Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG MA’HAD IAIN SURAKARTA KABUPATEN


SUKOHARJO

“Pekerjaan Balok”

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan


Pendidikan Sarjana di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Diajukan oleh :

Andi Setiawan
NIM 1850100041

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA
SUKOHARJO 2021
YAYASAN PEMBINA PENDIDIKAN/PERGURUAN VETERAN SUKOHARJO
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO
Alamat: JL Letjend.Sujono Humardani No.1 Kampus Jombor Telp.(0271)5593156 – 188 sukoharjo 57521

LEMBAR KONSULTASI
TUGAS AKHIR
NAMA : Andi Setiawan
NIM : 1850100041
No. Tanggal Evaluasi Paraf
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Proyek


1.1.1 Tinjauan Umum
Pembangunan dalam dunia konstruksi merupakan fenomena yang saat
ini sering kita jumpai, baik itu pembangunan gedung bertingkat, jalan tol,
fly over, underpass, waduk, dan masih banyak sekali pembangunan-
pembangunan lain yang sering dijumpai. Kemajuan teknologi dibidang
konstruksi juga berkembang semakin pesat, hal ini dapat dilihat dari
berdirinya gedung-gedung bertingkat maupun jembatan bentuknya sangat
bervariasi. Hal ini menuntut kita untuk menambah dan memantapkan
pengetahuan dan kemampuan dalam ilmu pengetahuan yang kita miliki
sekarang. Pengetahuan teoritis yang ditunjang dengan pengetahuan
pelaksanaan suatu proyek secara nyata, akan membantu sekaligus
mendukung hasil kerja profesional dalam bidang teknik bangunan. Untuk
itu perlu adanya Kerja Praktek yang merupakan penerapan pengetahuan
teoritis di lapangan, sekaligus untuk memperoleh umpan balik berupa
tambahan dan koreksi terhadap pengetahuan teoritis yang didapatkan dari
hasil perkuliahan ataupun membandingkan apakah pelaksanaan di lapangan
akan selalu sama dengan teori yang diajarkan di kelas.

Kerja praktek yang tercantum sebagai salah satu kurikulum yang


harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Universitas Bangun Nusantara Sukoharjo, juga merupakan suatu
kesempatan untuk dapat menuangkan pengetahuan secara langsung di
lapangan, serta sebagai bekal nantinya jika terjun ke masyarakat atau pada
dunia industri khususnya pekerjaan konstruksi bangunan. Disamping itu,
mahasiswa diharapkan mampu menghayati dan mendalami proses kegiatan
pembangunan proyek dan mengenal komponenkomponen konstruksi serta
permasalahannya dalam rangka penerapan teori pada pelaksanaan praktik di
lapangan.
Tujuan utama dari Kerja Praktek adalah agar mahasiswa dapat
mengaplikasikan, mendalami serta menambah ilmu pengetahuan dalam
bidang teknik bangunan yang diharapkan mahasiswa nantinya dapat lebih
kreatif dan inovatif dalam menyikapi perkembangan dalam bidang jasa
konstruksi. Tujuanlain yang diharapkan dari Kerja Praktek adalah agar
mahasiswa dapat menganalisis dan menyelesaikan masalah yang timbul di
proyek.

Berdasarkan pertimbangan di atas, penulis melaksanakan Kerja


Praktek di PT. BHINNEKA CITRA PRIMA selaku kontraktor di lapangan
dalam pelaksanaa proyek.

Pembangunan gedung pendidikan mahad iain surakarta Jawa Tengah


Kabupaten Sukoharjo.

1.1.2 Latar Belakang Proyek

Semakin banyaknya jumlah mahasiswa di Institut Agama Islam


Negeri Surakarta, membuat pandangan pimpinan Institut untuk menambah
infrastruktur dan berbagai fasilitas bagi mahasiswa Institut Agama Islam
Negeri Surakarta. Institut yang terletak di Jalan Pandawa Kelurahan
Pucangan, Kecamatan Kartasura Kota Sukoharjo, Jawa Tengah ini juga
telah resmi berstatus menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas
Said Surakarta, meski terletak di Kabupaten Sukoharjo, akan tetapi awal
mula institusi ini dibangun letaknya berada di Kota Surakarta, karena
membeli tanah yang terletak di Kabupaten Sukoharjo, maka letak
institusinya pun dipindah akan tetapi nama institusinya masih sama dengan
awal didirikanya institusi tersebut.

Dengan status yang sudah resmi menjadi UIN, maka pihak institusi
pun berinisiatif untuk menyediakan infrastruktur tempat tinggal untuk
mahasiswa atau asrama mahasiswa, yang mana nama untuk asrama tersebut
adalah Ma’had yang berasal dari bahasa arab dan jika diartikan ke dalam
bahasa indonesia adalah pondok atau asrama.
Dengan adanya Ma’had tersebut, tentunya membantu mahasiswa
maupun mahasiswi yang berasal dari luar kota ataupun mahasiswa lokal
agar tidak kesusahan mencari tempat tinggal yang tidak jauh dari kampus,
supaya dalam menjalankan aktifitas mahasiswa di dalam kampus atau di
sekitar kampus tidak terlalu jauh dalam perjalannnya.

Ma’had juga dipenuhi dengan fasilitas yang dapat menunjang


mahasiswa ataupun mahasiswi untuk meningkatkan akademisi atau
keilmuannya dalam beragama, berpendidikan dll. Selain fasilitas yang dapat
menunjang keilmuan, Ma’had juga dipenuhi infrastruktur – infrastruktur
yang dapat membuat para mahasiswa maupun mahasiswi menjadi nyaman
untuk tinggal di Ma’had tersebut.

Dengan adanya Ma’had juga, dapat memberikan pengokohan


terhadap mahasiswa maupun mahasiswi agar dapat membatasi diri dalam
pergaulan bebas yang berada di dalam kampus ataupun luar kampus, supaya
tidak terjerumus dalam kehidupan yang melenceng dari ajaran agama islam
karena institusi ini berlandaskan agama islam.

1.1.3 Tujuan dan Manfaat


Mengingat bahwa pembangunan memerlukan tenaga profesional
dalam berbagai macam keahlian, maka perguruan tinggi dituntut agar dapat
menghasilkan Sarjana Teknik yang berkualitas dan siap bekerja di lapangan.
Pada giliran selanjutnya, diharapkan dapat menjadi sumber daya manusia
yang potensial bagi pembangunan.

Dalam rangka menghasilkan Sarjana Teknik yang berkualitas dan


siap bekerja dilapangan yang dapat menerapkan teori pada praktek
pelaksanaan dilapangan maka Universitas Veteran Bangun Nusantara
Sukoharjo mengambil kebijaksanaan menjadikan mata kuliah Kerja Praktek
sebagai syarat pengambilan tugas akhir dan sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Teknik.

Adapun tujuan dari kerja praktek adalah :


Memenuhi salah satu syarat mencapai kelulusan pada Progdi Teknik
Sipil Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.
1. Memantapkan dan mengasah keterampilan yang selama ini hanya diperoleh
dari bangku perkuliahan.
2. Mengetahui cara kerja secara langsung unsur-unsur yang terkait dalam
lapangan.
3. Melengkapi dan membandingkan antara teori dengan praktek dilapangan.

Manfaat dari kerja praktek lapangan yaitu :

1. Dapat menerapkan ilmu yang didapat selama di bangku kuliah kedalam


dunia kerja yang sesungguhnya.
2. Dapat memperluas wawasan teori melalui terjun langsung ke dalam dunia
kerja.
3. Dapat membandingkan perolehan teori di bangku perkuliahan dengan
praktek kerja yang sesungguhnya.
4. Mampu berinteraksi dengan dunia kerja yang sesungguhnya, yang
kondisinya berbeda dengan lingkungan kampus.
5. Sebagai sarana penelitian dan pengembangan, terutama yang berkaitan
dengan tugasnya sebagai lembaga pendidikan.

1.1.4 Lokasi Proyek


Pembangunan gedung pendidikan mahad iain surakarta berlokasi
di desa pucangsawit, kecamatan kartasura , kabupaten Sukoharjo, Jawa
Tengah 57511. Adapun lokasi proyek terlihat pada peta
Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek Gedung Mahad IAIN
Surakarta

Gambar 1.2 Denah Proyek

Sumber Dana Dan Jangka Waktu

NAMA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PENDIDIKAN


MAHAD IAIN SURAKARTA

LOKASI PROYEK KABUPATEN SUKOHARJO


PEMBERI TUGAS KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK
INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI INDONESIA

KONSULTAN
PT. ASRI GRANADA MUDA
PERENCANAAN

KONTRAKTOR PT. BHINNEKA CITRA PRIMA

LINGKUP PEKERJAAN 1. Pekerjaan Struktur Gedung

2. Pekerjaan Arsitektur Gedung

3. Pekerjaan Lanscape
BOBOT PEKERJAAN 1. Pendidikan Ma’had IAIN Surakarta

NILAI KONTRAK Rp 13.322.000.152,00

WAKTU PELAKSANAAN 150 Hari (28 Juli 2021 s/d 24 Desember 2021)

WAKTU PEMELIHARAAN 180ri

1.2 Data Teknis Proyek


1.2.1 Jenis Struktur
Jenis struktur yang digunakan dalam proyek pembangunan gedung
pendidikan mahad iain Surakarta adalah jenis struktur beton dan struktur
baja. Dimana struktur beton terdapat dalam pengerjaan pondasi, kolom,
balok. Struktur baja terdapat dalam pengerjaan atap. Dimana akan
dijelaskan lebih lengkap pada bab III mengenai metode pelaksanaan kerja.
BAB II

MANAJEMEN PROYEK

2.1 Definisi Manajemen Proyek

Manajemen proyek merupakan penerapan fungsi-fungsi manajemen


(perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian) secara sistematis pada suatu
proyek dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan
efisien, agar tercapai tujuan proyek secara optimal.

Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mencapai


suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang
terbatas. Usaha tersebut dibatasi oleh tiga variabel proyek, yaitu waktu
(time), mutu (quality), dan harga (cost). Kegiatan ini dapat menghasilkan
suatu output, baik software (desain), maupun hardware (pelaksanaan fisik).

