Anda di halaman 1dari 8

HUKUM WARIS BW

Untuk memenuhi Tugas Terstruktur 1 mata kuliah Hukum Waris BW


Dosen: Dr. Rachmi Sulistyarini, S.H., M.H

Nama : DEVI ATIKAWATI

NIM : 206010202111018

PROGRAM STUDI MAGISTER


KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
1. Ketentuan mengenai ahli waris.
Pasal 832 BW (ahli waris yang mewarisan dengan ketentuan Undang-Undang),
sebelum seisin: Menurut undang-undang, yang berhak menjadi ahli waris ialah keluarga
sedarah, baik yang sah menurut undang-undang maupun yang di luar perkawinan (yang
diakui) , dan si suami atau si istri yang hidup terlama (Sebelumnya mewaris setelah
derajat 12. Bahwa Undang-Undang berprinsip seperti 103 dan 104 BW, Undang-
Undang menambahkan suami/istri sebagai ahli waris. Pada abad pertengahan baru
masuk pada kelompok ahli waris, karena saling setia mencintai menurut pasal 852a
BW, hidup terlama karena pewarisan baru ada setelah adanya kematian, bukan karena
adanya status baru karena bisa saja dari akibat dari perceraian), menurut peraturan-
peraturan berikut ini. Bila keluarga sedarah dan si suami atau si istri yang hidup terlama
tidak ada, maka semua harta peninggalan menjadi milik negara, yang wajib melunasi
utang- utang orang yang meninggal tersebut, sejauh harga harta peninggalan mencukupi
untuk itu. Jika tidak ada keluarga sedarah, sampai derajat ke enam (hubungan
perderajadan diukur berdasarkan jauh dekatnya hubungan darah antara anggota
keluarga dengan leluhurnya) tidak ada jatuh ke negara. Untuk keluarga sedarah,
suami/istri hidup terlama berlaku asas seisin, tidak perlu ada perbuatan hukum lagi,
sudah otomatis. Negara tidak karena hukum, tidak otomatis, melainkan harus ada
perbuatan hukum, bahwa negara dapat mengelola harta pewaris dengan melalui
lembaga Balai Harta Peninggalan.
Anak sah adalah anak-anak yang disahkan (Pasal 277 BW) dan anak-anak yang
diadopsi secara sah (Pasal 12 S.1917:129) , anak-anak bertalian darah dengan pewaris
dalam derajat yang pertama, karenanya mereka mewaris kepala demi kepala, artinya
mereka masing-masing mempunyai hak bagian yang sama besarnya (Pasal 852 ayat
(2)). Sedangkan anak ada anak luar kawin dan anak sah. Mendapat perlindungan dari
BW, anak luar kawin terbagi menjadi 2 ketika dikaitkan dengan waktu pengakuannya,
yakni:
a. Anak luar kawin yang diakui sebelum yang mengakuinya
melangsungkan perkawinan adalah mewaris orang yang mengakuinya.
b. Anak luar kawin diakui selama dalam perkawinan oleh orang yang
mengakuinya maka anak luar kawin tersebut bukan ahli waris orang
yang mengakuinya.
Harus tetap dengan mengindahkan Pasal 2 BW yang berbunyi : “Anak yang ada
dalam kandungan seorang perempuan dianggap telah lahir, setiap kali kepentingan si
anak menghendakinya. Bila telah mati sewaktu dilahirkan, dia dianggap tidak pernah
ada.”
Pasal 852 BW (ahli waris yang mewarisan dengan ketentuan wasiat): Anak-
