PENDAHULUAN
Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tidak terlepas dari tujuan
utamanya yaitu untuk memperoleh laba yang maksimal dan kelangsungan hidup perusahaan
(going concern). Kelangsungan hidup perusahaan dipengaruhi oleh banyak hal antara lain
likuiditas perusahaan itu sendiri. Menurut Wild et al. (2005:185) dalam (Sianturi dan
Masalah likuiditas merupakan trade off yang senantiasa dihadapi oleh manajer.
Manajer harus mampu melakukan perencanaan dan pengendalian aktiva lancar dan hutang
memenuhi hutang-hutang jangka pendeknya, selain harus pula menghindari investasi dalam
aktiva lancar yang berlebihan (Eljerlly, 2004) dalam penelitian Aldyanti (2006).
Arti pentingnya likuiditas bagi setiap perusahaan akan sangat dirasakan pada
berbagai akibat yang merugikan atau tidak dapat digunakannya kesempatan untuk
memperoleh laba, jika perusahaan berada dalam keadaan tidak (kurang) likuid. Berbagai
kemungkinan rugi atau tidak dapat digunakannya kesempatan untuk memperoleh laba
(Rustendi, 2006).
1
Kim et al. (1998: 349) dalam Aldyanti (2006) mengkelompokkan faktor-faktor yang
Cost of External Financing, faktor cost of external financing ini berkaitan dengan
biaya yang dikeluarkan perusahaan jika perusahaan menggunakan pendanaan dari luar
perusahaan. Salah satu proxy yang ia gunakan dalam penelitian itu untuk mengukur cost of
Barclay dan Smith (1996, dalam Kim et al., 1998) dalam Aldyanti (2006)
mengemukakan argumen bahwa, cost of external financing yang dihadapi oleh perusahaan-
perusahaan besar relatif lebih rendah dibanding perusahaan-perusahaan kecil, hal ini
disebabkan perusahaan besar lebih mampu mencapai economic of scale terutama jika
dikaitkan dengan biaya tetap pada saat melakukan emisi saham. Selain itu, ukuran perusahaan
secara langsung akan mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi maupun investasi
perusahaan, yang umumnya semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula
kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan perusahaan tersebut. Kegiatan operasi dan
investasi yang dilakukan tersebut secara langsung akan mempengaruhi kondisi likuiditas
perusahaan, sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan
Transactions Demand for Liquidity, berkaitan dengan dana atau kas yang diperlukan
perusahaan untuk tujuan transaksi. Faktor transactions demand for liquidity ini juga
perusahaan. Salah satu proxy yang ada dalam faktor ini ialah debt ratio atau rasio hutang.
karena dalam perusahaan harus mengeluarkan biaya yang sifatnya tetap selama periode
2
melaksanakan kewajiban tersebut dapat mendorong perusahan ke arah kebangkrutan (diklaim
bangkrut oleh kreditur). Pembayaran hutang dan bunga yang dilakukan perusahaan tersebut
secara langsung dapat mempengaruhi kondisi likuiditas perusahaan. Selain itu, Brigham &
Houston (2009:104) juga menyatakan bahwa “kreditor lebih menyukai rasio hutang yanng
lebih rendah, karena semakin rendah angka rasionya, maka semakin besar peredaman dari
kerugiaan yang dialami jika terjadi likuidasi”. Penelitian yang telah dilakukan oleh Kim et al
(1998) menunjukkan bahwa kondisi hutang baik (yang diukur dengan rasio hutang)
Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan adalah perputaran
persediaan. Persediaan umumnya merupakan akun terbesar dalam aktiva lancar bagi
perusahaan manufaktur atau dagang, oleh karena itu diperlukan adanya pengendalian atas
persediaan melalui perputaran persediaan untuk dapat pengukuran berapa kali dana yang
tertanam dalam persediaan berputar dalam satu tahun. Persediaan ini merupakan sumber
pendapatan bagi perusahaan yang dapat digunakan untuk membiayai kewajiban keuangan
keuangan perusahaan, serta dari perputaran persediaan ini akan terlihat kemampuan
perusahaan dalam mengkonversikan aktiva non kas menjadi kas. Dengan adanya pengelolaan
labanya, sehingga perusahaan juga diharapkan dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya
(likuiditasnya). Penilaian tingkat likuiditas sangat penting karena eksistensi perusahaan akan
disangsikan jika tidak lagi mempunyai kemampuan untuk membayar utang jangka pendeknya
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Kim et al (1998) dalam Aldyanti (2006) di
Amerika Serikat menunjukkan faktor-faktor: market to book value, spread antara suku bunga
3
investasi dengan suku bunga bank sentral, rata-rata siklus kas, rasio hutang, arus kas, dan
likuiditas perusahaan. Anderson (2002) yang dilakukan di Belgia menunjukkan juga bahwa
faktor-faktor: arus kas, hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek berpengaruh
bertumbuh yang merupakan proxy dari cost of external financing, variabilitas arus kas
merupakan proxy dari cash flow uncertainty. Return spread merupakan proxy dari current
and future investment opportunities. Siklus arus kas dan rasio hutang (debt ratio) merupakan
proxy dari transaction demand for liquidity. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukurran
perusahaan manufaktur, namun proxy rasio hutang tidak signifikan dalam mempengaruhi
sektor perusahaan tersebut. Sehingga terdapat perbedaan antara penetian Kim (1998) dan
Anderson (2002) dengan penelitian Listi Kusniadi. Dimana proxy debt ratio dinyatakan
signifikan mempengaruhi likuiditas menurut Kim dan Anderson, namun tidak menurut Listi
Kusniadi.
