Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada awal penciptaannya malaikat sudah mengetahui bahwa


manusia akan membuat kerusakan di dunia. Kenyataannya memang
benar. Banyak manusia yang melakukan kejahatan di muka bumi ini.
Mengambil hak orang lain, berlaku tidak adil, merugikan diri sendiri dan
orang lain adalah contoh-contoh kebatilan yang selalu dibuat manusia.

Ajaran Islam nyatanya sudah sangat lengkap. Allah SWT lewat


Rasulullah SAW sebagai pembawa risalah telah menerangkan tentang
berbagai macam kejahatan (Jinnayah) beserta hukumannya (Hudud).
Allah SWT adalah Zat Mahaadil, maka hukuman yang diajarkan pun
juga sangat adil.

Jinnayah dan hudud yang diajarkan Rasulullah SAW tentu sewajarnya


menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Segalanya telah diatur
dalam agama. Maka sebagai hamba yang telah diciptakan sudah
sewajarnya kita menaati aturan-aturan tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas,dapat dirumuskan


permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Jinnayah dan Hudud?

2. Apa saja macam-macam Jinnayah?

3. Bagaimana tata cara Hudud dalam masing-masing Jinnayah


tersebut?

4. Apa hikmah mempelajari Jinnayah dan Hudud?

1
1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Memahami apa yang dimaksud dengan Jinnayah dan Hudud.

2. Mengetahui macam-macam Jinnayah.

3. Mengetahui tata cara hudud dalam Jinnayah.

4. Memahami hikmah dalam mempelajari Jinnayah dan Hudud.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini,terdiri atas tiga bab.Pada Bab


Pertama,berisi pendahuluan yang diuraikan meliputi latar belakang,
perumusan masalah, tujuan, dan sistematika penulisan.

Selanjutnya pada Bab Kedua penjabaran tentang pengertian


Jinnayah dan hudud dan juga contoh-contoh serta hikmahnya untuk
kehidupan sehari-hari. Terakhir adalah Bab Ketiga meliputi Simpulan
dan diuraikan dengan Daftar Pustaka.

2
BAB II

Jinnayah dan Hudud

2.1 Pengertian Jinayah dan Hudud

Jinayah adalah Perbuatan yang diharamkan atau dilarang


karena dapat menimbulkan kerugian atau kerusakan agama,
jiwa, akal atau harta benda. Kata jinayah berasal dari kata
janayajni yang berarti akhaza (mengambil) atau sering pula
diartikan kejahatan, pidana atau kriminal.
Hudud adalah bentuk jama’ dari kata had yang asal artinya
sesuatu yang membatasi di antara dua benda. Menurut bahasa,
kata had berarti al-man’u (cegahan). Adapun menurut syar’i,
hudud adalah hukuman-hukuman kejahatan yang telah
ditetapkan oleh syara’ untuk mencegah dari terjerumusnya
seseorang kepada kejahatan yang sama.

2.2 Macam – macam Jinayah dan Hukum Bagi Pelakunya

1. Pembunuhan

3
Pembunuhan adalah suatu tindakan atau perbuatan yang dapat
menghilangkan nyawa seseorang, apa pun bentuknya, apabila
suatu tindakan tersebut dapat menghilangkan nyawa, maka ia
dikatakan membunuh.
Pembunuhan terbagi tiga: pembunuhan dengan sengaja,
pembunuhan yang mirip dengan sengaja, dan ketiga pembunuhan
karena keliru.

a. Pembunuhan yang disengaja

Pembunuhan dengan sengaja ialah seseorang yang secara


sengaja (dan terencana) membunuh orang yang terlindungi
darahnya (tak bersalah).
Adapun untuk pembunuhan yang disengaja dan terencana, maka
pihak wali dari terbunuh diberi dua alternatif, yaitu menuntut
hukum qishash, atau memaafkan dengan mendapat imbalan
diat.

b. Pembunuhan yang Seperti Disengaja

Adapun yang dimakasud syibhul ’amdi (pembunuhan yang


mirip dengan sengaja) ialah seseorang bermaksud tidak
memukulnya, yang secara kebiasaan tidak dimaksudkan hendak
membunuhnya, namun ternyata oknum yang jadi korban
meninggal dunia. Kejadiannya bisa juga seperti ini, ketika
seseorang memukul orang lain tidak dengan benda yang
mematikan dan tidak pula mengenai organ tubuh yang vital dan
sensitif seperti otak, jantung, dll, dan orang tersebut meninggal
dunia. Hal seperti itulah yang dikatakan sebagai pembunuhan
yang seperti disengaja.

