BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagimana di maksud dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berkaitan denga itu Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dicapai melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada
perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat
dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan
keluarga miskin.
Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan: 1) Upaya kesehatan, 2)
Pembiayaan kesehatan, 3) Sumber daya manusia kesehatan, 4) Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
makanan, 5) Manajemen dan informasi kesehatan, dan 6) Pemberdayaan masyarakat. Upaya tersebut
dilakukan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan
ekologi dan lingkungan, kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), serta globalisasi dan
demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama lintas sektoral. Penekanan diberikan pada
peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat serta upaya promotif dan preventif.
Strategi utama yang dikembangkan dalam pembangunan kesehatan kedepan adalah
menggalang segenap potensi sumber daya yang ada dan membuka ruang seluas-luasnya bagi
partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan melalui “Desa/kelurahan Siaga Aktif”
sebagai revitalisasi dari desa siaga yang sudah dibentuk sejak tahun 2006.
Promosi kesehatan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri,
serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publik. Fokus promosi kesehatan diarahkan kepada 1) upaya peningkatan
perilaku sehat masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku individu dan masyarakat
untuk hidup bersih dan sehat; 2) Upaya pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk
meningkatkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat melalui pengembangan tatanan sehat dan;
3) Upaya mengutamakan kesehatan dalam pembangunan nasional. Ketiga fokus tersebut
diindikasikan dengan meningkatnya rumah tangga berPHBS, Meningkatnya Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif dan meningkatnya jumlah Poskesdes yang beroperasi. Strategi promosi kesehatan yang
dilaksanakan meliputi (1) Gerakan pemberdayaan, yang didukung oleh (2) Bina Suasana, (3)
Advokasi yang dilandasi oleh semangat (4) Kemitraan.
UPT BLUD Puskesmas Dasan Tapen sebagai sarana pelayanan terdepan yang memberi
pelayanan kesehatan termasuk PROMOSI KESEHATAN kepada masyarakat melalui upaya promotif
dan preventif mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan rencana strategis Pomosi
Kesehatan guna pencapaian indikator Indonesia Sehat serta upaya pengembangan lainnya sesuai
dengan kebijakan yang ditetapkan Dinas Kesehatan Propinsi NTB, Dinas Kesehatan Kabupaten
Lombok Barat maupun inovasi-inovasi di tingkat UPT BLUD Puskesmas Dasan Tapen diantaranya
adalah Gerakan Sehat Mandiri untuk Lombok Barat Bangkit (Gesmalomba) dengan fokus kegiatan
pencapaian Angka Kematian Ibu Nol (AKINO), pencapaian Angka Kematian Bayi Nol (AKBINO)
dan pencapaian Angka Kurang Gizi Nol (AKZINO).
Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program promosi kesehatan di UPT BLUD
Puskesmas Dasan Tapen selama tahun 2016, maka perlu dilakukan monitoring terhadap kegiatan
yang telah dilakukan melalui penyusunan Pedoman UKM, program Promosi Kesehatan UPT BLUD
Puskesmas Dasan Tapen tahun 2016.
B. Tujuan
B.1 Tujuan Umum :
Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan UKM, Program Promosi Kesehatan di UPT BLUD
Puskesmas Dasan Tapen tahun 2016
BAB II
KEGIATAN PROGRAM
PROMOSI KESEHATAN
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hak azasi (UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU No. 36 tahun 2009
tentang pemerintah kesehatan) dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan,
diperjuangkan dan ditingkatkan oleh setiap individu dan seluruh komponen bangsa, agar masyarakat
dapat menikmati hidup sehat, dan pada akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yang optimal. Hal ini perlu dilakukan, karena kesehatan bukanlah tanggung jawab pemerintah saja,
namun merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat termasuk swasta. Kesehatan
bersama-sama dengan pendidikan dan ekonomi merupakan tiga pilar yang sangat mempengaruhi
kualitas hidup sumber daya manusia.
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang
dikelola dan di selenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar, terutama untuk mempercepat penurunan angka kematian
ibu dan bayi.
UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat yang dibentuk atas dasar kebutuhan
masyarakat, dikelola leh, dari untuk dan bersama masyarakat dengan bimbingan petugas UPT
BLUD Puskesmas, lintas sector dan lembaga terkait lainnya.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses member informasi kepada
individu, keluarga, masyarakat secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti
perkembangan klien , serta proses membantu klien agar klien tersebut berubah dari tidak tahu
menjadi tahu (aspek pengetahuan/ knowledge), dari tahu dan mau (aspek sikap/ attitude) dan dari
mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan/ practice).
Pelayanan kesehatan dasar di Posyandu meliputi 5 (lima) kegiatan yaitu Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), Keluarga Berencana (KB), Gizi, Imunisasi dan penanggulangan diare.
B. PENGERTIAN
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi
(AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di Indonesia melalui upaya
pemberdayaan masyarakat
2. Tujuan Khusus
a) Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar
terutama yang berkaitan dengan AKI,AKB dan AKABA
b) Meningkatkan peran lintas sector dalam penyelenggaraan posyandu, terutama yang
berkaitan dengan AKI,AKB dan AKABA
c) Meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang
berkaitan dengan AKI,AKB dan AKABA
II. PELAKSANAAN
A. PERSIAPAN
1. SASARAN
a) Bayi
b) Anak Balita
c) Ibu Hamil
d) Ibu Nifas
e) Ibu Menyusui
f) Pasangan Usia Subur (PUS)
2. AKSES
Lokasi Posyandu yang berada di wilayah UPT BLUD Puskesmas Dasan Tapen dapat dijangkau
baik dengan berjalan kaki, kendraan ronda empat maupun kendaraan roda dua.
3. WAKTU
Pelaksanaan kegiatan Posyandu dilakukan setiap bulan di 44 Posyandu.
4. BIAYA
Biaya pelaksanaan Posyandu di bebankan pada dana BOK
5. ALAT DAN BAHAN
a) ALAT
(1) Dacin
(2) Microtoice
(3) Sarung Timbang
(4) Kaki Tiga
(5) Spuit
(6) Timbangan
(7) Tensimeter
(8) Stetoskop
(9) Pita Lila
(10) Register sasaran penimbangan, Imunisasi
b) BAHAN
(1) Vaksin imunisasi
(2) Tablet Fe
(3) Vit. A
(4) Kapas alcohol
(5) PMT
B. PELAKSANAAN
1. Media
KMS, Buku KIA, Buku Register
2. Metode
a) Pemeriksaan
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data keterangan
atau bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan profesional
b) Pelayanan
Pelayanan adalah serangkaian kegiatan untuk memberikan pelayanan kepada sasaran yang
meliputi pelayanan imunisasi, pelayanan KB.
c) Wawancara
Wawancara adalah bertanya kepada sasaran secara langsung waktu dilakukan
pemeriksaaan atau penimbangan oleh kader.
b) Lintas Sektor
(1) Aparat Desa ( Kades) sebagai Pembina wilayah setempat
(2) Kepala Dusun sebagai UPT BLUD jawab Posyandu
(3) Lintas sektoral sebagai pembina
(4) Kader sebagai pelaksana di Meja 1 s/d Meja 5
(5) Pendamping Desa sebagai Mitra
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hak azasi (UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU no. 36 tahun 2009
tentang pemerintah kesehatan) dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan,
diperjuangkan dan ditingkatkan oleh setiap individu dan seluruh komponen bangsa, agar
masyarakat dapat menikmati hidup sehat, dan pada akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Hal ini perlu dilakukan, karena kesehatan bukanlah tanggung jawab
pemerintah saja, namun merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat
termasuk swasta. Kesehatan bersama-sama dengan pendidikan dan ekonomi merupakan tiga pilar
yang sangat mempengaruhi kualitas hidup sumber daya manusia.