Unsur-unsur yang dikelola dalam sebuah proyek, yaitu:

- money (uang dan material)

- man (tenaga kerja, tenaga ahli)

- machine (alat-alat untuk melaksanakan proyek)

- method (mekanisme dan prinsip kerja dalam menjalankan suatu


proyek)

(Tim Penulis Dosen Perguruan Tinggi Swasta – Jakarta, 1998, Manajemen


Konstruksi, Universitas Tamuranegara, Jakarta)

Sebuah proyek diawali oleh adanya gagasan dan ide dari pihak
pengguna jasa (owner) yang kemudian dituangkan ke dalam pekerjaan
perencanaan dan direalisasikan menjadi suatu wujud fisik tiga dimensional.
Manajemen proyek yang diuraikan dalam bab ini adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan pengaturan pekerjaan, administrasi dalam rangka
mewujudkan suatu proses kegiatan yang optimal.

Suatu proyek biasanya ditandai oleh suatu hal yang kompleks dan
banyak sekali mengandung resiko dan permasalahan serta ketidakpastian
yang terlihat dalam pelaksanaannya. Semakin besar suatu proyek maka
semakin besar pula resiko dan tingkat ketidakpastiannya. Untuk mencapai
hasil maksimal sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, diperlukan
suatu sistem kerja terpadu.

Disiplin kerja dan adanya pembagian tanggung jawab yang jelas atau
dengan kata lain diperlukan adanya manajemen proyek yang tepat dan baik.

Manajemen pengelolaan setiap proyek rekayasa sipil meliputi delapan


fungsi dasar manajemen, yaitu : penetapan tujuan (goal setting),
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengisian staf
(staffing), pengarahan (directing), pengawasan (supervising), pengendalian
(controlling), koordinasi (coordinating).

1. Penetapan Tujuan (Goal Setting)

Tahap yang harus ditentukan terlebih dahulu adalah menetapkan


tujuan utama yang akan dicapai, dengan memperhatikan :

a. Tujuan yang ditetapkan harus realistis, artinya bahwa tujuan tersebut


memungkinkan untuk dicapai;

b. Tujuan yang ditetapkan harus spesifik, artinya tujuan jelas;

c. Tujuan yang ditetapkan harus terukur, artinya tujuan tersebut


memiliki ukuran keberhasilan;

d. Tujuan yang ditetapkan harus terbatas waktu, artinya untuk mencapai


tujuan, ada durasi pencapaiannya.

2. Perencanaan (Planning)

Tahap yang harus ditentukan selanjutnya adalah perencanaan yang


akan dicapai, dengan memperhatikan :

a. Perencanaan berarti menetapkan tujuan berdasarkan perkiraan apa


yang akan terjadi dalam waktu yang akan datang (forecasting),
dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya penambahan
dan masalah pada waktu tersebut.
b. Perencanaan dapat berupa rencana jangka pendek dan jangka
panjang.

c. Perencanaan adalah suatu pemilihan berdasarkan kenyataan dan


perkiraan yang berkaitan dengan waktu yang akan datang dalam
usaha merumuskan kegiatan untuk mencapai hasil yang
direncanakan.

3. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah penentuan, pengelompokan dan


pengaturan berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian suatu tujuan,
meliputi penugasan orang dalam kegiatan serta menunjukkan hubungan
kewenangan yang dilimpahkan kepada setiap orang yang ditugaskan untuk
melaksanakan kegiatan tersebut, yang dituangkan dalam bentuk struktur
formal.

4. Pengisian Staf (Staffing)

Tahap ini merupakan tahap awal dalam perencanaan personil yang


akan ditunjuk sebagai pengelola proyek. Sukses tidaknya proyek sangat
ditentukan oleh kecermatan dan ketepatan dalam memposisikan seseorang
pada keahliannya. Ketepatan personel pada posisinya bukan berarti
menjamin suksesnya sebuah proyek, karena harus diperkirakan
pertimbangan dahulu ketepatan waktu dari personel untuk menduduki
jabatan sesuai dengan keahliannya.

Definisi dari pengisian staf adalah pengerahan, penempatan,


pelatihan, dan pengembangan tenaga kerja dengan tujuan dihasilkan kondisi
personel yang tepat (right people), dan waktu yang tepat (right time).

5. Pengarahan (Directing)

Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap sebelumnya. Jika tahap
penempatan staf sudah tepat dilakukan, tim harus diberi pengarahan atau
penjelasan tentang lingkup pekerjaan serta kapan pekerjaan itu harus
dimulai dan harus diselesaikan. Tugas utama kepala proyek adalah
memberikan perintah kepada stafnya untuk melakukan kegiatan tertentu
yang dapat dilakukan dalamwaktu berurutan atau bersamaan.Tahap
pengarahan dapat didefenisikan sebagai kegiatan mobilisasi sumber daya
yang dimiliki agar dapat bergerak secara satu kesatuan sesuai rencana yang
telah dibuat, termasuk didalamnya melakukan motivasi dan koordinasi
terhadap seluruh staf.

6. Pengawasan (Supervising)

Pengawasan dapat didefenisikan sebagai interaksi langsung antara


individu dalam organisasi untuk mencapai kinerja dalam tujuan organisasi.
Proses ini berlangsung secara terus-menerus dari waktu ke waktu guna
mendapatkan keyakinan bahwa pelaksanaan kegiatan sesuai prosedur yang
ditetapkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Dalam kenyataannya, kegiatan ini dilakukan oleh pihak pelaksana


konstruksi dan pihak pemilik proyek. Pengawasan dilakukan oleh pelaksana
konstruksi bertujuan mendapatkan hasil yang telah ditetapkan oleh pemilik
proyek. Sedangkan pengawasan oleh pemilik bertujuan untuk memperoleh
keyakinan bahwa apa yang akan diterimanya sesuai dengan apa yang
dikehendaki. Parameter hasil pelaksanaan kegiatan dituangkan dalam
spesifikasi.

7. Pengendalian (Controlling)

Pengendalian adalah proses penetapan apa yang telah dicapai,


evaluasi kinerja dan langkah perbaikan bila diperlukan. Proses ini dapat
dilakukan jika sebelumnya telah ada kegiatan perencanaan, karena esensi
pengendalian adalah membandingkan apa yang seharusnya terjadi dengan
apa yang telah terjadi.

Pemantauan kegiatan yang telah terjadi di lapangan harus dilakukan


dari waktu ke waktu. Selanjutnya dilakukan pembandingan antara apa yang
seharusnya terjadi dengan apa yang telah terjadi. Jika realisasi prestasi
kegiatan melebihi dari prestasi rencana, maka dapat dikatakan bahwa
proyek dalam keadaan lebih cepat. Akan tetapi, apabila terjadi hal
sebaliknya, maka dapat dikatakan bahwa proyek terlambat. Pengelola
proyek konstruksi tentu mengharapkan proyek selesai lebih cepat.

8. Koordinasi (Coordinating)

Pemantauan prestasi kegiatan pengendalian akan digunakan sebagai


bahan untuk melakukan langkah perbaikan, baik proyek dalam keadaan
terlambat atau lebih cepat.Semua permasalahan dalam proyek harus
diselesaikan bersama antara pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi
sehingga diperlukan agenda acara yang mempertemukan semua unsur.
Kegiatan ini dinamakan langkah koordinasi.

Koordinasi dilakukan pada waktu tertentu, umumnya satu minggu


sekali. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan lebih
sering (tergantung dari kepentingan). Koordinasi dapat dilakukan secara
internal maupun eksternal. Koordinasi internal dilakukan untuk
mengevaluasi diri terhadap kinerja yang telah dilakukan, terutama kinerja
staf dalam organisasi itu sendiri, sedangkan koordinasi eksternal adalah
proses evaluasi kinerja pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi
(kontraktor, konsultan dan pemilik proyek).

Koordinasi eksternal umumnya digunakan untuk menyelesaikan


masalah-masalah yang timbul selama proses konstruksi terjadi, hal ini
sangat penting karena kelancaran pelaksanaan kegiatan sangat tergantung
dari pemilik proyek terutama dalam pengambilan keputusan yang sifatnya
mendesak.

2.2 Organisasi Proyek

Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan segala


ketentuan yang ditetapkan dan tepat pada waktunya, maka dibentuklah
badan-badan hukum dan susunan struktur organisasi.

2.2.1 Unsur Pelaksanaan Proyek

Unsur pelaksanaan proyek merupakan faktor utama dalam


merealisasikan kegiatan-kegiatan pembangunan yang ada di suatu proyek.
Orang/badan yang membiayai, merencanakan dan melaksanakan bangunan
tersebut disebut unsurunsur pelaksanaan proyek konstruksi (Ervianto,
2005).

Unsur-unsur pelaksana pembangunan yang terlibat dalam kegiatan


pembangunan yaitu: owner, konsultan perencana (struktur dan arsitek),
kontraktor/pemborong, dan konsultan pengawas.

Keberhasilan dalam usaha pembangunan proyek tergantung dari kerja


sama yang diciptakan oleh ketiga unsur pelaksana pembangunan, yakni
pengaturan masing-masing unsur serta pengaturan kerja yang tertib dan
teratur dalam menciptakan kesatuan fungsional dan tindakan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Disamping itu keempat unsur tersebut
harus bekerja sesuai dengan hukum dan peraturan dalam surat perjanjian
pemborong atau dokumen kontrak yang telah disepakati dan ditandatangani
bersama.

Pelaksanaan suatu proyek pembangunan yang dimulai dari proses


perancangan, perencanaan, pelaksanaan pembangunan fisik sampai
pemanfaatan dan perawatannya adalah proses tahapan yang harus dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan.
Dalam proses ini bermacam-macam unsur pendukung saling
berkaitan satu sama lain, dimana setiap unsur tidak dapat berdiri dan
berjalan sendiri-sendiri, akan tetapi tetap akan saling terkait dalam
melaksanakan tugasnya. Setiap unsur mempunyai tugas dan tanggung jawab
masing-masing. Untuk mengatur setiap unsur diterapkan sistem manajemen
yang merupakan alat bantu untuk menjamin terlaksananya proyek dengan
baik.

