Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tidak terlepas dari tujuan

utamanya yaitu untuk memperoleh laba yang maksimal dan kelangsungan hidup perusahaan

(going concern). Kelangsungan hidup perusahaan dipengaruhi oleh banyak hal antara lain

likuiditas perusahaan itu sendiri. Menurut Wild et al. (2005:185) dalam (Sianturi dan

Mulyani, 2010) “Likuiditas (liquidity) mengacu pada kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban jangka pendeknya”. Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan

mempertimbangkan dampak yang berasal dari ketidakmampuan perusahaan memenuhi

kewajiban jangka pendeknya. Kurangnya likuiditas menghalangi perusahaan untuk

memperoleh keuntungan dari diskon atau kesempatan mendapatkan keuntungan.

Masalah likuiditas merupakan trade off yang senantiasa dihadapi oleh manajer.

Manajer harus mampu melakukan perencanaan dan pengendalian aktiva lancar dan hutang

lancarnya sedemikian rupa dapat meminimalkan risiko ketidakmampuan perusahaan dalam

memenuhi hutang-hutang jangka pendeknya, selain harus pula menghindari investasi dalam

aktiva lancar yang berlebihan (Eljerlly, 2004) dalam penelitian Aldyanti (2006).

Arti pentingnya likuiditas bagi setiap perusahaan akan sangat dirasakan pada

berbagai akibat yang merugikan atau tidak dapat digunakannya kesempatan untuk

memperoleh laba, jika perusahaan berada dalam keadaan tidak (kurang) likuid. Berbagai

kemungkinan rugi atau tidak dapat digunakannya kesempatan untuk memperoleh laba

(Rustendi, 2006).

1
Kim et al. (1998: 349) dalam Aldyanti (2006) mengkelompokkan faktor-faktor yang

diperkirakan dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan menjadi 4 kelompok, 2 diantaranya

ialah Cost of External Financing dan Transactions Demand for Liquidity.

Cost of External Financing, faktor cost of external financing ini berkaitan dengan

biaya yang dikeluarkan perusahaan jika perusahaan menggunakan pendanaan dari luar

perusahaan. Salah satu proxy yang ia gunakan dalam penelitian itu untuk mengukur cost of

external financing adalah dengan ukuran perusahaan (firm size).

Barclay dan Smith (1996, dalam Kim et al., 1998) dalam Aldyanti (2006)

mengemukakan argumen bahwa, cost of external financing yang dihadapi oleh perusahaan-

perusahaan besar relatif lebih rendah dibanding perusahaan-perusahaan kecil, hal ini

disebabkan perusahaan besar lebih mampu mencapai economic of scale terutama jika

dikaitkan dengan biaya tetap pada saat melakukan emisi saham. Selain itu, ukuran perusahaan

secara langsung akan mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi maupun investasi

perusahaan, yang umumnya semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula

kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan perusahaan tersebut. Kegiatan operasi dan

investasi yang dilakukan tersebut secara langsung akan mempengaruhi kondisi likuiditas

perusahaan, sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan

dengan tingkat likuiditas.

Transactions Demand for Liquidity, berkaitan dengan dana atau kas yang diperlukan

perusahaan untuk tujuan transaksi. Faktor transactions demand for liquidity ini juga

merupakan faktor yang dipertimbangkan manajemen dalam menentukan likuiditas

perusahaan. Salah satu proxy yang ada dalam faktor ini ialah debt ratio atau rasio hutang.

Aldyanti (2006) berpendapat bahwa hutang memiliki konsekuensi bagi perusahaan,

karena dalam perusahaan harus mengeluarkan biaya yang sifatnya tetap selama periode

tertentu untuk mengembalikan hutang dan pembayaran bunga. Kelalaian dalam

2
melaksanakan kewajiban tersebut dapat mendorong perusahan ke arah kebangkrutan (diklaim

bangkrut oleh kreditur). Pembayaran hutang dan bunga yang dilakukan perusahaan tersebut

secara langsung dapat mempengaruhi kondisi likuiditas perusahaan. Selain itu, Brigham &

Houston (2009:104) juga menyatakan bahwa “kreditor lebih menyukai rasio hutang yanng

lebih rendah, karena semakin rendah angka rasionya, maka semakin besar peredaman dari

kerugiaan yang dialami jika terjadi likuidasi”. Penelitian yang telah dilakukan oleh Kim et al

(1998) menunjukkan bahwa kondisi hutang baik (yang diukur dengan rasio hutang)

berpengaruh signifikan terhadap likuiditas perusahaan.

Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan adalah perputaran

persediaan. Persediaan umumnya merupakan akun terbesar dalam aktiva lancar bagi

perusahaan manufaktur atau dagang, oleh karena itu diperlukan adanya pengendalian atas

persediaan melalui perputaran persediaan untuk dapat pengukuran berapa kali dana yang

tertanam dalam persediaan berputar dalam satu tahun. Persediaan ini merupakan sumber

pendapatan bagi perusahaan yang dapat digunakan untuk membiayai kewajiban keuangan

perusahaan diantaranya membiayai kegiatan operasional perusahaanatau kegiatan pokok

lainnya. Tinggi rendahnya perputaran persediaan akan mempengaruhi tingkat likuiditas

keuangan perusahaan, serta dari perputaran persediaan ini akan terlihat kemampuan

perusahaan dalam mengkonversikan aktiva non kas menjadi kas. Dengan adanya pengelolaan

dan pengendalian persediaan yang baik, perusahaan diharapkan dapat mengoptimalkan

labanya, sehingga perusahaan juga diharapkan dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya

(likuiditasnya). Penilaian tingkat likuiditas sangat penting karena eksistensi perusahaan akan

disangsikan jika tidak lagi mempunyai kemampuan untuk membayar utang jangka pendeknya

pada saat jatuh tempo.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Kim et al (1998) dalam Aldyanti (2006) di

Amerika Serikat menunjukkan faktor-faktor: market to book value, spread antara suku bunga

3
investasi dengan suku bunga bank sentral, rata-rata siklus kas, rasio hutang, arus kas, dan

kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan berpengaruh signifikan terhadap

likuiditas perusahaan. Anderson (2002) yang dilakukan di Belgia menunjukkan juga bahwa

faktor-faktor: arus kas, hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek berpengaruh

signifikan terhadap likuiditas perusahaan.

Aldyanti (2006) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor penenttu likuiditas

perusahaan manufaktur. Ia menggunakan variabilitas ukuran perusahaan dan kesempatan

bertumbuh yang merupakan proxy dari cost of external financing, variabilitas arus kas

merupakan proxy dari cash flow uncertainty. Return spread merupakan proxy dari current

and future investment opportunities. Siklus arus kas dan rasio hutang (debt ratio) merupakan

proxy dari transaction demand for liquidity. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukurran

perusahaan, kesempatan bertumbuh dan kas signifikan dalam mempengaruhi likuiditas

perusahaan manufaktur, namun proxy rasio hutang tidak signifikan dalam mempengaruhi

sektor perusahaan tersebut. Sehingga terdapat perbedaan antara penetian Kim (1998) dan

Anderson (2002) dengan penelitian Listi Kusniadi. Dimana proxy debt ratio dinyatakan

signifikan mempengaruhi likuiditas menurut Kim dan Anderson, namun tidak menurut Listi

Kusniadi.

Penelitian mengenai pengaruh perputaran persediaan terhadap likuiditas perusahaan

pernah dilakukan oleh Tedi Rustendi tahun 2006. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

perputaran persediaan berpengaruh posistif terhadap tingkat likuiditas perusahaan. Penelitian

sejenis juga pernah dilakukan oleh Sianturi dan Sri Mulyani tahun 2010 dengan objek

penelitian pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa perputaran persediaan berpengaruh positif

terhadap likuiditas perusahaan.

