Kritis Baca
Kritis Baca
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa, untuk
mengetahui upaya-upaya guru agar kemampuan berpikir kritis siswa dapat
berkembang, dan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa
dalam pelaksanaan upaya-upaya pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa
kelas IV dalam pembelajaran matematika di SD Negeri 2 Pemaron Kecamatan
Buleleng. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV yang berjumlah 24
orang. Objek penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis siswa dalam pelajaran
matematika, upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis
matematika, dan kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan kemampuan
berpikir kritis matematika. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
tes dan wawancara. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
Rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV sebesar 55,04 tergolong Rendah,
dengan indikator tertinggi adalah indikator menganalisis pertanyaan sebesar 82,99%
dan indikator terendah adalah indikator mengidentifikasi asumsi sebesar 0%. (2) upaya-
upaya yang dilakukan guru di SD Negeri 2 Pemaron untuk pengembangan kemampuan
berpikir kritis, yaitu memberikan soal terbuka dan memberikan bimbingan belajar. (3)
kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa, yaitu fasilitas sekolah kurang memadai, dan kurang perhatian orang
tua terhadap aktivitas belajar anak-anaknya.
Abstract
This research aims to know the critical thinking ability of the students, to knowing the
efforts undertaken of teacher in order that critical thinking ability of the students could
flourish, and to knowing the constraints faced by teacher and students in efforts
implementation the development of critical thinking ability of students class IV in
mathematics learning in SD Negeri 2 Pemaron of subdistrict Buleleng. the subjects of
this research is teacher and student 24 person. the object of this research is the critical
thinking ability of the students in mathematics learning, the efforts made to develop the
critical thinking ability of mathematics, and the constraints facing in efforts improving the
critical thinking ability of mathematics. data collection methods used are observations,
tests and interviews. Data analysis techniques in this research the using qualitative
descriptive and quantitative descriptive. The results of this study suggest that (1) the
average ability critical thinking of the students class IV of 55,04 belongs to low, with the
highest indicator is an indicator analyze the question of 82.99% and the lowest indicator
is an indicator identifying the assumption of 0%. (2) the efforts made the teacher in SD
Negeri 2 Pemaron for the develop of critical thinking ability, i.e. giving open text and
provides tutoring. (3) the obstacle facing teacher and students in the development of
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
critical thinking ability of the students, i.e. inadequate facilities, and supervision parental
less of their children's learning activities.
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
didik di sekolah dasar yang masih berada merupakan faktor penentu kemajuan
pada tahap operasional konkret (Yaumi, bangsa yang menghasilkan sumber daya
2012). Pada penelitian ini kemampuan manusia berkulitas. Kemampuan awal
berpikir kritis hanya diukur berdasarkan siswa/peserta didik dalam pembelajaran
enam indikator dari Enis (dalam Pritasari, hanya diketahui oleh guru/pendidiknya
2011), yaitu (1) menganalisis pertanyaan, sehingga tindakan yang tepat dilakukan
(2) memfokuskan pertanyaan, (3) agar kemampuan siswa/peserta didik
mengidentifikasi asumsi, (4) menulis berkembang juga lebih diketahui oleh
jawaban atau solusi dari permasalahan pendidik. Oleh karena itu, guru menjadi
soal, (5) menarik kesimpulan dari solusi penentu atau yang berpengaruh dalam
permasalahan yang telah diperoleh, dan (6) mengembangkan kemampuan berpikir kritis
menentukan alternatif-alternatif cara lain siswa. Pada intinya dalam pembelajaran
dalam menyelesaikan masalah. yang dilakukan guru seharusnya lebih
Muhfahroyin (2009:90) menyatakan, difokuskan pada pengembangan
“Pelatihan kemampuan berpikir kritis siswa kemampuan berpikir kritis siswa.
khususnya dalam pembelajaran Berdasarkan uraian kemampuan
matematika yang dilaksanakan dengan baik berpikir kritis di atas maka analisis
akan meningkatkan kesuksesan hasil kemampuan berpikir kritis siswa dalam
belajar siswa, dimana kepercayaan diri, pembelajaran matematika perlu dilakukan.
