Rizky Edy S - 1850100067 - Prodi 7B
Rizky Edy S - 1850100067 - Prodi 7B
Diajukan oleh :
Konsultan
Perencanaan Pt. Asri Granada Muda
Pada tahap ini, kontraktor bertanggung jawab atas ketepatan ukuran dan
mutu bangunan yang sesuai dengan syarat dan rencana kerja. Akan tetapi, jika
terjadi ketidakcocokan, kontraktor tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan
pembetulan sebelum mendapatkan persetujuan dari manajemen konstruksi.
Selanjutnya, pada tahap ini perlu diambil langkah pembersihan yang mana
kontraktor wajib membersihkan lokasi proyek dari hal-hal yang dapat
menghambat proses pembangunan. Contohnya, lokasi harus bersih dari
pepohonan sampai ke akarnya agar tidak merusak struktur tanah pada bangunan.
Pelaksanaan suatu proyek pembangunan yang dimulai dari proses
perancangan, perencanaan, pelaksanaan pembangunan fisik sampai pemanfaatan
dan perawatannya adalah proses tahapan yang harus dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan.
Dalam proses ini bermacam-macam unsur pendukung saling berkaitan satu
sama lain, dimana setiap unsur tidak dapat berdiri dan berjalan sendiri-sendiri,
akan tetapi tetap akan saling terkait dalam melaksanakan tugasnya. Setiap unsur
mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing. Untuk mengatur setiap
unsur diterapkan sistem manajemen yang merupakan alat bantu untuk menjamin
terlaksananya proyek dengan baik.
Adapun unsur-unsur pengelola dalam proyek Pembangunan
gedung pendidikan mahad IAIN Surakarta
2) Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah pihak yang diminta owner (pemilik proyek)
untuk mengawasi pelaksanaan proyek, konsultan ini dapat berupa badan usaha
ataupun perorangan dan biasanya di dalam konsultan ini harus memiliki beberapa
orang ahli di bidang Arsitektur, Teknik Sipil, Mekanikal Elektrikal, Listrik dan
lain-lain sehingga pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan baik dan dapat
selesai dengan cepat.
Tugas konsultan ini antara lain :
a. Mengatur administrasi dalam kontrak kerja
b. Melakukan pengawasan selama proyek berjalan
c. Melampirkan/membuat laporan pekerjaan yang akan dilihat oleh
Owner
d. Saling berkonsultasi tentang pekerjaan pada proyek dengan Owner
maupun Kontraktor
e. Mengoreksi maupun menyetujui hasil gambar yang diberikan
kontraktor untuk pelaksanaan proyek.
3) Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan pekerjaan perencanaan, perencana dapat berupa perorangan atau
badan usaha baik swasta maupun pemerintah.
Tugas konsultan perencana ini antara lain :
a. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan
pemilik bangunan.
b. Membuat gambar kerja pelaksanaan
c. Membuat rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan bangunan
(RKS) sebagai pedoman pelaksanaan
d. Membuat rencana anggaran biaya bangunan
e. Memproyeksikan keinginan-keinginan atau ide pemilik ke dalam
desain bangunan
f. Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan pelaksanaan
pekerjaan dilapangan yang tidak memungkinkan desain terwujud di
wujudkan
g. Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika
terjadi kegagalan, kemudian proses pelaksanaan diserahkan ke
pengawas
h. Mempertahankan desain dalam hal adanya pihak-pihak pelaksana
bangunan yang melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan rencana.
i. Menentukan warna dan jenis material yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pembangunan.
4) Pelaksana (Contractor)
Pelaksana kontraktor adalah badan hukum atau perorangan yang ditunjuk
untuk melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan keahliannya atau dalam
definisi lain menyebutkan bahwa pihak yang penawarannya telah diterima dan
telah diberi surat penunjukan serta telah menandatangani surat perjanjian
pemborongan kerja dengan pemberi tugas sehubungan dengan pekerjaan proyek.
Pemilik proyek (owner) memberikan kepercayaan secara langsung kepada
kontraktor pelaksana untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi. Peraturan dan
persetujuan tentang hak dan kewajiban masing– masing pihak diatur dalam
dokumen kontrak.
