Anda di halaman 1dari 11

1.

Pengertian Pengawasan

Dalam melakukan suatu pekerjaan, manusia seringkali melakukan kesalahan karena


manusia tidak ada yang sempurna (nobody is perfect). Suatu pekerjaan harus dikendalikan
dengan standar-standar yang berhubungan dengan pekerjaan dan tujuan yang akan dicapai.
Karena pekerjaan yang dilakukan manusia tidak akan selalu sempurna, maka diperlukan cara
untuk memperbaikinya. Berdasarkan hal tersebut, pengawasan merupakan suatu proses
kegiatan yang dilakukan untuk memantau, mengukur, dan bila perlu melakukan perbaikan
atas pelaksanaan kerja sehingga apa yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai
dengan tujuan yang diinginkan. Certo mengatakan, “Control is making things happen as
planned”. Sedangkan controlling ia katakan, “is the process managers go through to
control”.

2. Tujuan Pengawasan

Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, maka dapat ditemukan tujuan pengawasan


adalah sebagai berikut:

1) Menyuplai pegawai-pegawai manajemen dengan informasi-informasi yang


tepat pada waktunya, teliti dan lengkap tentang apa yang dilaksanakan.

2) Memberi kesempatan pada mereka dalam meramalkan rintangan-rintangan


terhadap produktivitas secara teliti dan mengambil langkah-langkah untuk
menghapuskan atau mengurangi gangguan semacam itu.

3) Setelah kedua hal tersebut dilaksanakan, kemudian mereka membawa kepada


langkah terakhir dalam mencapai produktivitas yang maksimum dan
pencapaian yang memuaskan dari pada hasil-hasil yang diharapkan.

3. Proses Pengawasan

Tiga unsur pokok atau tahapan-tahapan yang selalu terdapat dalam proses
pengawasan : (1) Ukuran-ukuran yang menyajikan bentuk-bentuk yang diminta. Standar
ukuran ini bisa nyata, mungkin juga tidak nyata, umum atau khusus, tetapi selama seorang
masih menganggap bahwa hasilnya adalah seperti yang diharapkan. (2) Perbandingan antara
hasil yang nyata dengan ukuran yang tadi. Evaluasi ini harus dilaporkan kepada khalayak
yang dapat berbuat sesuatu akan hal ini. (3) Kegiatan mengadakan koreksi.

4. Tingkatan Pengawasan.

Tingkatan pengawasan dijabarkan sebagai berikut : (1) Pengawasan strategik,


memonitor faktor-faktor kritis lingkungan yang akan berpengaruh terhadap tingkatan stategi
organisasi untuk meyakinkan bahwa perencanaan strategik diimplementasikan sebagaimana
yang diinginkan. (2) Pengawasan taktik, difokuskan pada penilaian implementasi
perencanaan taktis tingkat departemen untuk memonitor hasil yang dicapai secara periodik
dan mengambil tindakan koreksi bilamana diperlukan. (3) Pengawasan operasional, berfokus
mengawasi implementasi rencana operasional akan hasil dari hari ke hari dan mengambil
tindakan koreksi apabila diperlukan.

Dasar Sistem dan Ruang Lingkup Pengawasan

1. Dasar Sistem Pengawasan

Dalam sistem pengawasan selalu dijumpai rangkaian aktivitas : (1) Menetapkan


ukuran pelaksanaan yang akan memastikan tingkat dari kesuksesan personil, proyek-proyek,
operasi-operasi atau sistem yang menarik. (2) Menetapkan set standar tingkatan-tingkatan
dari setiap tingkatan untuk tiap tingkatan yang terpilih. (3) Mengukur tindakan nyata dari tiap
individu atau sistem seperti percobaan mereka untuk mencapai hasil yang direncanakan. (4)
Membandingkan standar dan tindakan nyata dari laporan nyata daripada perbandingan
individu dan manajer yang dapat mengambil tindakan perbaikan. (5) Ambil tindakan
perbaikan ketika diperlukan untuk mengecilkan beberapa ketidaksesuaian antara rencana dan
aktivitas nyata dan hasil.