minat dan semangat siswa akan mengubah Oleh karena itu dilakukan suatu penelitian
cara pandangnya untuk memecahkan yang tujuan untuk (1) mengetahui
masalah-masalah matematika yang kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV
dihadapi menjadi lebih menyenangkan”. dalam pembelajaran matematika di SD
Hasil wawancara yang dilakukan Negeri 2 Pemaron Kecamatan Buleleng
dengan guru kelas IV SD Negeri 2 Pemaron Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran
pada hari kamis tanggal 7 januari 2016, 2015/2016, (2) untuk mengetahui upaya-
salah satu kemampuan siswa yang masih upaya yang dilaksanakan guru agar
rendah yaitu kemampuan berpikir kritis. kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV
Dari catatan dokumen siswa kelas IV SD dalam pembelajaran matematika di SD
Negeri 2 Pemaron, nilai rata- rata ulangan Negeri 2 Pemaron Kecamatan Buleleng
tengan semester siswa pada mata Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran
pelajaran matematika adalah 65 dimana 2015/2016 dapat berkembang, dan (3)
KKM dari mata pelajaran matematika di untuk mengetahui kendala-kendala yang
kelas IV yaitu 60. Dari 24 siswa terdapat 9 dihadapi oleh guru dan siswa dalam
siswa yang memperoleh nilai ulangan pelaksanaan upaya-upaya pengembangan
tengah semester dibawah KKM. Pada saat kemampuan kemampuan berpikir kritis
observasi dilakukan ditemukan bahwa siswa kelas IV dalam pembelajaran
dalam proses pembelajaran, guru jarang matematika di SD Negeri 2 Pemaron
menggunakan media/alat peraga untuk Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng
menjelaskan materi pelajaran. Guru lebih Tahun Pelajaran 2015/2016.
banyak menggunakan metode
pembelajaran konvensional. Hal ini METODE
berdampak pada proses pembelajaran Jenis penelitian yang dilaksanakan
bersifat pasif sehingga peserta didik tidak merupakan jenis penelitian deskriptif.
terampil (Yaumi, 2012). Penelitian deskripitif diartikan sebagai suatu
Pembelajaran yang masih didominasi penelitian yang berusaha mendeskripsikan
oleh guru kadang-kadang juga tidak dapat suatu fenomena/peristiwa secara sistematis
membangkitkan aktivitas dan kemampuan sesuai dengan apa adanya. Penelitian
berpikir kritis siswa dalam belajar. Guru deskriptif dilakukan untuk memperoleh
merupakan salah satu penentu keadaan saat ini. Data yang digunakan
keberhasilan belajar siswa. Untuk dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
meningkatkan keberhasilan belajar siswa, dan kualitatif. Dianalisis secara analisis
guru harus lebih peka terhadap inovasi deskriptif kuantitatif dan kualitatif.
dalam pendidikan. Karena pendidikan
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Termasuk kategori sedang karena siswa tingkat tinggi) dalam konteks yang benar
lupa langkah-langkah dalam mengerjakan mengajarkan kepada siswa kebiasaan
soal sehingga siswa kesulitan dalam berpikir mendalam, kebiasaan menjalani
memperoleh hasil akhirnya. Siswa kurang hidup, dengan pendekatan yang cerdas,
memahami soal cerita sehingga siswa sulit seimbang, dan dapat dipertanggung
untuk menyelesaikannya. jawabkan. Sejalan dengan pendapat
Dalam hal “menarik kesimpulan dari tersebut, kemampuan berpikir kritis siswa
solusi permasalahan yang telah diperoleh”, masih dapat dikembangkan dengan upaya-
peserta didik yang dapat mengerjakan upaya yang tepat. Hal ini sesuai dengan
dengan benar adalah 62,15% termasuk pendapat Bloom (dalam Iskandar, 2009:90)
dalam kategori rendah. Ini menunjukkan bahwa pemikiran kritis dapat diperbaiki
bahwa siswa kurang mampu menarik melalui latihan berpikir tingkat tinggi, yaitu
kesimpulan dari solusi permasalahan yang dari tingkat aplikasi sampai pada tingkat
telah diperoleh dengan menentukan penilaian (evaluasi). Selain itu, menurut
kesimpulan dari solusi permasalahan Sagala (dalam Iskandar, 2009:101) dalam
dengan benar dan kalimat sekaligus proses pembelajaran harus dibangun
jawabannya benar. Siswa dalam suasana dialogis dan tanya jawab terus
menentukan kesimpulan dari solusi menerus yang diarahkan untuk perbaikan
permasalahan dalam soal sering kurang dan peningkatan kemampuan berpikir
lengkap, terburu-buru dan salah tulis dalam siswa.