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan program lanjutan dan akselerasi
dari program Pengembangan Desa Siaga yang sudah dimulai pada tahun 2006. Pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat, yaitu upaya
memfasilitasi proses belajar masyarakat desa dan kelurahan dalam memecahkan masalah-masalah
kesehatannya. Oleh karena merupakan upaya pembangunan desa dan kelurahan, maka program ini
memerlukan peran aktif dari berbagai pihak termasuk masyarakat sebagai motor penggerak dalam
melaksanakan survailans berbasis masyarakat meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan
anak, gizi, lingkungan dan perilaku, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta
penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).
Dalam rangka pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, maka perlu pengkajian serta
analisa situasi perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang menggambarkan kreteria
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif melalui kegiatan Survey Mawas Diri (SMD). Survei Mawas Diri
merupakan kegiatan pengenalan, pengumpulan dan pengkajian masyarakat kesehatan yang
dilakukan oleh kader dan tokok masyarakat setempat dibawah bimbingan kepala Desa/Kelurahan
dan petugas kesehatan (petugas Puskesmas, Bidan di Desa). Tujuannya adalah agar menimbulkan
rasa memiliki masyarakat (sense of belonging) melalui penemuan sendiri masalah yang dihadapi
serta potensi yang dimiliki.
B. PENGERTIAN
Survei Mawas Diri adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan dan pengkajian masyarakat
kesehatan yang dilakukan oleh kader dan tokok masyarakat setempat dibawah bimbingan kepala
Desa/Kelurahan dan petugas kesehatan (petugas Puskesmas, Bidan di Desa). Tujuan SMD adalah
menimbulkan rasa memiliki masyarakat (sense of belonging) melalui penemuan sendiri masalah
yang dihadapi serta potensi yang dimiliki
2. Tujuan Khusus
a. Terlaksannya pengumpulan data, masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku.
b. Untuk mengetahui besarnya masalah yang ada di lingkungan masyarakat sendiri,
c. Untuk menggali sumber daya (potensi) yang ada / dimiliki desa
d. Hasil SMD dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun rencana kegiatan
B. PELAKSANAAN
1. Media
Cheklist / Kuesioner
2. Metode
a) Pelaksanaan interview/ wawancara terhadap responden
b) Pengamatan terhadap rumah tangga & lingkungan
b. Lintas Sektor
1) Aparat Desa ( Kades) sebagai Pembina wilayah setempat
2) Tokoh Masyarakat sebagai pembina
3) PKK Pokja IV sebagai Pelaksana
4) Kader sebagai pelaksana
5) Pendamping Desa sebagai Pelaksana
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. PENGERTIAN
Pembinaan persiapan lomba desa/ PHBS adalah upaya yang dilakukan secara efektif dan efisien
sehingga desa yang mengikuti lomba desa terintegrasi Posyandu dapat mempersiapkan diri baik
secara administrasi maupun fisik dalam rangka penilaian perkembangan pembangunan atas usaha
masyarakat desa dan kelurahan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun
2. Tujuan Khusus
1. Mempersiapkan administrasi yang berhubungan dengan kegiatan penilaian lomba
Posyandu yang terintegrasi dengan Lomba Desa dan lomba P2WKSS
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan Posyandu Teratai Merah
Dusun Gapuk
3. Menyebarluaskan informasi tentang Lomba Posyandu ke Masyarakat
4. Membina kader agar lebih terampil dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu
5. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan-kegoatan inovasi yang
dilakukan oleh kader dan masyarakat Posyandu
6. Kerjasama lintas sektor baik di desa maupun di kecamatan dalam rangka persiapan
lomba Posyandu terintegrasi lomba desa dan lomba P2WKSS.
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
C. PERSIAPAN
1. Sasaran
Kader Posyandu
2. Akses
Akses kader dalam rangka mempersiapkan lomba desa/ PHBS terintegrasi dengan lomba
Posyandu mudah dicapai, karena berada di lokasi Desa Gapuk.
3. Waktu
Pelaksanaan pelaksanaan Persiapan pembinaan lomba desa/ PHBS dilaksanakan pada bulan
Maret 2016
4. Biaya
Biaya pelakanaan Persiapan pembinaan lomba desa/ PHBS berasal dari dana BOK UPT
BLUD Puskesmas Dasan Tapen
D. PELAKSANAAN
1. Media
Data program dan visualisasi data
2. Metode
a Penyampaian materi berupa ceramah Tanya jawab, diskusi dan praktik
b Simulasi kegiatan Posyandu
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya peningkatan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) bangsa Indonesia. Derajat kesehatan tidak hanya ditentukan oleh
pelayanan kesehatan, tetapi yang lebih dominan justru adalah kondisi lingkungan dan perilaku
masyarakat. Upaya untuk meningkatkan perilaku masyarakat agar mendukung peningkatan derajat
kesehatan dilakukan melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota
keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan
kegiatan kesehatan di masyarakat. Namun perilaku kesehatan terlalu banyak sehingga untuk
menentukan rumah sehat berdasarkan perilaku masyarakat sangatlah sulit, maka untuk mencapai
rumah tangga sehat dapat dinilai dari berperilaku hidup bersih dan sehat di tingkat rumah tangga.
PHBS di rumah tangga yaitu upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agat tahu,
mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat. Manfaat rumah tangga sehat bagi rumah tangga adalah : 1. setiap
anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit; 2. Anak tumbuh sehat dan cerdas; 3.
Anggota keluarga giat bekerja; dan 4. Pengeluaran rumah tangga dapat ditujukan bagi perbaikan
gizi keluarga, pendidikan dan pendapatan keluarga. Untuk mendapatkan gambaran rumah tangga
yang berPHBS maupun yang tidak berPHBS, maka langkah yang dilakukan adalah dengan
melakukan survey PHBS dengan melibatkan masyarakat atau kader dimasing-masing wilayah/
dukun/ klaster yang mengacu pada 10 indikator PHBS di tatanan rumah tangga.
B. PENGERTIAN
Pertemuan Persiapan Survei Mawas Diri adalah Upaya pemberdayaan masyarakat dalam
rangka meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai upaya menyamakan persepsi,
peningkatan pengetahuan kader guna menunjang pelaksanaan survey PHBS.
