Anda di halaman 1dari 20

PAJAK PENGHASILAN (PPH) PASAL 21

DISUSUN OLEH

 MONIKA MIRIN WERANG


 ROSDIANSYAH
 HERNIKA
 JUMARDIANSYAH

KELAS : AKL B

SMK NEGERI 1 SEBATIK BARAT

JALAN TRANS SEBATIK, SEBATIK BARAT, DESA LIANG BUNYU

KABUPATEN NUNUKAN, KALIAMANTAN UTARA.


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah yang maha kuasa karena berkat rahmat serta karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan makalah saya yang berjudul “PAJAK PENGHASILAN (PPH)
PASAL 21. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam mengenal pajak penghasilan (PPH) pasal 21.

Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Dalam pembuatan makalah ini saya menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Akhirnya saya berharap
semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang memberikan bantuan dan
dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah Amin.
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………
C. Tujuan………………………………………………………………………………………
D. Manfaat…………………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak penghasilan PPH Pasal 21……………………………………………….
B. Subjek pajak penghasilan (PPH) Pasal 21………………………………………………….
C. Potongan Pajak Penghasilan Pasal 21………………………………………………………
D. Objek Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 21…………………………………………………..
E. Cara Perhitungan Pasal 21…………………………………………………………………

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATARBELAKANG

Sistem perpajakan diIndonesia menganut system self assesment. Dengan sistem tersebut
Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung sendiri besarnya pajak yang terutang
dalam suatu tahun pajak. Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) terutang dilakukan oleh Wajib
Pajak sendiri dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan.

Pajak Penghasilan Pasal 21 atau biasa disebut dengan PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan
berupagaji, upah, honorarium, tunjangan ,dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang
pribadi Subjek Pajak dalam negeri. Saat ini PPh pasal 21 harus menjadi perhatian bagi wajib
pajak yang dikenakan PPh pasal 21, oleh karena itu kita akan membahasnya secara perlahan-
lahan agar mudah dimengerti.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dalam perumusan masalah ini penulis akan merumuskan tentang:

1. Apa Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21?


2. Siapa Subjek atau Wajib Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21?
3. Siapa Pemotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21?
4. Penghasilan Apa Saja Yang Dipotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21?

1.3 TUJUAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :

1. Mengetahui pengertian pajak penghasilan (PPh) pasal 21


2. Mengetahui siapa subjek atau wajib pajak pengasilan (PPh) pasal 21
3. Mengetahui siapa pemotong pajak penghasilan (PPh) pasal 21
4. Mengetahui penghasilan apa saja yang dipotong pajak penghasilan (PPh)
Pasal 21

5. Menjelaskan bagaimana cara perhitungan pajak penghasilan (PPh) pasal 21


1.4 MANFAAT

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah para pembaca dapat mengetahui apa pengertian
pajak penghasilan pasal 21, siapa saja subjek atau wajib pajak penghasilan pasal 21, siapa
pemotong pajak penghasilan pasal 21, penghasilan apa saja yang dipotong pajak penghsilan
pasal 21, dan bagaimana cara perhitungan pajak penghasilan pasal 21.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pajak Penghasilan PPh Pasal 21

Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau

Badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan

Imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya

Kemakmuran rakyat.

Adapun pengertian dari Pajak Penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan

adalah “Pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi atau perseorangan dan badan

berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak”.

Yang dimaksud penghasilan menurut pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2008 Pajak Penghasilan,adalah“Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

Diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang

Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang

bersangkutan, dengan nama dandalam bentuk apapun”.

Sedangkan yang dimaksud dengan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah Pajak atas

Penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama

Dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,jasa,dan kegiatan

Yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri.

B.Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Jenis-jenis Subjek Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 21 Undang-undang Pajak

Penghasilan, Yang menjadi subjek pajak adalah:


1. Orang Pribadi

Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di

Indonesia ataupun diluar Indonesia. Pengertian orang pribadi menurut Rochmat

Soemitroadalahmanusiadaridaging,tulang,dandarah.

2. Warisan belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek pajak

Pengganti ,menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris, maksud warisan

Disini adalah warisan yang menghasilkan atau masih ada pajak terutang yang

ditinggalkan.