Kontraktor bertanggung jawab secara langsung pada pemilik proyek (owner)
dan dalam melaksanakan pekerjaannya diawasi oleh tim pengawas dari owner
serta dapat berkonsultasi secara langsung dengan tim pengawas terhadap Masalah
yang terjadi dalam pelaksanaan. Perubahan desain harus segera dikonsultasikan
sebelum pekerjaan dilaksanakan.
Kontraktor sebagai pelaksana proyek tentunya mempunyai tugas dan
tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan dan
spesifikasi yang telah direncanakan dan ditetapkan di dalam kontrak
perjanjian pemborongan.
b. Memberikan laporan kemajuan proyek (progress) yang meliputi
laporan harian, mingguan, serta bulanan kepada pemilik proyek yang
memuat antara lain :
1) Pelaksanaan pekerjaan
2) Prestasi kerja yang dicapai
3) Jumlah tenaga kerja yang digunakan
4) Jumlah bahan yang masuk
5) Keadaan cuaca
Gambar 3. 1 Excavator
2) Dump Truck
Truck adalah alat angkut yang berfungsi untuk membawa material
proyek, baik agregat kasar maupun agregat halus dan juga tanah galian.
Semakin jauh jarak angkut dari lokasi proyek, maka semakin banyak pula
dump truck yang harus digunakan.
Gambar 3. 2 Dump Truck
3) Concrete Mixer Truck
Concrete mixer truck adalah kendaraan truk khusus yang dilengkapi
dengan concrete mixer yang fungsinya mengaduk/mencampur campuran
beton ready mix. Concrete mixer truck digunakan untuk mengangkut
adukan beton ready mix dari tempat pencampuran beton ke lokasi proyek.
Proses pengiriman beton ready mix ini diatur dengan memperhatikan
jarak, kondisi lalu lintas, cuaca, dan suhu, karena hal–hal tersebut dapat
mempengaruhi waktu dalam pelaksanaan pekerjaan pengecoran.
Gambar 3. 5 Theodolit
6) Scaffolding
Perancah (scaffolding) adalah suatu struktur sementara yang
digunakan untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau
perbaikan gedung dan bangunan-bangunan besar lainnya. Biasanya
perancah berbentuk suatu sistem modular dari pipa atau tabung logam,
meskipun juga dapat menggunakan bahan-bahan lain. Di beberapa negara
Asia seperti RRC dan Indonesia, bambu masih digunakan sebagai
perancah.
Scaffolding adalah alat yang terbuat dari besi berbentuk rangka. Alat
ini berfungsi untuk menyangga bekisting pada saat pengecoran plat lantai,
balok, dan tangga. Scaffolding dilengkapi dengan u-head jack yang dapat
diatur ketinggiannya. Bagian lainnya disebut joint pin untuk menyambung
dan jack base sebagai dasar pijakan dari main frame, cross frame sebagai
skoor penyangga scaffolding.
Adapun bagian-bagian scaffolding yang digunakan pada proyek ini,
yaitu :
a) Main Frame, sebagai tiang utama (badan) scaffolding.
b) U-head
Gambar 3. 7 U-head
Gambar 3. 10 Vibrator
9) Bar Cutter
Bar Cutter yaitu alat pemotong baja yang digerakan dengan mesin.
Gambar 3. 12 Stamper
11. Alat Bantu Lain
Disamping alat–alat berat yang telah diuraikan diatas, terdapat alat
bantu yang dapat digunakan untuk membantu kelancaran pekerjaan proyek,
misalnya skop, cangkul, ember, dan lain–lain. Alat–alat tersebut digunakan
untuk memisahkan material yang berskala kecil atau sekedar untuk
merapikan material yang tumpah maupun berserakan.