2. Tujuan Khusus
a. Kader memahami 10 indikator PHBS di tatanan rumah tangga;
b. Kader mengetahui cara pengambilan sampel survey PHBS di tatanan rumah tangga;
c. Kader mengetahui definisi operasional dari masing-masing indikator PHBS pada tatanan
rumah tangga;
d. Kader mampu melakukan pemetaan PHBS berdasarkan hasil survey PHBS;
e. Kader dapat melakukan survey PHBS di tatanan rumah tangga dengan mengacu pada 10
indikator PHBS di tatanan rumah tangga;
f. Kader mampu melakukan pembinaan terhadap rumah tangga yang belum berperilaku
hidup bersih dan sehat
B. PELAKSANAAN
1. Media
Kuesioner, Definisi Operasional
2. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
c. Praktik
3. Langkah-langkah ( Sesuai SOP)
a. Petugas menetapkan 30 klaster/ dusun dari 44 dusun untuk melaksanakan survey PHBS
b. Petugas mengirim surat ke Kader Pendamping Desa untuk mengirim satu orang kader
yang mewakiliki masing-masing klaster sebanyak 30 klaster
c. Pembukaan pertemuan dilakukan oleh pemimpin UPT BLUD Puskesmas
d. Narasumber Kabupaten memberikan materi rapid survey PHBS ke kader dengan
menyampaikan maksud, tujuan survey, besar sampel, cara pemilihan survey, metode
pengambilan survey dan pemetaan.
e. Narasumber Kabupaten membahas indikator-indikator PHBS tatanan rumah tangga dan
definisi operasional dari masing-masing indikator
f. Petugas Promkes UPT BLUD Puskesmas mempersiapkan kuesioner, contoh
pelaksanaan pengambilan data.
g. Petugas Promkes UPT BLUD Puskesmas membantu dan membimbing kader dalam
praktik pelaksanaan survey PHBS
h. Petugas Promkes UPT BLUD Puskesmas membuatkan jadwal pelaksanaan survey
PHBS
i. Petugas Promkes UPT BLUD Puskesmas menyepakati waktu pengumpulan data survey
yang dilakukan oleh kader yang didampngi petugas
4. Peran Lintas Sektoral dan lintas program
a. Lintas Program
1) Pemimpin UPT BLUD Puskesmas Dasan Tapen sebagai penanggung jawab
2) Petugas Promkes sebagai koordinator
3) Petugas KIA/KB sebagai Pendamping
4) Petugas Gizi sebagai Pendamping
b. Lintas Sektor
1) Aparat Desa ( Kades) sebagai Pembina wilayah setempat
2) Tokoh Masyarakat sebagai pembina
3) Kader sebagai pelaksana
4) Pendamping Desa sebagai Pelaksana
b.PELAPORAN
Kegiatan pertemuan persiapan Survey PHBS ini dilaporkan ke Pemimpin UPT BLUD
Puskesmas Dasan Tapen.
c. EVALUASI
Evaluasi dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan.
SURVEY PHBS
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota
keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan
kegiatan kesehatan di masyarakat. Namun perilaku kesehatan terlalu banyak sehingga untuk
menentukan rumah sehat berdasarkan perilaku masyarakat sangatlah sulit, maka untuk mencapai
rumah tangga sehat dapat dinilai dari berperilaku hidup bersih dan sehat di tingkat rumah tangga.
PHBS di rumah tangga yaitu upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agat tahu,
mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat. Manfaat rumah tangga sehat bagi rumah tangga adalah : 1. setiap
anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit; 2. Anak tumbuh sehat dan cerdas; 3.
Anggota keluarga giat bekerja; dan 4. Pengeluaran rumah tangga dapat ditujukan bagi perbaikan
gizi keluarga, pendidikan dan pendapatan keluarga. Untuk mendapatkan gambaran rumah tangga
yang berPHBS maupun yang tidak berPHBS, maka langkah yang dilakukan adalah dengan
melakukan survey PHBS dengan melibatkan masyarakat atau kader dimasing-masing wilayah/
dukun/ klaster yang mengacu pada 10 indikator PHBS di tatanan rumah tangga.
Survey PHBS yang dilaksanakan diwilayah Puskesmas Dasan Tapen menerapkan rancangan
klater 2 tahap yaitu pertama pemilihan klaster secara probabality propotionate to size dan yang kedua
adalah pemilihan sampel rumah tangga dengan cara sederhana atau dengan menerapkan sistem rumah
terdekat. Pada survey PHBS ini menggunakan klaster sebanyak 30 klaster dengan masing-masing
klaster memiliki sampel sebanyak 7 klaster sehingga total sampel untuk Puskesmas Dasan Tapen
sebanyak 210 sampel.
B. PENGERTIAN
Survey PHBS adalah usaha pengumpulan informasi tentang perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran agar seseorang atau keluarga mampu menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dari sebagian populasi yang dianggap dapat mewakili populasi tersebut.
Memperoleh cakupan rumah tangga sehat berdasarkan indikator Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) di tatanan rumah tangga untuk mendukung pengembangan desa siaga aktif.
2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya cakupan rumah tangga sehat berdasarakan indikator PHBS tatanan rumah
tangga;
b. Diperolehnya cakupan masing-masing indikator PHBS pada tatanan rumah tangga;
c. Teridentifikasinya permasalah perilaku kesehatan di masing-masing desa sesuai
indikator PHBS pada tatanan rumah tangga;
d. Terprioritaskan masalah perilaku kesehatan di masing-masing desa sesuai indikator
PHBS pada tatanan rumah tangga;
e. Terlaksananya pembinaan PHBS di masing-masing desa;
V. PELAKSANAAN KEGIATAN
C. PERSIAPAN
1. Sasaran
Rumah Tangga
2. Akses
Akses terhadap rumah tangga yang dijadikan sebagai sampel menggunakan sistem klaster
dan rumah terdekat, sehingga akses antar sampel mudah dijangkau dengan berjalan kaki.
3. Waktu
Pelaksanaan pertemuan persiapan Survei PHBSi dilakukan bulan April, Mei dan Juli 2016
4. Biaya
Biaya pelakanaan Survey PHBS berasal dari dana BOK UPT BLUD Puskesmas Dasan Tapen
5. Alat dan Bahan
a. Alat:
ATK
b. Bahan
Kuesioner PHBS dan Definisi Operasional
D. PELAKSANAAN
1. Media
Kuesioner, Definisi Operasional
2. Metode
a. Wawancara
b. Observasi
b. Lintas Sektor
1) Aparat Desa ( Kades) sebagai Pembina wilayah setempat
2) Tokoh Masyarakat sebagai pembina
3) Kader sebagai pelaksana
4) Pendamping Desa sebagai Pelaksana
B. PELAPORAN
Kegiatan Survey PHBS ini dilaporkan ke Pemimpin UPT BLUD Puskesmas Dasan Tapen
dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan sie Promkes.
C. EVALUASI
Evaluasi pelaksanaan kegiatan survey PHBS yang terbagi menjadi tiga tahap akan diadakan
pada akhir kegiatan survey.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Musyawarh Masyarakat Desa (MMD) adalah musyawah yang dihadiri oleh perwakilan
masyarakat yang terbentuk dalam Forum Masyarakat Desa (FMD) untuk membahas masalah-
masalah kesehatan (terutama yang erat kaitannya dengan kemungkinan KLB,
Kegawatdaruratan & Bencana) yang ada di desa serta merencanakan penanggulanggannya.
