman ini tidak merekomendasikan satu kelas bronkodilator
long-acting daripada yang lain untuk gejala awal; terapi awal dengan dua
bronkodilator jangka panjang dapat dipertimbangkan pada pasien yang mengalami
sesak napas parah pada monoterapi.

Pasien yang diklasifikasikan dalam Grup C, terapi awal harus terdiri dari
bronkodilator jangka panjang; LAMA lebih unggul jika dibandingkan LABA
mengenai eksaserbasi PPOK.

Pada Grup D, kombinasi LAMA / LABA dapat dipilih sebagai pengobatan


awal pada pasien yang mengalami gejala yang lebih parah, seperti dispnea yang
lebih besar dan / atau intoleransi olahraga. Pembaruan pedoman GOLD 2019
merekomendasikan kombinasi LABA / ICS untuk pengobatan awal pada pasien
dengan jumlah eosinofil lebih besar dari 300 sel / μL atau mereka yang memiliki
riwayat asma dan COPD. Pasien yang mengalami eksaserbasi saat menggunakan
LAMA / LABA dapat meningkat menjadi LABA / LAMA / ICS, termasuk inhaler
fluticasone furoate / umeclidinium / vilanterol (Trelegy Ellipta) sekali sehari.

PPOK Eksaserbasi dan Antibiotik.

Kondisi PPOK eksaserbasi yang dapat diakibatkan oleh bakteri inilah yang
menjadi penyebab banyak anggapan bahwa PPOK selalu memerlukan antibiotic
atau beberapa orang menganggap bahwa PPOK disebabkan oleh bakteri,hehe..

Pada PPOK eksaserbasi yang memerlukan antibiotic, panduan dari GOLD


sendiri saat ini merekomendasikan Makrolida sebagai lini pertamanya, selain juga
flouroquinolon seperti levofloxacin dan moxifloxacin.

Selain antibiotic, sebainya pasien juga selalu rutin menjalani vaksinasi Flu
untuk mencegah kekambuhan eksaserbasi PPOK.

30
Gambar 3.3. Tatalaksana PPOK menurut GOLD, 2019 berasarkan klasifikasi

Gambar 3.4 Tatalaksana PPOK menurut GOLD, 2019

31
I. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah :


a. Gagal napas
1) Gagal napas kronik
Hasil analisis gas darah Po2 < 60 mmHg dan Pco2 > 60 mmHg,
dan pH normal, penatalaksanaan :
 Jaga keseimbangan Po2 dan PCo2
 Bronkodilator adekuat
 Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau
waktu tidur
 Antioksidan
 Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing
2) Gagal napas akut pada gagal napas kronik
Gagal napas akut pada gagal napas kronik, ditandai oleh :
 Sesak napas dengan atau tanpa sianosis
 Sputum bertambah dan purulen
 Demam
 Kesadaran menurun
b. Infeksi berulang
Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan
menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi
infeksi berulang. Pada kondisi kronik ini imunitas menjadi lebih
rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limposit darah.
c. Kor pulmonal
Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 %, dapat
disertai gagal jantung kanan. (Di Pede C, 2012).

J. Prognosis

32
Untuk pasien COPD bergantung pada keparahan obstruksi aliran udara.
Pasien dengan FEV1 < 0,8 L mempunyai mortalitas tahunan ~25%. (Alsaggaf,
2004).
BAB IV
PENYELESAIAN MASALAH

A. Identifikasi Masalah
Permasalahan pada pasien ini adalah seorang pasien dengan diagnosis
PPOK belum terkontrol dengan baik. Pada pasien masih mengeluhkan berbagai
gejala, dan mengganggu aktifitas pasien.

B. Prioritas Masalah
Tabel 4.1 Prioritas Masalah
NO Prioritas Masalah Importance T R Jumlah
P S RI DU SB PB PC (IxTxR)
1 Biaya pengobatan 5 5 5 5 5 3 1 4 4 464
tidak ada

2 Rekan kerja yang 5 4 4 3 3 3 1 3 3 155


masih merokok

3 Kompor masih 5 2 3 4 3 3 1 2 3 82
menggunakan kayu
bakar

Sehingga prioritas masalah masalahnya adalah sebagai berikut:


1. Biaya pengobatan tidak ada
2. Rekan kerja yang masih merokok
3. Kompor masih menggunakan kayu bakar

33
C. Analisis penyebab masalah dengan diagram tulang ikan

Gambar 4.1 Krangka Konsep Masalah

D. Identifikasi Penyebab Masalah


1. Man power
- Pasien sudah tua dan sakit-sakitan sehingga tidak bekerja secara maksimal,
hal ini menyebabkan menurunnya pengahsilan pasien.
- Pasien memiliki riwayat sakit TB, ini merupaka faktor resiko PPOK,
karena jaringan paru yang rusak.
- Pasien memiliki riwayat perokok sejak kecil, sehingga jaringan paru sudah
rusak dengan perlahan.
2. Material
- Harga obat-obatan kurang terjangkau bagi pasien, sehingga pasien tidak
dapat membeli obat
3. Money
- Penghasilan pasien berkurang karena sakit jadi tidak efisien
- Penghasilan anak tidak mencukupi untuk baiya pengobatan
4. Method