Gambar 3. 14 Pasir
4. Baja
Pengertian Baja adalah sebuah jenis logam yang dibuat berdasarkan
campuran unsur utama yaitu besi dan bersama dengan unsur penguatnya
yaitu karbon . Penggunaan dalam pembuatan baja menggunakan unsur besi
sekitar 97%, sedangkan karbonnya sekitar 0,2-2,1%. Unsur tambahan
lainnya seperti:
a) Silicon
b) Tembaga
c) Mangan
d) Nikel
e) Fosfor
f) Krom
g) vanadium
Gambar 3. 15 Baja
5. Besi Tulangan
Besi tulangan yang digunakan adalah besi berdiameter 16 mm dan 13
mm untuk tulangan pokok dan berdiameter 10 mm untuk tulangan bagi. Besi
yang digunakan harus memenuhi persyaratan, besi harus kuat, tidak boleh
keropos atau rapuh dan tidak getas atau mudah pecah dan sesuai dengan
petunjuk direksi.
Gambar 3. 16 Besi Tulangan
Gambar 3. 18 Kerikil
8. Air
Air yang dipakai untuk semua campuran beton, spesi/mortar batu
untuk spesi pasangan batu maupun pekerjaan siraman, plesteran harus bebas
dari lumpur, minyak, asam bahan organik, garam dan kotoran–kotoran lain
yang dapat merusak. Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan
bahan bangunan yang berlaku atau sesuai dengan petunjuk Direksi.
10. Hebel
Hebel merupakan bata ringan yang diproduksi menggunakan
berbagai campuran bahan, seperti batu kapur, semen, air, aluminium
bubuk, pasir silika, hingga gypsum. Setelah bahan tersebut dicampur,
kemudian hebel pun akan diawetkan dengan dipanaskan pada tekanan
tinggi menggunakan alat bernama autoclave.
12. Granite
Keramik granit adalah salah satu bahan desain lantai yang paling
tahan pakai dibandingkan lainnya. Keramik granit juga lebih sulit pecah,
retak atau rusak dibandingkan keramik biasa. Tetapi, keramik granit lebih
“berpori-pori” dibandingkan keramik biasa, sehingga lebih mungkin
meninggalkan bekas noda.
e. Pada balok harus senantiasa dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak boleh
lebih diambil dari 30 cm, sedangkan di bagian balok sengkang- sengkang
bekerja sebagai tulangan geser, atau jarak sengkang tidak boleh diambil
lebih dari 2/3 dari tinggi balok. Diameter batang sengkang tidak boleh
diambil kurang dari 6 mm pada jenis baja lunak dan 5 mm pada jenis baja
keras.
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi
merupakan lantai tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-balok yang
bertumpu pada kolom bangunan. Ketebalan plat lantai ditentukan oleh :
a. Besar lendutan yang diijinkan.
b. Lebar bentangan atau antara balok – balok pendukung.
c. Bahan konstruksi dan plat lantai.
Perencanaan plat lantai beton harus mengikuti persyaratan yag tercantum
dalam pasal 3.1.11 SNI T-15-1991-03 antara lain :
a. Plat lantai harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya 12 cm,
sedangkan untuk plat atap sekurang-kurangnya 10 cm.
b. Harus diberi tulangan silang (tulangan bagi) dengan diameter minimal 8
mm dari baja lunak atau baja sedang.
c. Pada plat lantai yang tebalnya >25 cm harus dipasang tulangan rangka
atas dan bawah.
d. Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5 cm dan tidak
lebih dari 20 cm atau dua kali tebal plat lantai, dipilih yang terkecil.
e. Semua tulangan plat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum 1
cm, untuk melindungi baja dari karat, korosi atau kebakaran.
Pekerjaan balok dan plat lantai dikerjakan secara bersamaan, yaitu dalam
pekerjaan bekisting, pembersihan dan pengecoran dilakukan dalam satu tahap
dalam tiap lantai.
1. Penentuan as balok dan plat lantai
Penentuan as balok dan plat lantai bisa mengikuti posisi dari as kolom.
Karena perletakan balok tepat berada di atas kolom. Pelaksanaan di lapangan
menunjukkan bahwa pekerjaan penentuan as kolom biasanya dipakai juga
sekaligus untuk as balok dan plat lantai yang akan dikerjakan.