Musyawarh Masyarakat Desa (MMD) merupakan kelanjutan dari kegiatan Survey Mawas Diri
(SMD) yang dilakukan oleh kader atau tokoh masyarakat setempat dibawah bimbingan petugas
kesehatan (petugas Puskesmas, Bidan di Desa) dengan tujuan penemuan sendiri masalah
kesehatan oleh masyarakat serta mengumpulkan potensi-potensi yang dimiliki oleh masyarakat
guna penanggulangan yang bersifat partisipatif dari masyarakat.
Musyawarh Masyarakat Desa (MMD) merupakan kegiatan pengembangan Desa/ Kelurahan
Siaga Aktif dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat, yaitu upaya memfasilitasi proses
belajar masyarakat desa dan kelurahan dalam memecahkan masalah-masalah kesehatannya. Oleh
karena merupakan upaya pembangunan desa dan kelurahan, maka program ini memerlukan peran
aktif dari berbagai pihak termasuk masyarakat sebagai motor penggerak dalam melaksanakan
survailans berbasis masyarakat meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi,
lingkungan dan perilaku, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan
lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Pelaksanaan Musyawarh Masyarakat Desa (MMD) fokus pada pembahasan hasil Survey Mawas
Diri (SMD) yang sudah dilaksanakan.
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan program lanjutan dan
akselerasi dari program Pengembangan Desa Siaga yang sudah dimulai pada tahun 2006.
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat,
yaitu upaya memfasilitasi proses belajar masyarakat desa dan kelurahan dalam memecahkan
masalah-masalah kesehatannya.
B. PENGERTIAN
Musyawarah Masyarakat Desa adalah musyawah yang dihadiri oleh perwakilan masyarakat
yang terbentuk dalam Forum Masyarakat Desa (FMD) untuk membahas masalah-masalah
kesehatan (terutama yang erat kaitannya dengan kemungkinan KLB, Kegawatdaruratan &
Bencana) yang ada di desa serta merencanakan penanggulanggannya
B. PELAKSANAAN
1. Media
Pertemuan menggunakan media LCD
2. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
c. Diskusi
3. Langkah-langkah ( Sesuai SOP)
a. Membuat kerangka Acuan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
b. Surat menyurat ke desa/ kelurahan dan ke Dinas Kesehatan (seksi Promkes) sebagai
narasumber pada pelaksanaan MMD
c. Petugas menyiapkan hasil analisis SMD masing-masing desa
d. Kepala desa memimpin MMD
e. Petugas menyampaikan hasil analisis SMD
f. Narasumber kabupaten memberikan masukan dalam rangka penyusunan prioritas
masalah dan cara penanggulangannya
g. Kepala Desa/ Lurah melakukan diskusi dalam rangka penyusunan prioritas masalah dan
cara penanggulangannya dengan peserta rapat
h. Kepala desa menyusun perencanaan partisipatif sesuai prioritas masalah
i. Kepala desa menyimpulkan hasil kegiatan MMD
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka kematian ibu melahirkan (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan masyarakat. Angka kematian ibu melahirkan juga merupakan salah satu target
yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 meningkatkan
kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai 3/4
risiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan, AKI telah menunjukan penurunan
dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan
millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu
angka kematian ibu melahirkan, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk
menangani masalah AKI ini. Persoalan kematian ibu melahirkan yang terjadi lantaran indikasi
yang lazim muncul yaitu pendarahan, keracunan kehamilan, aborsi dan infeksi. Faktor lain yang
juga cukup penting yaitu pemberdayaan perempuan yang masih kurang, latar belakang
pendidikan, sosial ekonomi, lingkungan masyarakat dan kebijakan.
Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu melahirkan (28 %),
anemia dan kekurangan energi kronis pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya
pendarahan dan infeksi pada ibu melahirkan. Pendarahan pada ibu melahirkan apabila tidak segera
ditangani maka akan meyebabkan kematian. Untuk menanggulangi pendarahan pada ibu
melahirkan maka perlu penanganan yang cepat dan tepat serta tersedianya darah yang cukup di
PMI. Oleh karena masih belum tersedianya darah yang cukup dan masih rendahnya tingkat
partisipasi masyarakat sebagai pendonor darah serta masih rendahnya pengetahuan masyarakat
tentang tujuan dan manfaat melakukan donor darah, sehingga perlu diberikan informasi yang
cukup agar masyarakat mengetahui dan mengerti tentang apa dan bagaiman donor darah.
B. PENGERTIAN
Pembentukan kelompok paguyuban donor darah adalah upaya inovatif dalam rangka
pengembangan desa siaga aktif guna menanggulangi kegawatdaruratan pada ibu hamil/ ibu
melahirkan dan atau mayarakat di desa siaga aktif.
D. PELAKSANAAN
1. Media
Pertemuan menggunakan media LCD
4. Metode
d. Ceramah
e. Tanya Jawab
f. Diskusi dan pembentukan kepengurusan
5. Langkah-langkah ( Sesuai SOP)
1) Petugas melaksanakan surat menyurat ke desa/ kelurahan dan ke Dinas Kesehatan (seksi
Promkes) dank e UPT PMI sebagai narasumber
2) Petugas koordinasi dengan Pimpinan UPT BLUD Puskesmas dan Lintas Program terkait
3) Kepala desa membuka Pertemuan Pembentukan kelompok Paguyuban donor darah
4) Penyampaian materi Desa siaga dan strategi penanggulangan kegawatdaruratan melalui
pembentukan kelompok paguyuban donor darah
5) Penyampaian materi dari Narasumber PMI
6) Narasumber kabupaten memberikan masukan dalam rangka strategi penanggulangan
kegawatdaruratan melalui pembentukan kelompok paguyuban donor darah
7) Kepala Desa/ Lurah melakukan diskusi dan pembentukan kelompok Paguyuban donor
darah
8) Kepala desa menyimpulkan hasil pembentukan kelompok Paguyuban donor darah dan
RTL
1) Membuat kerangka Acuan Pembentukan Kelompok Paguyuban donor darah
2) Surat menyurat ke desa dan ke Dinas Kesehatan (seksi Promkes) dan PMI sebagai
narasumber
3) Petugas Puskesmas menyampaikan materi desa siaga dilanjutkan desa narasumber dari
Dinas Kesehatan dan dari PMI
4) Kepala desa memimpin diskusi pembentukan kelompok donor darah sekaligus
pemilihan pengurus kelompok donor darah tingkat desa
5) Kepala desa menyusun perencanaan partisipatif setelah terbentuknya kelompok donor
darah tingkat desa
6) Kesepakatan dan kesimpulan.
B. PELAPORAN
Kegiatan pertemuan pembentukan kelompok paguyuban donor darah ) ini dilaporkan ke
Pemimpin UPT BLUD Puskesmas Dasan Tapen.
C. EVALUASI
Evaluasi dilakukan pada saat pertemuan pembentukan kelompok paguyuban donor darah
berlangsung
D. RENCANA TINDAK LANJUT
Hasil pertemuan pembentukan kelompok paguyuban donor darah akan kuatkan dengan SK
Kepala Desa tentang kepengurusan kelompok paguyuban donor darah dan akan mendata
calon pendonor darah serta akan melaksanakan kegiatan donor darah sebanyak 2 kali
setahun.