Jantung dari sistem pengawasan itu adalah “Feed Back” bagian dimana informasi
dilaporkan, sumber-sumber yang menyebabkan pelaksanaan yang tidak sesuai dengan yang
dikehendaki / ditemukan, dan koreksi-koreksi dilaksanakan. Untuk dapat memahami “feed
back” model pengawasan, akan lebih baik jika kita singgung dalam konsep “open loop” dan
“closed loop system”. Sistem closed loop ialah suatu sistem yang tidak memerlukan
pengawasan lebih jauh atau tidak bisa diawasi sama sekali selama sistem pengawasan ini
berlangsung. Sistem terbuka (open loop system) merupakan sistem yang secara terus-menerus
berinteraksi dengan lingkungan dan mencapai keseimbangan dinamis selama ada kapasitas
kerja transformasi energi.

2. Ruang Lingkup Waktu Pengawasan

Langkah-langkah pengawasan dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu: (a) Pengawasan
awal ; (b) Pengawasan tengah berjalan ; (c) Pengawasan akhir. Maksud dari pengawasan awal
yang mendahului tindakan adalah tiada lain untuk mencegah serta membatasi sedini mungkin
kesalahan-kesalahan yang tidak diinginkan sebelum terjadi. Sedangkan pengawasan tengah
berjalan dilakukan untuk memantau kegiatan yang sedang dilaksanakan. Sementara
pengawasan akhir tidak berdiri sendiri tetapi merupakan kombinasi dari pengawasan awal
dan tengah.

Objek daripada Pengawasan

a. Pengawasan Terhadap Tenaga Kerja

Tanggung jawab yang utama untuk pemeliharaan jumlah tenaga kerja yang seimbang
merupakan bagian dari keputusan para manajer. Lebih jauh, adanya kontrol terhadap tenaga
kerja manusia yang diterapkan pada tugas pekerjaan atau dalam kontrol personil, maka
kontrol pusat dapat dipergunakan pengaruhnya. Pemberian gaji upah yang tinggi harus diatur
untuk mengontrol jumlah pekerja.

b. Pengawasan Terhadap Keuangan

Pengawasan yang sesungguhnya terhadap biaya pengeluaran dilakukan dengan


melakukan pemerikasaan buku (auditing) dan accounting dalam catatan-catatan yang teliti.
Sesudah dana-dana dipergunakan, maka diadakan suatu pengawasan yang lebih jauh untuk
memeriksa kebenaran daripada pengeluaran biaya, yang biasanya dilakukan oleh para ahli.
Aspek yang penting lainnya daripada pengawasan keuangan itu adalah harus berhubungan
dengan biaya-biaya operasi. Dana yang dikeluarkan dalam kegiatan operasi harus dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat ditekan seminimum mungkin.

c. Pengawasan Terhadap Waktu


Pengawasan terhadap waktu perlu diadakan karena waktu memiliki sifat-sifat unik,
yaitu waktu yang sangat terbatas jumlahnya. Artinya, waktu tidak dapat dibentuk kembali,
cepat usang, dan inelastis. Oleh karena itu, seorang manajer perlu memperhitungkan waktu
dengan cermat dan tepat. Langkah selanjutnya adalah menjadwalkan keseluruhan kegiatan
yang akan dikerjakan kemudian. Dengan mengadakan penjadwalan ini, seseorang dapat
merencanakan dan mengatur waktunya lebih baik dan lebih efisien.

d. Pengawasan Terhadap Produksi

Pengawasan terhadap produksi terutama berkenaan dengan penjagaan atau


pemeliharaan mengenai efisiensi yang relatif tinggi dari proses-proses pekerjaan dalam setiap
unit perusahaan. Mereka memusatkan perhatiannya terhadap bahan-bahan yang diproses,
produk yang berwujud atau tidak berwujud, dan metode-metode yang digunakan dalam
proses produksi. Pengawasan terhadap produksi dapat membantu perusahaan untuk
memperoleh produktivitas yang diharapkan.