pernah dilakukan oleh Tedi Rustendi tahun 2006. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
sejenis juga pernah dilakukan oleh Sianturi dan Sri Mulyani tahun 2010 dengan objek
penelitian pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa perputaran persediaan berpengaruh positif
4
Perusahaan konsumsi pada umumnya memiliki aktivitas yang lebih berfluktuatif
dibandingkan dengan perusahaan lainnya, sehingga dalam hal ini tingkat likuiditas
perusahaan berperan signifikan agar kelangsungan operasi perusahaan dapat berjalan dengan
lancar. Dalam mencapai kinerja yang tinggi, perusahaan harus menjalankan aktivitas-
aktivitasnya dengan efesien dan efektif. Hal ini dikarenakan perkembangan dunia usaha yang
semakin meningkat dan banyaknya persaingan dalam dunia usaha. Untuk itu perlu dilakukan
proses analisa yang baik dalam hal likuiditas perusahaan dalam mengatur hutang dan piutang
perusahaan sehingga berada dalam kondisi yang seimbang (Sianturi dan Mulyani, 2010).
Likuditas Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI”. Yang
akan menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007 sampai dengan 2009.
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
konsumsi?
konsumsi?
5
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskin di atas, tujuan yang ingin
dicapai oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
barang konsumsi.
a. Bagi Penulis
yang mempengaruhinya, dalam hal ini kaitannya dengan rasio hutang atau
b. Bagi Perusahaan
Bagi pihak perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan acuan
perusahaannya.
manajemen keuangan dan juga bahan informasi bagi para akademisi ataupun
6
dasar replikasi agar dapat dihasilkan temuan yang lebih bervariasi dan
semakin baik.
Penulisan ini dalam penelitian ini terdiri dari tiga bab, yaitu:
penulisan.
dan Pembahasan. Bagian analisis data yang terdiri dari uji asumsi
Determinan.
BAB V Kesimpulan dan Saran. Terdiri dari kesimpulan dari hasil analisis dan
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
adalah:
memperoleh kas”.
merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan utang lancar, atau dapat
dirumuskan dengan :
kewajiban jangka pendek yang harus segera dipenuhi, selanjutnya berkaitan dengan
tepat pada waktunya berarti perusahaan dalam keadaan liquid dan sebaliknya apabila
perusahaan tidak segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih berarti
8
ditinjau dari kebijakan yang dilakukan manajer dalam mengatur aktiva perusahaan,
maka likuiditas dapat diartikan sebagai proporsi dari aktiva perusahaan yang
diinvestasikan ke dalam kas dan marketable securities (surat berharga) (Kim etal.,
1998). Rasio antara cash ditambah marketable securities terhadap total assets ini pada
dasarnya merupakan rasio yang menunjukkan cash position (Munawir, 2002). Dalam
khusus tersebut. Kas (cash) adalah jumlah uang tunai yang ada di perusahaan (cash
on hand) dan rekening giro atau simpanan di bank yang pengambilannya tidak
dibatasi baik waktu maupun jumlahnya (cash in bank) dan investasi jangka pendek,
yang secara formal disebut kas dan setara kas (cash equivalent) (Munawir, 2002).
Perusahaan memperoleh kas dari hasil aktivitas-aktivitas yang menghasilkan kas, atau
dikategorikan sebagai sumber penerimaan kas antara lain: (1) hasil operasional, (2)
pinjaman baru, (3) pengeluaran saham baru, (4) penjualan aktiva tetap, dan (5)
perusahaan memegang atau menahan kas karena didorong oleh motif atau tujuan: (1)
untuk transaksi, (2) untuk berjaga-jaga, dan (3) untuk berspekulasi. Dalam
menjalankan operasinya perusahaan perlu dana untuk membeli bahan baku pembuatan
produk, membayar pegawai dan lain-lain, dana yang diperlukan untuk tujuan ini
merupakan dana yang disediakan perusahaan untuk transaksi. Selain itu perusahaan
penerimaan kas di masa depan. Jika pada suatu saat perusahaanmenerima kas yang
mencukupi kekurangan dana tersebut dari kas yang disediakan untuk berjaga-jaga.