PERTEMUAN PERSIAPAN PEMBINAAN DAN KUNJUNGAN RUMAH BERPHBS
OLEH KADER DAN PKK
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya peningkatan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) bangsa Indonesia. Derajat kesehatan tidak hanya ditentukan oleh
pelayanan kesehatan, tetapi yang lebih dominan justru adalah kondisi lingkungan dan perilaku
masyarakat. Upaya untuk meningkatkan perilaku masyarakat agar mendukung peningkatan derajat
kesehatan dilakukan melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota
keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan
kegiatan kesehatan di masyarakat. Namun perilaku kesehatan terlalu banyak sehingga untuk
menentukan rumah sehat berdasarkan perilaku masyarakat sangatlah sulit, maka untuk mencapai
rumah tangga sehat dapat dinilai dari berperilaku hidup bersih dan sehat di tingkat rumah tangga.
PHBS di rumah tangga yaitu upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agat tahu,
mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat. Manfaat rumah tangga sehat bagi rumah tangga adalah : 1). setiap
anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit; 2). Anak tumbuh sehat dan cerdas; 3).
Anggota keluarga giat bekerja; dan 4). Pengeluaran rumah tangga dapat ditujukan bagi perbaikan
gizi keluarga, pendidikan dan pendapatan keluarga.
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif, guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah
yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan
memanfaatkan potensi setempat. Kader merupakan bagian dari masyarakat, sehingga perlu
memperoleh pengetahuan yang cukup agar mampu mengidentifikasi masalah kesehatan dari sisi
perilaku yang mendukung kesehatan melalui PHBS.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian informasi kepada
individu, keluarga, secara terus menerus yang akan dilakukan. Dilakukan oleh kader Kesehatan
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman yang cukup dalam melaksanakan pembinaan
dan kunjungan rumah ber-PHBS, dengan melibatkan semua kader Posyandu yang ada di Desa
Beleke, Mesanggok dan Babussalam. Pembinaan dan kunjungan rumah ber-PHBS yang dilakukan
oleh kader dimana masing-masing kader membina 10 KK (1 dasawisma).
B. PENGERTIAN
Pertemuan Persiapan Pembinaan dan kunjungan rumah berPHBS adalah upaya
pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam
rangka pengembangan desa siaga aktif.
2. Tujuan Khusus
a. Kader memahami 10 indikator PHBS di tatanan rumah tangga;
b. Kader mengetahui definisi operasional dari masing-masing indikator PHBS pada tatanan
rumah tangga;
c. Kader mengetahui cara pembinaan PHBS di tatanan rumah tangga;
d. Kader mamput melakukan Pembinaan PHBS di tatanan rumah tangga dengan mengacu
pada 10 indikator PHBS di tatanan rumah tangga
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya peningkatan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) bangsa Indonesia. Derajat kesehatan tidak hanya ditentukan oleh
pelayanan kesehatan, tetapi yang lebih dominan justru adalah kondisi lingkungan dan perilaku
masyarakat. Upaya untuk meningkatkan perilaku masyarakat agar mendukung peningkatan derajat
kesehatan dilakukan melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota
keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan
kegiatan kesehatan di masyarakat. Namun perilaku kesehatan terlalu banyak sehingga untuk
menentukan rumah sehat berdasarkan perilaku masyarakat sangatlah sulit, maka untuk mencapai
rumah tangga sehat dapat dinilai dari berperilaku hidup bersih dan sehat di tingkat rumah tangga.
PHBS di rumah tangga yaitu upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agat tahu,
mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat. Manfaat rumah tangga sehat bagi rumah tangga adalah : 1). setiap
anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit; 2). Anak tumbuh sehat dan cerdas; 3).
Anggota keluarga giat bekerja; dan 4). Pengeluaran rumah tangga dapat ditujukan bagi perbaikan
gizi keluarga, pendidikan dan pendapatan keluarga.
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif, guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah
yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan
memanfaatkan potensi setempat. Kader merupakan bagian dari masyarakat, sehingga perlu
memperoleh pengetahuan yang cukup agar mampu mengidentifikasi masalah kesehatan dari sisi
perilaku yang mendukung kesehatan melalui PHBS.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian informasi kepada
individu, keluarga, secara terus menerus yang akan dilakukan. Dilakukan oleh kader Kesehatan
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman yang cukup dalam melaksanakan pembinaan
dan kunjungan rumah ber-PHBS, dengan melibatkan semua kader Posyandu yang ada di Desa
Beleke, Mesanggok dan Babussalam. Pembinaan dan kunjungan rumah ber-PHBS yang dilakukan
oleh kader dimana masing-masing kader membina 10 KK (1 dasawisma).
B. PENGERTIAN
Pembinaan dan Kunjungan rumah berPHBS oleh kader adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agat tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup
bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat
C. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
B. PELAKSANAAN
1. Media
Kuesioner
2. Metode
a. Wawancara
b. Observasi
3. Langkah-langkah ( Sesuai SOP)
a. Kader menentukan sasaran pembinaan dengan berkoordinasi dengan kader yang lain
masing-masing kader membina 10 KK (1 dasawisma)
b. Kader melakukan pengambilan data dan mengunjungi rumah sasaran
c. Kader memperkenalkan diri, maksud tujuan melakukan pembinaan PHBS
d. Kader melalukan wawancara berdasarkan questioner PHBS
e. Kader melakukan pengamatan lapangan untuk melengkapai data wawancara
f. Kader melaporkan hasil pengambilan data PHBS
b. Lintas Sektor
1) Kades sebagai Pembina wilayah setempat
2) TP-PKK sebagai pelaksana
3) Kader sebagai pelaksana
4) Pendamping Desa sebagai Pelaksana
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya peningkatan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) bangsa Indonesia. Derajat kesehatan tidak hanya ditentukan oleh
pelayanan kesehatan, tetapi yang lebih dominan justru adalah kondisi lingkungan dan perilaku
masyarakat. Upaya untuk meningkatkan perilaku masyarakat agar mendukung peningkatan derajat
kesehatan dilakukan melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota
keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan
kegiatan kesehatan di masyarakat. Namun perilaku kesehatan terlalu banyak sehingga untuk
menentukan rumah sehat berdasarkan perilaku masyarakat sangatlah sulit, maka untuk mencapai
rumah tangga sehat dapat dinilai dari berperilaku hidup bersih dan sehat di tingkat rumah tangga.
PHBS di rumah tangga yaitu upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agat tahu,
mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat. Manfaat rumah tangga sehat bagi rumah tangga adalah : 1). setiap
anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit; 2). Anak tumbuh sehat dan cerdas; 3).
Anggota keluarga giat bekerja; dan 4). Pengeluaran rumah tangga dapat ditujukan bagi perbaikan
gizi keluarga, pendidikan dan pendapatan keluarga.
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif, guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah
yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan
memanfaatkan potensi setempat. Kader merupakan bagian dari masyarakat, sehingga perlu
memperoleh pengetahuan yang cukup agar mampu mengidentifikasi masalah kesehatan dari sisi
perilaku yang mendukung kesehatan melalui PHBS.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian informasi kepada
individu, keluarga, secara terus menerus yang akan dilakukan. Dilakukan oleh kader Kesehatan
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman yang cukup dalam melaksanakan pembinaan
dan kunjungan rumah ber-PHBS, dengan melibatkan semua kader Posyandu yang ada di Desa
Beleke, Mesanggok dan Babussalam. Pembinaan dan kunjungan rumah ber-PHBS yang dilakukan
oleh kader dimana masing-masing kader membina 10 KK (1 dasawisma).