Standar, Ukuran, dan Pedoman Kerja

Hal yang sangat penting bagi pertanggungjawaban manajer terhadap administrasi


rencana personil adalah menetapkan berbagai standar agar pelaksanaannya berjalan lancar.
Standar dapat didefinisikan sebagai suatu kriteria yang dietapkan sungguh-sungguh dimana
hasilnya dapat dbandingkan. Sedangkan standardisasi adalah proses pelaksanaan standar
tersebut yang bertujuan menghasilkan ukuran seragam. Berbagai jenis standar dapat
digunakan dalam pengawasan. Keuntungan dari standardisasi, yaitu: (1) Bagi produsen: (a)
produksi terencana; (b) mengurangi penghamburan; (c) peningkatan produksi massa; (d)
penyederhanaan pergudangan; (e) pengurangan ongkos produksi. (2) Bagi konsumen: (a)
jaminan mutu; (b) perbaikan produk dengan dasar yang sama; (c) harga rendah dengan mutu
yang sama. (3) Bagi perekonomian nasional: (a) peningkatan produksi nasional dalam mutu,
jumlah, dan kemudahan; (b) perbaikan perimbangan supply dan demand; (c) penurunan
ongkos distribusi; (d) pengurangan posisi pasar dunia; (e) peningkatan produktivitas nasional;
(f) pengurangan setelah pengertian penyelisihan mengenai order dan kontrak.

Ukuran-ukuran Pekerjaan dan Pedoman


Fungsi-fungsi dari pengurus senantiasa membicarakan terlebih dahulu rencana
organisasi dan memberikan petunjuk tentang apa yang seharusnya terjadi di dalam sistem
yang sedang diawasi. Pengurus harus menyelidiki apakah rencana-rencana itu telah
dikembangkan atau tidak dan apakah organisasi yang telah disusun tersebut memberikan
hasil yang memuaskan bagi perusahaan atau bahkan sebaliknya. Pimpinan perusahaan juga
harus membuat aturan-aturan pekerjaan yang wajib ditaati oleh seluruh anggota perusahaan
dari tingkat bawah sampai yang tinggi. Aturan dan rencana yang telah dibuat kemudian
dikembangkan sebagai salah satu bagian dari pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan
perusahaan.

Metode, Teknik, dan Alat Pengawasan

Ketika suatu lembaga/perusahaan berkembang, desentralisasi terjadi semakin


berkembang. Desentralisasi ini menuntut perusahaan agar mampu menciptakan metode,
teknik, dan alat pengawasan yang sesuai sebagai bagian dari pencapaian tujuan perusahaan.
Beberapa metode dan usaha yang digunakan secara luas dalam perusahaan adalah sebagai
berikut :

 Membuat program

 Pengembangan program

 Pelaksanaan program

 Peninjauan dan analisis-analisis

 Mengintepretasikan penemuan-penemuan

 Mengadakan perbandingan

 Mencari penyimpangan

 Pencatatan dengan tabel

 Tindakan yang bersifat memperbaiki

 Aspek pengawasan yang lain memperhatikan kritik


 Pengawasan sebagai pengendalian

Kualitas sistem pengendalian yang efektif haruslah mencakup aspek-aspek berikut:


(1) akurat; (2) tepat waktu; (3) ekonomis; (4) fleksibilitas (5) dapat dimengerti (6) kriteria
masuk akal/dapat dipertanggungjawabkan; (7) penempatan yang strategis; (8) penekanan
pada pengecualian; (9) kriteria keberagaman; (10) tindakan korektif.

1. Pengendalian Anggaran (Budgeting Control)

Anggaran adalah pernyataan mengenai perencanaan alokasi sumber daya yang


dinyatakan dalam istilah keuangan/numerik. Teknik pengendalian kuantitatif yang paling
banyak digunakan adalah budget. Budgetary control merupakan perbandingan antara
pengeluaran aktual dengan pengeluaran yang telah direncanakan. Untuk mencapai profit,
perusahaan harus menjaga seluruh operasi perusahaan sesuai dengan anggaran yang telah
ditentukan atas dasar prinsip-prinsip pengendalian anggaran.