9
Pada kondisi perusahaan memiliki kesempatan untuk melakukan investasi pada
tersebut. Dana yang dikeluarkan untuk mendanai kegiatan investasi ini merupakan
kelompokkan menjadi: (1) pembayaran dividen tunai, (2) pembayaran kembali utang,
(3) pembelian kembali saham, (4) pembelian aktiva tetap, dan (5) pembelian selain
cukup kemampuan untuk membayar hutang jangka pendek disebut perusahaan yang
Kemampuan untuk membayar utang jangka pendek dari suatu perusahaan terletak
pada atau diukur dari kemampuannya untuk mendapatkan kas (alat pembayaran) atau
Pada umumnya aspek likuiditas tidak dipandang hanya pada suatu saat, tetapi
perusahaan itu sendiri adalah suatu jangka waktu yang tercakup dari sejak dimulainya
10
Arti pentingnya likuiditas bagi setiap perusahaan akan sangat dirasakan pada
berbagai akibat yang merugikan atau tidak dapat digunakannya kesempatan untuk
memperoleh laba, jika perusahaan berada dalam keadaan tidak (kurang) likuid.
Menurut Dewi Astuti (2004), rasio hutang (debt Ratio) adalah rasio yang
mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditur. Debt ratio yang rendah,
likuidasi.
Sedangkan menurut Kasmir (2009: 156), debt ratio merupakan rasio utang
yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva.
Dengan kata lain seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa
besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Debt ratio yang
bernilai tinggi mengartikan bahwa pendanaan dengan utang semakin banyak, maka
yang dimiliknya. Sedangkan bila debt ratiio bernilai rendah maka semakin kecil
Rumus perhitungan debt ratio adalah perbandingan antara total hutang dengan
total aktiva atau asset (Kasmir, 2009; Dewi Astuti, 2004; dan Lukas, 2008).
Total Debt
Debt Ratio = -----------------------------
Total Asset
perusahaan harus mengeluarkan biaya yang sifatnya tetap selama periode tertentu
11
untuk mengembalikan hutang dan pembayaran bunga. Kelalaian dalam melaksanakan
bangkrut oleh kreditur). Pembayaran hutang dan bunga yang dilakukan perusahaan
Aldyanti : 2006).
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh
perusahaan yang nampak dalam nilai total aktiva pada neraca akhir tahun. Menurut
Hadri Kusuma (2005:83), ada dua teori yang secara implisit menjelaskan
a) Teori teknologi, yang menekankan pada modal fisik, economies of scale, dan
besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula kegiatan operasi dan investasi
yang dilakukan perusahaan tersebut. Kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan
(Aldyanti:2006).
12
2.1.4 Perputaran Persediaan
disebut juga sebagai rasio efisiensi atau perputaran, mengukur seberapa efektif
dagang. Menurut Suad Husnan (2008), Secara umum terdapat tiga tipe hutang
dagang yaitu :
a) Open account
penjual.
b) Notes payable
c) Trade acceptance
13
Penjual menarik draft kepada pembeli yang menyatakan draft tersebut
akan dibayar. Draft ini kemudian “dijamin” oleh bank yang akan
dagang di gudang.
persediaan yaitu aktiva yang (a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha
14
normal ; (b) dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, dan (c) dalam
bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa.
Persediaan juga merupakan unsur dari aktiva lancar yang merupakan unsur
yang aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus-menerus diperoleh, diubah,
baik, maka perusahaan dapat segera mengubah persediaan yang tersimpan menjadi
laba melalui penjualan yang kemudian bertransformasi menjadi kas atau piutang yang
semakin cepat pula bagi perusahaan dalam memperoleh dana baik dalam bentuk uang
tunai (kas) ataupun piutang dan membantu perusahaan untuk meningkatkan likuiditas
2004”. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Ukuran perusahaa,
Kesempatan bertumbuh, return spread dan rasio hutang dengan menggunkana metode regresi
linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap likuiditas. Sedangkan kesempatan bertumbuh dan return
spread berpangaruh positif signifikan terhadap likuiditas. Rasio hutang (debt ratio) tidak
15
Marliana (2010) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Perputaran
regresi linier berganda. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa perputaran persediaan tidak
dan Debt ratio berpengaruh dan berbanding terbalik terhadap likuiditas pada perusahaan
perputaran persediaan, ukuran perusahaan dan debt ratio berpengaruh terhadap likuiditas
Persediaan Terhadap Likuiditas” dengan menggunakan metode regresi. Hasil penelitian ini
likuiditas perusahaan.
terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan metode Regersi dengan
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perputaran persediaan berpengaruh positif dan
Penentuan tingkat likuiditas suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Faktor tersebut seperti debt ratio, ukuran
perusahaan dan perputaran persediaan suatu perusahaan. Oleh beberapa penelitian yang
pernah dlakukan sebelumnya, ketiga faktor tersebut telah dibuktikan dapat mempengaruhi
tingkat likuiditas perusahaan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Kim et al (1998) dalam
16
Aldyanti (2006) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan debt ratio dapat
Aldyanti (2006) menyatakan bahwa pembayaran hutang dan bunga yang dilakukan
ukuran perusahaan yang secara langsung dapat mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas
operasi maupun investasi perusahaan juga diyakini dapat berpengaruh terhadap likuiditas
Mereka berpendapat bahwa semakin tinggi perputaran persediaan berarti semakin cepat bagi
perusahaan untuk memperoleh aliran kas dan membantu perusahaan untuk meningkatkan
likuiditas perusahaan tersebut. Selanjutnya pengaruh debt ratio, ukuran perusahaan dan
perputaran persediaan sebagai variabel bebas terhadap likuiditas perusahaan sebagai variabel
terikat dalam penelitian ini, dapat disajikan dalam suatu paradigma penelitian berikut ini.