menyebutkan hasilnya. Kemampuan berpikir kritis siswa akan
Dalam hal “menentukan alternatif- berkembang apabila didukung dengan
alternatif/cara lain dalam menyelesaikan upaya-upaya yang dilakuan oleh guru.
masalah”, peserta didik yang dapat upaya-upaya yang dilakukan sudah sesuai
mengerjakan dengan benar adalah 40,28% dengan kegiatan inti yang diharapkan. Guru
termasuk dalam kategori sangat rendah. berusaha meningkatkan kemampuan
Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum berpikir kritis dengan memberikan pendapat
mampu menentukan alternatif- yang berbeda, terkadang guru membuat
alternatif/cara lain dalam menyelesaikan lagu yang berkaitan dengan materi agar
masalah. Termasuk dalam kategori sangat siswa lebih senang dan semangat dalam
rendah dikarenakan dalam mengerjakan mengikuti proses pembelajaran, melakukan
soal siswa hanya menulis satu jawaban tanya jawab dengan siswa agar siswa aktif
tanpa menuliskan alternatif/cara lain dalam dalam proses pembelajaran dan melatih
mengerjakan soal disamping itu siswa agar berani mengemukakan
kemampuan siswa hanya sebatas apa yang pendapatnya, memberikan bimbingan
diingat saja sehingga siswa mengerjakan belajar/les diluar jam sekolah, dan upaya
dengan cara yang menurut mereka mudah. yang terakhir adalah mendiskusikan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat jawaban teman agar siswa bisa bertukar
disimpulkan bahwa masih ada indikator pikiran dan berkomunikasi dengan
yang belum bisa dikerjakan siswa. Hasil tes temannya sehingga banyak informasi yang
rata-rata siswa secara klasikal sebesar diperoleh siswa.
55,04% termasuk dalam kategori rendah. Namun metode yang paling sering
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan digunakan guru dalam mengajarkan materi
berpikir kritis siswa kelas IV di SD Negeri 2 adalah metode ceramah, karena metode ini
Pemaron dalam pembelajaran matematika dianggap paling efektif dalam menjelaskan
perlu di latih lagi agar kemampuan berpikir materi namun membuat peserta didik tidak
siswa dapat berkembang. mampu mengembangkan kemampuan
Hasil persentase rata-rata yang berpikir kritisnya. Sumiati (2007)
diperoleh disekolah minimal harus berada menyatakan ceramah yang baik harus
pada kategori tinggi agar siswa dikatakan divariasikan dengan metode-metode
mampu berpikir secara kritis. Johnson pembelajaran lain agar memungkinkan
(dalam Lambertus, 2009) menyatakan siswa aktif dalam melakukan suatu
bahwa menggunakan keahlian berpikir kegiatan. Selain metode ceramah, metode
dalam tingkatan yang lebih tinggi (berpikir lain yang sering digunakan adalah metode
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
tanya jawab, dengan hanya menggunakan dasar antara lain buku pelajaran, media,
metode ceramah dan tanya jawab maka alat-alat peraga dan fasilitas lainnya. Jika
tidak akan mampu untuk mengembangkan fasilitas yang tersedia disuatu sekolah
kemampuan berpikir kritis siswa dan siswa memadai, maka kemungkinan besar
akan bersifat pasif. Hal ini sejalan dengan peserta didik akan lebih mudah
pendapat John Dewey (dalam Yaumi, 2012) mengembangkan kemampuan berpikir
menekankan bahwa berpikir kritis kritis, namun sebaliknya jika sekolah tidak
merupakan proses yang aktif, maksudnya mempunyai fasilitas-fasilitas penunjang
untuk mengontraskan proses berpikir maka peserta didik akan sulit