4
Perusahaan konsumsi pada umumnya memiliki aktivitas yang lebih berfluktuatif

dibandingkan dengan perusahaan lainnya, sehingga dalam hal ini tingkat likuiditas

perusahaan berperan signifikan agar kelangsungan operasi perusahaan dapat berjalan dengan

lancar. Dalam mencapai kinerja yang tinggi, perusahaan harus menjalankan aktivitas-

aktivitasnya dengan efesien dan efektif. Hal ini dikarenakan perkembangan dunia usaha yang

semakin meningkat dan banyaknya persaingan dalam dunia usaha. Untuk itu perlu dilakukan

proses analisa yang baik dalam hal likuiditas perusahaan dalam mengatur hutang dan piutang

perusahaan sehingga berada dalam kondisi yang seimbang (Sianturi dan Mulyani, 2010).

Dari uraian diatas, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Debt Ratio, Ukuran Perusahaan dan Perputaran Persediaan Terhadap

Likuditas Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI”. Yang

akan menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor industri barang konsumsi

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007 sampai dengan 2009.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

a. Apakah variabel Debt ratio, ukuran perusahaan dan perputaran persediaan

berpengaruh secara parsial terhadap likuiditas perusahaan industri barang

konsumsi?

b. Apakah variabel Debt ratio, Ukuran perusahaan dan Perputaran persediaan

berpengaruh secara simultan terhadap likuiditas perusahaan industri barang

konsumsi?

5
1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskin di atas, tujuan yang ingin

dicapai oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh parsial Debt ratio, Ukuran

perusahaan dan Perputaran persediaan pada likuiditas perusahaan industri

barang konsumsi.

b. Untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh simultan Debt ratio,

Ukuran perusahaan dan Perputaran persediaan pada likuiditas perusahaan

industri barang konsumsi.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

Menambah wawasan mengenai likuiditas atau kemampuan suatu perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Serta mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhinya, dalam hal ini kaitannya dengan rasio hutang atau

debt ratio dan ukuran perusahaan (firm size).

b. Bagi Perusahaan

Bagi pihak perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan acuan

dalam hal pengambilan keputusan yang berkaitan dengan likuiditas

perusahaannya.

c. Bagi akademisi dan peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penambah kepustakaan di bidang

manajemen keuangan dan juga bahan informasi bagi para akademisi ataupun

peneliti selanjutnya, yang akan melakukan penelitian dengan topik yang

sejenis. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan hasil penelititan ini sebagai

6
dasar replikasi agar dapat dihasilkan temuan yang lebih bervariasi dan

semakin baik.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan ini dalam penelitian ini terdiri dari tiga bab, yaitu:

BAB I Pendahuluan, menguraikan mengenai latar belakang penulisan,

rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika

penulisan.

BAB II Tinjauan pustaka, meliputi landasan teori yang berisi: pengertian

likuiditas perusahaan, Debt ratio, Ukuran perusahaan, perputaran

persediaan, penelitian sebelumnya kerangka berfikir dan hipotesis.

BAB III Metodologi Penelitian, meliputi ruang lingkup penelitian, metode

penentuan sampel, metode pengumpulan data, operasionalisasi variabel

dan metode analisis data.

BAB IV Analisis dan Pembahasan, meliputi Analisis Data, Pengujian Hipotesis

dan Pembahasan. Bagian analisis data yang terdiri dari uji asumsi

klasik dan persamaan model regresi, sedangkan bagian pengujian

hipotesis yang terdiri dari Uji F , Uji t dan Perhitungan Koefisien

Determinan.

BAB V Kesimpulan dan Saran. Terdiri dari kesimpulan dari hasil analisis dan

pembahasan pada bab sebelumnya untuk menjawab masalah penelitian.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Literatur

2.1.1 Ruang Lingkup Likuiditas

Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005), Likuiditas (liquidity)

adalah:

“Kemampuan untuk mengubah aktiva menjadi kas atau kemampuan untuk

memperoleh kas”.

Menurut SK Menteri Keuangan RI No.826/KMK.013/1992 likuiditas

merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan utang lancar, atau dapat

dirumuskan dengan :

Likuiditas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek yang harus segera dipenuhi, selanjutnya berkaitan dengan

masalah likuiditas ini perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan

tepat pada waktunya berarti perusahaan dalam keadaan liquid dan sebaliknya apabila

perusahaan tidak segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih berarti

perusahaan tersebut dalam keadaan inliquid (Budiawan,2009).

Secara umum pengertian likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk

membayar hutang-hutangnya yang jatuh tempo (Lancaster, 1998). Sedangkan

menurut Munawir (2002) likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajibannya jangka pendek (current obligation). Secara khusus jika

8
ditinjau dari kebijakan yang dilakukan manajer dalam mengatur aktiva perusahaan,

maka likuiditas dapat diartikan sebagai proporsi dari aktiva perusahaan yang

diinvestasikan ke dalam kas dan marketable securities (surat berharga) (Kim etal.,

1998). Rasio antara cash ditambah marketable securities terhadap total assets ini pada

dasarnya merupakan rasio yang menunjukkan cash position (Munawir, 2002). Dalam

penelitian ini, pengertian mengenai konsep likuiditas mengacu pada pengertian

khusus tersebut. Kas (cash) adalah jumlah uang tunai yang ada di perusahaan (cash

on hand) dan rekening giro atau simpanan di bank yang pengambilannya tidak

dibatasi baik waktu maupun jumlahnya (cash in bank) dan investasi jangka pendek,

yang secara formal disebut kas dan setara kas (cash equivalent) (Munawir, 2002).

Perusahaan memperoleh kas dari hasil aktivitas-aktivitas yang menghasilkan kas, atau

aktivitas sumber penerimaan kas (source of cash). Beberapa aktivitas yang

dikategorikan sebagai sumber penerimaan kas antara lain: (1) hasil operasional, (2)

pinjaman baru, (3) pengeluaran saham baru, (4) penjualan aktiva tetap, dan (5)

penjualan selain aktiva tetap. (Munawir, 2002).

Mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Keynes (Sukirno, 2004),

perusahaan memegang atau menahan kas karena didorong oleh motif atau tujuan: (1)

untuk transaksi, (2) untuk berjaga-jaga, dan (3) untuk berspekulasi. Dalam

menjalankan operasinya perusahaan perlu dana untuk membeli bahan baku pembuatan

produk, membayar pegawai dan lain-lain, dana yang diperlukan untuk tujuan ini

merupakan dana yang disediakan perusahaan untuk transaksi. Selain itu perusahaan

juga perlu menyediakan dana untuk berjaga-jaga dalam menghadapi ketidakpastian

penerimaan kas di masa depan. Jika pada suatu saat perusahaanmenerima kas yang

rendah sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan operasional, maka perusahaan

mencukupi kekurangan dana tersebut dari kas yang disediakan untuk berjaga-jaga.

9
Pada kondisi perusahaan memiliki kesempatan untuk melakukan investasi pada

aktivitas-aktivitas yang dapat memberikan keuntungan atau peningkatan nilai

perusahaan, mungkin manajer memutuskan untuk melakukan kegiatan investasi

tersebut. Dana yang dikeluarkan untuk mendanai kegiatan investasi ini merupakan

dana yang disediakan untuk tujuan investasi. Secara umum aktivitas-aktivitas

perusahaan yang sifatnya mengeluarkan kas atau menggunakankas dapat

kelompokkan menjadi: (1) pembayaran dividen tunai, (2) pembayaran kembali utang,

(3) pembelian kembali saham, (4) pembelian aktiva tetap, dan (5) pembelian selain

aktiva tetap (Munawir, 2002).

Tingkat kemampuan suatu perusahaan untuk dapat membayar hutang-hutang

jangka pendeknya sering disebut sebagai likuiditas. Perusahaan yang mempunyai

cukup kemampuan untuk membayar hutang jangka pendek disebut perusahaan yang

likuid. Sedang apabila perusahaan berada dalam keadaan tidak mempunyai

kemampuan membayar hutang jangka pendek yang cukup, disebut illikuid.

Kemampuan untuk membayar utang jangka pendek dari suatu perusahaan terletak

pada atau diukur dari kemampuannya untuk mendapatkan kas (alat pembayaran) atau

kemampuannya untuk mengkonversikan aktiva non kas menjadi kas.