Perputaran
Persediaan (X3)
Penelitian yang dilakukan ini mengambil sampel berupa perusahaan go public sektor
industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009. Jenis data yang digunakan
17
dalam adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel, yang
dapat diperoleh dari www.idx.co.id. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah debt
ratio, ukuran perusahaan dan perputaran persediaan sebagai variabel independen dan
dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Namun sebelum
melakukan pengujian hipotesis tersebut, dilakukan terlebih dahulu Uji asumsi klasik yang
terdiri dari uji Normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolonieritas dan uji autokorelasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat suatu kerangka berfikir seperti yang tersaji
Perusahaan Go Publik
18
Analisis regresi linier berganda
Interpretasi
Kesimpulan
2.4 Hipotesis
mempermudah menganalisis. Adapun rumusan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut:
perusahaan
likuiditas perusahaan
likuiditas perusahaan
19
4) Ho4 : b1 = b2 = b3 = 0 Debt ratio, ukuran
perusahaan
likuiditas perusahaan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variable Debt Ratio, Ukuran
Perusahaan (firm size) dan perputaran persediaan terhadap likuiditas perusahaan. Variabel –
variabel tersebut kemudian akan diuji menggunakan analisis regresi linier berganda. Data-
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data laporan keuangan perusahaan
sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indoneisa (BEI) dari tahun 2007
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan industri barang konsumsi yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selanjutnya sampel dalam penelitian ini ditentukan
20
menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada
kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel penelitian ini adalah:
a. Perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
tahun 2007-2009.
Tabel 3.1
Proses Pemilihan Sampel
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 35 perusahaan industri barang konsumsi yang
karakteristik penyampelan yang telah ditentukan. Daftar nama perusahaan sampel dapat
21
Tabel 3.2
Daftar Nama Perusahaan Sampel
No Nama Perusahaan
1. PT. Ades Waters Indonesia, tbk
2. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, tbk
3. PT. Tempo Scan Pasific, tbk
4. PT. Cahaya Kalbar, tbk
5. PT. Daria Varia Laboratoria, tbk
6. PT. HM Sampoerna, tbk
7. PT. Indofood Sukses Makmur, tbk
8. PT. Kimia Farma (Persero), tbk
9. PT. Kedawung Setia Industrial, tbk
10. PT. Kedawung Indah Can, tbk
11. PT. Kalbe Farma, tbk
12. PT. Indofarma (Persero), tbk
13. PT. Mayora Indah, tbk
14. PT. Multi Bintang Indonesia, tbk
15. PT. Mustika Ratu, tbk
16. PT. Prasidha Aneka Niaga, tbk
17. PT. Delta Djakarta, tbk
18. PT. Sekar Laut, tbk
19. PT. Merck, tbk
20. PT. Langgeng Makmur Industri, tbk
21. PT. Mandom Indonesia, tbk
22. PT. Siantar Top, tbk
23. PT. Pyridam Farma, tbk
24. PT. Schring Plough Indonesia, tbk
25. PT. Bristoll Myers Squibb Indonesia, tbk
26. PT. Ultra Jaya Milk Industri, tbk
27. PT. Unilever Indonesia, tbk
menggunakan data-data sekunder, yang berupa laporan keuangan dari perusahaan sektor
industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007 sampai
dengan tahun 2009. Seluruh data laporan keuangan tersebut diperoleh dari situs resmi Bursa
22
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa studi
kepustakaan dari berbagai sumber seperti buku-buku literature, internet serta skripsi atau
Variabel dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua variable yaitu varibel
dependen dan variable independen. Yang menjadi variabel independent adalah Debt Ratio,
ukuran perusahaan (firm size) dan perputaran persediaan sedangkan yang menjadi variabel
Varibel independent atau variabel bebas adalah varibael yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya varibael dependen (terikat). Dalam
1. Debt Ratio
Debt ratio adalah rasio hutang yang dihitung sebagai perbandingan antara total hutang
perusahaan dengan total aset. Formula yang digunakan untuk menghitung debt ratio
Total Debt
Total Asset
dalam nilai total aktiva pada neraca akhir tahun. Formula yang dapat digunakan untuk
23
Firm Size = Total Asset Perusahaan
3. Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan adalah rasio antara harga pokok penjualan terhadap persediaan
rumus berikut:
Persediaan
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat, karena adanya variabel independent (bebas). Yang menjadi variabel
dependen dalam penelitian ini adalah likuiditas perusahaan. Formula yang digunakan untuk
Aktiva Lancar
Hutang Lancar
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi
linier berganda. Dan sebelum model regresi yang diperoleh digunakan untuk menguji
hipotesis, perlu terlebih dahulu model tersebut diuji dengan asumsi klasik. Uji asumsi klasik
24
biasa digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala normalitas, multikolinieritas,
terlebih dulu perlu dilakukan pengujian asumsi klasik. Uji asumsi kalsik ini meliputi uji
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas data bertujuan untuk melihat apakah suatu data terdistribusi secara
normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan melihat normal probability plot yang
kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal
Deteksi terhadap uji normalitas ini dapat dilakukan dengan cara melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal atau grafik. Dasar pengambilan keputusan dari analisis
a. Apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
normalitas.