Pada tahap ini juga bertujuan untuk mengatur atau memastikan
kerataan ketinggian balok dan plat. Pekerjaan ini menggunakan pesawat
ukur autolevel. Kerataan ini nantinya akan mempengaruhi pelaksanaan dan
hasil pekerjaan dari proses pengecoran balok dan plat lantai.
2. Mengendalikan biaya dan pelaksanaan agar tidak melebihi dari biaya yang
ditentukan.
2. Laporan Mingguan
Laporan mingguan dibuat berdasarkan laporan–laporan harian untuk
memperoleh gambaran kemajuan yang telah dicapai dalam satu minggu.
Laporan mingguan ini berisi tentang :
a. Jenis pekerjaan yang telah diselesaikan.
b. Volume pekerjaan.
d. Prestasi kerja.
1. Pekerjaan perancah
Perancah (scaffolding) adalah suatu struktur sementara yang
digunakan untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau
perbaikan gedung dan bangunan-bangunan besar lainnya. Biasanya
perancah berbentuk suatu sistem modular dari pipa atau tabung logam,
meskipun juga dapat menggunakan bahan-bahan lain. Di beberapa negara
Asia seperti RRC dan Indonesia, bambu masih digunakan sebagai
perancah.
2. Pekerjaan pengukuran dan bekisting
Pemasangan bekisting balok dan pelat lantai-1 didahului dengan
pengukuran posisi balok.Pengukuran dilakukan dengan cara memberi
tanda as bangunan pada kolom lantai bawah yang tadinya ada pada lantai
bawah. Pengukuran yang didasarkan pada tanda as bangunan dari kolom
ini ditujukan untuk mengantisipasi kesalahan pada posisi balok.
Berdasarkan pengukuran tersebut, maka bekisting balok dan pelat
dapat difabrikasi pada posisi yang benar diatas perancah yang telah
disiapkan. Pengaturan level balok dan pelatdapat dilakukan dengan
mengatur ketinggian perancah ( U-head scaffolding ).
3. Pekerjaan pembesian
Fabrikasi pembesian dilakukan di tempat fabrikasi, setelah
bekisting siap, besi tulangan yang telah terfabrikasi siap dipasang dan
dirangkai di lokasi. Pembesian balok dilakukan terlebih dahulu, setelah itu
diikuti dengan pembesian pelat lantai. Panjang penjangkaran dipasang
30x diameter tulangan utama, juga menggunakan kait.Selain itu perlu
dipasang korset sejumlah 4 buah dalam tiap meter persegi untuk
penulangan pelat lantai. Pekerjaan ini adalah untuk mengantisipasi
terjadinya penurunan posisi tulangan atas.
4. Leveling bekisting pelat lantai
Leveling bekisting pelat lantai dilakukan saat bekisting plat sudah
selesai betujuan untuk pengecekan elevasi pada plat lantai tersebut apakah
plat lantai tersebut sudah berada dielevasi yg di tentukan.
5. Pembersihan
Pembersihan ulang area yang akan dicor dilakukan menggunakan
air kompresor sampai benar-benar bersih. Setelah itu, siapkan satu
keranjang dorong untuk mengambil sampel dan test slump cor yang
diawasi oleh engineer dan pihak pengawas. Apabila sudah dinyatakan
bagus, maka pekerjaan pengecoran pun telah siap untuk dilaksanakan
6. Kontrol kualitas
Sebelum dilakukan pengecoran secara serentak, perlu dilakukan