B. PENGERTIAN
Penguatan Desa Siaga Aktif adalah upaya memantapkan kegiatan-kegiatan desa siaga dalam
rangka pengembangan desa siaga aktif dengan menggalang kerjasama dari berbagai pihak,
membentuk UKBM, melaksanakan surveilans berbasis masyarakat, dan kegawatdaruratan serta
memberdayakan masyarakat menuju masyarakat mandiri kesehatan
1. Tujuan Umum
Terwujudnya desa siaga aktif melalui penguatan UKBM dan penguatan sistem kesiapsiagaan
dan kegawatdaruratan serta penguatan sistem surveilans berbasis masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengoptimalkan kelembagaan yang ada di desa siaga aktif dengan merangkul organisasi
massa yang ada di desa
b. Membentuk atau merevitaliasasi UKBM di desa
c. Meningkatkan pembinaan PHBS di tatanan rumah tangga dan masyarakat
mempraktikkan PHBS khususnya di tatanan rumah tangga
d. Meningkatkan kesiapsiagaan dan kegawatdaruratan melalui penguatan paguyuban donor
darah sebagai upaya menurunkan kasus perdarahan yang berdampak pada kematian ibu;
e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam rangka penyelamatan ibu melahirkan
melalui kelompok paguyuban donor darah sebagai pendonor darah dan kegiatan lainnya;
f. Membentuk jaringan kesiapsiagaan dan kegawatdaruratan di desa siaga aktif serta terus
mensosialisasikan manfaat pembentukan kelompok paguyuban donor darah;
g. Memfokuskan kegiatan administrasi dan dokumentasi kegiatan desa/ kelurahan siaga
aktif
4. Biaya
Biaya pelakanaan pertemuan penguatan desa siaga aktif di wilayah UPT BLUD Puskesmas
Dasan Tapen berasal dari dana BOK UPT BLUD Puskesmas Dasan Tapen
B. PELAKSANAAN
1. Media
LCD
2. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
3. Langkah-langkah ( Sesuai SOP)
1. Persiapan
a Surat menyurat ke desa/ kelurahan, Kecamatan, Dinas Kesehatan
b Surat menyurat ke Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai narasumber
2. Pelaksanaan
a. Pembukaan
b. Pemaparan materi Desa siaga oleh kepala UPT BLUD Puskesmas
c. Pemaparan materi oleh narasumber dari kabupaten
d. Pemaparan materi upaya inovatif dan yang bidang-bidang yang berkaitan
e. Diskusi dan Tanya jawab
f. Buat kesepakatan
g. RTL
h. Penutup
b. Lintas Sektor
1) Kades sebagai Pembina wilayah setempat
2) Babinmaspol sebagai pembina
3) TP-PKK sebagai pelaksana
4) Kader sebagai pelaksana
5) Pendamping Desa sebagai Pelaksana
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat dalam menyelenggarakan pembangunan kesehata guna
memberdayaakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar , utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Posyandu sebagai perwujudan dari peran serta masyarakat tidak serta merta hadir dan bergerak dengan
sendirinya, dukungan pemerintah terhadap keberadaan dan kesinambungan posyandu terus
diupayakan.
Upaya meningkatkan fungsi dan kinerja posyandu merupakan tanggung jawab bersama. Salah
satu permasalahan yang paling mendasar adalah masih rendahnya tingkat pengetahuan kader baik dari
sisi akademis maupun teknis. Kader merupakan ujung tombak dari seluruh kegiatan yang dilaksanakan
di posyandu. Keberadaan kader menjadi sangat vital dan strategis, ketika pelayanan yang diberikan
mendapat simpati dari masyarakat yang akhirnya akan memberikan implikasi positip terhadap
kepedulian dan partisipasi masyarakat. Oleh sebab itu untuk mendukung keberadaan kader yang
sangat vital dan strategis tersebut diperlukan upaya-upaya pembinaan kader secara kontinue agar
semua kegiatan yang dilaksanakan di posyandu dapat berjalan dengan lancar dan yang terpenting
adalah mendapat dukungan positip dari masyarakat.
UPT BLUD Puskesmas Dasan Tapen memilikii 44 Posyandu dengan jumlah kader sebanyak
220 dan sebagian besar kadernya sudah dilatih sehingga perlu kegiatan penyegaran guna meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai untuk melaksanakan kegiatan rutin posyandu maupun di
luar hari buka posyandu,sehingga kader mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat.
Kegiatan penyegaran kader yang dimaksud adalah berdasarkan hasil uji petik yang dilakukan
oleh Dinas Kesehatan dan hasil evaluasi yang dilakukan di tingkat UPT BLUD Puskesmas Dasan
Tapen yang poin-poin terpentingnya adalah 1). kader harus melaksanakan penyuluhan yang ditandai
dengan adanya buku monitoring, 2). adanya evaluasi diakhir kegiatan Posyandu sebagai upaya
identifikasi masalah dan upaya mencari solusi jalan keluar mengatasi masalah yang dihadapi kader di
Posyandu, 3). Terselenggaranya pencatatan dan pelaporan yang baik, dari pencatatan di KMS, register
sampai ke pelaporan gizi
B. PENGERTIAN
Refresing / orientasi kader posyandu adalah Upaya meningkatkan peran kader Posyandu
guna meningkatkan fungsi dan kinerja posyandu dalam upaya memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat.
b. Lintas Sektor
1) Kades sebagai Pembina kader diwilayah masing-masing
2) TP-PKK sebagai pelaksana
3) Kader sebagai pelaksana
4) Pendamping Desa sebagai Pelaksana
IV. PENCATAN DAN PELAPORAN
A. PENCATATAN
Pencatatan refresing kader dalam bentuk notulen
B. PELAPORAN
Kegiatan refresing kader dilaporkan ke Pemimpin UPT BLUD Puskesmas Dasan Tapen.
C. EVALUASI
Evaluasi refresing kader dilakukan setelah kegiatan
D. RENCANA TINDAK LANJUT
Evaluasi hasil refresing dilaksanakan di Posyandu baik melalui 5 program pokok dan langkah
penimbangan maupun pada pencatatan dan pelaporannya.
PEMBINAAN DESA SIAGA AKTIF PADA DESA MODEL (MANDIRI
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan sebagai hak asasi manusia ternyata belum menjadi milik setiap penduduk Indonesia
karena berbagai hal seperti kendala geografis, sosiologis dan budaya. Kesehatan bagi setiap penduduk
yang terbatas kemampuannya serta yang berpengetahuan dan berpendapatan rendah masih perlu
diperjuangkan secara terus menerus dengan cara mendekatkan akses pelayanan kesehatan dan
memberdayakan kemampuan mereka sendiri. Disamping itu kesadaran masyarakat bahwa kesehatan
merupakan investasi bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia juga masih harus dipromosikan
melalui sosialisasi dan advokasi kepada para pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan
(stakeholder) di berbagai jenjang administrasi. Sehubungan dengan itu upaya ini akan dapat dicapai
melalui desa siaga.