anak atau keturunan- keturunan, sekalipun dilahirkan dari berbagai perkawinan (Asas
dalam BW adalah monogami mutlak, jadi tidak dimungkinkan adanya poligami, jadi
yang dimaksud dari lain-lain perkawinan berarti perkawinan sebelumnya berakhir
karena kematian), mewarisi harta peninggalan para orang tua mereka, kakek dan nenek
mereka, atau keluarga-keluarga sedarah mereka selanjutnya dalam garis ke atas, tanpa
membedakan jenis kelamin atau kelahiran yang lebih dulu. Mereka mewarisi bagian-
bagian yang sama besarnya kepala demi kepala, bila dengan si mati mereka semua
bertalian keluarga dalam derajat pertama dan masing-masing berhak karena dirinya
sendiri; mereka mewarisi pancang demi pancang, bila mereka semua atau sebagian
mewarisi sebagai pengganti (Plaatsvervulling).
Dalam pasal ini disebutkan bahwa anak-anak yang lahir dari berbagai
perkawinan, dalam BW dianut asas monogami mutlak, maka yang dimaksud disini
bukanlah poligami, melainkan perkawinan yang terjadi lagi dikarenakan kematian salah
satu pasangan. Jika ahli waris ada yang telah meninggal terlebih dahulu daripada si
pewaris, maka kedudukan ahli waris yang telah meninggal tersebut digantikan oleh
turunannya atau biasa disebut mewaris pancang demi pancang dikarenakan penggantian
tempat.
Pasal 852a BW berbunyi: “Dalam hal warisan dan seorang suami atau isteri
yang telah meninggal lebih dahulu, suami atau isteri yang ditinggal mati, dalam
menerapkan ketentuan-ketentuan bab ini, disamakan dengan seorang anak sah dan
orang yang meninggal, dengan pengertian bahwa bila perkawinan suami isteri itu
adalah perkawinan kedua atau selanjutnya, dan dari perkawinan yang dulu ada anak-
anak atau keturunan-keturunan anak-anak itu, suami atau isteri yang baru tidak boleh
mewarisi lebih dan bagian terkecil yang diterima oleh salah seorang dan anak-anak itu,
atau oleh semua keturunan penggantinya bila ia meninggal lebih dahulu, dan
bagaimanapun juga bagian warisan isteri atau suami itu tidak boleh melebihi
seperempat dan harta peninggalan si pewaris. Bila untuk kebahagiaan suami atau isteri
dan perkawinan kedua atau pekawinan yang berikutnya telah dikeluarkan wasiat, maka
bila jumlah bagian yang diperoleh dan pewarisan pada kematian dan bagian yang
diperoleh dan wasiat melampaui batas-batas dan jumlah termaktub dalam alinea
pertama, bagian dan pewarisan pada kematian harus dikurangi sedemikian, sehingga
jumlah bersama itu tetap berada dalam batas-batas itu. Bila penetapan wasiat itu,
seluruhnya atau sebagian, terdiri dan hak pakai hasil, maka harga dan hak pakai hasil
itu harus ditaksir, dan jumlah bersama termaksud dalam alinea yang lalu harus dihitung
berdasarkan harga yang ditaksir itu. Apa yang dinikmati suami atau isteri yang berikut
menurut pasal ini harus dikurangkan dalam menghitung apa yang boleh diperoleh
suami atau isteri itu atau diperjanjikan menurut Bab VIII Buku Pertama.”