Dalam menjalankan kewajiban perpajakannya, warisan yang belum terbagi bisa

Diwakili oleh:

a. Salah seorang ahli warisnya

b. Pelaksana wasiatnya

c. Pihak yang mengurus harta peninggalannya

3. Badan

Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik

Yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi

Perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,badan usaha milik

Negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,

firma, kongsi ,koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,

organisasi massa, organisasi social politik, atau organisasi lainnya, lembaga ,dan

bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Bentuk Usaha Tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi

Yang tidak bertempat tinggal diIndonesia atau berada diIndonesia tidak lebih dari

183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau

Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan diIndonesia, untuk

Menjalankan usaha dan melakukan kegiatan diIndonesia.

Yang Tidak Termasuk Subjek Pajak Adalah:

a. Kantor perwakilan Negara asing;

b. Pejabat-Pejabat Perwakilan Diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari

Negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja

Pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga

Negara Indonesia dan diindonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di

Luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta Negara bersangkutan memberikan

Perlakuan timbal balik;

c. Organisasi-organisasi Internasional dengan syarat:

1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan

2. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan

Dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya

Berasal dari iuran para anggota;

d. Pejabat-Pejabat Perwakilan Organisasi Internasional sebagaimana dimaksud pada

huruf c, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha,

kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia sesuai

pmk nomor 215/pmk.03/2008


C. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21

Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah hal yang perlu diketahui juga oleh

Wajib pajak, karena pajak yang telah kita bayar tersebut kelak akan disetorkan oleh

Pemotong PPh Pasal 21 kekas negara.

Yang dimaksud dengan pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah Wajib Pajak

Orang pribadi atauWajib Pajak badan, termasuk bentuk usaha tetap, yang mempunyai

Kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak atas Penghasilan Sehubungan dengan

Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21

Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 meliputi:

1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan,baik merupakan pusat

Maupun cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium,

tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun, sebagai

imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai

atau bukan pegawai,

2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang

kas pada pemerintah pusat termasuk institusi TNI/POLRI, pemerintah daerah,

instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya,dan

kedutaan besar republic Indonesia diluarnegeri, yang membayarkan gaji, upah,

honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk

apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan,

3. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan social tenaga kerja, dan badan-badan

Lain yang membayar uang pension dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua;
4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan

Yang membayar:

o Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa

dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status subjek

pajak dalam negeri,termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan

bebas dan bertindak untuk dana atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas

nama persekutuannya,

o Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan

kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status subjek

pajak luar negeri,

o Honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan

magang,

5. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat

Nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang

menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau

penghargaan dalam bentuk apapun kepada wajib pajak orang pribadi dalam negeri

berkenaan dengan suatu kegiatan.

Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk melakukan

Pemotongan pajak adalah:

1.Kantor perwakilan Negara asing,

2.Organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat

(1) huruf C Undang-Undang Pajak Penghasilan,yang telah ditetapkan oleh

Menteri Keuangan,

3.Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
Bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan

Pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka melakukan

Kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

D. Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

PenghasilanyangdipotongPajakPenghasilanPasal21adalahmeliputi:

A .Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima pensiun

Secara teratur berupa Gaji, Uang Pensiun Bulanan, Upah, Honorarium

(Termasuk Honorarium Anggota Dewan Komisaris atau Anggota Dewan

Pengawas), Premi Bulanan,Uang Lembur,Uang Sokongan,Uang Tunggu,Uang

Ganti Rugi, Tunjangan Isteri, Tunjangan Anak, Tunjangan Kemahalan,

Tunjangan Jabatan, Tunjangan Khusus, Tunjangan Transpot, Tunjangan Pajak,

Tunjangan Iuran Pensiun, Tunjangan Pendidikan Anak, Bea Siswa, Premi

Asuransi Yang Dibayar Pemberi Kerja, Dan Penghasilan Teratur lainnya dengan

Nama apapun;

B.Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima pension atau

mantan pegawai secara tidak teratur berupa Jasa Produksi, Tantiem,

Gratifikasi, Tunjangan Cuti, Tunjangan Hari Raya, Tunjangan Tahun Baru,

Bonus, Premi Tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak

tetap;

C.Upah Harian, Upah Mingguan, Upah Satuan, Dan Upah Borongan yang diterima

atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, serta Uang saku

harian atau mingguan yang diterima peserta pendidikan, pelatihan atau

pemagangan yang merupakan calon pegawai;