Adapun unsur-unsur pengelola dalam proyek Pembangunan gedung


pendidikan mahad IAIN Surakarta

1) Pemilik Proyek : IAIN SURAKARTA

2) Konsultan Pengawas : CV. KINTAN MAHARDHIKA

3) Konsultan Perencana : PT ARSI GRANADA MUDA


4) Kontraktor : PT. BHINNEKA CITRA PRIMA

1. Pemilik Proyek (Owner)

Pemilik proyek atau pemberi tugas adalah orang atau badan yang
memiliki proyek dan memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan
yang membayar biaya pekerjaan tersebut (Ervianto, 2005). Pemberi tugas
dalam surat perjanjian pemborongan adalah sebagai pihak pertama dan
dapat mengambil keputusan sepihak untuk mengambil alih pekerjaan yang
dilakukan, dengan cara menulis surat kepada kontraktor apabila terjadi
halhal diluar kontrak yang ditetapkan dalam undang-undang didalam Surat
Perjanjian Kerja (SPK). Pemberi tugas juga berwenang untuk
memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada kontraktor. Menurut
Ervianto (2005) tugas dan wewenang pemilik proyek adalah:

a. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).


b. Meminta laporan secara perodik mengenai pelaksanaan pekerjaan
yang telah dilakukan oleh penyedia jasa.
c. Memberikan fasilitas baik sarana dan prasarana yang dibutuhkan
oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
d. Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
e. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia
jasa sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah
bangunan.
f. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan
dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk
bertindak atas nama pemilik.
g. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).
h. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai
dilaksanakan oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa
yang dikehendaki.
i. Memberikan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing
kontraktor.
j. Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara
memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor jika telah terjadi
halhal di luar kontrak yang ditetapkan.

2. Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas adalah pihak yang diminta owner (pemilik


proyek) untuk mengawasi pelaksanaan proyek, konsultan ini dapat berupa
badan usaha ataupun perorangan dan biasanya di dalam konsultan ini harus
memiliki beberapa orang ahli di bidang Arsitektur, Teknik Sipil, Mekanikal
Elektrikal, Listrik dan lain-lain sehingga pelaksanaan proyek dapat berjalan
dengan baik dan dapat selesai dengan cepat.

Tugas konsultan ini antara lain :

a. Mengatur administrasi dalam kontrak kerja

b. Melakukan pengawasan selama proyek berjalan

c. Melampirkan/membuat laporan pekerjaan yang akan dilihat oleh

Owner

d. Saling berkonsultasi tentang pekerjaan pada proyek dengan Owner


maupun Kontraktor
e. Mengoreksi maupun menyetujui hasil gambar yang diberikan
kontraktor untuk pelaksanaan proyek.
3. Konsultan Perencana

Konsultan perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas


untuk melaksanakan pekerjaan perencanaan, perencana dapat berupa
perorangan atau badan usaha baik swasta maupun pemerintah.

Tugas konsultan perencana ini antara lain :

a. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan


pemilik bangunan.

b. Membuat gambar kerja pelaksanaan


c. Membuat rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan bangunan
(RKS) sebagai pedoman pelaksanaan

d. Membuat rencana anggaran biaya bangunan

e. Memproyeksikan keinginan-keinginan atau ide pemilik ke dalam


desain bangunan

f. Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan


pelaksanaan pekerjaan dilapangan yang tidak memungkinkan
desain terwujud di wujudkan

g. Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika


terjadi kegagalan, kemudian proses pelaksanaan diserahkan ke
pengawas

h. Mempertahankan desain dalam hal adanya pihak-pihak pelaksana


bangunan yang melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan
rencana.

i. Menentukan warna dan jenis material yang akan digunakan


dalam pelaksanaan pembangunan.

4. Pelaksana (Contractor)

Pelaksana kontraktor adalah badan hukum atau perorangan yang


ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan keahliannya
atau dalam definisi lain menyebutkan bahwa pihak yang penawarannya
telah diterima dan telah diberi surat penunjukan serta telah menandatangani
surat perjanjian pemborongan kerja dengan pemberi tugas sehubungan
dengan pekerjaan proyek. Pemilik proyek (owner) memberikan
kepercayaan secara langsung kepada kontraktor pelaksana untuk
melaksanakan pekerjaan konstruksi. Peraturan dan persetujuan tentang hak
dan kewajiban masing– masing pihak diatur dalam dokumen kontrak.
Kontraktor bertanggung jawab secara langsung pada pemilik proyek
(owner) dan dalam melaksanakan pekerjaannya diawasi oleh tim pengawas
dari owner serta dapat berkonsultasi secara langsung dengan tim pengawas
terhadap Masalah yang terjadi dalam pelaksanaan. Perubahan desain harus
segera dikonsultasikan sebelum pekerjaan dilaksanakan.

Kontraktor sebagai pelaksana proyek tentunya mempunyai tugas dan


tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya, antara lain adalah sebagai
berikut :

a. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan dan


spesifikasi yang telah direncanakan dan ditetapkan di dalam kontrak
perjanjian pemborongan.
b. Memberikan laporan kemajuan proyek (progress) yang meliputi
laporan harian, mingguan, serta bulanan kepada pemilik proyek yang
memuat antara lain :

1) Pelaksanaan pekerjaan

2) Prestasi kerja yang dicapai

3) Jumlah tenaga kerja yang digunakan

4) Jumlah bahan yang masuk

5) Keadaan cuaca

c. Menyediakan tenaga kerja, bahan material, tempat kerja, peralatan


dan alat pendukung lain yang digunakan mengacu dari spesifikasi dan
gambar yang telah ditentukan dengan memperhatikan waktu, biaya,
kualitas, dan keamanan perkerjaan.
d. Bertanggung jawab sepenuhnya atas kegiatan konstruksi dan
metode pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
e. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal (time schedule) yang
telah disepakati.
f. Melindungi semua perlengkapan, bahan dan pekerjaan terhadap
kehilangan dan kerusakan sampai pada penyerahan pekerjaan.
g. Memelihara dan memperbaiki dengan biaya sendiri terhadap
kerusakan jalan yang diakibatkan oleh kendaraan proyek yang
mengangkut peralatan dan material ke tempat pekerjaan.
h. Kontraktor mempunyai hak untuk meminta kepada pemilik proyek
sehubungan dengan pengunduran waktu penyelesaian pembangunan
dengan memberikan alasan yang logis dan sesuai dengan kenyataan di
lapangan yang memerlukan tambahan waktu.
i. Mengganti semua ganti rugi yang diakibatkan oleh kecelakaan
sewaktu pelaksanaan pekerjaan, serta wajib menyediakan perlengkapan
pertolongan pertama pada kecelakaan.

STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANA PROYEK PEMBANGUNAN


GEDUNG PENDIDIKAN MAHAD IAIN SURAKARTA
(KAB.SUKOHARJO)

Gambar 2.1 Struktur organisasi pelaksanaa proyek pembangunan gedung


pendidikan mahad iain Surakarta (kab.sukoharjo)

2.3 Hubungan Kerja antar Unsur Pelaksana

Penerapan prinsip organisasi dalam suatu proyek sangat


berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan proyek tersebut. Agar
penerapan prinsip organisasi dapat berhasil maka perlu adanya batasan atau
pemisahan yang jelas antara tugas dan wewenang kewajiban serta
tanggungjawab dari setiap unsur yang terlibat. Selain itu struktur organisasi
juga sangat menentukan terlaksananya semua kegiatan proyek secara tertib
dan lancar. Hal–hal yang dapat menunjang terlaksananya fungsi organisasi
antara lain sebagai berikut:

1. Saling pengertian dan kerja sama semua pihak demi terlaksananya


pembangunan.

2. Peraturan pelaksanaan dan prosedurnya harus terkendali, sehingga


dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara tepat.

3. Prosedur pelaksanaan sedapat mungkin diterapkan sebagaimana


mestinya, sehingga sasaran hasil fisik dapat berhasil.

Organisasi proyek sebagai perangkat menyajikan startifikasi berupa


pemberian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang menjadikan sesuatu
menjadi saling terkait satu sama lainnya dalam upaya menciptakan
kerjasama secara menyeluruh. Secara garis besar hubungan kerja antar
unsur proyek adalah sebagai berikut :

1. Hubungan Kerja antar Pemilik Proyek dengan Konsultan Hubungan


kerja ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Ikatan berupa kontrak kerja


b. Pengawas melaporkan kemajuan pelaksanaan pekerjaan kepada
pemilik proyek
c. Pemilik proyek memberikan wewenang kepada konsultan
pengawas untuk mengawasi secara langsung pekerjaan di
lapangan.

2. Hubungan Kerja antar Pemilik Proyek dengan Kontraktor


Hubungan kerja tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Ikatan berupa kontrak


b. Kontraktor melaksanakan pekerjaan dan menyerahkan hasil
pekerjaan kepada pemilik proyek.
c. Pemilik proyek memberikan biaya pelaksanaan pekerjaan kepada
kontraktor.
3. Hubungan Kerja antar Konsultan dan Kontraktor Hubungan kerja
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Ikatan berupa aturan pelaksanaan
b. Konsultan berhak menuntut pelaksanaan proyek sesuai
persyaratan kepada kontraktor dan menyampaikan perubahan
yang telah disetujui.
c. Kontraktor menyampaikan perubahan rencana kerja yang tidak
dapat dilaksanakan di lapangan.

2.4 Perjanjian Kerja

Perjanjian kerja adalah suatu kesepakatan yang mengikat yang telah


disetujui dan harus ditaati serta dipatuhi oleh pelaksana kontraktor dan
konsultan proyek agar proyek dapat berjalan dengan baik. Perjanjian kerja
terlebih dahulu dilakukan sebelum adanya kegiatan proyek. Dalam
perjanjian kerja menyebutkan bahwa pihak satu menyetujui untuk
melaksanakan pekerjaan dari pihak yang lain dengan persyaratan tertentu.
Perjanjian kerja dibuat dalam bentuk tertulis karena selain berguna sebagai
bukti juga mengandung resiko berbahaya yang menyangkut keselamatan
umum.

2.5 Proses Pelelangan

Pelelangan diselenggarakan oleh pemilik proyek dengan tujuan


mendapatkan pekerjaan yang memiliki mutu bagus dan menggunakan biaya
yang seminimal mungkin. Suatu pelelangan dapat terjadi karena adanya
penawaran dari pemilik proyek. Pelelangan tersebut dilakukan setelah
adanya kesepakatan bersama dengan konsultan perencana dan kemudian
dilaksanakan oleh panitia pelelangan. Disini PT. BNINNEKA CITRA
PRIMA melakuka proses pelelangan sesuai dengan peraturan yang
diselenggarakan. Dan PT. BNINNEKA CITRA PRIMA di nyatakan
sebagai pemenang lelang.

2.6 Rencana Kerja dan Syarat

Rencana kerja (time schedule) adalah pembagian waktu secara rinci


yang disediakan untuk setiap bagian pekerjaan mulai dari bagian pekerjaan
permulaan sampai dengan bagian–bagian pekerjaan akhir. Time schedule
yang dibuat harus mendapat persetujuan dari konsultan pengawas pelaksana
pekerjaan. Dengan adanya time schedule maka pelaksanaan pekerjaan akan
mempermudah dalam menentukan pekerjaan yang harus dikerjakan terlebih
dahulu, kapan pekerjaan itu dimulai dan berapa lama pekerjaan itu selesai
sehingga time schedule keterlambatan dan kemajuan pekerjaan dapat
diketahui lebih awal.
Pada proyek ini PT. BHINNEKA CITRA PRIMA membuat
time schedule untuk setiap bagian pekerjaan karena terdapat
pembatasan waktu yang ditentukan oleh pemilik proyek.

