Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN

1. ANATOMI KULIT

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat
tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter
persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak,
umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus
dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak
tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.

Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat.

EPIDERMIS

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel.
Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada
telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh
ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.

Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam):
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal
telapak
kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.

2
3. Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya
ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula
keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril,
dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk
mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada
tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum
dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai
lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
5 . Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat
dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis
diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak,
usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.

Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel
Langerhans).

DERMIS
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True
Skin”
Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya
dengan
jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3
mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
• Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
• Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.

Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan


bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa.
Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin
berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak

3
mempunyai banyak keriput. Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah.
Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat
epidermis di dalam dermis.

Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan


shearing forces dan respon inflamasi.

SUBKUTIS

Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak.
Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan
jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh
dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk
regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

VASKULARISASI KULIT

Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan
papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis.
Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla
dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak
terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran
epidermis

2. FISIOLOGI KULIT

4
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah
memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi,
mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma
mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi
telahdiketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba
karena banyaknyaakhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit
berperanpada pengaturansuhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi
dikontrol oleh hipothalamus.Temperatur perifer mengalami proses
keseimbanganmelalui keringat, insessible loss darikulit, paru-paru dan mukosa
bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksipembuluh darah
kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah,kemudian
tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan
caramengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada
temperatur yangmenurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian
akan mempertahankanpanas.

Fungsi Kulit
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :
1. Pelindung atau Proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan-jaringan tubuh di sebelah dalam dan
melindungi tubuh dari pengaruh -pengaruh luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar darikulit
ari diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadikankulittahan air. Kulit dapat menahan suhu tubuh,
menahan luka-luka kecil,mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalaurangsang-
rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari.
2. Penerima Rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yangberhubungan dengan sakit, suhu panas atau
dingin, tekanan, rabaan, dangetaran. Kulit sebagai alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.
3. Pengatur panas atau thermoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluhkapiler serta melalui respirasi yang
keduanya dipengaruhi saraf otonom.Tubuh yang sehat memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit
atausekitar 36,50C. Ketika terjadi perubahan pada suhu luar, darah dankelenjar keringat kulit mengadakan
penyesuaian seperlunya dalamfungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah salah satu fungsi kulit
sebagai organ antara tubuh dan lingkungan.

5
Panas akan hilang denganpenguapan keringat.
4.Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar keringat yang dikeluarkan melalui
pori-pori keringat dengan membawagaram, yodium dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui
kulittidak saja disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air transepidermis sebagai
pembentukan keringat yang tidak disadari.
5. Penyimpanan
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
6. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalamlemak dapat diserap ke dalam kulit.
Hormon yang terdapat pada krimmuka dapat masuk melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit
padatingkatan yang sangat tipis. Penyerapan terjadi melalui muara kandungrambut dan masuk ke dalam
saluran kelenjar palit, merembes melaluidinding pembuluh darah ke dalam peredaran darah kemudian ke
berbagaiorgan tubuh lainnya.
7. Penunjang penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampakhalus, putih dan bersih akan dapat
menunjang penampilan .
Fungsi lain dari kulit yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorangseperti kulit memerah, pucat maupun
konstraksi otot penegak rambut.

B. DEFINISI CANDIDIASIS

Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh
spesies Candida, biasanya oleh Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit,
kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan  septikemia, endokarditis, atau
meningitis . Kandidiasis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida, terutama
Candida albicans.

Kandidiasis adalah infeksi oportunistik (IO) yang sangat umum pada orang terinfeksi
HIV. Infeksi ini disebabkan oleh sejenis jamur yang umum, yang disebut kandida. Jamur ini,
semacam ragi, ditemukan di tubuh kebanyakan orang. Sistem kekebalan tubuh yang sehat
dapat mengendalikan jamur ini. Jamur ini biasa menyebabkan penyakit pada mulut,
tenggorokan dan vagina. IO ini dapat terjadi beberapa bulan atau tahun sebelum IO lain yang
lebih berat. Lihat Lembaran Informasi (LI) 500 untuk informasi lebih lanjut tentang IO.