Pada umumnya aspek likuiditas tidak dipandang hanya pada suatu saat, tetapi

dikaitkan dengan satu periode tahun buku atau kadang-kadang

diidentifikasikandengan siklus operasi normal perusahaan. Siklus operasi normal

perusahaan itu sendiri adalah suatu jangka waktu yang tercakup dari sejak dimulainya

aktivitas pembelian, produksi, penjualan hingga aktivitas pengumpulan piutang.

Penilaian atau pengukuran aspek likuiditas suatu perusahaan yang diidentifikasikan

dengan siklus operasi normalnya, umumnya digunakan pada perusahaan-perusahaan

yang siklus operasinya melampaui satu periode tahun buku.

10
Arti pentingnya likuiditas bagi setiap perusahaan akan sangat dirasakan pada

berbagai akibat yang merugikan atau tidak dapat digunakannya kesempatan untuk

memperoleh laba, jika perusahaan berada dalam keadaan tidak (kurang) likuid.

2.1.2 Debt Ratio

Menurut Dewi Astuti (2004), rasio hutang (debt Ratio) adalah rasio yang

mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditur. Debt ratio yang rendah,

berarti menunjukan adanya perlindungan bagi kreditur terhadap kemungkinan

likuidasi.

Sedangkan menurut Kasmir (2009: 156), debt ratio merupakan rasio utang

yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva.

Dengan kata lain seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa

besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Debt ratio yang

bernilai tinggi mengartikan bahwa pendanaan dengan utang semakin banyak, maka

semakin sulit bagi perusahaan untuk memeperoleh tambahan pinjaman karena

dikhawatirkan perusahaan tidak mampu, menutupi utang-utangnya dengan aktiva

yang dimiliknya. Sedangkan bila debt ratiio bernilai rendah maka semakin kecil

perusahaan dibiyai dengan utang.

Rumus perhitungan debt ratio adalah perbandingan antara total hutang dengan

total aktiva atau asset (Kasmir, 2009; Dewi Astuti, 2004; dan Lukas, 2008).

Total Debt
Debt Ratio = -----------------------------
Total Asset

Keberadaan hutang memiliki konsekuensi bagi perusahaan, karena dalam

perusahaan harus mengeluarkan biaya yang sifatnya tetap selama periode tertentu

11
untuk mengembalikan hutang dan pembayaran bunga. Kelalaian dalam melaksanakan

kewajiban tersebut dapat mendorong perusahan ke arah kebangkrutan (diklaim

bangkrut oleh kreditur). Pembayaran hutang dan bunga yang dilakukan perusahaan

tersebut secara langsung dapat mempengaruhi kondisi likuiditas perusahaan (Listi

Aldyanti : 2006).

2.1.3 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh

perusahaan. Ukuran perusahaan juga merupakan cerminan besar kecilnya

perusahaan yang nampak dalam nilai total aktiva pada neraca akhir tahun. Menurut

Hadri Kusuma (2005:83), ada dua teori yang secara implisit menjelaskan

hubungan antara ukuran perusahaan dan tingkat keuntungan, antara lain :

a) Teori teknologi, yang menekankan pada modal fisik, economies of scale, dan

lingkup sebagai faktor-faktor yang menentukan besarnya ukuran perusahaan

yang optimal serta pengaruhnya terhadap likuiditas perusahaan.

b) Teori institusional mengaitkan ukuran perusahaan dengan faktor-faktor seperti

sistem perundang-undangan, peraturan anti-trust, perlindungan patent, ukuran

pasar dan perkembangan pasar keuangan

Besar kecilnya ukuran perusahaan secara langsung akan mencerminkan tinggi

rendahnya aktivitas operasi maupun investasi perusahaan. Pada umumnya semakin

besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula kegiatan operasi dan investasi

yang dilakukan perusahaan tersebut. Kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan

tersebut secara langsung akan mempengaruhi kondisi likuiditas perusahaan

(Aldyanti:2006).

12
2.1.4 Perputaran Persediaan

a. Pengertian perputaran persediaan

Yaitu menunjukan berapa kali terjadinya penggantian persediaan dalam satu

tahun serta tersimpannya persediaan tersebut di dalam gudang. Rasio aktivitas

disebut juga sebagai rasio efisiensi atau perputaran, mengukur seberapa efektif

perusahaan menggunakan berbagai aktivanya. Menurut Bambang Riyanto

( 2001:334), contoh dari rasio aktivitas, antara lain :

1) Average payable period

Merupakan periode rata-rata yang diperlukan untuk membayar hutang

dagang. Menurut Suad Husnan (2008), Secara umum terdapat tiga tipe hutang

dagang yaitu :

a) Open account

Penjual mengirimkan barang ke pembeli dilengkapi dengan faktur yang

menyebutkan barang yang dikirim, harga per satuan, harga keseluruhan,

dan syarat-syarat pembayaran. Setelah pembeli penandatangani tanda

penerimaan barang, pembeli berarti menyatakan berhutang kepada

penjual.

b) Notes payable

Pembeli membuat surat pernyataan berhutang secara resmi kepada

penjual, disertai kapan akan dilunasi hutang tersebut.

c) Trade acceptance

13
Penjual menarik draft kepada pembeli yang menyatakan draft tersebut

akan dibayar. Draft ini kemudian “dijamin” oleh bank yang akan

membayar draft tersebut.

2) Average day’s inventory

Periode menahan persediaan rata-rata atau periode rata-rata persediaan barang

dagang di gudang.

b. Tujuan pengendalian persediaan

Heckert (1997:436) mengemukakan bahwa tujuan pengendalian persediaaan

adalah sebagai berikut :

1) Untuk perencanaan dan pengendalian pembelian sehingga akan hanya

membeli atau menimbun bahan yang diperlukan atau dibutuhkan.

2) Untuk pengendalian terhadap wewenang pelaksanaan produksi sehingga

hanya dihasilkan produk dalam kuantitas dan jenis yang layak.

Dengan adanya pengendalian terhadap persediaan melalui perputaran

persediaan diharapkan perusahaan akan dapat mengoptimalkan labanya, Semakin

cepat perputaran persediaan semakin pendek waktu tertanamnya dana dalam

persediaan tersebut. Dengan sendirinya perusahaan memperoleh pendapatan atas

penjuanlan tersebut, sehingga memperkecil risiko perusahaan untuk tidak dapat

memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

c. Batasan memberikan batasan mengenai persediaan

Ikatan Akuntan Indonesia (1999:14.1), memberikan batasan mengenai

persediaan yaitu aktiva yang (a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha

14
normal ; (b) dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, dan (c) dalam

bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau

pemberian jasa.

Persediaan juga merupakan unsur dari aktiva lancar yang merupakan unsur

yang aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus-menerus diperoleh, diubah,

dan kemudian dijual kepada konsumen.Dengan adanya pengelolaan persediaan yang

baik, maka perusahaan dapat segera mengubah persediaan yang tersimpan menjadi

laba melalui penjualan yang kemudian bertransformasi menjadi kas atau piutang yang

kemudian akan digunakan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya

(kewajiban lancar). Semakin tingginya tingkat perputaran persediaan menyebabkan

perusahaan semakin cepat dalam melakukan penjualan barang dagang sehingga

semakin cepat pula bagi perusahaan dalam memperoleh dana baik dalam bentuk uang

tunai (kas) ataupun piutang dan membantu perusahaan untuk meningkatkan likuiditas

perusahaan tersebut (Lamriama & Mulyani:2010).

2.2 Penelitian terdahulu

Listi Aldianti Kustiadi (2006), melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor

Penentu Likuiditas Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2000-

2004”. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Ukuran perusahaa,

Kesempatan bertumbuh, return spread dan rasio hutang dengan menggunkana metode regresi

linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap likuiditas. Sedangkan kesempatan bertumbuh dan return

spread berpangaruh positif signifikan terhadap likuiditas. Rasio hutang (debt ratio) tidak

berpengaruh signifikan terhadap likuiditas perusahaan.