Desa siaga adalah desa/kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Namun Desa siaga saja belum cukup, perlu desa siaga
yang aktif dalam memberikan pelayanan ke masyarakat setiap hari melalui Poskesdes, Pustu dan
Puskesmas serta memiliki UKBM yang mampu melaksanakan surveilans berbasis masyarakat berupa
pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan, dan perilaku), penanggulangan
bencana dan kesiapsigaan serta kegawatdaruratan kesehatan, serta penyehatan lingkungan.
Surveilans berbasis masyarakat adalah pengamatan dan pemantauan serta pencatatan penyakit,
gizi, KIA, dan Lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat (kader) dibantu oleh tenaga kesehatan.
Kegiatan surveilans berbasis masyarakat dapat berupa UKBM yang dibentuk dan diperlukan sesuai
kebutuhan desa untuk mendukung pengembangan desa siaga aktif. Kegiatan mendukung desa siaga
aktif ini dilakukan melalui upaya pemberdayaan masyarakat dengan tetap difasilitasi oleh tenaga
kesehatan seperti peningkatan pembinaan PHBS, dan pembinaan kelompok Paguyuban donor darah
bagi desa yang sudah memiliki kelompok sedangkan desa yang belum memiliki dapat membentuk
kelompok paguyuban donor darah sebagai upaya kesiapsiagaan dan kegawatdaruratan yang muaranya
untuk menekan angka kematian ibu (AKI) di wilayah masing-masing.
B. PENGERTIAN
Pembinaan desa siaga adalah upaya yang dilakukan secara efektif dan efisien agar desa yang
penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.
1. Tujuan Umum
Pelestarian desa siaga aktif mandiri Dasan Tapen melalui penguatan UKBM dan penguatan
sistem kesiapsiagaan dan kegawatdaruratan serta penguatan sistem surveilans berbasis
masyarakat dan pengembangan inovasi serta adanya penganggaran sesuai kebutuhan dan
kegiatan.
2. Tujuan Khusus
h. Mengoptimalkan kelembagaan yang ada di desa siaga aktif dengan merangkul organisasi
massa dan dunia usaha lain yang ada di desa
i. Mengembangkan dan membentuk UKBM di desa
j. Meningkatkan kualitas pembinaan PHBS di tatanan rumah tangga dan masyarakat
mempraktikkan PHBS khususnya di tatanan rumah tangga
k. Meningkatkan kesiapsiagaan dan kegawatdaruratan melalui penguatan kelompok
npaguyuban donor darah sebagai upaya menurunkan kasus perdarahan yang berdampak
pada kematian ibu;
b. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam rangka menurunkan angka kesakitan
melalui surveilans berbasis masyarakat.
c. Menganggarkan kegiatan desa siaga aktif mandiri guna pelestarianMembentuk jaringan
kesiapsiagaan dan kegawatdaruratan di desa siaga aktif serta terus mensosialisasikan
manfaat pembentukan kelompok paguyuban donor darah;
B. PELAKSANAAN
1. Media
LCD
2. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
c. Diskusi
3. Langkah-langkah ( Sesuai SOP)
a. Petugas menentukan desa yang akan dibina
b. Petugas mengidentifikasai masalah dan potensi yang ada di Desa siaga dan inovasi yang
dilakukan
c. Surat menyurat ke desa/ kelurahan yang akan dibina
d. Surat menyurat ke Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai narasumber
e. Petugas melakukan pembinaan melalui pertemuan
f. Kepala Desa membuka pertemuan pembinaan
g. Petugas menyampaikan materi evaluasi kegiatan desa siaga aktif
h. Narasumber Kabupaten memberikan masukan
i. Diskusi terkait permasalahan dalam pelaksanaan desa siaga dan upaya penyelesainya
j. Kepala desa membuat kesepakatan
k. RTL
1. Peran Lintas Sektoral dan lintas program
a. Lintas Program
1) Pemimpin UPT BLUD Puskesmas Dasan Tapen sebagai penanggung jawab
2) Petugas Promkes sebagai coordinator
3) Petugas KIA sebagai pembimbing
4) Petugas Sanitasi sebagai pembimbing
5) Petugas Gizi sebagai pembimbing
6) Bidan Desa sebagai Pembimbing
b. Lintas Sektor
1) Kades sebagai Pembina wilayah setempat
2) TP-PKK sebagai pelaksana
3) Kader sebagai pelaksana
4) Pendamping Desa sebagai Pelaksana
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Merokok merupakan suatu masalah sosial yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan
masyarakat Indonesia. Dimana rokok memiliki dua sisi, satu sisi rokok merupakan sektor penyerap
tenaga kerja terbesar di Indonesia dan sumber pemasukan pertama bagi pemerintah, satu sisi rokok
merupakan salah satu sumber penyakit di Indonesia karena tidak hanya mereka yang merokok secara
aktif saja yang kesehatannya berbahaya tapi mereka yang secara tidak sengaja ikut menghirup
( perokok pasif ) asap rokok tersebut memiliki resiko yang lebih besar terkena penyakit pernafasan.
Rokok merupakan salah satu zat aditif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya kesehatan
bagi diri sendiri maupun masyarakat, oleh karena itu diperlukan berbagai kegiatan pengamanan rokok
bagi kesehatan Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk
lainnya yang mengandung “nikotin” dan “tar” dengan atau tanpa bahan tambahan.
Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen, dan setidaknya 200 diantaranya
dinyatakan berbahaya bagi kesehatan dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh.
Racun utama bagi rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Tar adalah substansi hidrokarbon
yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru, mengandung bahan kimia yang beracun, sebagian
merusak sel paru-paru dan menyebabkan kanker. Nikotin adalah zat aditif yang mempengaruhi syaraf
dan peredaran darah. Zat yang bersifat karsinogen, dan memicu kanker paru yang mematikan.
Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak
mampu mengikat oksigen. Di antara kandungan asap rokok termasuklah bahan radioaktif (polonium-
201) dan bahan-bahan yang digunakan di dalam cat (acetone), pencuci lantai (ammonia), ubat gegat
(naphthalene), racun serangga (DDT), racun anai-anai (arsenic), gas beracun (hydrogen cyanide).
Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya beracun dan 43
jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Beberapa zat yang sangat berbahaya yaitu tar,
nikotin, karbon monoksida, dsb. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat
bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi mata dan pernapasan.
Semakin pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap melayang ke udara. Suatu tempat yang
dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada polusi di jalanan raya yang
macet. Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat candu yang
sulit dilepaskan dalam kondisi apapun. Seorang perokok berat akan memilih merokok daripada makan
jika uang yang dimilikinya terbatas.
Masalah rokok merupakan fenomena gunung es, pada kanyataannya masih banyak terdapat
kalangan usia dewasa dan remaja yang masih menjalani dan menjadikan aktivitas menghisap batang
rokok sebagai salah satu gaya hidup. Kecenderungan-kecenderungan remaja menjadi perokok terjadi
seiring dengan gencarnya promosi di berbagai media, serta kurangnya pemahaman dan pengertian
yang cukup, tentang dampak negatif kebiasaan merokok bagi kesehatan. Adapun kecenderungan-
kecenderungan tersebut dapat dibendung apabila masyarakat dan remaja memperoleh apa yang mereka
butuhkan, seperti pemahaman dan informasi yang cukup cermat dan tentu harus mampu mereka
terapkan sehingga mereka mampu membentuk motivasi diri sendiri untuk terhindar dan terbebas dari
kebiasaan merokok. Selain itu, masyarakat dan remaja perlu diarahkan dan diberi alternatif solusi
untuk memilih kegiatan dan aktivitas-aktivitas lain yang lebih positif, sehingga potensi yang mereka
miliki dapat dikembangkan seoptimal mungkin.