Gambar 2.2 Time Schedule


BAB III
METODE PELAKSANAAN KERJA

3.1 Gambaran Umum


Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek
memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran
pengerjaannya. Penyedia (supplier) bahan bangunan sebaiknya mudah
ditempuh dari lokasi proyek sehingga akan menghemat waktu dan biaya
pengakutan. Selain itu ketersediaan bahan bangunan (stocking material)
harus selalu dikontrol untuk menghindari keterlambatan pelaksanaan
pekerjaan akibat keterlambatan pengadaan bahan bangunan.

Alat kerja berperan penting dalam menunjang keberhasilan suatu


proyek. Alat kerja membantu melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang sulit
untuk dikerjakan dengan tenaga manusia. Penggunaan alat kerja dapat
mempercepat waktu pekerjaan. Oleh karena itu, perawatan dan
pemeliharaan alat kerja harus diperhatikan agar kerusakan alat dapat
dihindari.

Disamping peralatan dan bahan yang digunakan dalam


pembangunan, proses pelaksanaan pekerjaan juga menjadi kunci
keberhasilan proyek, dimana setiap item pekerjaan harus sesuai dengan
perencanaan proyek agar meminimalisir terjadinya kesalahan pengerjaan.
Di dalam proses pelaksanaan pekerjaan haruslah sesuai dengan gambar
kerja agar keselamatan dan keberhasilan dapat terpenuhi.

3.2 Peralatan yang Digunakan


Peralatan merupakan prasarana yang amat penting peranannya dalam
menunjukkan pelaksanaan pekerjaan. Ada beberapa faktor yang digunakan
untuk menentukan penggunaan peralatan antara lain :

1. Besarnya volume pekerjaan,

2. Kapasitas produksi alat,


3. Keadaan dan jenis peralatan,

4. Kemampuan finansial,

5. Waktu pelaksanaan yang telah ditentukan,

6. Ketrampilan operator.

Peralatan-peralatan yang digunakan dalam proyek pembangunan


gedung pendidikan mahad IAIN Surakarta adalah :

1. Excavator

Excavator adalah pada umumnya menggunakan tenaga diesel engine


dan full hydraulic system. Excaving operation paling efisien adalah
menggunakan metode heel and toe (ujung dan pangkal), mulai dari atas
permukaan sampai ke bagian bawah. Bagian atas dapat berputar 360 derajat.
Dalam konfigurasi back hoe, ukuran boom lebih panjang sehingga
jangkauan lebih jauh, tetapi bucket lebih kecil. Ini bukan berarti
produksinya lebih rendah, karena putaran swingnya lebih kecil yang berarti
cycle timenya lebih pendek (lebih cepat). Pada konfigurasi yang lain adalah
loading shovel, biasanya boom lebih pendek, tetapi bucket lebih besar.

Gambar 3.1 Excavator

2. Dump Truck

Truck adalah alat angkut yang berfungsi untuk membawa material


proyek, baik agregat kasar maupun agregat halus dan juga tanah galian.
Semakin jauh jarak angkut dari lokasi proyek, maka semakin banyak pula
dump truck yang harus digunakan.

Gambar 3.2 Dump Truck


3. Concrete Mixer Truck

Concrete mixer truck adalah kendaraan truk khusus yang dilengkapi


dengan concrete mixer yang fungsinya mengaduk/mencampur campuran
beton ready mix. Concrete mixer truck digunakan untuk mengangkut
adukan beton ready mix dari tempat pencampuran beton ke lokasi proyek.

Proses pengiriman beton ready mix ini diatur dengan memperhatikan


jarak, kondisi lalu lintas, cuaca, dan suhu, karena hal–hal tersebut dapat
mempengaruhi waktu dalam pelaksanaan pekerjaan pengecoran.

Gambar 3.3 Concrete Mixer Truck

4. Concrete Pump Truck

Concrete pump truck adalah truk yang dilengkapi dengan pompa


dengan lengan (boom) untuk memompa campuran beton ready mix ke
tempattempat sulit dijangkau. Untuk pengecoran lantai yang lebih tinggi
dari panjang lengan concrete pump truck dapat dilakukan dengan cara
disambung dengan pipa secara vertikal sehingga mencapai ketinggian yang
diinginkan pipa dan lengan ini dapat dipasang kombinasi vertikal dan
horisontal atau miring. Resiko segregasi sangat kecil dan merupakan cara
yang paling cepat dibandingkan dengan pembawaan material beton dengan
cara lainnya. Dalam penggunaan alat ini perlu diperhatikan nilai slump dari
campuran beton yang akan dipompa. Sebab jika nilai slump terlalu kecil
maka kerja pompa akan menjadi berat. Slump adalah pengujian untuk
mengetahui kadar air beton/kecelakaan beton dengan menggunakan kerucut
Abrams.

Gambar 3.4 Concrete Pump Truck


5. Alat Ukur

Total station adalah alat ukur sudut dan jarak yang terintegrasi
dalam satu unit alat. Total station juga sudah dilengkapi dengan processor
sehingga bisa menghitung jarak datar, koordinat, dan beda tinggi secara
langsung dan juga alat ini mampu melakukan beberapa hitungan (misal :
jarak datar, beda tinggi dan lain-lain) di dalam alat. Ketelitian dan
kecepatan ukur sudut dan jarak jauh lebih baik dari theodolith manual dan
meteran, terutama untuk pemetaan situasi.
Gambar 3.5 Total Station (TS)

6. Scaffolding

Scaffolding adalah alat yang terbuat dari besi berbentuk rangka. Alat
ini berfungsi untuk menyangga bekisting pada saat pengecoran plat lantai,
balok, dan tangga. Scaffolding dilengkapi dengan u-head jack yang dapat
diatur ketinggiannya. Bagian lainnya disebut joint pin untuk menyambung
dan jack base sebagai dasar pijakan dari main frame, cross frame sebagai
skoor penyangga scaffolding.

Adapun bagian-bagian scaffolding yang digunakan pada proyek ini,


yaitu :

a. Main Frame, sebagai tiang utama (badan) scaffolding.

Gambar 3.6 Main Frame


b. U-head

Gambar 3.7 U-head

c. Cross Brace, sebagai pengaku main frame agar berdiri kokoh.

Gambar 3.8 Cross Brace


7. Mesin molen beton

Mesin molen beton adalah sebuah mesin dengan fungsi untuk


melakukan pencampuran adonan beton yang terdiri atas semen, pasir, krikil.
Penggunaan mesin ini sangat dibutuhkan sekali terutama untuk mencampur
bahan beton.

Gambar 3.9 Mesin molen beton


8. Vibrator

Untuk mendapatkan kepadatan beton yang baik dan mencegah


timbulnya rongga-rongga dalam adukan beton karena gradasi agregat
kurang baik, khususnya pada tempat-tempat yang tulangnya rapat sehingga
krikil sulit untuk menempati ruangan disela-sela tulangan maka diatasi
dengan mengunakan vibrator. Vibrator merupakan alat yang mengubah
tenaga gerak motor menjadi tenaga getar. Oleh adanya pengetaran tersebut
maka sarang kerikil dan rongga kosong yang menyebabkan keroposnya
beton dapat dicegah. Dengan demikian dapat dihasilkan beton yang padat,
tidak berongga dan tidak keropos.

Gambar 3.10 Vibrator


9. Bar Cutter
Bar Cutter yaitu alat pemotong baja yang digerakan dengan mesin.

Gambar 3.11 Bar Cutter


10. Stamper
Stamper atau alat pemadat tanah yang digunakan untuk memadatkan
tanah urug yang diatasnya akan dibuat bangunan. Pemadatan berfungsi
untuk meningkatkan volume dan kekuatan tanah, sehingga daya dukung
tanah dapat bertambah. Alat pemadatan yang dioperasikan dengan tangan
sangat efektif dalam pemadatan tanah apabila ruang gerak yang tersedia
sangat terbatas.

Gambar 3.12 Stamper


11. Alat Bantu Lain

Disamping alat–alat berat yang telah diuraikan diatas, terdapat alat


bantu yang dapat digunakan untuk membantu kelancaran pekerjaan proyek,
misalnya skop, cangkul, ember, dan lain–lain. Alat–alat tersebut digunakan
untuk memisahkan material yang berskala kecil atau sekedar untuk
merapikan material yang tumpah maupun berserakan.

3.3 Bahan yang digunakan

Bahan yang dipergunakan dalam pembangunan gedung pendidikan


mahad IAIN Surakarta adalah Kabupaten Sukoharjo ini harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Umum

Semua bahan-bahan bangunan yang digunakan untuk pekerjaan


pengecoran harus memenuhi ketentuan-ketentuan peraturan bangunan yang
berlaku atau sesuai dengan petunjuk direksi.

2. Semen/Portland Cement

Semen/PC yang digunakan harus sesuai dengan Standar Nasional


Indonesia dan mendapat persetujuan direksi yaitu PC jenis/tipe 1.

Kontraktor harus menyampaikan jenis semen, nama pabrik, tanggal


produksi, data–data uji dalam setiap kelompok pengiriman (bila diperlukan)
untuk mendapat persetujuan dari Direksi. Cara penyimpanan semen harus
dekat dengan lokasi pekerjaan dan dapat menampung dalam jumlah yang
cukup sehingga memungkinkan pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami
keterlambatan dan lancar.

Kontraktor harus menyediakan buku catatan mengenai tanggal


pengiriman, jumlahnya serta tanggal penggunaan sehingga setiap saat
direksi dapat mengetahui berapa jumlah semen yang telah didatangkan dan
berapa jumlah semen yang telah digunakan.

Penyimpanan semen dalam gudang harus dibatasi sampai 3 bulan atau


sesuai petunjuk direksi.

Gambar 3.13 Semen


3. Pasir
Pasir yang digunakan untuk spesi pasangan batu maupun pasangan
beton harus mempunyai kekerasan cukup, tahan lama, bebas dari mineral–
mineral atau tidak boleh mengandung zat–zat yang melemahkan kualitas
beton atau pasangan batu dan harus mendapatkan persetujuan Direksi.
Kebersihan dan gradasi pasir harus memenuhi peraturan bangunan yang
berlaku dengan kandungan lumpur maksimum yang diperbolehkan tidak
lebih dari 5%.