6
Kandidiasis adalah sebuah penyakit dimana sering juga disebut sebagai:
1. Candidosis
2. Moniliasis
3. Oidiomycosis
4. Trush 
Pada manusia, Candida albicans sering ditemukan di dalam mulut, feses, kulit dan di
bawah kuku orang sehat. Candida albicans dapat membentuk blastospora dan hifa, baik
dalam biakan maupun dalam tubuh. Bentuk jamur di dalam tubuh dianggap dapat
dihubungkan dengan sifat jamur, yaitu sebagai saproba tanpa menyebabkan kelainan atau
sebagai parasit patogen yang menyebabkan kelainan dalam jaringan. Penyelidikan lebih
lanjut membuktikan bahwa sifat patogenitas tidak berhubungan dengan ditemukannya
Candida albicans dalam bentuk blastospora atau hifa di dalam jaringan. Terjadinya kedua
bentuk tersebut dipengaruhi oleh tersedianya nutrisi, yang dapat ditunjukkan pada suatu
percobaan di luar tubuh. Pada keadaan yang menghambat pembentukan tunas dengan bebas,
tetapi yang masih memungkinkan jamur tumbuh, maka dibentuk hifa. Rippon (1974)
mengemukakan bahwa bentuk blastospora diperlukan untuk memulai suatu lesi pada
jaringan. Sesudah terjadi lesi, dibentuk hifa yang melakukan invasi. Dengan proses tersebut
terjadilah reaksi radang. Pada kandidosis akut biasanya hanya terdapat blastospora, sedang
pada yang menahun didapatkan miselium. Kandidosis di permukaan alat dalam biasanya
hanya mengandung blastospora yang berjumlah besar, pada stadium lanjut tampak hifa.
Hal ini dapat dipergunakan untuk menilai hasil pemeriksaan bahan klinik, misalnya dahak,
urin untuk menunjukkan stadium penyakit. Kelainan jaringan yang disebabkan oleh Candida
albicans dapat berupa peradangan, abses kecil atau granuloma. Pada kandidosis sistemik, alat
dalam yang terbanyak terkena adalah ginjal, yang dapat hanya mengenai korteks atau korteks
dan medula dengan terbentuknya abses kecil-kecil berwarna keputihan. Alat dalam lainnya
yang juga dapat terkena adalah hati, paru-paru, limpa dan kelenjar gondok. Mata dan otak
sangat jarang terinfeksi. Kandidosis jantung berupa proliferasi pada katup-katup atau
granuloma pada dinding pembuluh darah koroner atau miokardium. Pada saluran pencernaan
tampak nekrosis atau ulkus yang kadang-kadang sangat kecil sehingga sering tidak terlihat
pada pemeriksaan. Manifestasi klinik infeksi Candida albicans bervariasi tergantung dari
organ yang diinfeksinya.

7
C.     KLASIFIKASI
Berdasarkan tempat yang terkena, kandidiasis dibagi sebagai berikut:
1.  Kandidosis selaput lendir :
a.  Kandidosis oral (thrush)
b.  Perleche
c.  Vulvovaginitis
d.  Balanitis atau balanopostitis
e.  Kandidosis mukokutan kronik
f.   Kandidosis bronkopulmonar dan paru

2.  Kandidosis kutis :
a.   Lokalisata    : 1). daerah intertriginosa.
                             2). daerah perianal
b.  Generalisata
c. Paronikia dan onikomikosis
d.  Kandidiasis kutis granulomatosa.

3.  Kandidosis sistemik : 


a.   Endokarditis
b.   Meningitis
c.   Pielonefritis
d.   Septikemia
3. Reaksi id (kandidid). 

D.    EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-laki
maupun perempuan. Hubungan ras dengan penyakit ini tidak jelas tetapi insiden diduga lebih
tinggi di negara berkembang. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada daerah tropis dengan
kelembaban udara yang tinggi dan pada musim hujan sehubungan dengan daerah-daerah
yang tergenang air.