2. Analisis Pulang Pokok (Break Even Analysis)

Analisis pulang pokok merupakan konsep manajemen yang terkenal dan telah
digunakan sejak tahun 40-an. Analisis pulang pokok adalah analisis biaya sebagai input
dengan output yang dihasilkan yaitu revenue. Model break even analysis memungkinkan
hasil yang didapat bisa diuji pada berbagai tingkat permintaan. Melalui penggunaan analisis
ini, manajer dapat mempelajari hubungan antara permintaan, penjualan, biaya, dan revenue
terutama bagaimana biaya dan volume bisa berakibat terhadap profit.

Dalam mempelajari analisis pulang pokok ini, manajer dapat menjadikan hubungan
antara fixed cost, variable cost, penjualan, dan profit sebagai patokan untuk mengetahui
keadaan keuangan perusahaannya. Contoh dari biaya variabel adalah biaya tenaga kerja
langsung dan biaya bahan baku langsung. Contoh dari biaya tetap adalah pabrik dan
peralatan. Hubungan antara fixed cost, variable cost, penjualan, dan profit dapat digambarkan
dalam bentuk kurva/gambar. Break Event Point dicapai saat penerimaan total (Total Revenue)
sama dengan biaya total (Total Cost). Saat TR lebih besar dari TC, maka akan dicapai laba.
Namun apabila TR lebih kecil dari TC, maka akan dicapai rugi.

3. Pengendalian Persediaan (Inventory Control)


Persediaan adalah barang-barang atau bahan-bahan yang tersedia yang akan
digunakan untuk usaha perusahaan yang kebanyakan bersifat kontinyu. Meskipun mungkin
ada sedikit promosi penjualan dalam penawaran barang tersebut, tetapi persediaan merupakan
biaya yang harus dikontrol. Banyak sekali sumber daya perusahaan-perusahaan besar berupa
persediaan sehingga kegagalan dalam pengendalian persediaan dapat berarti perbedaan antara
keuntungan dan kerugian. Dengan adanya persediaan memungkinkan kebebasan relatif suatu
operasi antara dua kegiatan. Ada tiga metode yang dipakai dalam pengendalian persediaan,
yaitu :

a) Economic Order Quantity Methode of Inventiry Control, yaitu prosedur untuk


menyeimbangkan biaya pemasaran dan biaya pemeliharaan untuk
meminimalkan total biaya persediaan.

b) Metode Persediaan ABC, merupakan pengklasifikasian item-item persediaan


untuk produk tertentu. Misalnya produk A untuk automobile, produk B kursi,
produk C kertas dan pensil, dan seterusnya.

c) Metode Persediaan Just in Time, adalah sistem yang menyatukan arus proses
keseluruhan supaya mengurangi pemborosan yang tidak diperlukan,
mengurangi biaya dan meningkatkan produktivitas dalam berbagai aktivitas
termasuk permintaan suku cadang, sistem persediaan, dan manajemen dana.
Ide dasar just in time yang diterapkan dalam sistem persediaan adalah hanya
memproduksi apabila ada permintaan dengan cara memenuhi
sejumlah/kuantitas yang diminta.

4. Program Linier (Linear Programming)

Kebanyakan manajer harus dapat menyelesaikan masalah mengenai alokasi sumber


daya yang terbatas seperti pekerja, mesin, bahan baku, dan uang. Salah satu teknik yang
tersedia untuk membantu manajer mengatasi masalah alokasi ini adalah Linear
Programming. Pada dasarnya, manajer memakai teknik ini untuk menentukan alokasi terbaik
atas sumber daya yang terbatas pada produk-produk alternatif yang memberikan batasan
kapasitas untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Masalah-masalah linear programming
memiliki tiga elemen penting, yaitu: (a) masalah memiliki fungsi tujuan, misalnya
memaksimalkan profit atau meminimumkan cost; (b) keterbatasan atau pembatas yang
menentukan variabel-variabel yang harus diketahui; (c) hubungan yang diekspresikan ke
dalam model harus linier dan proporsional.