.
B. PENGERTIAN
Pemberdayaan masyarakat dan penyerluasan informasi dampak rokok dan KTR adalah
upaya memberdayakan masyarakat agar masyarakat mengetahui dampak bahaya rokok bagi
kesehatan guna menurunkan angka kesakitan yang diakibatkan oleh rokok dan upaya masyarakat
untuk memberikan ruang bagi perokok melalui kawasan tanpa rokok di wilayahnya
1. Tujuan Umum
Memberikan pemahaman kepada masyarakat agar mengetahui dampak dan bahaya
rokok.bagi diri sendiri (perokok aktif) dan masyarakat lainnya terlebih ibu hamil dan balita
(perokok pasif).
2. Tujuan Khusus
a. Masyarakat mengetahui dampak dan bahaya merokok bagi diri dan orang lain (perokok
Pasif)
b. Masyarakat dapat meminimalisir bahaya rokok melalui kegiatan-kegiatan positif seperti
olah raga
c. Masyarakat mengetahui kawasan-kawasan yang bisa digunakan untuk merokok baik
dirumah, di kantor, di intitusi kesehatan, institusi pendidikan dan di tempat-tempat umum
d. Memberdayakan masyarakat sebagai kader motivator mensosialisasikan dampak dan
bahaya rokok
e. Masyarakat mengetahui upaya-upaya untuk berhenti merokok
B. PELAKSANAAN
1. Media
LCD
2. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
b. Lintas Sektor
1) Kades sebagai Pembina wilayah setempat
2) TP-PKK sebagai pelaksana
3) Kader sebagai pelaksana
4) Pendamping Desa sebagai Pelaksana
C. EVALUASI
Evaluasi pemberdayaan masyarakat dan penyebarluasan informasi dampak rokok dan KTR
dilakukan setelah kegiatan
D. RENCANA TINDAK LANJUT
Pengawasan terhadap kesepakatan yang dibuat
PENGUATAN DESA SIAGA AKTIF
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan sebagai hak asasi manusia ternyata belum menjadi milik setiap penduduk Indonesia
karena berbagai hal seperti kendala geografis, sosiologis dan budaya. Kesehatan bagi setiap penduduk
yang terbatas kemampuannya serta yang berpengetahuan dan berpendapatan rendah masih perlu
diperjuangkan secara terus menerus dengan cara mendekatkan akses pelayanan kesehatan dan
memberdayakan kemampuan mereka sendiri. Disamping itu kesadaran masyarakat bahwa kesehatan
merupakan investasi bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia juga masih harus dipromosikan
melalui sosialisasi dan advokasi kepada para pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan
(stakeholder) di berbagai jenjang administrasi. Sehubungan dengan itu upaya ini akan dapat dicapai
melalui desa siaga.
Desa siaga adalah desa/kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Namun Desa siaga saja belum cukup, perlu desa siaga
yang aktif dalam memberikan pelayanan ke masyarakat setiap hari melalui Poskesdes, Pustu dan
Puskesmas serta memiliki UKBM yang mampu melaksanakan surveilans berbasis masyarakat berupa
pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan, dan perilaku), penanggulangan
bencana dan kesiapsigaan serta kegawatdaruratan kesehatan, serta penyehatan lingkungan.
Surveilans berbasis masyarakat adalah pengamatan dan pemantauan serta pencatatan penyakit,
gizi, KIA, dan Lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat (kader) dibantu oleh tenaga kesehatan.
Kegiatan surveilans berbasis masyarakat dapat berupa UKBM yang dibentuk dan diperlukan sesuai
kebutuhan desa untuk mendukung pengembangan desa siaga aktif. Kegiatan mendukung desa siaga
aktif ini dilakukan melalui upaya pemberdayaan masyarakat dengan tetap difasilitasi oleh tenaga
kesehatan seperti peningkatan pembinaan PHBS, dan pembinaan kelompok Paguyuban donor darah
bagi desa yang sudah memiliki kelompok sedangkan desa yang belum memiliki dapat membentuk
kelompok paguyuban donor darah sebagai upaya kesiapsiagaan dan kegawatdaruratan yang muaranya
untuk menekan angka kematian ibu (AKI) di wilayah masing-masing.
B. PENGERTIAN
Penguatan Desa Siaga Aktif adalah upaya memantapkan kegiatan-kegiatan desa siaga dalam
rangka pengembangan desa siaga aktif dengan menggalang kerjasama dari berbagai pihak,
membentuk UKBM, melaksanakan surveilans berbasis masyarakat, dan kegawatdaruratan serta
memberdayakan masyarakat menuju masyarakat mandiri kesehatan.
1. Tujuan Umum
Terwujudnya desa siaga aktif melalui penguatan UKBM dan penguatan sistem kesiapsiagaan dan
kegawatdaruratan serta penguatan sistem surveilans berbasis masyarakat. .
2. Tujuan Khusus
a. Mengoptimalkan kelembagaan yang ada di desa siaga aktif dengan merangkul organisasi massa
yang ada di desa
b. Membentuk atau merevitaliasasi UKBM di desa
c. Meningkatkan pembinaan PHBS di tatanan rumah tangga dan masyarakat mempraktikkan
PHBS khususnya di tatanan rumah tangga
d. Meningkatkan kesiapsiagaan dan kegawatdaruratan melalui penguatan paguyuban donor darah
sebagai upaya menurunkan kasus perdarahan yang berdampak pada kematian ibu;
e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam rangka penyelamatan ibu melahirkan melalui
kelompok paguyuban donor darah sebagai pendonor darah dan kegiatan lainnya;
f. Membentuk jaringan kesiapsiagaan dan kegawatdaruratan di desa siaga aktif serta terus
mensosialisasikan manfaat pembentukan kelompok paguyuban donor darah;
g. Memfokuskan kegiatan administrasi dan dokumentasi kegiatan desa/ kelurahan siaga aktif.
B. PELAKSANAAN
1. Media
LCD
2. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
c. Diskusi
3. Langkah-langkah ( Sesuai SOP)
1. Persiapan
a Surat menyurat ke desa/ kelurahan, Kecamatan, Dinas Kesehatan
b Surat menyurat ke Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai narasumber
2. Pelaksanaan
a. Pembukaan
b. Pemaparan materi Desa siaga oleh kepala UPT BLUD Puskesmas
c. Pemaparan materi oleh narasumber dari kabupaten
d. Pemaparan materi upaya inovatif dan yang bidang-bidang yang berkaitan
e. Diskusi dan Tanya jawab
f. Buat kesepakatan
g. RTL
h. Penutup
b. Lintas Sektor
1) Kades sebagai Pembina wilayah setempat
2) TP-PKK sebagai pelaksana
3) Kader sebagai pelaksana
4) Pendamping Desa sebagai Pelaksana