Dalam hal ini tiada wajib qisas (balas bunuh) bagi si


pembunuh, tetapi diwajibkan ke atas keluarga pembunuh untuk

4
membayar diyat mughallazah (denda yang berat) dengan secara
beransur – ansur selama tiga tahun kepada keluarga korban.

c. Pembunuhan yang tidak di sengaja

Sedangkan yang dimaksud pembunuh yang tidak disengaja


ialah seseorang yang melakukan perbuatan menghilangkan
nyawa seseorang tanpa disengaja. Ketika seseorang melakukan
hal yang mubah baginya, seperti memanah binatang buruan
atau semisalnya, ternyata anak panahnya nyasar mengenai
orang hingga meninggal dunia.

Bagi si pembunuh tidak dikenakan qisas (balas bunuh) tetapi


dia dikenakan diyat mukhafafah (denda yang ringan). Diyat itu
dibayar oleh adik-beradik pembunuh dan bayarannya boleh
ditangguhkan selama tiga tahun.

2. Pencurian

Pencurian adalah mengambil sesuatu milik orang lain secara


diam-diam dan rahasia dari tempat penyimpannya yang terjaga
dan rapi dengan maksud untuk dimiliki. Pengambilan harta milik
orang lain secara terang-terangan tidak termasuk pencurian
tetapi Muharobah (perampokan) yang hukumannya lebih berat
dari pencurian. Dan Pengambilan harta orang lain tanpa
bermaksud memiliki itupun tidak termasuk pencurian tetapi
Ghosab (memanfaatkan milik orang lain tanpa izin).

Pelaku pencurian diancam hukuman potong tangan dan akan


diazab diakherat apabila mati sebelum bertaubat dengan tujuan
agar harta terpelihara dari tangan para penjahat, karena dengan
hukuman seperti itu pencuri akan jera dan memberikan pelajaran
kepada orang lain yang akan melakukan pencurian karena
beratnya sanksi hukum sebagai tindakan defensif (pencegahan).

5
Hukuman potong tangan dijatuhkan kepada pencuri oleh
hakim setelah terbukti bersalah, baik melalui pengakuan, saksi
dan alat bukti serta barang yang dicurinya bernilai ekonomis,
bisa dikonsumsi dan mencapai nishab, yaitu lebih kurang 93
gram emas.

3. Perzinahan

Zina adalah melakukan hubungan seksual di luar ikatan


perkawinan yang sah, baik dilakukan secara sukarela maupun
paksaan.

Sanksi hukum bagi yang melakukan perzinahan adalah


dirajam (dilempari dengan batu sampai mati) bagi pezina
mukhshan; yaitu perzinahan yang dilakukan oleh orang yang
telah melakukan hubungan seksual dalam ikatan perkawinan
yang sah. Atau dicambuk 100 kali bagi pezina ghoer mukhshan;
yaitu perzinahan yang dilakukan oleh orang yang belum pernah
melakukan hubungan seksual dalam ikatan perkawinan yang
sah.

Sanksi hukum tersebut baru dapat dijatuhkan apabila sudah


terbukti melakukan perzinahan baik dengan pengakuan, 4 orang
saksi atau alat bukti.
Perzinahan diharamkan oleh Islam karena :

a. Menghancurkan garis keturunan dan putusnya hak waris.

b. Mengakibatkan kehamilan sehingga anak yang terlahir


tersia-sia dari pemeliharaan, pengurusan dan pembinaan
pendidikannya.

c. Merupakan salah satu bentuk dari perilaku binatang yang


akan menghancurkan kemanusiaan.

6
d. Menimbulkan penyakit yang berbahaya dan menular.

4. Qadzaf

Qadzaf adalah menuduh orang lain melakukan perzinahan.