15
Marliana (2010) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Perputaran

Persediaan, Ukuran Perusahaan dan Debt Ratio terhadap Likuiditas Perusahaan

Otomotif dan Komponennya yang terdaftar di BEI”. Pengujian hipotesis menggunakan

regresi linier berganda. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa perputaran persediaan tidak

berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan otomotif dan komponennya. Ukuran perusahaan

dan Debt ratio berpengaruh dan berbanding terbalik terhadap likuiditas pada perusahaan

otomotif dan komponennya yang terdaftar di BEI. Sedangkan secara bersama-sama

perputaran persediaan, ukuran perusahaan dan debt ratio berpengaruh terhadap likuiditas

perusahaan otomotif dan komponennya yang terdaftar di BEI.

Tedi Rustendi (200) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Perputaran

Persediaan Terhadap Likuiditas” dengan menggunakan metode regresi. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa perputaran persediaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

likuiditas perusahaan.

Sianturi dan Mulyani (2010), melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Perputaran Persediaan terhadap Likuiditas Perusahaan Barang Konsumsi yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan metode Regersi dengan

hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perputaran persediaan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap likuiditas perusahaan.

2.3 Kerangka Pemikiran

Penentuan tingkat likuiditas suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Faktor tersebut seperti debt ratio, ukuran

perusahaan dan perputaran persediaan suatu perusahaan. Oleh beberapa penelitian yang

pernah dlakukan sebelumnya, ketiga faktor tersebut telah dibuktikan dapat mempengaruhi

tingkat likuiditas perusahaan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Kim et al (1998) dalam

16
Aldyanti (2006) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan debt ratio dapat

berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan secara signifikan. Kim at al (1998) dalam

Aldyanti (2006) menyatakan bahwa pembayaran hutang dan bunga yang dilakukan

perusahaan secara langsung dapat mempengaruhi kondisi likuiditas perusahaan. Sedangkan

ukuran perusahaan yang secara langsung dapat mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas

operasi maupun investasi perusahaan juga diyakini dapat berpengaruh terhadap likuiditas

perusahaan. Sedangkan Lamriama & Mulyani (2010) dalam penelitiannya menghasilkan

kesimpulan bahwa perputaran persediaan dapat berpengaruh terahadap likuiditas perusahaan.

Mereka berpendapat bahwa semakin tinggi perputaran persediaan berarti semakin cepat bagi

perusahaan untuk memperoleh aliran kas dan membantu perusahaan untuk meningkatkan

likuiditas perusahaan tersebut. Selanjutnya pengaruh debt ratio, ukuran perusahaan dan

perputaran persediaan sebagai variabel bebas terhadap likuiditas perusahaan sebagai variabel

terikat dalam penelitian ini, dapat disajikan dalam suatu paradigma penelitian berikut ini.

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

Debt Ratio (X1)

Ukuran Perusahaan Likuiditas (Y)


(X2)

Perputaran
Persediaan (X3)

Penelitian yang dilakukan ini mengambil sampel berupa perusahaan go public sektor

industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009. Jenis data yang digunakan

17
dalam adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel, yang

dapat diperoleh dari www.idx.co.id. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah debt

ratio, ukuran perusahaan dan perputaran persediaan sebagai variabel independen dan

likuiditas perusahaan sebagai variabel depeden.Dalam penelitian ini pengujian hipotesis

dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Namun sebelum

melakukan pengujian hipotesis tersebut, dilakukan terlebih dahulu Uji asumsi klasik yang

terdiri dari uji Normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolonieritas dan uji autokorelasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat suatu kerangka berfikir seperti yang tersaji

pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir

Bursa Efek Indonesia

Perusahaan Go Publik

Industri barang konsumsi

Variabel Dependen Variabel Independen


Likuiditas Perusahaan o Debt Ratio
o Ukuran Perusahaan
o Perputaran Persediaan

Uji Asumsi Klasik

Uji Uji Uji Uji


Normalitas Heteroskedastisitas Multikolonieritas Autokorelasi

18
Analisis regresi linier berganda

Uji F Uji T Uji Koefisien


Determinan (R2)

Interpretasi

Kesimpulan

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas penelitian yang dilakukan guna

mempermudah menganalisis. Adapun rumusan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu sebagai

berikut:

1) Ho1 : b1 = 0 Debt Ratio tidak berpengaruh signifikan

terhadap likuiditas perusahaan

Ha1 : b1 ≠ 0 Debt Ratio berpengaruh signifikan terhadap likuiditas

perusahaan

2) Ho2 : b2 = 0 Ukuran perusahaan tidak berpengaruh

signifikan terhadap likuiditas perusahaan

Ha2 : b2 ≠ 0 Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap

likuiditas perusahaan

3) Ho3 : b3 = 0 Perputaran persediaan tidak berpengaruh

signifikan terhadap likuiditas perusahaan

Ha3 : b3 ≠ 0 Perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap

likuiditas perusahaan

19
4) Ho4 : b1 = b2 = b3 = 0 Debt ratio, ukuran

perusahaan dan perputaran persediaan tidak

berpengaruh secara simultan terhadap likuiditas

perusahaan

Ha4 : b1 = b2 = b3 ≠ 0 Debt ratio, ukuran perusahaan dan perputaran

persediaan berpengaruh secara simultan terhadap

likuiditas perusahaan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variable Debt Ratio, Ukuran

Perusahaan (firm size) dan perputaran persediaan terhadap likuiditas perusahaan. Variabel –

variabel tersebut kemudian akan diuji menggunakan analisis regresi linier berganda. Data-

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data laporan keuangan perusahaan

sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indoneisa (BEI) dari tahun 2007

sampai dengan tahun 2009.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan industri barang konsumsi yang

tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selanjutnya sampel dalam penelitian ini ditentukan

20
menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada

kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel penelitian ini adalah:

a. Perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

tahun 2007-2009.

b. Perusahaan industri barang konsumsi yang menerbitkan laporan keuangan dari

tahun 2007-2009 secara berturut-turut.

c. Data-data yang dibutuhkan tersedia dalam laporan keuangan perusahaan tersebut.

Tabel 3.1
Proses Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah Sampel


1. Perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar 35

di BEI tahun 2007-2009


2. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan 6

secara berturut-turut dari tahun 2007 sampai 2009


3. Perusahaan yang laporan keuangannya tidak mempunyai 2

data yang lengkap, yang dibutuhkan dalam penelitin ini.


Sampel Final 27

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 35 perusahaan industri barang konsumsi yang

terdaftar di BEI tahun 2007-2009, hanya terdapat 27 perusahaan yang memenuhi

karakteristik penyampelan yang telah ditentukan. Daftar nama perusahaan sampel dapat

dilihat pada tabel 3.2. berikut ini:

21
Tabel 3.2
Daftar Nama Perusahaan Sampel

No Nama Perusahaan
1. PT. Ades Waters Indonesia, tbk
2. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, tbk
3. PT. Tempo Scan Pasific, tbk
4. PT. Cahaya Kalbar, tbk
5. PT. Daria Varia Laboratoria, tbk
6. PT. HM Sampoerna, tbk
7. PT. Indofood Sukses Makmur, tbk
8. PT. Kimia Farma (Persero), tbk
9. PT. Kedawung Setia Industrial, tbk
10. PT. Kedawung Indah Can, tbk
11. PT. Kalbe Farma, tbk
12. PT. Indofarma (Persero), tbk
13. PT. Mayora Indah, tbk
14. PT. Multi Bintang Indonesia, tbk
15. PT. Mustika Ratu, tbk
16. PT. Prasidha Aneka Niaga, tbk
17. PT. Delta Djakarta, tbk
18. PT. Sekar Laut, tbk
19. PT. Merck, tbk
20. PT. Langgeng Makmur Industri, tbk
21. PT. Mandom Indonesia, tbk
22. PT. Siantar Top, tbk
23. PT. Pyridam Farma, tbk
24. PT. Schring Plough Indonesia, tbk
25. PT. Bristoll Myers Squibb Indonesia, tbk
26. PT. Ultra Jaya Milk Industri, tbk
27. PT. Unilever Indonesia, tbk

3.3 Metode Pengumpulan Data

Sumber-sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan data-data sekunder, yang berupa laporan keuangan dari perusahaan sektor

industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007 sampai

dengan tahun 2009. Seluruh data laporan keuangan tersebut diperoleh dari situs resmi Bursa

Efek Indonesia (www.idx.co.id ) .