8
E. ETIOLOGI
Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies patogenik yang
lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C. pseudotropicalis,
C. lusitaneae.  Genus Candida adalah grup heterogen yang terdiri dari 200 spesies jamur.
Sebagian besar dari spesies candida tersebut patogen oportunistik pada manusia, walaupun
mayoritas dari spesies tersebut tidak menginfeksi manusia. C. albicans adalah jamur dimorfik
yang memungkinkan untuk terjadinya 70-80% dari semua infeksi candida, sehingga
merupakan penyebab tersering dari candidiasis superfisial dan sistemik.

F. MANIFESTASI KLINIS

Secara klinis kandidiasis dapat menimbulkan penampilan yang berbeda, pada umumnya
berupa lesi – lesi putih atau area eritema difus (Silverman S, 2001). Manifestasi klinis yang
terlihat bervariasi tergantung dari bagian tubuh mana yang terkena, dapat dilihat sebagai
berikut :

1. Kandidiasis intertriginosa : Kelainan ini sering terjadi pada orang-orang gemuk,


menyerang lipatan-lipatan kulit yang besar. Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat
paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis dan
umbilikalis, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah dan eritematosa. Lesi
tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula
yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif dengan pinggir yang kasar dan
berkembang seperti lesi primer.
2. Kandidiasis perianal : Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe
basah. Penyakit ini menimbulkan pruritus ani.
3. Kandidiasis kutis generalisata : Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga pada
lipat payudara, intergluteal dan umbilikus. Sering disertai glositis, stomatitis dan
paronikia. Lesi berupa ekzematoid, dengan vesikel-vesikel dan pustul-pustul. Penyakit
ini sering terdapat pada bayi, mungkin karena ibunya menderita kandidiasis vagina atau
mungkin karena gangguan imunologik.
4. Paronikia dan onikomikosis : infeksi jamur pada kuku dan jaringan sekitarnya ini
menyebabkan rasa nyeri dan peradangan sekitar kuku. Kadang-kadang kuku rusak dan
menebal. Hal ini sering diderita oleh orang-orang yang pekerjaannya berhubungan
dengan air.

9
5. Diaper rush : sering terdapat pada bayi yang popoknya selalu basah dan jarang diganti
yang dapat menimbulkan dermatitis iritan, juga sering diderita neonatus sebagai gejala
sisa dermatitis oral dan perianal. 
6. Kandidisiasis kutis granulomatosa : Kelainan ini merupakan bentuk yang jarang
dijumpai. Manifestasi kulit berupa pembentukan granuloma yang terjadi akibat
penumpukan krusta serta hipertrofi setempat. Kelainan ini banyak menyerang anak-
anak, lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning kecoklatan
dan melekat erat pada dasarnya. Krusta ini dapat menimbulkan tanduk sepanjang 2 cm,
lokasinya sering terdapat di muka, kepala, kuku, badan, tungkai, dan faring. 
7. Thrush merupakan infeksi jamur di dalam mulut. Bercak berwarna putih menempel
pada lidah dan pinggiran mulut, sering menimbulkan nyeri. Bercak ini bisa dilepas
dengan mudah oleh jari tangan atau sendok. Thrush pada dewasa bisa merupakan
pertanda adanya gangguan kekebalan, kemungkinan akibat diabetes atau
AIDS. Pemakaian antibiotik yang membunuh bakteri saingan jamur akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya thrush.
8. Perléche merupakan suatu infeksi Candida di sudut mulut yang menyebabkan retakan
dan sayatan kecil. Bisa berasal dari gigi palsu yang letaknya bergeser dan menyebabkan
kelembaban di sudut mulut sehingga tumbuh jamur. 
9. Infeksi vagina (vulvovaginitis) sering ditemukan pada wanita hamil, penderita diabetes
atau pemakai antibiotik.Gejalanya berupa keluarnya cairan putih atau kuning dari
vagina disertai rasa panas, gatal dan kemerahan di sepanjang dinding dan daerah luar
vagina. 
10. Infeksi penis sering terjadi pada penderita diabetes atau pria yang mitra seksualnya
menderita infeksi vagina. Biasanya infeksi menyebabkan ruam merah bersisik (kadang
menimbulkan nyeri) pada bagian bawah penis. 