Dalam hal ini, Robbin dan Coulter (2002) memberikan contoh ilustrasi program linier
dalam perusahaan yang dipimpin oleh Kamie Bousman dalam mengelola pabrik yang
menghasilkan dua jneis produk pewangi rumah tangga yang beraroma kayu manis: lilin
bunga rampai dan serpihan kayu yang dijual dalam kantong. Usahanya itu bagus dan ia dapat
menjual seluruh produk yang dihasilkannya. Kesulitannya yakni mengingat bahwa kantong
bunga rampai maupun lilin itu diproduksi di departemen produksi yang sama, berapa banyak
masing-masing produk yang harus dibuatnya untuk memaksimalkan laba? Kamie dapat
menggunakan program linier untuk memecahkan masalah alokasi sumber dayanya.

5. Teori Waktu Tunggu (Waiting Line Theory)

Teori waktu tunggu atau Queves digunakan jika pusat jasa/perusahaan dapat membuat
perjanjian dengan pelanggannya dan pelanggan mereka mempertahankannya. Masalah garis
tunggu memiliki struktur yang sama; input datangnya fasilitas untuk setiap jasa atau proses
input ini random. Tujuan dari teori Queving adalah untuk menyeimbangkan biaya untuk
mendapatkan garis yang cukup dalam melayani pembeli lawan biaya berhubungan langganan
karena garis yang tidak cukup.

6. Analisis Rasio (Ratio Analysis)

Analisis rasio yang biasanya digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan suatu
organisasi ialah dengan cara mengambil data dari laporan keuangan, kemudian menghitung
rasio atau presentase, setelah itu dianalisis. Rasio adalah pembagian satu angka dengan angka
lain. Meskipun analisis rasio utamanya diaplikasikan pada data keuangan, tetapi memiliki
fungsi aplikasi yang sangat banyak. Rasio-rasio yang sering digunakan ialah rasio likuiditas,
leverage, aktivitas, dan profitabilitas. Rasio likuiditas mengukur kapasitas organisasi untuk
melihat obligasi jangka pendek terhadap asset likuidnya. Rasio likuiditas sangat menarik bagi
kreditor perusahaan jangka pendek. Rasio leverage menunjukkan kapasitas perusahaan untik
melihat hutang obligasi jangka pendek dan jangka panjang.

Untuk mengetahui posisi keuangan, berikut diberikan gambaran mengenai rasio-rasio


yang berhubungan dengan kondisi keuangan, diantaranya: (1) Rasio rentabilitas ialah
kemampuan untuk memperoleh laba dari asset yang ditanam; (2) Rasio likuiditas adalah
kemampuan untuk menjamin kelancaran dalam dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
jangka pendek; (3) Rasio solvabilitas adalah kemampuan untuk membayar semua kewajiban
jangka panjang; (4) Rasio efektivitas penggunaan dana adalah kemampuan untuk
menggunakan aktiva yang dimiliki untuk memperoleh pendapatan; (5) Rasio aktivitas adalah
kemampuan operasional yang menunjukkan hubungan penjualan dengan persediaan dan
modal kerja.

7. Program Evaluasi dan Teknik Review (Program Evaluation & Review Technique)

Program evaluasi dan teknik review adalah teknik perencanaan dan pengendalian
yang melibatkan proyek-proyek kompleks seperti jaringan (networks) dari suatu kejadian atau
aktivitas dengan perhitungan waktu yang diharapkan. Kejadian terjadi di awal atau di akhir
tidak digunakan digunakan waktu atau sumber daya, tetapi diwakili oleh lingkaran dan titik
dalam jaringan (network). Aktivitas itu diasumsikan sebagai elemen penggunaan waktu
dalam program dan diwakili oleh anak panah.