b. Apabila data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalarn model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variansi
residu dari kasus pengamatan satu ke kasus pengamatan lainnya mempunyai nilai tetap
25
maka disebut homokedastisitas dan jika mempunyai perbedaan maka disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang terjadi homokedastisitas atau
Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi
variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Dasar analisisnya: (a) jika titik-
titiknya menyebar di daerah positif dan negatif serta tidak membentuk suatu pola tertentu,
c. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar
dengan jalan meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar independen
variabel dengan menggunakan variance inflating factor (VIF). Dan untuk mendeteksi ada
tidaknya masalah multikoliniearitas dalam model regresi, salah satunya caranya dapat
dilihat dari nilai tolerance value atau variance inflation factor (VIF). Dasar analisisnya :
(a) Jika nilai Tollerance > 0.1 dan VIF < 10, berarti tidak terdapat masalah
multikolonieritas
( b) Jika nilai Tollerance < 0.1 dan VIF > 10, berarti terdapat masalah multikolonieritas.
Jika terjadi gejala multikolinearitas yang tinggi, standard error koefisien regresi akan
26
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model
regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi, dapat
dilakukan uji statistik melalui uji Durbin‐Watson (DW test) (Ghozali, 2001).
Untuk dapat melihat ada atau tidaknya masalah autokorelasi maka salah satu caranya
dapat digunakan Uji Durbin Watson ( DW Test). Dan dasar pengambilan keputusan ada
autokorelasi.
-2 +2
3.5.2
Pengujian Hipotesis
Metode pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis regresi linier berganda. Dan untuk menguji pengaruh variabel debt ratio dan ukuran
27
perusahaan (firm size) terhadap likiditas perusahaan industri barang konsumsi di BEI, maka
Dimana :
Y = Likuiditas Perusahaan
a = Konstanta
X1 = Debt Ratio
X2 = Ukuran Perusahaan
X3 = Perputaran Persediaan
e = Disturbance error
ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang terdapat di
dalam penelitian ini digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh debt ratio,
koefisien regresi kemudian dibandingkan dengan niai t tabel. Jika F rasio > F tabel
28
3.5.2.2 Uji t (Pengujian Dengan Koefisien Regresi Parsial)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran secara parsial antara
variabel independen lain dianggap konstan. Tingkat signifikansi dalam peneliti Uji t
koefisien regresi dengan nilai t tabel, dengan tingkta signifikansi sebesar 95%. Jika t-
hitung > t-tabel atau prob-sig < α = 5% berarti bahwa masing-masing variabel
goodness of fit dari persamaan regresi, yaitu memberikan proporsi atau persentase
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1
BAB IV
29
4.1.1 Uji Asumsi Klasik.
Analisis data yang dilakukan yaitu analisis regresi berganda dengan menggunakan
bantuan program komputer SPSS for windows versi 17.0. Untuk mendapat estimasi yang
terbaik, terlebih dahulu data sekunder tersebut harus dilakukan pengujian asumsi regresi
klasik, yaitu: uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji multikolonieritas dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel
dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji
normal data ini menggunakan metode analisis grafik dan melihat normal probability plot.
Setelah data dimasukkan dan diolah oleh program SPSS, diperoleh hasil uji Normal
Dari grafik Normal P-Plot diatas, terlihat bahwa titik – titik normal p plot berada di
sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dimana hal itu menunjukkan bahwa
30
b. Uji Heteroskedastisitas
ketidaksamaan veriance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka terjadi problem
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskesdatisitas atau tidak terjadi
Dari grafik Scatterplot diatas, menunjukan bahwa data kami memiliki kesamaan
varians (homoskedastisitas) karena titik-titiknya menyebar di daerah positif (+) dan negatif
Pada grafik scattterpol di atas, menunjukkan titik-titik yang menyebar secara acak dan
tidak membentuk suatu pola tertentu serta tersebar baik di atas maupun di bawah angkka 0
pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terjadi homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi. Sehingga model regresi layak untuk memprediksi
31
c. Uji Multikolineritas
Terjadinya gejala multikolinearitas pada suatu data dalam penelitian dapat diketahui
dengan memperhatikan nilai Variance-Inflation Factor (VIF) dan tolerance. Suatu data dapat
Dalam penelitian ini hasil uji multikolonieritas dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Coefficientsa
Standar
dized
nt)
x1 -8.778 1.237 -.639 -7.098 .000 -11.240 -6.315 .920 1.087
x2 1.155E .000 .301 3.446 .001 .000 .000 .977 1.024
-13
x3 .069 .081 .076 .850 .398 -.093 .231 .938 1.066
a. Dependent Variable: y
32
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa debt ratio, Ukuran perusahaan dan Perputaran
persediaan sebagai variabel independen mempunyai nilai tolerance lebih dari 0,1 (10 persen).