Sangsi hukumnya adalah dicambuk 80 kali. Sangsi ini bisa
dijatuhkan apabila tuduhan itu dialamatkan kepada orang Islam,
baligh, berakal, dan orang yang senantiasa menjaga diri dari
perbuatan dosa besar terutama dosa yang dituduhkan. Namun ia
akan terbebas dari sangsi tersebut apabila dapat
mengemukakan 4 orang saksi dan atau bukti yang jelas. Suami
yang menuduh isterinya berzina juga dapat terbebas dari sangsi
tersebut apabila dapat mengemukakan saksi dan bukti atau
meli’an isterinya yang berakibat putusnya hubungan perkawinan
sampai hari kiamat.

5. Muharobah

Muharobah adalah aksi bersenjata dari seseorang atau


sekelompok orang untuk menciptakan kekacauan,
menumpahkan darah, merampas harta, merusak harta benda,
ladang pertanian dan peternakan serta menentang aturan
perundang-undangan.

Latar belakang aksi ini bisa bermotif ekonomi yang berbentuk


perampokan, penodongan baik di dalam maupun diluar rumah
atau bermotif politik yang berbentuk perlawanan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan melakukan
gerakan yang mengacaukan ketentraman dan ketertiban umum.

Sangsi hukum pelaku muharobah adalah :

7
1. Dipotong tangan dan kakinya secara bersilang apabila ia atau
mereka hanya mengambil atau merusak harta benda.

2. Dibunuh atau disalib apabila dalam aksinya itu ia membunuh


orang.

3. Dipenjara atau dibuang dari tempat tinggalnya apabila dalam


aksinya hanya melakukan kekacauan saja tanpa mengambil
atau merusak harta-benda dan tanpa membunuh.

2.3 Hikmah Mempelajari Jinayah dan Hudud

Ada beberapa hikmah yang dapat kita petik dalam mata


pelajaran ini, hikmah- hikmah tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Dengan mempelajari jinayah dan hudud, maka kita akan


mengetahui macam- macam tindakan kriminal dan
hukumnya.

2. Dapat mempertebal rasa persaudaraan, karena perbuatan


yang dapat merugikan orang lain sangat di benci oleh Allah
SWT.

3. Dapat mengingatkan kita akan adab dalam bergaul di


masyarakat.

4. Dapat mempertebal rasa keimanan kepada Allah SWT.

8
BAB III

Simpulan

Jinayah adalah Perbuatan yang diharamkan atau dilarang


karena dapat menimbulkan kerugian atau kerusakan agama,
jiwa, akal atau harta benda. Hudud adalah hukuman-hukuman
kejahatan yang telah ditetapkan oleh syara’ untuk mencegah
dari terjerumusnya seseorang kepada kejahatan yang sama.

Contoh-contoh Jinnayah dan Hudud adalah pembunuhan, pencurian,


perzinahan, qadzhaf, dan muharabbah. Masing-masing dari Jinnayah
tersebut memiliki Hudud yang telah ditentukan. Tujuannya agar
seseorang tidak melakukakan kesalahan yang sama seperti yang telah
dia lakukan.

Dengan mempelajari jinayah dan hudud, maka kita akan


mengetahui macam- macam tindakan kriminal dan hukumnya,
mempertebal rasa persaudaraan, karena perbuatan yang dapat
merugikan orang lain sangat di benci oleh Allah SWT. Dapat
mengingatkan kita akan adab dalam bergaul di masyarakat.dan
dapat mempertebal rasa keimanan kepada Allah SWT.

9
DAFTAR PUSTAKA

Jenis- jenis Jinayat, 2009, dalam http://www.mail-archive.com, di


download pada
15 Oktober 2009

Jinayah, 2009, dalam http://www.republika.co.id, di download pada


15 Oktober
2009.

Pengertian Hudud, 2009, dalam http://alislamu.com, di download


pada 15
Oktober 2009

Rasyid, Sulaiman. 2008. Fiqh Islam. Bandung : Sinar Baru Algesindo

Saefulridjal, 2008, Fiqh Jinayah, dalam http://www.fkip-uninus.org, di


download
pada 15 Oktober 2009

Zainuddin, Djedjen. 2009. Fiqh MA Kelas XI. Semarang : PT Toha


Putra

10

Anda mungkin juga menyukai