34
- Pasien belum melakukan upaya menabung untuk alokasi kesehatan.
- Belum ada upaya pindah sebagai BPJS PBI
- Masih menggunakan metode pembayaran out of pocket
5. Measurenment
- Keluhan batuk dan sesak masih terus muncul dan mengganggu aktifitas
6. Lingkungan
- Rekan petani pasien masih merokok
- Kompor masih menggunakan kayu bakar
E. Alternatif pemecahan masalah
Prioritas Alternatif Pemecahan
No Penyebab Masalah
Masalah Masalah

1 Biaya 1. Pasien tidak cukup 1. pasien harus


pengobatan memiliki uang untuk mengontrol
tidak ada berobat penyakitnya agar
2. Pasien tidak memiliki bekerja efektif
jaminan kesehatan 2. pasien harus
3. pasien tidak menabung memiliki jaminan
untuk menyisihkan kesehtaan
uang untuk biaya 3. pasien harus mulai
kesehatan menabung untuk
4. anak-anak pasien tidak alokasi dana
memiliki cukup uang kesehatan
untuk membantu pasien 4. anak-anak harus di
5. pasien memiliki BPJS eduaksi agar
Mandiri yang menyisihkan uang
menunggak untuk biaya
pengobatan anaknya
5. pasien mnegajukan
pindah ke BPJS PBI
2 Rekan kerja 1. rekan kerja tidak 1. edukasi agar rekan
perokok teredukasi bahwa kerja berhenti
rokok menyebabkan merokok demi
perburukan kondisi teman dan dirinya
pasien

35
3 Kompor 1. kompor kayu bakar 1. edukasi agar
kayiu bakar menimbulkan asap berhenti
yang membuat menggunakan
irirtasi pada paru kompor kayu
bakar dan
mengganti dengan
kompor gas

F. Prioritas pemecahan masalah


Tabel 4.2 prioritas pemecahan masalah
NO Alternatif pemecahan masalah Efektivitas Efisiensi/C Jumlah
M I V MxIxV/C
1 Pasien mengajukan pindah ke BPJS 5 5 5 1 125
PBI
2 Paisen harus mulai menabung untuk biaya 4 5 4 1 80
Kesehtaan
3 Edukasi agar rekan kerja berhenti 5 5 4 2 50
merokok
4 Anak-anak mulai menabung untuk baiay 4 5 4 3 26
kesehatan pasien
Keterangan :

M : Magnitude V : Vulnerability
I : Importancy C : Cost

Jadi prioritas pemecahan masalah pada pasien adalah:


1. Pasien mengajukan pindah ke BPJS PBI
2. Paisen harus mulai menabung untuk biaya Kesehtaan
3. Edukasi agar rekan kerja berhenti merokok
4. Anak-anak mulai menabung untuk baiay kesehatan pasien

36
G. Kesimpulan
Permasalahan utama pada pasien ini adalah pasien memiliki penyakit
PPOK yang belum terkontrol. Penyebab permasalahannya yaitu biaya
pengobatan yang tidak ada, rekan kerja yang perokok katif, dan dapur rumah
masih menggunakan kayu bakar. Prioritas permaslahannya adalah tidak ada
biayanya untuk berobat. Penyelesaian masalah pada pasien adalah: Berupaya
mendaftar menjadi anggota BPJS PBI, Upaya menabung untuk alokasi dana
pengobatan, edukasi agar rekan kerja berhenti merokok, dan mengganti
kompor dengan kompor gas. Upaya-upaya tersebut bertujuan untuk mengontrol
penyakit PPOK pada pasien sehingga pasien tidak mengalami keluhan dan
menaikkan derajat hidup pasien.

37
DAFTAR PUSTAKA

Alsaggaf. (2004). Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Ilmu Penyakit Paru
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya : Airlangga
University
Buist AS, McBurnie MA, Vollmer WM.. (2007). International Variation in The
Prevalence of COPD (the BOLD Study) a population-based prevalence
study. Lancet
Departemen Kesehatan Republik Indonesia .(2008). Pedoman Pengendalian
Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Jakarta.
Dipede C. (2012). Chronic Obstructive Lung Disease and Occupational
Exposure. Curt Op in Allergy Clin Immuno. Hal 115-121
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. (2019). Global Strategy
For The Diagnosis Management And Prevention Of Chronic Obstructive
Pulmonary Disease. USA.
Katleen H, Dong Feng Gu. (2014). Risk Factors for COPD mortality in Chinese
Adult. AM Journal of Epidemiology.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesi.(2006). Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan PPOK di Indonesia. Jakarta : PDPI
Riyanto BS, Hisyam B. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4.
Obstruksi Saluran Pernafasan Akut. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
IPD FKUI, p. 984-5
Wan C, Tze P. (2011). COPD in Asia. Where east meets west, Chest. hal 517-27

38
LAMPIRAN

Tempat Bakar Sampah

Dapur Rumah Pasien

Samping Rumah Pasien

39

Anda mungkin juga menyukai