Dari hasil VIF juga terlihat bahwa semua variabel independen memiliki nilai VIF kurang dari
10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas antar variabel
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi pada model regresi artinya ada korelasi antar anggota sampel yang
dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (Uji
DW). Menurut Singgih Santoso (2000;125) jika angka Durbin Watson berkisar antara –2
sampai dengan +2 maka koefisien regresi bebas dari gangguan autokorelasi sedangkan jika
angka DW dibawah –2 berarti terdapat autokorelasi negatif dan jika angka DW diatas +2
Model Summaryb
b. Dependent Variable: y
33
Pada table 4.2 di atas, menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,485. Ini
menunjukan bahwa tidak ada masalah dengan pada uji autokorelasi karena nilai Durbin
Hasil pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model
regresi dalam penelitian ini layak digunakan karena model regresi telah terbebas dari masalah
normalitas data, tidak terjadi multikolinearitas, tidak terjadi autokorelasi, dan tidak terjadinya
Coefficientsa
Standar
dized
Unstandardized Coeffici
Model B Error Beta T Sig. Lower Bound Upper Bound Tolerance VIF
1 (Constant) 6.132 .600 10.213 .000 4.937 7.328
Berdasarkan output regresi linear diatas, model analisis regresi berganda yang
Likuiditas = 6,132 - 8,778 Debt Ratio + 1,155x10-13 Ukuran perusahaan + 0,069 Perputaran persediaan
34
Dari persamaan regresi tersebut dapat diungkapkan:
Artinya ketika X1 (Debt Ratio) naik satu satuan, sedangkan X2 dan X3 (ukuran
(debt ratio dan perputaran persediaan) tetap, maka nilai Y (likuiditas perusahaan)
(debt ratio dan ukuran perusahaan) tetap, maka nilai Y (likuiditas perusahaan)
35
ANOVAb
Total 654.008 80
b. Dependent Variable: y
Uji ini dilakukan untuk menggunakan uji signifikan simultan yaitu uji F, untuk
terhadap variabel independen. Dan dalam penelitian ini Uji F dapat digunakan untuk menguji
hipotesis keempat. Uji anova atau F test pada tabel di atas menghasilkan F hitung sebesar
19,057 dengan tingkat signiifikansi sebesar 0,000. Karena probabilitas signifikansi yang
diperoleh kurang dari derajat kesalahan (α < 0,05) menunjukkan bahwa nilai F yang dihitung
tersebut signifikan sehingga Ho4 ditolak dan Ha4 diterima. Dimana dengan demikian Debt
ratio, Ukuran perusahaan dan Perputaran persediaan secara bersama-sama atau simultan
Pengaruh debt ratio, ukuran perusahaan dan perputaran persediaan terhadap likuiditas
perusahaan industri barang konsumsi diuji dengan uji t yang bertujuan untuk menguji
signifikansi pengaruh satu variabel bebas secara individu terhadap variabel terikat. Hasil
pengujian dengan SPSS untuk memprediksi pengaruh debt ratio, ukuran perusahaan dan
perputaran persediaan terhadap likuiditas perusahaan, dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai
berikut :
36
Tabel 4.5 Hasil Uji T
Coefficientsa
Standar
dized
Unstandardized Coeffici
Model B Error Beta T Sig. Lower Bound Upper Bound Tolerance VIF
1 (Constant) 6.132 .600 10.213 .000 4.937 7.328
Hipotesis pertama penelitian ini menduga bahwa Debt Ratio (X1) berpengaruh terhadap
Ho1 : Debt Ratio (X1) tidak berpengaruh terhadap Likuiditas Perusahaan (Y).
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa Debt ratio menghasilkan nilai t hitung
sebesar -0,798, tingkat signifikansi sebesar 0,000 dan koefisien regresi X1 (b1) sebesar
-8,778. Variabel ini mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang apabila
dibandingkan dengan tingkat signifikansi α=5% atau 0.05, dimana 0,000 < 0.05 maka
variabel ini termasuk signifikan. Nilai signifikansi variabel debt ratio lebih kecil dari α
37
yang artinya bahwa Ho1 ditolak dan Ha1 dapat diterima. Dari hasil uji t disimpulkan
bahwa debt ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap likuiditas perusahaan
Hipotesis kedua dalam penelitian ini menduga bahwa Ukuran perusahaan (X2)
berpengaruh terhadap Likuiditas (Y), hipotesis ini dapat dituliskan sebagai berikut:
Ho2 : Ukuran perusahaan (X2) tidak berpengaruh terhadap Likuiditas Perusahaan (Y).