Kontraktor harus mengangkut, membongkar, menyimpan sedemikian


rupa sehingga pasir tetap terjaga kualitasnya saat digunakan. Apabila pasir
menjadi kotor atau tercampur dengan bahan lain, kontraktor wajib
menanggung sendiri biaya pengolahan kembali pasir, sehingga pasir
memenuhi persyaratan yang ditentukan atau mendapat persetujuan direksi.

Gambar 3.14 Pasir


4. Baja Ringan

Baja Ringan yang digunakan harus memenuhi persyaratan, baja


harus kuat, tidak boleh keropos atau rapuh dan tidak getas atau mudah pecah
dan sesuai dengan petunjuk Direksi.
Gambar 3.15 Baja Ringan

5. Besi Tulangan

Besi tulangan yang digunakan adalah besi berdiameter 16 mm dan 13


mm untuk tulangan pokok dan berdiameter 10 mm untuk tulangan bagi.
Besi yang digunakan harus memenuhi persyaratan, besi harus kuat, tidak
boleh keropos atau rapuh dan tidak getas atau mudah pecah dan sesuai
dengan petunjuk direksi.

Gambar 3.16 Besi Tulangan


6. Kawat Pengikat (Bendrat)

Kawat pengikat atau bendrat harus terbuat dari baja lunak dengan
diameter minimal 1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak
bersepuh seng. Dalam penggunaannya disarankan untuk menggunakan
bendrat minimum rangkap 2 (dua).
Gambar 3.17 Kawat Pengikat (Bendrat)
7. Kerikil

Berdasarkan besar ukuran butir, kerikil adalah agregat yang semua


butirnya tertinggal di atas ayakan 5 mm. Kerikil dapat berupa bahan yang
diambil langsung dari alam, atau berupa batu pecah. Syarat kerikil yang baik
untuk digunakan adalah susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan
antara 6,00 sampai 7,10 kadar lumpur atau bagian butir lebih kecil dari 70
mikron, maksimum 1 %, kadar bagian yang lemah, diuji dengan goresan
batang tembaga maksimum 5% atau sesuai dengan petunjuk Direksi.

Gambar 3.18 Kerikil


8. Air

Air yang dipakai untuk semua campuran beton, spesi/mortar batu


untuk spesi pasangan batu maupun pekerjaan siraman, plesteran harus bebas
dari lumpur, minyak, asam bahan organik, garam dan kotoran–kotoran lain
yang dapat merusak. Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan
bahan bangunan yang berlaku atau sesuai dengan petunjuk Direksi.

9. Kayu dan Multiplek (Plywood)

Kayu digunakan sebagai perkuatan dan pengaku pada bekisting.


Penguat / pengaku ini digunakan untuk mencegah lendutan plywood akibat
pembebanan selama pengecoran yang sempurna. Kayu yang digunakan
adalah kayu miranti 5/7.

Plywood digunakan sebagai bahan bekisting karena akan


menghasilkan permukaan beton yang halus. Plywood yang digunakan
adalah kayu lapis dengan permukaan yang dilapisi laminated plastic dengan
ketebalan ± 9 mm

10. Hebel

Hebel merupakan bata ringan yang diproduksi menggunakan


berbagai campuran bahan, seperti batu kapur, semen, air, aluminium bubuk,
pasir silika, hingga gypsum. Setelah bahan tersebut dicampur, kemudian
hebel pun akan diawetkan dengan dipanaskan pada tekanan tinggi
menggunakan alat bernama autoclave.

11. Mortar Utama

Mortar Utama adalah merek produsen mortar yang sangat terkenal


di Indonesia. Produknya meliputi mortar siap pakai sebagai bahan “perekat”
material bangunan. Dengan adanya mortar, tukang bangunan akan sangat
terbantu karena tidak perlu mencampur sendiri semen dengan pasir serta
bahan lain untuk dipakai membangun pondasi bangunan.
12. Granite
Keramik granit adalah salah satu bahan desain lantai yang paling
tahan pakai dibandingkan lainnya. Keramik granit juga lebih sulit pecah,
retak atau rusak dibandingkan keramik biasa. Tetapi, keramik granit lebih
“berpori-pori” dibandingkan keramik biasa, sehingga lebih mungkin
meninggalkan bekas noda.

3.4 Pekerjaan Pelaksanaan


Pelaksanaan pekerjaan merupakan serangkaian kegiatan sejak awal
hingga akhir yang terdiri dari tahapan–tahapan tertentu. Mengingat bahwa
pelaksanaan pekerjaan adalah suatu pekerjaan yang tidak mudah dan terikat
oleh waktu, maka untuk mendapatkan hasil yang maksimal dibutuhkan
ketrampilan dan kecermatan dari pelaksanaan pekerjaan untuk mengelola
sumber daya yang ada dengan mempertimbangkan mutu, biaya, dan waktu
yang telah ditetapkan.

Pada kenyataan di lapangan dijumpai kondisi–kondisi khusus yang


perlu dicermati, untuk itu pihak pelaksana dan pengawas harus benar–benar
mengerti apakah segala sesuatu yang telah dikerjakan sudah sesuai dengan
keahlian dan kemampuannya. Peralatan yang digunakan juga harus benar–
benar siap pakai termasuk suku cadangnya sehingga apabila terjadi
kerusakan, penggantiannya dapat berjalan dengan cepat tanpa
mempengaruhi jadwal pekerjaan.

Dalam pelaksanaan kerja praktek, penyusun terjun langsung di


lapangan untuk mengadakan pengamatan-pengamatan dan melakukan
pekerjaan yang dapat penyusun lakukan di lapangan. Pembahasan ini di titik
beratkan pada pekerjaan yang diamati pada saat pelaksanaan kerja praktek
yaitu dimulai tanggal 19 Oktober 2021 s/d 20 Desember 2020. Dalam
melaksanakan kerja praktek sangat perlu terjun langsung ke lapangan untuk
mengadakan pengamatan pekerjaan yang dilakukan di lapangan. Pelaksanaan
teknis yang dilaporkan disini adalah sesuai dengan apa yang ada dilapangan.

3.5 Pekerjaan selama Kerja Praktek


3.5.1 Pekerjaan Kolom Beton
Pekerjaan kolom sangatlah penting untuk diperhitungkan, karena
kolom merupakan struktur penahan utama yang berfungsi menyalurkan
beban diatasnya ke struktur dibawahnya, yaitu tie beam dan pondasi.
Penempatan tulangan kolom dengan jarak dan banyaknya tulangan tiap
kolom berserta begel harus sesuai dengan rencana gambar.

Metode pelaksanaan pekerjaan kolom beton sebagai berikut :


1) Tulangan pokok kolom dipasang pada saat pembesian footplat,
dengan diameter dan jumlah tulangan ditentukan sesuai gambar rencana
(bestek), alat dan bahan yang digunakan antara lain baja ulir, kawat pengikat
(bendrat), kapur, bar bender, meteran dan tang.
2) Memasang tulangan geser atau sengkang dan mengikatkannya
dengan kawat bendrat, jarak penulangan sengkang sesuai dengan gambar
rencana (bestek) yang sudah ditentukan oleh perencana.
3) Memberi decking atau tahu beton dengan ukuran 4 x 4 cm dan tebal
4 cm pada masing-masing sisi kolom agar disaat pengecoran tulangan
kolom tidak menempel dengan bekisting dan berfungsi sebagai selimut
beton.
4) Memasang bekisting di setiap masing-masing sisi kolom dengan
bekisting Plywood dan kayu, peralatan yang digunakan paku dan palu untuk
merapatkan bekisting.
Gambar 3.32 Begesting Kolom
5) Memeriksa, menyetel penulang dan bekisting kolom dengan unting-
unting agar di dapat kolom yang vertikal atau tegak lurus dengan bidang datar
dengan cara :
a. Mengukur vertikal kolom dengan meteran dari pengerjaan unting-
unting tersebut dengan menyesuaikan jarak bekisting dengan
benang unting-unting dibagian bekisting bawah dan bekisting atas.
6) Melakukan pengecoran dengan menggunakan mutu beton K350
sesuai dengan gambar rencana (bestek) yang sudah ditentukan oleh
konsultan perencana, kemudian memadatkan beton dengan besi potongan.
a. Melakukan pembongkaran bekisting setelah kolom sudah berumur
1-3 hari.
b. Melakukan pekerjaan finishing yaitu penambalan permukaan kolom
yang terdapati permukaan yang cacat atau kurang sempurna disaat
pembongkaran bekisting dengan adukan plesteran campuran 1Pc :
3Ps.
c. Melakukan perawatan beton dimulai dari beton berumur 1-7 hari
dengan cara penyiraman beton dengan air menggunakan selang air.

3.5.2 Pekerjaan Balok Beton dan Plat Lantai

Balok adalah bagian dari struktural sebuah bangunan yang kaku dan
dirancang untuk menanggung dan meneruskan beban menuju elemen-
elemen kolom penopang. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat
horisontal bangunan akan beban - beban. Persyaratan balok menurut Pasal
9.3 PBI 1971.N.1-2 sebagai berikut :
a. Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang
bersih. Tinggi balok harus dipilih sedemikian rupa hingga dengan lebar
badan yang dipilih.

b. Untuk semua jenis baja tulangan diameter (diameter pengenal) batang


tulangan untuk balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm. Sedapat
mungkin harus dihindari pemasangan tulangan balok dalam lebih dari
2 lapis kecuali pada keadaan khusus.

c. Tulangan tarik harus disebar merata di daerah tarik maksimum dari


penampang.

d. Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang


sampingnya harus dipasang tulangan samping dengan luas minimum
10% dari luas tulangan tarik pokok. Diameter batang tulangan tidak
boleh diambil kurang dari 8 mm pada baja lunak dan 6 mm pada baja
keras.

e. Pada balok harus senantiasa dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak


boleh lebih diambil dari 30 cm, sedangkan di bagian balok sengkang-
sengkang bekerja sebagai tulangan geser, atau jarak sengkang tidak
boleh diambil lebih dari 2/3 dari tinggi balok. Diameter batang
sengkang tidak boleh diambil kurang dari 6 mm pada jenis baja lunak
dan 5 mm pada jenis baja keras.

Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung,
jadi merupakan lantai tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-balok
yang bertumpu pada kolom bangunan. Ketebalan plat lantai ditentukan
oleh :

a. Besar lendutan yang diijinkan.


b. Lebar bentangan atau antara balok – balok pendukung.
c. Bahan konstruksi dan plat lantai.
Perencanaan plat lantai beton harus mengikuti persyaratan yag
tercantumdalam pasal 3.1.11 SNI T-15-1991-03 antara lain :
a. Plat lantai harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya 12 cm,
sedangkan untuk plat atap sekurang-kurangnya 7 cm.
b. Harus diberi tulangan silang (tulangan bagi) dengan diameter minimal
8mm dari baja lunak atau baja sedang.
c. Pada plat lantai yang tebalnya >25 cm harus dipasang tulangan rangka
atas dan bawah.
d. Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5 cm dan tidak
lebih dari 20 cm atau dua kali tebal plat lantai, dipilih yang terkecil.
e. Semua tulangan plat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum
1cm, untuk melindungi baja dari karat, korosi atau kebakaran.

Pekerjaan balok dan plat lantai dikerjakan secara bersamaan, yaitu


dalam pekerjaan bekisting, pembersihan dan pengecoran dilakukan dalam
satu tahap dalam tiap lantai.

1. Penentuan as balok dan plat lantai


Penentuan as balok dan plat lantai bisa mengikuti posisi dari as
kolom. Karena perletakan balok tepat berada di atas kolom. Pelaksanaan di
lapangan menunjukkan bahwa pekerjaan penentuan as kolom biasanya
dipakai juga sekaligus untuk as balok dan plat lantai yang akan dikerjakan.

Pada tahap ini juga bertujuan untuk mengatur atau memastikan


kerataan ketinggian balok dan plat. Pekerjaan ini menggunakan pesawat
ukur theodolite. Kerataan ini nantinya akan mempengaruhi pelaksanaandan
hasil pekerjaan dari proses pengecoran balok dan plat lantai.

2. Bekisting balok dan plat lantai


Pemasangan bekisting balok dan plat lantai dapat dilaksanakan
apabila pelaksanaan pembesian tulangan dan pembuatan bekisting telah
selesai dikerjakan. Berikut ini beberapa tahap pemasangan bekisting balok
dan plat lantai pada proyek Pembangunan Gedung Al-Azhar IIBS:
a. Pemasangan perancah pada semua bagian yang akan dibuat
denganperhitungan dimana tingginya dikurangi kayu dan papan
multipleks.

b. Pemasangan kayu kasau yang digunakan untuk kekuatan penahan


beban beton dan pekerjaan kearah horisontal.

c. Dilakukan pengaturan ketinggian pada perancah yang sesuai


dengan rencana.
Bekisting plat lantai dibuat dari bahan phenolfilm atau multiplek
dengan ketinggian 12 cm untuk setiap plat lantai. Bekisting disusun secara
berjajar agar mempermudah dalam proses pengecoran. Pada sisi bawah
bekisting diberikan bantalan kayu dan diusahakan bekisting dalam posisi
yang rata dan tidak miring.

3. Penulangan balok dan plat lantai


Penulangan balok dalam konvensional ini meliputi tulangan
longitudinal bagian bawah, tulangan begel, dan tulangan longitudinal bagian
atas yang berfungsi untuk menahan beban sendiri balok pada saat erection.
Pemasangan tulangan balok ini meliputi :

a. Tulangan longitudinal balok diletakkan ke dalam bekisting sesuai


dengan as dan dimensi yang telah direncanakan.
b. Kemudian dipasang sengkang dan diikat dengan kawat baja (bind
draat) pada bekisting.
c. Kait-kait pada tulangan sengkang dengan bekisting diletakkan
berselang-seling.
d. Bagian bawah dan samping ditempatkan beton decking.
Penulangan plat lantai dilakukan bersamaan dengan penulangan
balok. Pada proyek ini plat lantai direncanakan sebagai plat dengan tulanga
pokok dua arah. Khusus pada sebagian tulangan pokok tidak dipasang yaitu
pada sisi-sisi searah dengan arah memanjang plat lantai dengan lebar
masing-masing ¼ dari lebar 1 plat lantai.
Gambar 3.29. Penulangan balok dan plat lantai
4. Pengecekan elevasi balok dan plat lantai
Setelah pemasangan bekisting dan penulangan balok serta plat
lantai selesai, kemudian dilakukan pengecekan elevasi dengan
menggunakan alat waterpass atau theodolite dan posisi as balok sesuai
dengan rencana. Pengecekan elevasi balok dan plat lantai dilakukan
sebagai berikut :
a. Pengecekan elevasi balok dilakukan dengan menempelkan alat
waterpass dimana tinggi alat adalah setinggi marking pada kolom(1
m dari permukaan plat lantai di bawahnya).
b. Bak ukur ditempelkan pada bagian bawah bekisting balok (bottom).

c. Oleh pelaksana pengukuran ketepatan elevasi bottom dicek dengan alat


waterpass atau theodolite.
Apabila pembacaan alat waterpass atau theodolite belum
menunjukkan elevasi yang sesuai dengan gambar rencana, maka
screwjack diputar untuk menaikkan atau menurunkan posisi bottom
balok.

5. Pengecoran balok dan plat lantai


Metode yang digunakan untuk pengecoran pada balok dan plat lantai
menggunakan metode yang sama saat pengecoran kolom. Sebelum proses
pengecoran dilaksanakan maka perlu dilakukan pemeriksaan bekisting yang
meliputi apakah sudah sesuai dengan yang direncanakan, bekisting harus
lurus, tegak, kuat dan tidak bocor. Selain mengenai hal tersebut dilakukan
pula pembersihan bekisting dengan menggunakan compressor. Pengecoran
plat lantai dilakukan bersamaan dengan pengecoran balok. Pengecoran
menggunakan concrete pumpdengan beton ready mix dengan mutu beton
K-350. Adapun pelaksanaan pengecorannya adalah sebagai berikut :

a. Untuk pelaksanaan pengecoran balok dan plat lantai digunakan


concrete pump yang menyalurkan beton ready mix dari truckmixer
ke lokasi pengecoran dengan menggunakan pipapengecoran.
b. Alirkan beton ready mix sampai ke lokasi pengecoran lalu padatkan
dengan menggunakan vibrator.
c. Setelah beton dipadatkan, maka dilakukan perataan permukaan
pengecoran dengan menggunakan alat manual berupa serokan besi
berbentuk seperti cangkul.
d. Setelah proses pengecoran selesai sampai batas pengecoran maka
bisa dilanjutkan dengan pekerjaan yang lain.

Gambar 3.31. Pengecoran balok dan plat lantai

6. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantai


Bekisting tidak boleh dibongkar sampai cor beton benar-benar telah
cukup mengeras dan dapat menahan beban berat sendiri dan bebanlainnya.
Pembongkaran pada sisi yang tidak dibebani minimal 7 hari, sedangkan
pada sisi yang terbebani setelah umur beton 21 hari. Pembongkaran harus
dilakukan dengan cermat, hati-hati dan tepat waktu (tanpa guncangan atau
getaran) agar tidak menimbulkan kerusakan pada beton maupun pada
material lain disekitarnya.

Gambar 3.32. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantai

7. Perawatan balok dan plat lantai


Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu
beton tetap terjaga dilakukan perawatan beton pada balok dan platlantai.
Untuk mencegah pengeringan bidang-bidang beton paling sedikit selama
satu minggu beton harus selalu dibasahi terus menerus, yaitu dengan
menyiram air melalui selang. Namun karena sering terjadi hujanmaka beton
tidak perlu disirami tiap minggu.
BAB IV
PENGENDALIAN PROYEK

4.1 Gambaran Umum

Pengendalian proyek merupakan kegiatan yang penting untuk


menjamin penyesuaian antara rencana yang telah disusun dengan hasil
pelaksanaan di lapangan. Dengan rencana dan pelaksanaan pengendalian
proyek, dapat diharapkan penyelesaian pekerjaan dapat tepat waktu sesuai
dengan biaya rencana. Pengendalian proyek ini dapat dimanfaatkan sebagai
evaluasi hasil pekerjaan yang berguna bagi pembuatan rencana kerja
pelaksanaan proyek berikutnya.

Pengalaman kerja sangat membantu dalam pembuatan rencana


pengendalian proyek, terutama dalam menghadapi masalah yang terjadi di
lapangan. Untuk mendapatkan hasil yang sesuai rencana, maka perlu adanya
suatu usaha pengendalian terhadap pelaksanaan proyek, sehingga
didapatkan tujuan antara lain :

1. Mengendalikan waktu pelaksanaan agar sesuai dengan rencana


sehingga tidak melewati batas waktu yang ditentukan.

2. Mengendalikan biaya dan pelaksanaan agar tidak melebihi dari biaya


yang ditentukan.

Proses pengendalian proyek berjalan sepanjang daur hidup guna


mewujudkan performa yang baik dalam setiap tahap. Pemantauan harus
dilaksanakan selama masa pelaksanaan untuk mengetahui prestasi dan
kemajuan (progress) yang telah dicapai. Informasi hasil pemantauan
berguna untuk mengevaluasi performa yang telah dicapai pada saat
pelaporan.

Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan kemajuan yang


dicapai berdasarkan hasil pemantauan dengan standar yang telah dibuat
berdasarkan perencanaan. Hasil evaluasi berguna untuk pengambilan
tindakan yang akurat terhadap permasalahan yang terjadi selama masa
pelaksanaan pekerjaan. Berdasarkan hasil evaluasi ini pula tindak lanjut
pelaksanaan pekerjaan dapat diputuskan dengan melakukan koreksi
terhadap performa yang telah dicapai.
Sekitar 20% dari pekerjaan manajemen proyek adalah perencanaan,
selebihnya adalah kegiatan pengendalian. Perencanaan sebagian besar
dilakukan sebelum proyek dilaksanakan. Begitu proyek dilaksanakan maka
fungsi manajemen didominasi oleh kegiatan pengendalian. Pengendalian
sumber daya yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan perlu dilakukan
dengan memperoleh hasil atau prestasi kerja yang sesuai dengan
perencanaan dan persyaratan yang telah ditentukan.
Pengendalian proyek dalam suatu kegiatan mempunyai dua fungsi
penting yaitu

1. Fungsi Pemantauan dan Motivasi Performa

Dengan pemantauan yang baik terhadap semua kegiatan proyek akan


memaksa unsur–unsur pelaksanaan untuk bekerja secara cakap dan jujur.
Pemantauan yang baik akan menjadi motivasi utama untuk mencapai
performa yang tinggi, misalnya dengan memberi penjelasan kepada para
pekerja mengenai apa saja yang harus mereka kerjakan untuk mencapai
performa yang tinggi, kemudian memberikan umpan balik terhadap
performa yang telah dicapainya sehingga masing–masing mengetahui
sampai dimana prestasi yang dicapai.