2. Di dalam pewarisan ab intestate, pewarisan berdasarkan Undang-Undang, sebagai


lawan dari pewarisan testamen, dikenal 2 cara mewaris, yaitu:
a. Mewaris karena haknya/kedudukanya sendiri (Uit eigen hoofed)
Ahli waris yang mewaris berdasarkan haknya sendiri, adalah para ahli
waris yang terpanggil untuk mewaris karena kedudukannya sendiri
berdasarkan hubungan darah antara ia dengan pewaris (Ps. 852 BW). Dalam
pasal 852 ayat (2) BW dikatakan “mewaris karena diri sendiri”.
b. Mewaris karena penggantian tempat (bij plaatsvervulling)
Ahli waris karena penggatian tempat, adalah ahli waris yang merupakan
(keturunan)-keluarga sendiri-dari pewaris, yang muncul sebagai pengganti
tepat orang lain, yang seandainya tidak mati lebih dahulu dari pewaris,
sedianya akan mewaris (Pasal 841 BW). Dalam pasal 852 ayat (2) katakana
“mereka bertindak sebagai pengganti”.

3. Contoh mewaris kepala demi kepala.

Ket. Gambar:

P Lk

Meninggal

A B Pr
C

A, B dan C mewaris dari P berdasarkan haknya/kedudukannya sendiri, mereka mewaris


kepala demi kepala. Tiap kepala (ahli waris) menerima bagian yang sama besarnya dari warisan P,
yaitu:
A menerima 1/3
B menerima 1/3
C menerima 1/3

Mewaris pancang demi pancang, contoh

P
e f

P adalah pewaris
A,B,C adalah anak-anak pewaris
d,e,f adalah cucu-cucu pewaris dari anaknya (A)
Kalau A mati terlebih dahulu dari P, maka bila P dikemudian hari meninggal,
berdasarkan asas tersebut diatas, yang mewaris adalah B dan C, dan A digantikan
oleh anak-anak nya yakni d,e,f. Maka:

B mendapatkan 1/3
C mendapatkan 1/3
d,e,f mendapatkan 1/3 dibagi 3, berarti per anak mendapatkan 1/9.

4.
a. Buat bagan:
S
R Ket. Gambar:
Lk

Meninggal

Pr

T U

b. Ahli warisnya adalah:


Ahli warisnya yaitu S (istri) dan 2 orang anak yaitu T dan U.
c. Bagiannya adalah:
Diketahui:
Harta bawaan R = 20juta
Harta bawaan S = 10juta
Jumlah seluruh harta menjadi = 100juta
Hutang R = 16juta
Hutang S = 1juta
Ongkos perawatan = 3juta
Ongkos pemakaman = 1juta
Tidak ada perjanjian kawin pisah harta.

Harta peninggalan = …………………..100 juta


Harta bawaan (R +S) = ………………...30 juta
Selisih/keuntungan = …………………...70 juta
Selisih/keuntungan ini adalah milik kedua suami isteri tersebut, sehingga masing-
masing mendapat ½ = 35 juta.

Harta bawaan S =……………….10 juta


½ keuntungan =…………………35 juta
Total harta pribadi milik S = …...45 juta

Harta bawaan R = ………………20 juta


½ keuntungan=………………….35 juta
Total harta R=…………………..55 juta

Total harta yang diwariskan (aktiva dan pasiva):


55 juta (Total harta R) + 16 juta (Hutang R) + 3 juta (Ongkos perawatan) + 1 juta
(Ongkos pemakaman) = 75 juta.
Masing-masing ahli waris mendapat 1/3 bagian, jadi =
Istri S = 1/3 x 75 juta = 25 juta
T = 1/3 x 75 juta = 25 juta
U = 1/3 x 75 juta = 25 juta

5.

L
K Ket. Gambar:
Lk

Meninggal

Pr

M N

Diketahui:

Ada perjanjian kawin harta terpisah sama sekali. (Berarti tidak dimungkinkan
adanya pembagian keuntungan/kerugian bersama diluar pemisahan harta masing-
masing).

K usaha sebelum kawin : 50 juta

L usaha sebelum kawin : 10 juta

Nilai usaha K menjadi 100 juta


Keuntungan salon L : 5 juta

Hutang K : 22 juta

Biaya perawatan : 2 juta

Biaya Pemakaman : 1 juta

Utang L : 3 juta

Dikarenakan pada saat perkawinan dibuat perjanjian kawin harta terpisah sama
sekali, berarti tidak ada pembagian harta gono gini.

Harta peninggalan K:………………100 juta


Harta bawaan K:…………………….50 juta
Selisih/keuntungan:…………………50 juta

Harta bawaan K:……………………..50 juta


Selisih/keuntungan:………………….50 juta
Total harta K:……………………….100 juta

Jadi harta yang diwariskan kepada ahli waris senilai (aktiva+pasiva) :

100jt (total harta K) + 22jt (hutang K) + 2jt (biaya perawatan) + 1jt (biaya pemakaman)
= 125jt

Ahli warisnya yaitu L sebagai istri, dan kedua anaknya yaitu M dan N. Masing-
masing sebesar 1/3 bagian. Jadi:

Istri mendapat = 1/3 x 125jt = 41,67jt

M mendapat = 1/3 x 125jt = 41,67jt

N mendapat = 1/3 x 125jt = 41,67jt

Anda mungkin juga menyukai