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa ukuran perusahaan menghasilkan nilai t
hitung sebesar 3,446, tingkat signifikansi sebesar 0,001 dan koefisien regresi X2 (b2)
sebesar 1,155x10-13. Variabel ini mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,001 yang
apabila dibandingkan dengan tingkat signifikansi α=5% atau 0.05, dimana 0,001 < 0.05
maka variabel ini termasuk signifikan. Nilai signifikansi variabel Ukuran perusahaan
lebih kecil dari α yang artinya bahwa Ho2 ditolak dan Ha2 dapat diterima. Dari hasil uji t
likuiditas perusahaan industri barang konsumsi yag terdaftar di BEI tahun 2007-2009.
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini menduga bahwa perputaran persediaan (X3)
berpengaruh terhadap Likuiditas (Y), hipotesis ini dapat dituliskan sebagai berikut:
(Y).
38
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa Perputaran persediaan menghasilkan nilai t
hitung sebesar 0,850 , tingkat signifikansi sebesar 0,398 dan koefisien regresi X3 (b3)
sebesar 0,69. Variabel ini mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,398 yang apabila
dibandingkan dengan tingkat signifikansi α=5% atau 0.05, dimana 0,398 > 0.05 maka
variabel ini termasuk tidak signifikan. Nilai signifikansi variabel perputaran persediaan
lebih besar dari α yang artinya bahwa Ho3 diterima dan Ha3 ditolak. Dari hasil uji t
likuiditas perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009.
4.2.3 Analisis Kekuatan Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variasi Variabel Terikat
Besarnya kekuatan perngaruh variabel bebas terhadap variasi variabel terikat dapat
diketahui dari besarnya nilai koefisien determinan (R2), yang berada antara 0 dan 1. Apabila
nilai R2 semakin mendekati satu, berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel terikat. Hasil pehitungan dari R
Model Summaryb
b. Dependent Variable: y
Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa nilai R square adalah sebesar 0,426. Hal ini
berarti variabel likuiditas perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel debt ratio, ukuran
perusahaan dan perputaran persediaan sebesar 42,6%, sedangkan sisanya sebesar 57,4%
39
dijelaskan oleh faktor lainnya yang berada di luar model. Contoh faktor lainnya yang
berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan yaitu return spread dan kesempatan bertumbuh.
Kedua faktor tersebut diperkirakan dapat berpengaruh pada likuiditas berdasarkan pada hasil
penelitian yang pernah dilakukan oleh Listi Aldyanti (2006), yang menemukan kedua faktor
Dari table 4.6 di atas, dapat diperoleh juga besar dari nilai suatu koefisien korelasi (r),
yang dapat digunakan untuk menyatakan kuat atau lemahnya hubungan dari variabel-variabel
independent (X) dan variabel dependen (Y). Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien
korelasi (r) nya sebesar 0,653. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel debt
ratio, ukuran perusahaan dan perputaran persediaan dengan likuiditas perusahaan adalah
positif dan kuat. Positif karena 0,653 bernilai positif sedangkan kuat karena nilai r itu lebih
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dalam
penelitian ini, diperoleh hasil bahwa variabel debt ratio (X1), ukuran perusahaan (X2) dan
terhadap likuiditas perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009.
Besarnya nilai koefisien determinasi yang didapat dalam penelitian ini sebesar 0,426
atau 42,6%, menginterpretasikan bahwa likuiditas perusahaan dapat dijelaskan oleh debt ratio
(X1), ukuran perusahaan (X2) dan perputaran persediaan (X3) hanya sebesar 42,6%,
sedangkan sisanya sebesar 57,4% dijelaskan oleh faktor lainnya yang berada di luar model
regresi dalam penelitian ini. Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh dari penelitian
ini masih tergolong rendah. Hal itu menunjukkann bahwa, sebenarnya masih banyak lagi
variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap besarnya likuiditas perusahaan industri barang
40
konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009 selain variabel yang diteliti dalam penelitian
ini. Variabel lainnya yang diduga juga dapat berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan
yaitu return spread dan kesempatan bertumbuh (growth opportunities). Kedua faktor tersebut
diperkirakan dapat berpengaruh pada likuiditas berdasarkan pada hasil penelitian yang pernah
dilakukan oleh Aldyanti (2006), yang menemukan kedua faktor tersebut berpengaruh positif
Dari penelitian ini juga didapat nilai koefisien korelasi (r) antara variabel X dan Y
yaitu sebesar 0,653. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel debt ratio, ukuran
perusahaan dan perputaran persediaan dengan likuiditas perusahaan adalah positif dan kuat.
Positif karena 0,653 bernilai positif sedangkan kuat karena nilai r itu lebih besar dari 0,5
(r>0,5).