22
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa studi

kepustakaan dari berbagai sumber seperti buku-buku literature, internet serta skripsi atau

jurnal yang terkait dengan penelitian ini.

3.4 Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua variable yaitu varibel

dependen dan variable independen. Yang menjadi variabel independent adalah Debt Ratio,

ukuran perusahaan (firm size) dan perputaran persediaan sedangkan yang menjadi variabel

independen adalah likuiditas perusahaan .

3.4.1 Variabel Independen (X)

Varibel independent atau variabel bebas adalah varibael yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya varibael dependen (terikat). Dalam

penelitian ini terdapat dua varibael independent yaitu:

1. Debt Ratio

Debt ratio adalah rasio hutang yang dihitung sebagai perbandingan antara total hutang

perusahaan dengan total aset. Formula yang digunakan untuk menghitung debt ratio

adalah sebagai berikut:

Total Debt

Debt Ratio = -----------------------------------

Total Asset

2. Ukuran Perusahaan (Firm Size)

Ukuran perusahaan merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan yang nampak

dalam nilai total aktiva pada neraca akhir tahun. Formula yang dapat digunakan untuk

mengukur ukuran perusahaan, yaitu:

23
Firm Size = Total Asset Perusahaan

3. Perputaran Persediaan

Perputaran persediaan adalah rasio antara harga pokok penjualan terhadap persediaan

perusahaan, yang menunjukkan seberapa cepat persediaan dapat dijual. Dermawan

(2006:43) dan Van Horne (1997:142) menghitung perputaran persediaan dengan

rumus berikut:

Harga pokok penjualan

Perputaran Persediaan = -------------------------------------

Persediaan

3.4.2 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau

menjadi akibat, karena adanya variabel independent (bebas). Yang menjadi variabel

dependen dalam penelitian ini adalah likuiditas perusahaan. Formula yang digunakan untuk

menghitung current ratio yaitu:

Aktiva Lancar

Current Ratio = ----------------------------------------

Hutang Lancar

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi

linier berganda. Dan sebelum model regresi yang diperoleh digunakan untuk menguji

hipotesis, perlu terlebih dahulu model tersebut diuji dengan asumsi klasik. Uji asumsi klasik

24
biasa digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala normalitas, multikolinieritas,

heteroskedastisitas dan autokorelasi.

3.5.1 Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan suatu model regeresi berganda,

terlebih dulu perlu dilakukan pengujian asumsi klasik. Uji asumsi kalsik ini meliputi uji

Normalitas, uji Heteroskedastisitas, uji Multikolonieritas dan uji Autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas data bertujuan untuk melihat apakah suatu data terdistribusi secara

normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan melihat normal probability plot yang

membandingkan distribusi kumulatif dari data yang sesungguhnya dengan distribusi

kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal

dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal.

Deteksi terhadap uji normalitas ini dapat dilakukan dengan cara melihat penyebaran

data (titik) pada sumbu diagonal atau grafik. Dasar pengambilan keputusan dari analisis

normal probability plot adalah sebagai berikut:

a. Apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

b. Apabila data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah

garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi

tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalarn model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variansi

residu dari kasus pengamatan satu ke kasus pengamatan lainnya mempunyai nilai tetap

25
maka disebut homokedastisitas dan jika mempunyai perbedaan maka disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang terjadi homokedastisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas.

Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi

variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Dasar analisisnya: (a) jika titik-

titiknya menyebar di daerah positif dan negatif serta tidak membentuk suatu pola tertentu,

maka mengindetifikasi teljadinya homokesdatisitas, yang berarti tidak terjadinya

heteroskdastisitas. (b) Jika titik-titiknya membentuk suatu pola tertentu maka

mengidentifikasi telah terjadi heteroskedastisitas.

c. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolonieritas ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar

variabel independen tidak terjadi kolerasi. Uji multikolinearitas dapat dilaksanakan

dengan jalan meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar independen

variabel dengan menggunakan variance inflating factor (VIF). Dan untuk mendeteksi ada

tidaknya masalah multikoliniearitas dalam model regresi, salah satunya caranya dapat

dilihat dari nilai tolerance value atau variance inflation factor (VIF). Dasar analisisnya :

(a) Jika nilai Tollerance > 0.1 dan VIF < 10, berarti tidak terdapat masalah

multikolonieritas

( b) Jika nilai Tollerance < 0.1 dan VIF > 10, berarti terdapat masalah multikolonieritas.

Jika terjadi gejala multikolinearitas yang tinggi, standard error koefisien regresi akan

semakin besar dan mengakibatkan confidence interval untuk pendugaan parameter

semakin lebar. Dengan demikian terbuka kemungkinan terjadinya kekeliruan yaitu

menerima hipotesis yang salah.

26
d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan periode t-1

(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model

regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi, dapat

dilakukan uji statistik melalui uji Durbin‐Watson (DW test) (Ghozali, 2001).

Untuk dapat melihat ada atau tidaknya masalah autokorelasi maka salah satu caranya

dapat digunakan Uji Durbin Watson ( DW Test). Dan dasar pengambilan keputusan ada

atau tidaknya autokorelasi menurut Singgih Santoso adalah sebagai berikut:

a. Angka DW > +2, berarti ada autokorelasi yang positif

b. Angka DW diantara -2 sampai +2 ( -2 < DW < +2 ), berarti tidak ada masalah

autokorelasi.

c. Angka DW < -2, berarti ada autokorelasi negatif

Gambar 3.1 Uji Durbin Watson

Tidak ada masalah auto korelasi

Ada masalah auto korelasi Ada masalah auto korelasi

-2 +2

3.5.2

Pengujian Hipotesis

Metode pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis regresi linier berganda. Dan untuk menguji pengaruh variabel debt ratio dan ukuran

27
perusahaan (firm size) terhadap likiditas perusahaan industri barang konsumsi di BEI, maka

digunakanlah model regresi linier berganda dengan rumus sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Dimana :

Y = Likuiditas Perusahaan

a = Konstanta

b1,b2,b3 = Koefisien Regresi

X1 = Debt Ratio

X2 = Ukuran Perusahaan

X3 = Perputaran Persediaan

e = Disturbance error

3.5.2.1 Uji F (Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Secara Simultan)

Uji F adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara simultan. Pengujian

ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang terdapat di

dalam model secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Uji F

dalam penelitian ini digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh debt ratio,

ukuran perusahaan dan perputaran persediaan terhadap likuiditas perusahaan secara

simultan. Dengan tingkat signifikansi sebesar 5% nilai F ratio dari masing-masing

koefisien regresi kemudian dibandingkan dengan niai t tabel. Jika F rasio > F tabel

atau prob-sig < α = 5% berarti bahwa variabel independen berpengaruh secara

simultan terhadap variabel dependen.

28
3.5.2.2 Uji t (Pengujian Dengan Koefisien Regresi Parsial)

Uji t berarti melakukan pengujian terhadap koefisisen regresi secara parsial.

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran secara parsial antara

variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan bahwa

variabel independen lain dianggap konstan. Tingkat signifikansi dalam peneliti Uji t

ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai t hitung dari masing-masing

koefisien regresi dengan nilai t tabel, dengan tingkta signifikansi sebesar 95%. Jika t-

hitung > t-tabel atau prob-sig < α = 5% berarti bahwa masing-masing variabel

independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

3.5.2.3 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisisen Determinasi (R2) adalah besaran yang memberikan informasi

goodness of fit dari persamaan regresi, yaitu memberikan proporsi atau persentase

kekuatan pengaruh variabel yang menjelaskan (x1,x2,x3) secara simultan terhadap

variasi dari variabel dependen (Y).

Koefisien ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinansi adalah

antara 0 dan 1. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1

(satu) berarti variabel–variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data.

29
4.1.1 Uji Asumsi Klasik.

Analisis data yang dilakukan yaitu analisis regresi berganda dengan menggunakan

bantuan program komputer SPSS for windows versi 17.0. Untuk mendapat estimasi yang

terbaik, terlebih dahulu data sekunder tersebut harus dilakukan pengujian asumsi regresi

klasik, yaitu: uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji multikolonieritas dan uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel

dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.

Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji

normal data ini menggunakan metode analisis grafik dan melihat normal probability plot.

Setelah data dimasukkan dan diolah oleh program SPSS, diperoleh hasil uji Normal

Probability Plot seperti pada gambar P-Plot di bawah ini:

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas

Dari grafik Normal P-Plot diatas, terlihat bahwa titik – titik normal p plot berada di

sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dimana hal itu menunjukkan bahwa

data dalam penelitian ini terdistribusi dengan normal.

30
b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan veriance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika

variance tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka terjadi problem

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskesdatisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat dibawah ini:

Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Dari grafik Scatterplot diatas, menunjukan bahwa data kami memiliki kesamaan

varians (homoskedastisitas) karena titik-titiknya menyebar di daerah positif (+) dan negatif

(-) serta tidak membentuk pola.

Pada grafik scattterpol di atas, menunjukkan titik-titik yang menyebar secara acak dan

tidak membentuk suatu pola tertentu serta tersebar baik di atas maupun di bawah angkka 0

pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terjadi homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi. Sehingga model regresi layak untuk memprediksi

likuiditas perusahaan berdasarkan debt ratio, ukuranperusahaaan dan perputaran persediaan

sebagai variabel independen.

31
c. Uji Multikolineritas

Terjadinya gejala multikolinearitas pada suatu data dalam penelitian dapat diketahui

dengan memperhatikan nilai Variance-Inflation Factor (VIF) dan tolerance. Suatu data dapat

dikatakan terbebas dari gejala multikolinearitas jika;

1) Nilai VIF kurang dari 10 (VIF<10),

2) Nilai tolerance lebih dari 0,1 (Tolerance > 0,1),

Dalam penelitian ini hasil uji multikolonieritas dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Hasil Uji Multikolonieritas

Coefficientsa
Standar

dized

Unstandardize Coefficie 95,0% Confidence Collinearity

d Coefficients nts Interval for B Statistics


Std. Lower Upper

Model B Error Beta t Sig. Bound Bound Tolerance VIF


1 (Consta 6.132 .600 10.213 .000 4.937 7.328

nt)
x1 -8.778 1.237 -.639 -7.098 .000 -11.240 -6.315 .920 1.087
x2 1.155E .000 .301 3.446 .001 .000 .000 .977 1.024

-13
x3 .069 .081 .076 .850 .398 -.093 .231 .938 1.066
a. Dependent Variable: y

32
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa debt ratio, Ukuran perusahaan dan Perputaran

persediaan sebagai variabel independen mempunyai nilai tolerance lebih dari 0,1 (10 persen).

Dari hasil VIF juga terlihat bahwa semua variabel independen memiliki nilai VIF kurang dari

10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas antar variabel

independen dalam model regresi.

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi pada model regresi artinya ada korelasi antar anggota sampel yang

diurutkan berdasarkan waktu saling berkorelasi. Untuk mengetahui adanya autokorelasi

dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (Uji

DW). Menurut Singgih Santoso (2000;125) jika angka Durbin Watson berkisar antara –2

sampai dengan +2 maka koefisien regresi bebas dari gangguan autokorelasi sedangkan jika

angka DW dibawah –2 berarti terdapat autokorelasi negatif dan jika angka DW diatas +2

berarti terdapat autokorelasi positif.

Tabel 4.2 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Std. Error of the

Model R R Square Adjusted R Square Estimate Durbin-Watson


a
1 .653 .426 .404 2.20781 1.485

a. Predictors: (Constant), x3, x2, x1

b. Dependent Variable: y

33
Pada table 4.2 di atas, menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,485. Ini

menunjukan bahwa tidak ada masalah dengan pada uji autokorelasi karena nilai Durbin

Watson-nya terletak antara -2 sampai dengan +2.

4.1.2 Perumusan Model Persamaan Regresi

Hasil pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model

regresi dalam penelitian ini layak digunakan karena model regresi telah terbebas dari masalah

normalitas data, tidak terjadi multikolinearitas, tidak terjadi autokorelasi, dan tidak terjadinya

heterokedastisitas. Selanjutnya dapat dilakukan uji estimasi linier berganda dan

diinterpretasikan pada tabel berikut

Tabel 4.3 Hasil Estimasi Regresi Berganda

Coefficientsa
Standar

dized

Unstandardized Coeffici

Coefficients ents 95,0% Confidence Interval for B Collinearity Statistics


Std.

Model B Error Beta T Sig. Lower Bound Upper Bound Tolerance VIF
1 (Constant) 6.132 .600 10.213 .000 4.937 7.328

x1 -8.778 1.237 -.639 -7.098 .000 -11.240 -6.315 .920 1.087


x2 1.155E-13 .000 .301 3.446 .001 .000 .000 .977 1.024
x3 .069 .081 .076 .850 .398 -.093 .231 .938 1.066
a. Dependent Variable: y

Berdasarkan output regresi linear diatas, model analisis regresi berganda yang

digunakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut

Likuiditas = 6,132 - 8,778 Debt Ratio + 1,155x10-13 Ukuran perusahaan + 0,069 Perputaran persediaan

(0,600) (1,237) (0,000) (0,81)

34
Dari persamaan regresi tersebut dapat diungkapkan:

b0 = Intercept/konstanta menunjukkan angka sebesar 6,132  Sb0 = 0,600

Artinya ketika X (Debt ratio, ukuran perusahaan dan perputran persediaan)

bernilai 0 , maka Y (Likuiditas perusahaan) akan bernilai 6,132.

b1 = Slope X1/Koefisien Regresi X1 = -8,778  Sb1 = 1,237

Artinya ketika X1 (Debt Ratio) naik satu satuan, sedangkan X2 dan X3 (ukuran

perusahaan dan perputaran persediaan) tetap, maka nilai Y (likuiditas perusahaan)

akan turun sebesar 8,778.

b2 = Slope X2/Koefisien Regresi X2= 1,155x10-13  Sb2 = 0,000

Artinya ketika X2 (ukuran perusahaan) naik satu satuan, sedangkan X1 dan X3

(debt ratio dan perputaran persediaan) tetap, maka nilai Y (likuiditas perusahaan)

akan naik 1,155x10-13 kali.

b3 = Slope X3/Koefisien Regresi X3= 0,069  Sb3 = 0,81

Artinya jika X3 (perputaran persediaan) naik satu satuan, sedangkan X1 dan X2

(debt ratio dan ukuran perusahaan) tetap, maka nilai Y (likuiditas perusahaan)

akan naik sebesar 0,069 kali.

4.2 Pengujian Hipotesis

4.2.1 Uji F (Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Secara Simultan)

Tabel 4.4 Hasil Uji F

35
ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 278.676 3 92.892 19.057 .000a

Residual 375.331 77 4.874

Total 654.008 80

a. Predictors: (Constant), x3, x2, x1

b. Dependent Variable: y
Uji ini dilakukan untuk menggunakan uji signifikan simultan yaitu uji F, untuk

menunjukkan apakah variabel bebas secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh

terhadap variabel independen. Dan dalam penelitian ini Uji F dapat digunakan untuk menguji

hipotesis keempat. Uji anova atau F test pada tabel di atas menghasilkan F hitung sebesar

19,057 dengan tingkat signiifikansi sebesar 0,000. Karena probabilitas signifikansi yang

diperoleh kurang dari derajat kesalahan (α < 0,05) menunjukkan bahwa nilai F yang dihitung

tersebut signifikan sehingga Ho4 ditolak dan Ha4 diterima. Dimana dengan demikian Debt

ratio, Ukuran perusahaan dan Perputaran persediaan secara bersama-sama atau simultan

berpengaruh signifikan terhadap likuiditas perusahaan industri barang konsumsi yang

terdaftar di BEI tahun 2007-2009.