Aplikasi Program Evaluation & Review Technique (PERT) pada Air Craft untuk
mencapai kontrak produksi dilakukan dengan langkah-langkah berikut: (1) menentukan
tujuan proyek dan menguraikannya; (2) mendaftar kegiatanyang ada dalam proyek; (3)
membuat ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan aktivitas proyek; (4) menentukan
waktu yang diharapkan dan diperkirakan untuk menyelesaikan tiap aktivitas; (5) menentukan
critical path, yaitu path terpanjang dari semua start sampai finishnya proyek; (6) menentukan
kemungkinan penyelesaian keseluruhan proyek atau aktivitas tertentu tepat waktu.

8. Pengendalian Mutu (Quality Control)

Mutu adalah tingkat keunggulan suatu barang atau jasa sedangkan quality control
maksudnya ialah perusahaan berusaha menjamin bahwa barang dan jasanya bisa memenuhi
kebutuhan yang memakainya. Untuk memaksimalkan kualitas tidak cukup hanya dengan
memiliki tujuan. Manajer harus membuat standard an tingkat kualitas yang sesuai dengan
tujuan organisasi. Manajer harus menyadari bahwa seiring dengan meningkatnya kualitas,
biaya juga akan naik atau dengan kata lain adanya biaya kualitas (quality costs).
Tiga cara untuk mencapai kualitas standar barang dapat dilakukan dengan cara
berikut: (a) penerimaan sampling atau acceptance sampling adalah proses pemerikasaan atau
inspeksi sejumlah output atau input untuk menentukan penerimaan Iapakah bisa atai tidak);
(b) proses pengendalian statistik atau statistical process control adalah teknik terakhir dalam
usaha mencapai standar yang mengukur kinerja proses pabrikan dengan pengawasan hati-hati
terhadap perubahan apapun pada produk; (c) bagian kontrol atau control chart) adalah grafik
yang menunjukkan seberapa dekat sampel barang dan jasa mencapai standar dalam waktu
tertentu.

Over Control

Dalam organisasi yang luas, selalu ada masalah dalam mempertahankan informasi
yang perlu untuk maksud pengendalian-pengendalian. Kurangnya gambaran tentang
tindakan-tindakan pengendalian menunjukkan kemiskinan manajemen, seperti struktur
organisasi yang meragukan atau kurangnya pengarahan-pengarahan yang kurang dipahami.
Untuk menghindari situasi demikian, seringkali tejadi seorang manajer terpaksa
memekerjakan pegawainya sebagai report control. Mereka sebagian besar mempelajari
permohonan penambahan informasi untuk mencapai keberlakuan pekerja.

Penggunaan Alat-alat Elektronik

Salah satu aspek dalam proses pengawasan yang kini sangat berkembang dan banyak
digunakan adalah alat pengawas otomatis. Mereka digunakan dalam dua cara. Pertama
disebut otak-otak elektronik yang melibatkan banyak sekali fakta-fakta aktual yang
dimasukkan atau dikeluarkan dimana jawaban di dapat dalam waktu sebentar. Dalam hal ini
berarti mengambil hubungan berbagai tindakan dari berbagai keahlian khusus. Kedua adalah
metode pemakaian pemasangan alat pengawas elektronik secara langsung dengan alat-alat
mesin. Penggunaan semacam ini mungkin untuk meningkatkan hasil tanam-tanaman untuk
mempertahankan dan pengawasan harus dibuat kemungkinan untuk meningkatkan efisiensi
kerja yang bergantung pada perkembangan ilmu dan ahli mesin yang akan memberi banyak
kesempatan untuk menghemat. Seperti halnya pengawasan komputer dari tingkat mikro
sampai tingkat paling canggih. Mengadakan pengendalian kerja pada fase terakhir putaan
manajemen adalah penting.
Buku Sumber: Manajemen karangan Maman Ukas.

Anda mungkin juga menyukai