Debt ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap likuiditas perusahaan. Yang
berarti bahwa jika debt ratio suatu perusahaan tinggi maka likuiditas perusahaan akan
cenderung menurun ataupun sebaliknya. Rasio hutang perusahaan yang rendah dapat
berarti juga bahwa perusahaan tersebut memiliki tingkat likuiditas yang cukup tinggi. Dan
keadaan tersebut biasanya disukai oleh para kreditor, seperti dalam pernyataan Brigham &
Houston (2009:104) bahwa “kreditor lebih menyukai rasio hutang yanng lebih rendah, karena
semakin rendah angka rasionya, maka semakin besar peredaman dari kerugiaan yang dialami
jika terjadi likuidasi”. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Marliana (2010) dan Papaioannou et al. (1992) & Kim et al. (1998) dalam Aldyanti (2006)
yang menyatakan bahwa Debt ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap likuiditas
perusahaan.
industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2009. Ini
41
berarti bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan maka akan semakin besar pula
likuiditas perusahaan tersebut. Semakin besar ukuran perusahaan atau asset yang dimiliki
perusahaan, menunjukkan juga semakin banyaknya asset perusahaan yang dapat dicairkan
dapat dinyatakan likuid. Selain itu, ukuran perusahaan juga dapat dicerminkan melalui
aktivitas operasi dan investasi perusahaan, dimana Aldyanti (2006) menyatakan bahwa
ukuran perusahaan secara langsung akan mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi
maupun investasi perusahaan, yang umumnya semakin besar ukuran perusahaan maka
semakin besar pula kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan perusahaan tersebut.
Kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan tersebut secara langsung akan mempengaruhi
kondisi likuiditas perusahaan, sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan positif antara
ukuran perusahaan dengan tingkat likuiditas. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan Kim et al (1998) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan
perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2007-2009. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Van Horne & Wachowicz
menyatakan bahwa “Perusahaan dengan aktiva lancar terdiri dari kas dan piutang tanpa jatuh
tempo biasanya dianggap lebih likuid daripada perusahaan yang aktiva lancarnya terdiri dari
signifikan dalam penentuan tingkat likuiditas suatu perusahaan bila dibandingkan dengan
aktiva lancar lainnya seperti kas dan piutang tanpa jatuh tempo. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2010), yang menyatakan bahwa perputaran
42
BAB V
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada analisis dan pembahasan yang telah diterangkan sebelumnya, maka
1. Secara parsial yang terbukti dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan adalah Debt
yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009. Debt ratio berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap likuiditas perusahaan, dimana ini menunjukkan bahwa semakin tinggi debt
ratio perusahaan maka tingkat likuiditasnya akan semakin rendah. Sedangkan ukuran
perusahaan memiliki pengaruh yang berkebalikan dengan debt ratio yaitu ukuran
Semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin tinggi pula likuidias
perusahaan tersebut. Namun berbeda dengan hasil kedua variabel di atas yang
perusahaan.
2. Debt ratio, ukuran perusahaan dan perputaran persediaan terbukti secara bersama-
konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009. Besarnya pengaruh tersebut adalah
43
sebesar 42,6 % sedangkan sisanya sebesar 57,4% dijelaskan oleh faktor lainnya yang
5.2 Saran
Bagi pihak manajemen perusahaan, likuiditas merupakan salah satu hal yang penting
di dalam mendukung kelancaran operasi dan kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena
itu pihak manajemen harus senantiasa mampu melakukan pengendalian terhadap likuiditas
secara optimal. Dan untuk dapat mengatur likuiditas secara optimal, pihak manajemen harus
juga memperhatikan beberapa faktor baik yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat
Bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan mengkaji ulang penelitian ini dapat
melakukan beberapa perbedaan atau bahkan perbaikan dibandingkan dengan penelitian ini.
Misalnya dengan memilih obejk penelitian yang lebih luas dari objek dalam penelitian ini.
Tidak saja perusahaan-perusahaan pada sektor industri barang konsumsi. Selain itu, juga
44
DAFTAR PUSTAKA
Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2004”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Indonesia. 2006.
Ath, Achmad Thobbary. ”Analisa Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi,
Pertumbuhan GDP terhadap Indeks Harga Saham Industri Sektor Properti”. Tesis
2006.
Lamriama, Asti Sianturi dan Sri Mulyani. “Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap
www.kapoengakuntansi.com. 2010.
Marlina. “Pengaruh Perputaran Persediaan, Ukuran Perusahaan dan Debt Ratio terhadap
Setia, Lukas Atmaja. ”Teori dan Praktik Manajemen Keuangan”. Penerbit Andi.
Yogyakarta. 2008.
45
Van Horne, James & John M Wachowicz. “Prinsip Prinsip Manajemen Keuangan”.
www.idx.co.id
Likuiditas Dan Solvabilitas (Studi Kasus Pada Ptpn X Surakarta)”. Edisi 7. ANDI
Wild John J, K.R Subramanya, Robert F. Helsey. “Financial Statement analysis”. Edisi 8.
Tandelin, Eduardus. “Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi”. Edisi 1. Kanisius.
Yogyakarta. 2010
Rodoni, Ahmad, dan Abdul Hamid. “Lembaga Keuangan Syariah”. Penerbit Zikrul Hakim.
Jakarta. 2008
UGM.
Husnan, Suad. 1998. Manajemen Keuangan : Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka
46
Kim C.S., David C. Mauer, and Ann E. Sherman. "The Determinants of Corporate Liquidity:
Theory and Evidence". Journal of Financial and Quantitative Analyisis. Volume 33,
Lancaster C., Jerry L.S., and Joseph, J.A. 1998. "Corporate Liquidity and The Significance of
Earnings versus Cash Flows", The Journal of Applied Business Research, Volume 14,
47