2. Fungsi Material

Pada proyek–proyek yang kompleks dan mudah terjadi perubahan


(dinamis) pemakaian pengendalian dan sistem informasi yang baik akan
memudahkan manajer untuk segera mengetahui bagian pekerjaan yang
mengalami kejanggalan atau memiliki performa yang jelek. Dengan
demikian dapat segera dilakukan usaha untuk mengatasi atau
meminimalkan kejanggalan tersebut.

4.2 Pengendalian Mutu (Quality Control)

Mutu bahan yang akan dipergunakan untuk pembangunan suatu


proyek adalah salah satu faktor terpenting yang harus diperhatikan. Bahan–
bahan tersebut harus memenuhi syarat–syarat yang telah ditentukan baik
mengenai cara–cara pemeriksaan maupun cara pemakaiannya harus
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan agar diperoleh bahan–bahan yang
berkualitas baik dan memenuhi syarat.

Contoh pengendalian mutu/kualitas bahan yaitu dengan pengujian


material, antara lain :

1. Pengendalian Laboratorium

Pengendalian mutu laboratorium dimaksudkan untuk mencari nilai


data yang akan dibutuhkan sesuai dengan spesifikasi untuk dikerjakan
dilapangan.

Pengendalian mutu laboratorium tersebut meliputi :

a. Uji baja

b. Uji beton

2. Pengendalian di Lapangan

Pengendalian yang dilakukan di lapangan adalah dengan pengujian


kepadatan tanah timbunan untuk mencapai kestabilan yang diperlukan.

4.3 Pengendalian Waktu (Time Control)

Pengendalian waktu dilaksanakan dengan sistem time schedule dan


curve S. Kedua hal tersebut memegang peranan penting dalam menunjang
lancarnya pekerjaan. Rencana waktu pelaksanaan kerja atau time schedule
adalah merupakan suatu jadwal kerja dari masing–masing pelaksanaan
untuk menentukan atau mengetahui batas waktu pelaksanaan dari pekerjaan
tersebut, disini dapat dilihat bagian pekerjaan yang telah diselesaikan
maupun yang sedang dikerjakan.

Maksud dan tujuan dalam menyusun waktu pelaksanaan pekerjaan


(time schedule) adalah :

1. Agar seluruh bagian pekerjaan dapat diselesaikan dengan jangka


waktu yang telah ditentukan dan sebagai sarana untuk menunjang
kelangsungan pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan.
2. Sebagai pedoman untuk mengetahui kapan saat yang tepat untuk
mendatangkan bahan–bahan yang akan digunakan maupun peralatannya
pada pelaksanaan pekerjaan.
3. Sebagai pedoman untuk menilai sejauh mana kemajuan pelaksanaan
pekerjaan yang telah dicapai, sehingga apabila terjadi penyimpanan atau
keterlambatan pada setiap bagian pekerjaan dapat diambil langkah–langkah
perbaikan apabila dipandang perlu.

Curve S merupakan grafik yang menyatakan hubungan antara bobot


pekerjaan dengan waktu pelaksanaan. Curve S berfungsi sebagai alat
pengontrol atas pekerjaan yang telah dilakukan, sehingga akan tampak
kemajuan atau keterlambatan yang terjadi. Apabila garis pelaksanaan berada
diatas kurva, maka tampak bahwa pekerjaan yang dilaksanakan lebih cepat
dari waktu rencana dan apabila garis pelaksanaan berada di bawah kurva,
maka pekerjaan yang dilaksanakan mengalami keterlambatan.

Curve S berguna sebagai acuan untuk laporan bulanan bagi pimpinan


proyek maupun kontraktor, dalam hal tersebut dapat memperjelas keadaan
kemajuan suatu pekerjaan proyek. Rapat koordinasi untuk tiap–tiap unsur
maupun secara keseluruhan harus dilaksanakann pada waktu tertentu guna
untuk membahas masalah–masalah yang timbul di lapangan, baik yang
bersifat teknis maupun nonteknis.

Pengendalian waktu dapat dilaksanakan dengan melaporkan kegiatan


kegiatan proyek yang terbagi dalam beberapa tahap laporan, antara lain :

1. Laporan Harian

Laporan harian berisi tentang hal–hal yang terjadi di lapangan pada


hari tersebut dan dibuat setiap hari oleh kontraktor/pelaksana utama. Isi
laporan harian antara lain :

a. Pekerjaan yang dilaksanakan,

b. Waktu dan jam kerja,

c. Jumlah tenaga kerja,

d. Bahan material dan alat pekerjaan,

e. Keadaan cuaca, dan lain-lain.

Dengan adanya laporan harian ini, maka segala kegiatan proyek


dilaksanakan tiap hari dimonitor dengan baik. Keuntungan adanya laporan
harian ini adalah bila suatu waktu dimasa yang akan datang terjadi hal–hal
yang memaksa untuk melihat kembali data maka penelusuran data akan
lebih mudah dilakukan.

2. Laporan Mingguan
Laporan mingguan dibuat berdasarkan laporan–laporan harian untuk
memperoleh gambaran kemajuan yang telah dicapai dalam satu minggu.

Laporan mingguan ini berisi tentang :

a. Jenis pekerjaan yang telah diselesaikan,

b. Volume pekerjaan,

c. Prosentase pekerjaan mingguan,

d. Prestasi kerja,

e. Catatan lain yang diperlukan,

Dari laporan mingguan ini, maka bobot prestasi pekerjaan dapat


diplotkan ke waktu rencana (time schedule) yang ada sehingga kemajuan
proyek dapat diketahui dan dievaluasi.

3. Laporan Bulanan

Laporan bulanan dimaksudkan untuk memperoleh gambaran


kemajuan pekerjaan yang dicapai dalam 1 (satu) bulan dan disusun
berdasarkan laporan mingguan selama satu bulan tersebut. Kemudian
dibahas bersama dalam rapat koordinasi antara kontraktor/pelaksana utama
dengan konsultan pengawas (manager konstuksi).

Dari laporan–laporan tersebut, segala permasalahan di lapangan dapat


dimonitor dengan baik dan prestasi pekerjaan dapat dievaluasi dengan mudah.

Yang tercantum dalam laporan ini adalah :

a. Jenis pekerjaan yang telah diselesaikan,

b. Volume pekerjaan,

c. Prosentase pekerjaan mingguan,

d. Prestasi kerja,
e. Catatan lain yang diperlukan.

4.4 Pengendalian Biaya (Budget Control)

Pengendalian biaya merupakan hal yang sangat penting dilakukan


supaya jumlah biaya pada pelaksanaan di lapangan tidak melebihi biaya
yang telah ditetapkan pada kontrak kerja. Oleh karena itu dilakukan
koordinasi oleh seluruh instansi yang meliputi kontraktor, konsultan dan
pemilik proyek.
Pengendalian biaya ini dilakukan oleh kepala proyek, bagian
pengendalian dan administrasi keuangan dari kontraktor pelaksana.
Sedangkan yang digunakan sebagai acuan dalam pengendalian biaya adalah
rencana pelaksanaan dan anggaran pelaksanaan proyek serta bukti
pembayaran yang dilaporkan oleh pelaksana proyek pada kantor pusat.

Pada proyek pembangunan gedung pendidikan mahad IAIN Surakarta


kontraktor PT. BHINNEKA CITRA PRIMA anggaran proyek Rp
13.322.000.152,00
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Pekerjaan Balok Beton Bertulang


Beton bertulang terdiri dari bahan beton (pasir, kerikil atau batu
pecah, semen, dan air) dan baja. Beton dan baja membentuk material
komposit dengan ikatan diantaranya disebut dengan lekatan (bond). Beton
merupakan material yang dapat menahan gaya tekan (compression) yang
besar, tetapi sangat lemah terhadap gaya tarik (kekuatan tarik beton kecil
yang dapat diabaikan). Kekuatan tarik ini diperkuat (reinforced) oleh
tulangan baja (reinforcement). Oleh sebab itu material komposit ini disebut
beton bertulang yang dapat menahan tarik dan tekan. Beton tanpa tulangan
hanya dapat memikul beban yang relatif kecil karena timbul retak beton
akibat tarik. Dengan adanya tulangan baja maka beton bertulang (baja) dapat
menahan beban lentur yang jauh lebih besar dibandingkan beton tanpa
tulangan.

Balok beton bertulang merupakan salah satu dari komponen struktur


yang berfungsi menyalurkan beban-beban dari pelat ke kolom yang pada
akhirnya oleh kolom disalurkan ke pondasi. Pekerjaan balok dilaksanakan
setelah pekerjaan kolom telah selesai dikerjakan. Pada proyek gedung
pendidikan mahad iain surakarta Jawa Tengah Kabupaten Sukoharjo sistem
balok yang dipakai adalah konvensional. Balok yang digunakan memiliki
tipe yang berbedabeda. Balok terdiri dari 2 macam, yaitu balok utama (balok
induk) dan balok anak.

5.2 Alur Pekerjaan Balok

Semua perkerjaan balok dan pelat dilakukan langsung di lokasi yang


direncanakan, mulai dari pembesian, pemasangan bekisting, pengecoran
sampai perawatan. Metode pelaksanaan kerja pekerjaan balok sebagai
berikut :

1. Pekerjaan Pengukuran
Pengukuran ini bertujuan untuk mengatur/memastikan kerataan
ketinggian balok dan pelat. Pada pekerjaan ini digunakan pesawat ukur
theodolithe.

2. Pembuatan Bekisting

Pekerjaan bekisting balok dan pelat merupakan satu kesatuan


pekerjaan, kerena dilaksanakan secara bersamaan. Pembuatan panel
bekisting balok harus sesuai dengan gambar kerja. Dalam pemotongan
plywood harus cermat dan teliti sehingga hasil akhirnya sesuai dengan
luasan pelat atau balok yang akan dibuat. Pekerjaan balok dilakukan
langsung di lokasi dengan mempersiapkan material utama antara lain: kaso
5/7, balok kayu 6/12, papan plywood.

3. Pabrikasi Besi

Untuk balok, pemotongan dan pembengkokan besi dilakukan


sesuai kebutuhan dengan bar cutter dan bar bending. Pembesian balok ada
yang dilakukan dengan sistem pabrikasi di los besi dan ada yang dirakit
diatas bekisting yang sudah jadi. Sedangkan pembesian plat dilakukan
dilakukan di atas bekisting yang sudah jadi.