D.Uang Tebusan Pensiun, Uang Tabungan Hari Tua Atau Jaminan Hari Tua,
Uang Pesangon dan pembayaran lain sejenis sehubungan dengan pemutusan

Hubungan kerja;

E.Honorarium, Uang Saku, Hadiah Atau Penghargaan Dengan Nama Dan Dalam

Bentuk Apapun, Komisi, Bea Siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan

Sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib

pajak orang pribadi dalam negeri, terdiri dari:

1. Tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (7);

2. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang

sinetron, bintang iklan, sutradara, crewfilm, fotomodel, peragawan/

peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;

3. Olahragawan;

4. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator

5. Pengarang,peneliti,danpenerjemah;

6. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, computer dan sistem

aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial;

7.Agen iklan;

8.Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu

kepanitiaan, dan peserta sidang atau rapat

9.Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan;

10.Peserta perlombaan;

11.Petugas penjaja barang dagangan;

12.Petugas dinas luar asuransi;

13.Peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan bukan pegawai atau

Bukan sebagai calon pegawai;

14.Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan


Kegiatan sejenis lainnya.

f. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji dan honorarium
atau imbalan lain yang bersifat tidak tetap yang diterima oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri
Sipil serta uang pension dan tunjangantunjangan lain yang sifatnyat Terkait dengan uang pension
yang diterima oleh pensiunan termasuk janda atau duda dan atau anak-anaknya.

Penghasilan dibawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:

a.Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya,bunga obligasi dan

surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada

anggota koperasi orang pribadi;

b.Penghasilan berupa hadiah undian;

c.Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivative yang

diperdagangkan dibursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan

penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan

modalventura;

d.Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan,

usaha jasa konstruksi, usaha realestate, dan persewaan tanah dan/atau

bangunan; dan

e.Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan

pemerintah.

Tidak Termasuk Objek Pajak antara lain:

a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat

atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang

diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang

sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui diIndonesia, yang diterima oleh

lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang

diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur


dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan

b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan social termasuk yayasan, koperasi, atau
orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak-pihak yang bersangkutan;

c. Warisan;

d. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti

penyertaan modal.

e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima

atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau

Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang

Dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma

Penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15;

f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan

asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan

asuransi beasiswa;

g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas

sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau

badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang

didirikan dan bertempat kedudukan diIndonesia dengan syarat:

1. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

2. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik Negara dan badan usaha milik

Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang

Memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah

Modal yang disetor;


h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pension yang pendiriannya telah

disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun

pegawai;

i. Penghasilan dari modal yangditanamkan oleh dana pension sebagaimana

dimaksud pada huruf g,dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan

Keputusan Menteri Keuangan;

j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer

yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,

firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif

k.Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa

bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha

atau kegiatan diIndonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

1. Merupakanperusahaanmikro,kecil,menengah,atauyangmenjalankan

kegiatandalamsektor-sektorusahayangdiaturdenganatauberdasarkan

PeraturanMenteriKeuangan;dan

2. SahamnyatidakdiperdagangkandibursaefekdiIndonesia;

l. Beasiswayangmemenuhipersyaratantertentuyangketentuannyadiaturlebih

lanjutdenganatauberdasarkanPeraturanMenteriKeuangan;

m. Sisalebihyangditerimaataudiperolehbadanataulembaganirlabayang

bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan

pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang

ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan

dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4


(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur

Lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan

Atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

2.5 Cara perhitungan PPh Pasal 21

Sejak 1 Januari 2013 ,tata cara perhitungan pajak penghasilan telah dirubah.

Perubahan tersebut diberlakukan untuk tariff PPh pribadi dan Penghasilan Tidak Kena

Pajak (PTKP). Diubahnya tariff PPh serta PTKP mengacu pada UUNo.36 Tahun 2008,

Dengan rincian:

WP tidak kawin Kode Tariff 1-1-2009 s.d. 31 Tariff mulai 1-1-2013


desember 2012

0 Tanggungan TK/0 15.840.000 24.300.000

1 Tanggungan TK/1 17.160.000 26.325.000

2 Tanggungan TK/2 18.480.000 28.350.000

3 Tanggungan TK/3 19.800.000 30.375.000

WP Kawin Kode Tarif 1-1-2009 s.d. 31 Tarif mulai 1-1-2013


Desember 2012

0 Tanggungan K/0 17.160.000 26.325.000

1 Tanggungan K/1 18.480.000 28.350.000

2 Tanggungan K/2 19.800.000 30.375.000

3 Tanggungan K/3 21.120.000 32.400.000


Contoh Cara Menghitung PPh 21

Kasus

Budi sudah menikah tanpa anak, merupakan pegawai PT.Citra dimanaia

Memperoleh gaji sebulan Rp3.000.000,00. PT.Citra sendiri mengikuti program

Jam sostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian yang

Dibayar pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji .Selain

itu, PT.Citra juga menanggung iurang Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dai

gaji sedangkan Budi membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap

bulan.Disamping itu PT.Citra mengikuti program pension untuk pegawainya dimana

pembayarannya setiap bulan sebesar Rp100.000,00 untuk Budi kedana pensiun, yang

pendiriannya disahkan oleh Menteri Keuangan. Sedangkan Budi membayar iuran

pension sebesar Rp50.000,00. Pada bulan Juli 2013, Budi hanya menerima pembayaran

berupa gaji.

PenghitunganPPh21bulanJuli2013adalahsebagaiberikut:

GAJI Rp 3.000.000,00

Premi jaminan kecelakaan kerja Rp 15.000,00

Premi jaminan kematian Rp 9.000,00

Penghasilan Bruto Rp 3.024.000,00

Pengurangan

1.Biaya jabatan 5% x Rp 3.024.000,00 Rp 151.200,00

1.Iuran pensiun Rp 50.000,00


1.Iuran jaminan hari tua Rp 60.000,00

( Rp 261.200,00 )

Penghasilan neto sebulan Rp 2.762.800,00

Penghasilan neto satu tahun Rp 33.152.600,00

12 x Rp 2.762.800,00

PTKP:

-Untuk WP Sendiri Rp 24.300.000,00

-Tambahan WP Kawin Rp 2.025.000,00

( Rp 26.325.000,00 )

Penghasilan kena pajak setahun Rp 6.828.000,00

Pembulatan Rp 6.828.000,00

PPh Terutang 5% x 6.828.000,00 Rp 341.400,00

PPh Pasal 21 bulan juli 341.400,00:12 Rp 28.452,200

Keterangan:

 BiayaJabatanmerupakanbiayauntukmendapatkan,menagihdanmemelihara

penghasilanyangdapatdikurangkandaripenghasilansetiaporangyangbekerja

sebagaipegawaitetaptanpamemandangmempunyaijabatanatautidak.

 ContohdiatasberlakubagipegawaiyangtelahmemilikiNomorPokokWajib

Pajak(NPWP).ApabilapegawaiyangbersangkutanbelummempunyaiNPWP,

makajumlahPPh21yangharusdipotongpadabulanJuliadalahsebesar:120%x

Rp28.452,00=Rp34.140,00
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan pada subjek pajak atas penghasilan yang
diperolehnya pada tahun pajak, dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian
tahun pajak, dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak bila
kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir tahun pajak. Pajak Penghasilan Pasal 21
adalah pajak atas penghasilan berupagaji ,upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa ,dan
kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri. Penghasilan Tidak Kena
Pajak, disingkat PTKP adalah pengurangan terhadap penghasilan bruto orang pribadi atau
perseorangan sebagai wajib pajak dalam negeri dalam menghitung penghasilan kena pajak yang
menjadi objek pajak penghasilan yang harus dibayar wajib pajak diIndonesia. Dasar Hukum
Pajak Penghasilan PPh pasal 21 diIndonesia yang terbaru adalah :

1. Peraturan Menteri Keuangan PMK-162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Penghasilan


Tidak Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi.
2. Peraturan Dirjen Pajak NomorPER-31/PJ/2012 Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran, Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan Atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa Dan Kegiatan Orang Pribadi.

3.2 Saran

Dengan naiknya PTKP seharusnya kita sebagai wajib pajak bisa bernafas lega karena
ada tambahan penghasilan yang bebas dari pajak, walaupun dari sisi penerimaan negara akan
sedikit mengalami penurunan. Yang penting tetap berkontribusi dengan membayar pajak tepat
jumlah dan tepat waktu.

Anda mungkin juga menyukai