4.2.2 Uji T (Pengujian Hipotesis Secara Parsial)

Pengaruh debt ratio, ukuran perusahaan dan perputaran persediaan terhadap likuiditas

perusahaan industri barang konsumsi diuji dengan uji t yang bertujuan untuk menguji

signifikansi pengaruh satu variabel bebas secara individu terhadap variabel terikat. Hasil

pengujian dengan SPSS untuk memprediksi pengaruh debt ratio, ukuran perusahaan dan

perputaran persediaan terhadap likuiditas perusahaan, dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai

berikut :

36
Tabel 4.5 Hasil Uji T

Coefficientsa
Standar

dized

Unstandardized Coeffici

Coefficients ents 95,0% Confidence Interval for B Collinearity Statistics


Std.

Model B Error Beta T Sig. Lower Bound Upper Bound Tolerance VIF
1 (Constant) 6.132 .600 10.213 .000 4.937 7.328

x1 -8.778 1.237 -.639 -7.098 .000 -11.240 -6.315 .920 1.087


x2 1.155E-13 .000 .301 3.446 .001 .000 .000 .977 1.024
x3 .069 .081 .076 .850 .398 -.093 .231 .938 1.066
a. Dependent Variable: y

a. Pengujian Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama penelitian ini menduga bahwa Debt Ratio (X1) berpengaruh terhadap

Likuiditas (Y), hipotesis ini dapat dituliskan sebagai berikut:

Ho1 : Debt Ratio (X1) tidak berpengaruh terhadap Likuiditas Perusahaan (Y).

Ha1: Debt Ratio (X1) berpengaruh terhadap Likuiditas Perusahaan (Y).

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa Debt ratio menghasilkan nilai t hitung

sebesar -0,798, tingkat signifikansi sebesar 0,000 dan koefisien regresi X1 (b1) sebesar

-8,778. Variabel ini mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang apabila

dibandingkan dengan tingkat signifikansi α=5% atau 0.05, dimana 0,000 < 0.05 maka

variabel ini termasuk signifikan. Nilai signifikansi variabel debt ratio lebih kecil dari α

37
yang artinya bahwa Ho1 ditolak dan Ha1 dapat diterima. Dari hasil uji t disimpulkan

bahwa debt ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap likuiditas perusahaan

industri barang konsumsi yag terdaftar di BEI tahun 2007-2009.

b. Pengujian Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua dalam penelitian ini menduga bahwa Ukuran perusahaan (X2)

berpengaruh terhadap Likuiditas (Y), hipotesis ini dapat dituliskan sebagai berikut:

Ho2 : Ukuran perusahaan (X2) tidak berpengaruh terhadap Likuiditas Perusahaan (Y).

Ha2 : Ukuran perusahaan (X2) berpengaruh terhadap Likuiditas Perusahaan (Y).

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa ukuran perusahaan menghasilkan nilai t

hitung sebesar 3,446, tingkat signifikansi sebesar 0,001 dan koefisien regresi X2 (b2)

sebesar 1,155x10-13. Variabel ini mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,001 yang

apabila dibandingkan dengan tingkat signifikansi α=5% atau 0.05, dimana 0,001 < 0.05

maka variabel ini termasuk signifikan. Nilai signifikansi variabel Ukuran perusahaan

lebih kecil dari α yang artinya bahwa Ho2 ditolak dan Ha2 dapat diterima. Dari hasil uji t

disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

likuiditas perusahaan industri barang konsumsi yag terdaftar di BEI tahun 2007-2009.

c. Pengujian Hipotesis Ketiga

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini menduga bahwa perputaran persediaan (X3)

berpengaruh terhadap Likuiditas (Y), hipotesis ini dapat dituliskan sebagai berikut:

Ho3 : Perputaran Persediaan (X3) tidak berpengaruh terhadap Likuiditas Perusahaan

(Y).

Ha3 : Perputaran persediaan (X3) berpengaruh terhadap Likuiditas Perusahaan (Y).

38
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa Perputaran persediaan menghasilkan nilai t

hitung sebesar 0,850 , tingkat signifikansi sebesar 0,398 dan koefisien regresi X3 (b3)

sebesar 0,69. Variabel ini mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,398 yang apabila

dibandingkan dengan tingkat signifikansi α=5% atau 0.05, dimana 0,398 > 0.05 maka

variabel ini termasuk tidak signifikan. Nilai signifikansi variabel perputaran persediaan

lebih besar dari α yang artinya bahwa Ho3 diterima dan Ha3 ditolak. Dari hasil uji t

disimpulkan bahwa perputaran persediaan tidak berpengaruh dalam memprediksi

likuiditas perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009.

4.2.3 Analisis Kekuatan Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variasi Variabel Terikat

(Koefisien Determinasi (R2) )

Besarnya kekuatan perngaruh variabel bebas terhadap variasi variabel terikat dapat

diketahui dari besarnya nilai koefisien determinan (R2), yang berada antara 0 dan 1. Apabila

nilai R2 semakin mendekati satu, berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel terikat. Hasil pehitungan dari R

square dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinan (R2)

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

1 .653a .426 .404 2.20781 1.485

a. Predictors: (Constant), x3, x2, x1

b. Dependent Variable: y

Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa nilai R square adalah sebesar 0,426. Hal ini

berarti variabel likuiditas perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel debt ratio, ukuran

perusahaan dan perputaran persediaan sebesar 42,6%, sedangkan sisanya sebesar 57,4%

39
dijelaskan oleh faktor lainnya yang berada di luar model. Contoh faktor lainnya yang

berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan yaitu return spread dan kesempatan bertumbuh.

Kedua faktor tersebut diperkirakan dapat berpengaruh pada likuiditas berdasarkan pada hasil

penelitian yang pernah dilakukan oleh Listi Aldyanti (2006), yang menemukan kedua faktor

tersebut berpengaruh terhadap likuiditas.

Dari table 4.6 di atas, dapat diperoleh juga besar dari nilai suatu koefisien korelasi (r),

yang dapat digunakan untuk menyatakan kuat atau lemahnya hubungan dari variabel-variabel

independent (X) dan variabel dependen (Y). Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien

korelasi (r) nya sebesar 0,653. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel debt

ratio, ukuran perusahaan dan perputaran persediaan dengan likuiditas perusahaan adalah

positif dan kuat. Positif karena 0,653 bernilai positif sedangkan kuat karena nilai r itu lebih

besar dari 0,5 (r>0,5).

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dalam

penelitian ini, diperoleh hasil bahwa variabel debt ratio (X1), ukuran perusahaan (X2) dan

perputaran persediaan (X3) secara bersama-sama (simultan) memliki pengaruh signifikan

terhadap likuiditas perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009.

Besarnya nilai koefisien determinasi yang didapat dalam penelitian ini sebesar 0,426

atau 42,6%, menginterpretasikan bahwa likuiditas perusahaan dapat dijelaskan oleh debt ratio

(X1), ukuran perusahaan (X2) dan perputaran persediaan (X3) hanya sebesar 42,6%,

sedangkan sisanya sebesar 57,4% dijelaskan oleh faktor lainnya yang berada di luar model

regresi dalam penelitian ini. Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh dari penelitian

ini masih tergolong rendah. Hal itu menunjukkann bahwa, sebenarnya masih banyak lagi

variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap besarnya likuiditas perusahaan industri barang

40
konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009 selain variabel yang diteliti dalam penelitian

ini. Variabel lainnya yang diduga juga dapat berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan

yaitu return spread dan kesempatan bertumbuh (growth opportunities). Kedua faktor tersebut

diperkirakan dapat berpengaruh pada likuiditas berdasarkan pada hasil penelitian yang pernah

dilakukan oleh Aldyanti (2006), yang menemukan kedua faktor tersebut berpengaruh positif

dan signifikan terhadap likuiditas.

Dari penelitian ini juga didapat nilai koefisien korelasi (r) antara variabel X dan Y

yaitu sebesar 0,653. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel debt ratio, ukuran

perusahaan dan perputaran persediaan dengan likuiditas perusahaan adalah positif dan kuat.

Positif karena 0,653 bernilai positif sedangkan kuat karena nilai r itu lebih besar dari 0,5

(r>0,5).