seseorang dalam menerima atau mengembangkan kemampuan berpikir
memperoleh informasi dari pihak lain yang kritisnya. Kendala ketiga adalah kurangnya
cenderung menerima pasif. Model, strategi, perhatian khusus dari orang tua ketika
metode atau teknik yang digunakan peserta didik belajar di rumah. Hal ini
pendidik pada kegiatan inti pembelajaran menyebabkan peserta didik malas belajar
harus sesuai dengan pendekatan yang dan bertanya karena saat belajar dirumah,
berfokus pada siswa, ranah pembelajaran, peserta didik tidak didampingi oleh orang
dan karakteristik mata pelajaran. tuanya. Jika peserta didik malas belajar
Penggunaan media pembelajaran maka ketika proses pembelajaran
diperlukan agar siswa lebih mudah berlangsung disekolah peserta didik hanya
mengembangkan pengetahuan awal siswa duduk dan mendengarkan saja tanpa
mengingat media pembelajaran yang memamami yang diajarkan guru. Ini
terbatas akan berpengaruh pada membuat guru susah dalam
pemahaman konsep-konsep matematika mengembangkan kemampuan berpikir kritis
yang tidak optimal. Hal ini sejalan dengan siswa. Setiap siswa mempunyai
pendapat Hamalik (2015) penggunaan kemampuan yang berbeda dalam
media atau alat peraga yang lebih variatif memahami materi yang diajarkan. Sumiati
akan membuat pelajaran lebih menarik, (2007) menyatakan bahwa apa yang
menjadi lebih konkrit, mudah dipahami dan dipelajari seseorang secara cepat, mungkin
hasil belajar menjadi lebih bermakna. tidak dapat dilakukan oleh yang lain dengan
Upaya-upaya guru dalam melatih cara yang sama. Oleh karena itu mengajar
kemampuan berpikir siswa perlu dirancang. harus memperhatikan tingkat kemampuan
Latihan berpikir tingkat tinggi ini perlu siswa.
dirancang oleh guru sebagai pengalaman Secara umum kendala-kendala siswa
belajar siswa. dalam mengembangkan kemampuan
Kendala-kendala dalam berpikir kritis untuk menjawab soal
mengembangkan kemampuan berpikir kritis disebabkan proses pembelajaran
siswa yang pertama yaitu belum diadakan matematika masih dominan menggunakan
penilaian terhadap kemampuan berpikir metode ceramah, dan kondisi pembelajaran
kritis. Dalam proses pembelajaran guru matematika tidak berpusat pada siswa
belum pernah mengadakan penilaian sehingga siswa kesulitan memahami
secara khusus hanya untuk mengukur konsep matematika.
kemampuan berpikir kritis saja. Guru hanya Berdasarkan hasil wawancara dapat
memberikan penilaian biasa tanpa disimpulkan bahwa kendala-kendala yang
memfokuskan kemampuan berpikir kritis dihadapi guru dalam upaya-upaya
siswa. Hal ini yang menyebabkan mengembangkan kemampuan berpikir kritis
kemampuan berpikir kritis siswa kurang siswa dapat diatasi dengan solusi-solusi
dilatih selain itu guru tidak mengetahui yang diberikan guru terhadap kendala-
teknik/prosedur/instrumen kemampuan kendala yang muncul dalam
berpikir kritis sehingga guru melatih siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis
dengan soal-soal biasa. Kendala yang siswa ini artinya guru selalu berupaya agar
kedua adalah fasilitas yang ada disekolah siswanya mampu berpikir kritis.
kurang memadai dan masih sangat perlu Kemampuan guru tersebut terkait dengan
disempurnakan. Fasilitas-fasilitas kompetensi pedagogic guru menurut PP
penunjang yang diperlukan di sekolah nomor 74 tahun 2008, yaitu pengembangan
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
11