control kualitas yang terdiri atas dua tahap yaitu :
8. Pekerjaan curing
Pekerjaan curing atau perawatan beton di lakukan saat beton sudah
mulai mengeras yang bertujuan untuk menjaga agar beton tidak cepat
kehilangan air dan sebagai tindakan menjaga kelembaban/suhu beton
sehingga beton dapat mencapai mutu beton yang di inginkan
V.3 Analisa plat
1. Perhitungan Analis Plat Lantai 1
Data Plat
Tebal Plat = 0,125 m
Lebar = 6,00 m
Panjang = 6,50 m
Beban mati = 100 kg
Beban Hidup = 479 kg/m
Berat Sendiri Plat = 2400 kg
Berat Finishing Plat = 2100 kg
Berat Plafon = 0,2 kN/m
Berat ME = 0,5 kN/m
Fy = BjTS - 420 Mpa (ULIR, D > 10 mm)
Fc’ = 29 Mpa/K-350
180.000(75)+135.000(375)
ȳ= =203,571 mm
315.000
I b=
[ 1
12
×1.200 × 150 + ( 180.000× 75 )
3 2
]
+ [ 1
12
× 300× 4503 + ( 135.000 ×247 2 ) ]
6 4
¿ 13.7859 ∙10 mm
a) Momen inersia dalam arah Panjang adalah
1
I l= ×6.000 ×1503 =1.6875∙ 106 mm4
12
EI b 13.7859∙ 106
α fl = = =8,1714
EI s 1.6875∙ 106
b) Momen inersia dalam arah Pendek adalah
1 3 6 4
I s= ×6.500 × 150 =1.8281∙ 10 mm
12
EI b 13.7859∙ 106
α fs = = =7,5428
EI s 1.8281∙ 106
c) Nilai α fm diperoleh dari rata-rata α fl dan α fs :
8,1714+7,542
α fm= =7,86
2
6.500−600
β= =1,093
6.000−600
Karena α fm > 2,0 , maka nilai h min di cari dengan menggunakan persamaan
h=
(
l n 0,8+
fy
1.400)=
(
( 6.500−600 ) 0,8+
420
1.400 )
=141,6 mm>90 mm
ok
36 +9 β 36+9(1,093)
gunakan pelat = 150 mm
ρb=( β 1 ×0,85
fy '
× fc '
) ×(
600+fy ' )
600
ρb=( )× ( 600+600420 )
0,85 ×0,85 ×29
420
ρb=¿0,0293
ρ max = 0,75 . ρb
= 0,0220
ρ min = 0,0025
Tulangan pada lapangan x :
b = 1000 mm
dx = 125 mm
Mu = 15,227 KN/ m2 = 15,227.10−6
Mu
Mn =
∅
−6
15,227.10
=
0,8
= 19033714,3 Nmm
Mn
Rn = 2
b.d
19033714,3
=
1000 x 1252
= 1,218
f'y
M =
0,85 . f ' c
420
=
0,85 x 29
=17,038
ρ=
1
m [ √
× 1− 1−
2 . m. Rn
fc
' ]
ρ=
1
17,038 [ √
× 1− 1−
2 x 17,038 x 1,218
420 ]
ρ=¿ 0,00297
min,maka dipakai = 0,00297
As = ρ ×b × d
As = 0,00297 ×1000 ×125
As = 371,977 mm²
1
×3,14 × ( 10 )
2
Luas tulangan D10 =
4
= 78,5
As
Jumlah tulangan =
Luas tulangan
371,977
=
87,5
= 4,738 = 5 batang
1000
Jarak tulangan dalam 1 m1 =
5
=200 mm
As yang terpakai = luas tulangan x jumlah tulangan
= 78,5 x 5
= 392,5 mm2 > As……………(OK)
Di pakai tulangan = D 10 - 200
ρ=
1
m [ √
× 1− 1−
2 . m. Rn
fc
' ]
ρ=
1
17,038 [ √
× 1− 1−
2 x 17,038 x 2,368
420 ]
ρ=¿ 0,00594
min,maka dipakai = 0,00594
As = ρ ×b × d
As = 0,00594 × 1000× 125
As = 742,529 mm²
1
×3,14 × ( 10 )
2
Luas tulangan D10 =
4
= 78,5
As
Jumlah tulangan =
Luas tulangan
371,977
=
87,5
= 9,458 = 10 batang
1000
Jarak tulangan dalam 1 m1 =
10
=100 mm
As yang terpakai = luas tulangan x jumlah tulangan
= 78,5 x 10
= 785 mm² > As……………(OK)
Di pakai tulangan = D 10 - 100
ρ=
1
m [ √
× 1− 1−
2 . m. Rn
fc
' ]
ρ=
1
17,038 [ √
× 1− 1−
2 x 17,038 x 1,182
420 ]
ρ=¿ 0,00288
min,maka dipakai = 0,00288
As = ρ ×b × d
As = 0,00288 ×1000 ×115
As = 331,902 mm²
1
×3,14 × ( 10 )
2
Luas tulangan D10 =
4
= 78,5