G. PATOFISIOLOGI

          Kelainan yang disebabkan oleh spesies kandida ditentukan oleh interaksi yang komplek
antara patogenitas fungi dan mekanisme pertahanan pejamu. Faktor penentu patogenitas
kandida adalah :
1.  Spesies : Genus kandida mempunyai 200 spesies, 15 spesies dilaporkan dapat
menyebabkan proses pathogen pada manusia.   C. albicans adalah kandida yang paling tinggi
patogenitasnya.

10
2.  Daya lekat : Bentuk hifa dapat melekat lebih kuat daripadagermtube,
sedang germtube melekat lebih kuat daripada sel ragi. Bagian terpenting untuk melekat
adalah suatu glikoprotein permukaan atau mannoprotein. Daya lekat juga dipengaruhi oleh
suhu lingkungan.
3.  Dimorfisme : C. albicans merupakan jamur dimorfik yang mampu tumbuh dalam kultur
sebagai blastospora dan sebagai pseudohifa. Dimorfisme terlibat dalam patogenitas kandida.
Bentuk blastospora diperlukan untuk memulai suatu lesi pada jaringan dengan mengeluarkan
enzim hidrolitik yang merusak jaringan. Setelah terjadi lesi baru terbentuk hifa yang
melakukan invasi.
4.  Toksin : Toksin glikoprotein mengandung mannan sebagai komponen toksik. Glikoprotein
khususnya mannoprotein berperan sebagai adhesion dalam kolonisasi jamur. Kanditoksin
sebagai protein intraseluler diproduksi bila C. albicans dirusak secara mekanik.
5.  Enzim : Enzim diperlukan untuk melakukan invasi. Enzim yang dihasilkan oleh C.
albicans ada 2 jenis yaitu proteinase dan fosfolipid.

Mekanisme pertahanan pejamu : 


1.  Sawar mekanik : Kulit normal sebagai sawar mekanik terhadap invasi kandida. Kerusakan
mekanik pertahanan kulit normal merupakan faktor predisposisi terjadinya kandidiasis.
2.  Substansi antimikrobial non spesifik : Hampir semua hasil sekresi dan cairan dalam
mamalia mengandung substansi yang bekerja secara non spesifik menghambat atau
membunuh mikroba. 
3. Fagositosis dan intracellular killing : Peran sel PMN dan makrofag jaringan untuk
memakan dan membunuh spesies kandida merupakan mekanisme yang sangat penting untuk
menghilangkan atau memusnahkan sel jamur. Sel ragi merupakan bentuk kandida yang siap
difagosit oleh granulosit. Sedangkan pseudohifa karena ukurannya, susah difagosit.
Granulosit dapat juga membunuh elemen miselium kandida. Makrofag berperan dalam
melawan kandida melalui pembunuhan intraseluler melalui system mieloperoksidase (MPO).
4.  Respon imun spesifik : imunitas seluler memegang peranan dalam pertahanan melawan
infeksi kandida. Terbukti dengan ditemukannya defek spesifik imunitas seluler pada
penderita kandidiasi mukokutan kronik, pengobatan imunosupresif dan penderita dengan
infeksi HIV.

Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel pejamu menjadi syarat mutlak untuk
berkembangnya infeksi.Secara umum diketahui bahwa interaksi antara mikroorganisme dan

11
sel pejamu diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding sel mikroorganisme, adhesin
dan reseptor. Manan dan manoprotein merupakan molekul-molekul Candida albicans yang
mempunyai aktifitas adhesif. Khitin, komponen kecil yang terdapat pada dinding sel Candida
albicans juga berperan dalam aktifitas adhesif. Pada umumnya Candida albicans berada
dalam tubuh manusia sebagai saproba dan infeksi baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi
pada tubuh pejamu.
 Faktor predisposisi terjadinya infeksi ini meliputi faktor endogen maupun eksogen, antara
lain :
1.      Faktor endogen :
a.  Perubahan fisiologik
1)      Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina
2)      Kegemukan, karena banyak keringat
3)      Debilitas
4)      Iatrogenik
5)      Endokrinopati, gangguan gula darah kulit
6)      Penyakit kronik : tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum yang buruk.
b.  Umur : orang tua dan bayi lebih sering terkena infeksi karena status imunologiknya tidak
sempurna.
c.  Imunologik : penyakit genetik.