Debt ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap likuiditas perusahaan. Yang

berarti bahwa jika debt ratio suatu perusahaan tinggi maka likuiditas perusahaan akan

cenderung menurun ataupun sebaliknya. Rasio hutang perusahaan yang rendah dapat

mengakibatkan tingginya kemampuan perusahaan dalam membayar tagihan-tagihannya yang

berarti juga bahwa perusahaan tersebut memiliki tingkat likuiditas yang cukup tinggi. Dan

keadaan tersebut biasanya disukai oleh para kreditor, seperti dalam pernyataan Brigham &

Houston (2009:104) bahwa “kreditor lebih menyukai rasio hutang yanng lebih rendah, karena

semakin rendah angka rasionya, maka semakin besar peredaman dari kerugiaan yang dialami

jika terjadi likuidasi”. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Marliana (2010) dan Papaioannou et al. (1992) & Kim et al. (1998) dalam Aldyanti (2006)

yang menyatakan bahwa Debt ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap likuiditas

perusahaan.

Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap likuiditas perusahaan

industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2009. Ini

41
berarti bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan maka akan semakin besar pula

likuiditas perusahaan tersebut. Semakin besar ukuran perusahaan atau asset yang dimiliki

perusahaan, menunjukkan juga semakin banyaknya asset perusahaan yang dapat dicairkan

sewaktu-waktu untuk membayar kewajiban jangka pendeknya, sehingga perusahaan tersebut

dapat dinyatakan likuid. Selain itu, ukuran perusahaan juga dapat dicerminkan melalui

aktivitas operasi dan investasi perusahaan, dimana Aldyanti (2006) menyatakan bahwa

ukuran perusahaan secara langsung akan mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi

maupun investasi perusahaan, yang umumnya semakin besar ukuran perusahaan maka

semakin besar pula kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan perusahaan tersebut.

Kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan tersebut secara langsung akan mempengaruhi

kondisi likuiditas perusahaan, sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan positif antara

ukuran perusahaan dengan tingkat likuiditas. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan Kim et al (1998) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh positif signifikan terhadap likuiditas perusahaan.

Perputaran persediaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas

perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun

2007-2009. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Van Horne & Wachowicz

(1997:136) dalam bukunya yang berjudul Primsip-prinsip Manajemen Keuangan,

menyatakan bahwa “Perusahaan dengan aktiva lancar terdiri dari kas dan piutang tanpa jatuh

tempo biasanya dianggap lebih likuid daripada perusahaan yang aktiva lancarnya terdiri dari

persediaan”. Dari pernyataan tersebut, terbukti bahwa persediaan kurang berpengaruh

signifikan dalam penentuan tingkat likuiditas suatu perusahaan bila dibandingkan dengan

aktiva lancar lainnya seperti kas dan piutang tanpa jatuh tempo. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2010), yang menyatakan bahwa perputaran

persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas perusahaan.

42
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada analisis dan pembahasan yang telah diterangkan sebelumnya, maka

dapat diambil beberapa kesimpulan dari penelitian ini, yaitu:

1. Secara parsial yang terbukti dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan adalah Debt

Ratio dan ukuran perusahaan sedangkan Perputaran Persediaan tidak menunjukkan

pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas perusahaan industri barang konsumsi

yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009. Debt ratio berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap likuiditas perusahaan, dimana ini menunjukkan bahwa semakin tinggi debt

ratio perusahaan maka tingkat likuiditasnya akan semakin rendah. Sedangkan ukuran

perusahaan memiliki pengaruh yang berkebalikan dengan debt ratio yaitu ukuran

perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap likuiditas perusahaan.

Semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin tinggi pula likuidias

perusahaan tersebut. Namun berbeda dengan hasil kedua variabel di atas yang

berpengaruh terhadap likuiditas, hasil pengujian secara parsial ini menunjukkan

bahwa perputaran persediaan tidak memiliki pengaruh terhadap likuiditas suatu

perusahaan.

2. Debt ratio, ukuran perusahaan dan perputaran persediaan terbukti secara bersama-

sama atau silmultan berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan industri barang

konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009. Besarnya pengaruh tersebut adalah

43
sebesar 42,6 % sedangkan sisanya sebesar 57,4% dijelaskan oleh faktor lainnya yang

berada di luar model penelitian ini.

5.2 Saran

Bagi pihak manajemen perusahaan, likuiditas merupakan salah satu hal yang penting

di dalam mendukung kelancaran operasi dan kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena

itu pihak manajemen harus senantiasa mampu melakukan pengendalian terhadap likuiditas

secara optimal. Dan untuk dapat mengatur likuiditas secara optimal, pihak manajemen harus

juga memperhatikan beberapa faktor baik yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat

berpengaruh terhadap keadaan likuiditas perusahaan tersebut.

Bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan mengkaji ulang penelitian ini dapat

melakukan beberapa perbedaan atau bahkan perbaikan dibandingkan dengan penelitian ini.

Misalnya dengan memilih obejk penelitian yang lebih luas dari objek dalam penelitian ini.

Tidak saja perusahaan-perusahaan pada sektor industri barang konsumsi. Selain itu, juga

dapat melakukan perluasan dengan penambahan variabel.

44
DAFTAR PUSTAKA

Aldiyanti, Listi Kustiadi. “Faktor-Faktor Penentu Likuiditas Perusahaan Manufaktur di

Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2004”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam

Indonesia. 2006.

Astuti, Dewi. “Manajemen Keuangan Perusahaan”. Ghalia Indonesia. Jakarta. 2004.

Ath, Achmad Thobbary. ”Analisa Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi,

Pertumbuhan GDP terhadap Indeks Harga Saham Industri Sektor Properti”. Tesis

Universitas Diponegoro. 2009.

Sjahrial, Dermawan. “Pengatar Manajemen Keuangan”. Mitra Wacana Media: Jakarta.

2006.

Kasmir. ”Analisis Laporan Keuangan”. Rajawali Pers. Jakarta. 2009.

Lamriama, Asti Sianturi dan Sri Mulyani. “Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap

Likuiditas Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI”.

www.kapoengakuntansi.com. 2010.

Marlina. “Pengaruh Perputaran Persediaan, Ukuran Perusahaan dan Debt Ratio terhadap

Likuiditas Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang terdaftar di BEI”. Skripsi

Fakultas Ekonomi Gunadarma. 2010.

Rustendi, Tedi. “Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Likuiditas”. 2006.

Setia, Lukas Atmaja. ”Teori dan Praktik Manajemen Keuangan”. Penerbit Andi.

Yogyakarta. 2008.

45
Van Horne, James & John M Wachowicz. “Prinsip Prinsip Manajemen Keuangan”.

Salemba Empat: Jakarta. 1997.

www.idx.co.id

Budiawa, Prima. “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Ditinjau Dari Rentabilitas,

Likuiditas Dan Solvabilitas (Studi Kasus Pada Ptpn X Surakarta)”. Edisi 7. ANDI

and McGraw-Hill Education. Yogyakarta. 2007.

Wild John J, K.R Subramanya, Robert F. Helsey. “Financial Statement analysis”. Edisi 8.

Buku 2. Salemba empat. Jakarta. 2005

Warsini, Sabar. “Manajemen Investasi”. Penerbit Semesta Media. Jakarta. 2009.

Tandelin, Eduardus. “Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi”. Edisi 1. Kanisius.

Yogyakarta. 2010

Yulfasni. “Hukum Pasar Modal”. Badan penerbit iblam. Jakarta. 2005.

Rodoni, Ahmad, dan Abdul Hamid. “Lembaga Keuangan Syariah”. Penerbit Zikrul Hakim.

Jakarta. 2008

Bambang Riyanto. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE

UGM.

Husnan, Suad. 1998. Manajemen Keuangan : Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka

Pendek). BPFE: Yogyakarta

46
Kim C.S., David C. Mauer, and Ann E. Sherman. "The Determinants of Corporate Liquidity:

Theory and Evidence". Journal of Financial and Quantitative Analyisis. Volume 33,

Number 3, September, pp. 335-359.

Lancaster C., Jerry L.S., and Joseph, J.A. 1998. "Corporate Liquidity and The Significance of

Earnings versus Cash Flows", The Journal of Applied Business Research, Volume 14,

Number 4. pp. 27-38.

Munawir S. 2002. Analisis Informasi Keuangan. Liberty, Yogyakarta

47

Anda mungkin juga menyukai