5.3 Tahap Pekerjaan Balok

1. Pembesian Balok

Tahap pembesian balok adalah sebagai berikut :

a. Untuk Pembesian balok pada awalnya dilakukan pabrikasi di los


besi kemudian diangkat dengan manual ke lokasi yang akan dipasang.
b. Besi tulangan balok yang sudah diangkat lalu diletakkan diatas
bekisting balok dan ujung besi balok dimasukkan ke kolom.
c. Pasang beton decking untuk jarak selimut beton pada alas dan
samping balok lalu diikat.

Untuk pembesian balok dilakukan 3 kali perubahan dalam metode


pemasangannya. Perubahan yang pertama yaitu semua besi tulangan
dipabrikasi seluruh bagian sampai balok jadi utuh, namun ada kendala pada
saat pertemuan pembesian kolom sehingga dilakukan perubahan yang kedua
yaitu dengan pembesian pabrikasi sebagian, tulangan memanjang dan
sengkang dipisah namun ada kendala pada saat pembersihannya dan
perubahan yang terakhir semua bagian pembesian dilakukan ditempat yang
akan dicor tidak dipabrikasikan lagi dan sampai kini metode ini yang paling
baik untuk digunakan.

2. Pengecekan Pembesian

Setelah pembesian balok dan pelat dianggap selesai, lalu diadakan


checklist/pemeriksaan untuk tulangan. Adapun yang diperiksa untuk
pembesian balok adalah diameter dan jumlah tulangan utama, diameter,
jarak, dan jumlah sengkang, ikatan kawat, dan beton decking. Untuk
pembesian pelat lantai yang diperiksa adalah, penyaluran pembesian pelat
terhadap balok, jumlah dan jarak tulangan ekstra, perkuatan (sparing) pada
lubanglubang di pelat lantai, beton decking, kaki ayam, dan kebersihannya.

3. Pembekistingan balok

Tahap pembekistingan balok adalah sebagai berikut :

a. Scaffolding dengan masing–masing jarak 100 cm disusun


berjajar sesuai dengan kebutuhan di lapangan, baik untuk bekisting
balok maupun pelat.
b. Memperhitungkan ketinggian scaffolding balok dengan
mengatur base jack atau U-head jack nya.
c. Pada U-head dipasang balok kayu (girder) 6/12 sejajar
dengan arah cross brace dan diatas girder dipasang balok suri tiap
jarak 50 cm (kayu 5/7) dengan arah melintangnya, kemudian
dipasang pasangan plywood sebagai alas balok.
d. Setelah itu, dipasang dinding bekisting balok dan dikunci
dengan siku yang dipasang di atas suri-suri.

4. Pengecekan

Setelah pemasangan bekisting balok dan pelat dianggap selesai


selanjutnya pengecekan tinggi level pada bekisting balok dan pelat dengan
waterpass, jika sudah selesai maka bekisting untuk balok dan pelat sudah
siap.

5. Pembersihan Lokasi Pengecoran


Pembersihan dilakukan sebelum pengecoran balok dilakukan,
pembersihan dilakukan pada balok yang akan dicor. Tujuan utamanya agar
kotoran-kotoran hilang, supaya proses perekatan beton pada tulangan dan
pengerasan beton dapat maksimal.
6. Pengecoran Balok
Setelah pekerjaan pembesian balok dan pelat selesai, maka dapat
dilakukan pengecoran. Pengecoran balok dan pelat dilakukan bersamaan.
Nilai slump pada pelat 11,2cm (10 cm s/d 12 cm) sedangkan pada balok
11,2cm (10 cm s/d 12 cm). Pengecoran balok dan pelat dengan menggunakn
concrete pump dengan menggunakan beton readymix.

Sebelum proses pengecoran dilaksanakan, maka perlu dilakukan


pemeriksaan bekisting meliputi: Posisi bekisting harus dicek lagi apakah
sudah sesuai dengan yang direncanakan. Bekisting harus lurus, tegak, tidak
bocor, dan kuat. Selain mengenai hal tersebut, sebelum dilaksanakan
pengecoran, bekisting dibersihkan dulu dengan menggunakan compressor.

Pelaksanaan pengecoran balok dan pelat adalah sebagai berikut:

a. Untuk pelaksanaan pengecoran balok dan pelat lantai, digunakan


concrete pump yang menyalurkan beton readymix dari truck
mixer ke lokasi pengecoran, dengan menggunakan pipa
pengecoran yang di sambung-sambung.

b. Alirkan beton readymix sampai ke lokasi pengecoran, lalu


padatkan dengan menggunakan vibrator.

c. Setelah beton dipadatkan, maka dilakukan petrataan permukaan


coran dengan menggunakan alat-alat manual.

d. Setelah proses pengecoran selesai sampai batas pengecoran, maka


dilakukan finishing.

e. Pembongkaran Bekisting untuk pelat pembongkaran besting


dilakukan setelah 4 hari pengecoran sedangkan untuk balok
pembongkaran bekisting dilakukan 7 hari setelah pengecoran.
Sebagai penunjang sampai pelat benar–benar mengeras.
5.4 Analisa Balok

Gambar 5.1 Detail Balok

1. Beban yang ada pada balok


• Berat dinding pasangan batu bata q = berat
dinding x tinggi dinding

= 250 kg/m2 x 3,5


= 875 kg/m
• Beban hidup plat
qL = LL
= 497 kg/m2
Leq = 1/6 x Lx (3 - 4(Lx/2Ly)2)
= 1/6 x 3 (3 - 4(3/2 x 3,5)2)
= 1,13 m
q balok = Leq x qu
= 1,13 x 497
= 562,93 kg/m
• Beban mati plat q = DL x tebal plat = 2400 x
0,125

= 300 kg/m
Beban mati tambahan plat q tambahan = (ubin+adukan semen) x
Leq
= (24+21) x 1,13
= 50,85 kg/m
• Total beban pada balok
DL = 562,93 kg/m
DD = 875 + 300 + 50,85
= 1225,85 kg/m

2. Analisis Dengan Program SAP 2000


Hasil analisis dengan program SAP 2000 v.11 menunjukan untuk
balok lantai 1 memiliki nilai gaya dalam maksimum sebagai berikut :
Mmax lapangan = 262,770 kN.m
Mmax tumpuan = 216,419 kN.m
Vu = 235323 kN
Diketahui:
Dimensi balok b = 300 mm dan h = 700 mm
Selimut beton 30 mm
Tulangan D19, fy 420 Mpa

Sengkang Ø 10, fy = 240 Mpa

d = 700 – 30 – 10 – ½ . 19 = 650 mm

3. Tulangan Tumpuan
Mu = 216,419 kN.m = 216,419 x 106 Nmm

fc’ = 29 Mpa

fy = 420 Mpa

β1 = 0,85 − 0,05( 29−28)


7
= 0,842

0,85 β1fc’ 600


b = fy
. 600+fy

0,84x0,84x29 600
= 420
. 600+420

= 0,0286
max = 0,75 x ρb

= 0,75 x 0,0286
= 0,02145
min = 1,4/fy
= 1,4/420
= 0,0033

Mn
216,419 ×106
= 0,8

= 2,705 kNm
𝑀
Rn = 𝑏𝑑𝑛2

2,705 ×106
= 300×6502

=0,0213
fy
m =
0,85 fc’

420
=
0,85+29

= 17,0385

=
1
𝑚
[1 - √1 − 2𝑚𝑅
𝑓
]𝑦
𝑛

=
1
17,0385
[ 1 − √1 − 2𝑥 17,0385𝑥0,0213
420
]

= 0,0005

Perlu < ρmax → 0,0005 < 0,02145 → tulangan tunggal


perlu < ρmin → 0,0005 < 0,0033 → dipakai ρmin = 0,0033
As = ρ x b x d = 0,0033 x 300 x 650 = 643,5 mm2
AS ada = 7 . ¼ . π . 192 = 1983,695 mm2 > 643,6 mm2
Dipakai tulangan tarik 7D19

4. Tulangan Lapangan

Mu = 262,770 kN.m = 262,770 kN.m


x 106 Nmm
fc’ = 29 Mpa
fy = 420 Mpa

β1 = 0,85 − 0,05( 29−28)


7
= 0,842
0,85 𝛽1 𝑓𝑐1 600
b = . 600+𝑓𝑦
𝑓𝑦

0,84 𝑥 0,84 𝑥 29 600


= . 600+420
420

= 0,0286
max = 0,75 x ρb
= 0,75 x 0,0286
= 0,2145
min = 1,4/fy

= 1,4/420
= 0,0033

𝑀𝑢
Mn = ∅

=
262,770 𝑥 106
0,8

= 328,4625kNm
Rn
328,4625 𝑥 106
=
300 𝑥 6502

= 2,5914
𝑓𝑦
m = 0,85 𝑓𝑐 1
420
= 0,85 𝑥 29

=17,0385
1 2𝑚𝑅𝑛
= 𝑚 [1 - √1 − ]
𝑓𝑦

1 2𝑥 17,0385𝑥2,5914
= 17,0385 [ 1 − √1 − 420

= 0,0065
perlu < ρmax → 0,0065 < 0,02145 → tulangan tunggal
perlu > ρmin → 0,00266 < 0,0033 → dipakai ρmin = 0,0033
As = ρ x b x d = 0,0033 x 300 x 650 = 643,6 mm2
AS ada = 7 . ¼ . π . 192= 1983,695 mm2 > 643,6 mm2
Dipakai tulangan tarik 4D19

5. Tulangan Geser
Untuk komponen yang hanya dibebani oleh geser dan lentur saja, berlaku :
Vu = 235,323 kN

vc ) bw . d
1
= 0,60 .6. √𝑓 𝑐 . 𝑏𝑤 . 𝑑
1
= 0,60 .6. √29 . 300 .650

= 105,010kN
ФVs = Vu - ФVc
= 235,323–105,010
= -130,313kN
Vs = Vu
= 235,323kN
Av = 1 . ¼ . π . 102
= 78,54 mm2

𝐴𝑣 .𝑓𝑦 .𝑑
= 𝑉𝑠

78,54 ×240 ×650


= 235,323

= 52,065 mm → 50 mm
Smax ≤ d/2 ≤ 600 mm
Smax = 650/2 = 325mm,
dipakai 50 mm
Jadi sengkang Ø 10 – 50 mm
Rekapitulasi hasil perhitungan :
Tulangan Tarik
• Tumpuan tulangan tarik 4D19
• Lapangan tulangan tarik 4D19
Tulangan geser
Ø 10 – 160 mm

Anda mungkin juga menyukai