2.      Faktor eksogen :
a.  Iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
b.  Kebersihan kulit
c.  Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan
memudahkan masuknya jamur.
d.  Kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis. 
                    

Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan Candida albicans serta


memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia karena adanya perubahan dalam
sistem pertahanan tubuh. Blastospora berkembang menjadi hifa semu dan tekanan dari hifa
semu tersebut merusak jaringan, sehingga invasi ke dalam jaringan dapat terjadi. Virulensi
ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut merusak jaringan serta invasi ke dalam jaringan.
Enzim-enzim yang berperan sebagai faktor virulensi adalah enzim-enzim hidrolitik seperti
proteinase, lipase dan fosfolipase.

12
H. PENATALAKSANAAN

1. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik dan laboratorium:

a. pH vagina pada pasien dengan VVC biasanya normal (<4.5). Bila lebih dar 4.7
biasanya mengindikasikan bacterial vaginosis, trichomoniasis atau mized infection.
b. Kultur kulit, untuk memastikan penyebab infeksi.
c. Pemeriksaan mikroskopik dengan goresan kulit menggunakan kalium hidroksida untuk
identifikasi hyphae (spora dan filamen jamur)
d. Pemeriksaan dengan sinar UV (lampu wood) dapat mengidenifikasi infeksi jamur.
Spora memancarkan cahaya biru-hijau dengan penyinaran ini.

Anamnesis disertai temuan klinis dan pemeriksaan mikroskopik sudah memedai untuk
menegakkan diagnosis kandidiasis pada sebagian besar pasien. Pemeriksaan mikroskopis
sekret vagina dengan larutan KOH 10% akan emperlihatkan hifa bercabang dan pembentukan
tunas (budding) khas kandidiasis. Pemeriksaan ini bersifat diagnostik pada 65 % samapai
85% perempuan simtomatik (Sobel. 1999). Selama infeksi kandida, vagina mempertahankan
pH normal 4.0 sampai 4,5. pada perempuan simtomatik, dan pada semua perempuan dengan
kandidas rekuren, harus dilakukan biakan vagina apabila hasil

2. Pemeriksaan fisik
a. Lesi oral berbentuk flak putih dan rapuh yang melekat di lidah, mukosa pipi, gingival
dan palatum.
b. Lesi kulit ditandai dengan terlihatnya pupula eritematosa, pistula dan sisik, sering pada
lipat kulit (ketiak, lipat paha, bawah payudara, sudut mulut, dan lipat kuku) disertai
dengan gatal.

Penderita mengeluhkan kemaluan sangat gatal, kdang-kadang sukar tidur dan terdapat
banyak bekas garukan. Sekresi seperti susu kental dan warna putih kekuningan secret tidak
berbau. Seringkali terdapat disuri yang khas yaitu suami yang mengeluh preputium atau glans
penisnya gatal sekali pada pemeriksaan hapusan terlihat jamur. Seringkali ditemukan adanya
faktor predisposisi seperti Diabetes Melitus, pemakaian antibiotika yang lama, defisiensi
vitamin, pemakaian hormon kortikosterid dan kontrasepsi oral.

13
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dalam menegakkan diagnosis kandidiasis, maka dapat dibantu dengan adanya


pemeriksaan penunjang, antara lain :
1. Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10 % atau dengan
pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu.

2. Pemeriksaan biakan 

Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud, dapat
pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol ) untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37 0C, koloni tumbuh setelah 24-48
jam, berupa yeast like colony. Identifikasi Candida albicans dilakukan dengan membiakkan
tumbuhan tersebut pada corn meal agar.

J. ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Data-data yang perlu dikaji:

1. Biodata klien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Data psikososial
6. Pola aktivitas sehari-hari
7. Pemeriksaan fisik fokus kepada sistem integumen

Diagnosa secara umum:

1. Kerusakan integritas kulit B.D proses patologi penyakit.


2. Intoleransi aktivitas B.D kelemahan
3. Defisit perawatan diri B.D kelemahan
4. Risiko tinggi infeksi B.D tidak adekuatnya pertahanan tubuh

14
K. ANALISA KASUS

Tn. M dirawat di ruang merak II dengan diagnosa stroke hemoragik dan terjasi penurunan
sejak 3 hari. Saat diganti pempersnya oleh sang istri ditemukan maserasi berwarna
kemerahan. Dan istri mengatakan Tn.M sering menggaruk-garuk di daerah tersebut. Tn.M
bertubuh besar dan gendut sehingga susah untuk membersihkan tubuhnya terutama daerah
genitalianya. Tn M hanya mandi 1x sehari dengan 2 kom air tanpa menggunakan sabun.
Dokter memberikan krim Cictopirokolamin dan diplucan.

PENGKAJIAN

Data-data yang perlu dikaji:

8. Biodata klien
9. Keluhan utama
10. Riwayat penyakit sekarang
11. Riwayat penyakit keluarga
12. Data psikososial
13. Pola aktivitas sehari-hari
14. Pemeriksaan fisik fokus kepada sistem integumen

ANALISA DATA

DATA MASALAH KEPERAWATAN


1. Data Subjektif : Kerusakan integritas kulit
 Sang istri menemukan maserasi
berwarna kemerahan. Tn M sering
menggaruk daerah tersebut.
 Istri mengatakan bahwa Tn M sering
menggaruk garuk daerah genitalianya.
Data objektif :
 Klien terlihat menggaruk-garuk daerah
genitalianya.
 Klien mendapatkan krim
Cictopirokolamin dan diplucan dari
dokter.

15
Defisit perawatan diri
2. Data subjektif:
 Istri mengatakan bahwa Tn M sering
menggaruk garuk daerah genitalianya.
 Tn M hanya mandi 1x sehari dengan 2
kom air tanpa menggunakan sabun
Data objektif:
 Tn M bertubuh besar dan gendut
sehingga ia susah untuk membersihkan
tubuhnya terutama baian genitalianya
Intoleransi aktivitas
3. Data subjektif:
 Sang istri menemukan maserasi
berwarna kemerahan. Tn M sering
menggaruk daerah tersebut.
Data objektif:
 Tn M bertubuh besar dan gendut
sehingga ia susah untuk membersihkan
tubuhnya terutama baian genitalianya

4. Data subjektif Resiko tinggi infeksi

 Sang istri menemukan maserasi


berwarna kemerahan.
 Tn M sering menggaruk daerah
genitalianya.
Data objektif

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan
1. Kerusakan Setelah dilakukan intervensi 1. Sering ubah posisi 1. Mencegah

16
integritas kulit 2 x 24 jam kerusakan bahkan bila duduk tekanan jaringan
b.d patologi integritas kulit dapat diatasi. dikursi lama dimana
penyakit sirkulasi terganggu
Kriteria hasil: 2. Pertahankan 2. Area lembab
Tidak terjadi komplikasi permukaan kulit yang
lebih lanjut. kering dan bersih, terkontaminasi
linen kering dan menjadi media
bebas kerutan. yang baik untuk
pertumbuhan
3. Tinggikan organisme patogen
ekstremitas bawah 3. Meningkatka
bila duduk. n aliran balik vena
menurunkan stasis
vena.
4. Awasi status area
iskemik, ulkus. 4. Perbaikan
Perhatikan atau lambatnya
distribusi , ukuran, penyembuhan
kedalaman, menunjukkan
karakter, dan status perfusi
drainase bersihkan jaringan dan
dengan hidrogen keefektifan
peroksida atau intervensi.
larutan betadin
sesuai indikasi