As
Jumlah tulangan =
Luas tulangan
331,902
=
87,5
= 4,228 = 5 batang
1000
Jarak tulangan dalam 1 m1 =
5
=200 mm
As yang terpakai = luas tulangan x jumlah tulangan
= 78,5 x 5
= 392,5 mm2 > As……………(OK)
Di pakai tulangan = D 10 - 200
Tulangan pada Tumpuan y :
b = 1000 mm
dx = 115 mm
Mu = 25,018 KN/ m2 = 25,018.10−6 Nmm
Mu
Mn =
∅
−6
25,018.10
=
0,8
= 31273450 Nmm
Mn
Rn = 2
b.d
31273450
=
1000 x 1152
= 2,364
f'y
M =
0,85 . f ' c
420
=
0,85 x 29
=17,038
ρ=
1
m [ √
× 1− 1−
2 . m. Rn
fc
' ]
ρ=
1
17,038 [ √
× 1− 1−
2 x 17,038 x 2,364
420 ]
ρ=¿ 0,00592
min,maka dipakai = 0,00592
As = ρ ×b × d
As = 0,00592 ×1000 ×115
As = 681,933 mm²
1
×3,14 × ( 10 )
2
Luas tulangan D10 =
4
= 78,5
As
Jumlah tulangan =
Luas tulangan
681,933
=
87,5
= 8,687 = 10 batang
1000
Jarak tulangan dalam 1 m1 =
10
=100 mm
As yang terpakai = luas tulangan x jumlah tulangan
= 78,5 x 10
= 785 mm² > As……………(OK)
Di pakai tulangan = D 10 - 100
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan kerja praktek pada Proyek Pembangunan Gedung
Pendidikan Mahad Iain Surakarta, banyak pengalaman dan pengetahuan mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan suatu proyek. Ada beberapa hal yang
dapat disimpulkan pada pelaksanaan kerja praktek, antara lain :
1. Pengawasan dalam proyek merupakan hal yang sangat penting. Bertujuan
agar suatu pekerjaan dapat berjalan dengan efektif dan efesien serta dapat
terhindar dari penyimpangan dalam suatu pekerjaan.
2. Komunikasi antara pihak-pihak yang terkait dalam proyek Pembangunan
Gedung Pendidikan Mahad Iain Surakarta itu sangat penting. Agar tidak
terjadi miskomunikasi dalam suatu proyek.
3. Pengawasan mutu di lapangan sudah baik dengan mengecek ulang jumlah
tulangan dan nilai slump sebelum dilakukan pengecoran.
4. Material yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah material yang
bermutu baik, bebas dari unsur-unsur yang dapat merusak beton seperti
lumpur dan lain-lain.
5. Dalam perhitungan analisis ini didapatkan:
1. Tebal plat = 150 mm
2. Tulangan lapangan = D10 - 200
3. Tulangan tumpuan = D10 – 100
Dengan catatan perhitungan balok anak tidak dicantumkan.
Sedangkan dilapangan dengan menggunkan balok anak yang berada
disetiap setengah bentang dirasa cukup aman dan didapatkan :
1. Tebal plat = 125 mm
2. Tulangan lapangan = D10 - 300
3. Tulangan tumpuan = D 10 - 150
VI.2 Saran
Dari hasil pengamatan penulis selama Kerja Praktek diproyek Pembangunan
Gedung Pendidikan Mahad IAIN Surakarta,ada beberapa hambatan-hambatan
yang terjadi diluar dugaan,sehingga mengakibatkan terjadinya keterlambatan
proyek. berikut beberapa saran yang dapat penulis kemukakan adalah:
1. Upaya untuk mengejar keterlambatan proyek dapat di lakukan
penambahan tenaga kerja pada setiap pekerjaan.
2. koordinasi dan kerja sama antara semua pihak itu perlu di tingkatkan
agar proyek bisa sesuai Time Schedule.
3. Pemilihan material perlu di tingkatkan lagi.