2. Defisit Setelah dilakukan intervensi 1. Kaji kemampuan


perawatan diri 2x 24 jam diharapkan klien dan tingkat 1. Membantu dalam
b.d kelemahan sudah dapat melakukan kekurangan untuk mengantisipasi
aktivitas perawatan dirinya memenuhi pemenuhan
terutama hygine. kebutuhan sehari- kebutuhan secara
hari. individual.
Kriteria hasil: 2. Hindari melakukan 2. Sangat penting
Klien melaporkan dapat sesuatu untuk bagi pasien untuk
17
melakukan aktivitas pasien yang dapat melakukan
hyginenya secara mandiri. dilakukan oleh sebanyak mungkin
pasien sendiri, untuk diri sendiri,
tetapi berikan untuk
bantuan sesuai mempertahankan
dengan kebutuhan. harga diri dan
meningkatkan
pemulihan.
3. Berikan umpan 3. Meningkatkan
balik yang positif harga diri,
untuk setiap usaha meningkatkan
yang dilakukan dan kemandirian dan
keberhasilannya. mendorong pasien
untuk berusaha
4. Kaji kemampuan secara kontinu.
pasien untuk 4. Mungkin pasien
berkomunikasi mengalami
tentang gangguan saraf
kebutuhannya untuk kandung kemih.
menghindari
dan/atau
kemampuan untuk
melakukan urinal.
5. Verikan obat
pelunak feses. 5. Mungkin
dibutuhkan pada
awal untuk
membatu
6. Konsultasikan merangsang
dengan ahli terapi defekasi teratur.
okupasi. 6. memberikan
bantuan yang
mantap untuk
mengembangkan
18
rencana terapi dan
3. Intoleransi Setelah dilakukan intervensi mengidentifikasi
aktivitas b.d 2x 24 jam diharapkan klien kebutuhan.
kelemahan dapat meningkatkan
aktivitasnya 1. Kaji toleransi
pasien terhadap 1. Untuk
Kriteria hasil: aktivitas. menentukan
Klien dapat meningkatkan tingkat toleransi
aktivitasnya pasien dalam
2. Kaji kesiapan beraktivitas.
pasien untuk 2. Agar kita dapat
meningkatkan mengetahui kapan
aktivitas. untuk memulai
latihan aktivitas
bagi klien.
3. Dorong pasien 3. Untuk memotivasi
untuk melakukan klien.
aktivitas atau
4. Risiko tinggi toleransi perawatan
infeksi b.d Setelah dilakukan intervensi diri. 4. Meningkatkan
tidak kuatnya 2x 24 jam diharapkan infeksi 4. Berikan bantuan kemandirian
pertahanan tidak terjadi. sesuai dengan klien.
utama, proses kebutuhan pasien.
inflamasi Kriteria hasil:
Penyembuhan berjalan baik, 1. Kaji tanda-tanda 1. Untuk mengetahui
suhu stabil. infeksi. tanda-tanda
2. Awasi dan catat infeksi
tanda vital. 2. Untuk mengetahui
3. Lakukan perawatan intervensi
luka dengan teknik selanjutnya.
aseptik. 3. Untuk
4. Kolaborasi: mengurangi
pemberian penyebaran
antibiotik. infeksi.
19
4. Antibiotik
digunakan untuk
pengobatan
infeksi.

WOC

Candida Sp. melekat pad


sel epitel di mulut atau
daerah genitalia

Candida Sp. Candida Sp. mensekresikan


mengeluarkan enzim proteolitik
mikitoksin: Gliotoksin

kerusakan ikatan-ikatan
aktivitas fagositos
protein sel penjamu
terhambat

sistem imun lokal tertekan Proses invasi MK: Risiko tinggi


infeksi
reaksi hipersensivitas

Reaksi alergi
Virulensi jamur meningkat

Kemerahan, gatal, rasa MK: Kerusakan


kelemahan MK: terbakar, bengkak integritas kulit
Intoleransi
aktivitas

MK: Defisit
perawatan diri.

20

Anda mungkin juga menyukai