LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK KEBIDANAN
FISIOLOGI HOLISTIK NIFAS DAN MENYUSUI
Disusun oleh :
Nama : SUSI ERNAWATI
NIM : PO.62.24.2.21.529
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan
Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik Nifas dan Menyusui
Mengesahkan,
Pembimbing Institusi,
Mengetahui,
DAFTAR ISI
Judul Hlm.
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3
A. Masa Nifas Fisiologi................................................................................... 3
1. Pengertian Masa Nifas .......................................................................... 3
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas dan kunjungan Masa Nifas........................ 3
3. Tahapan Masa Nifas .............................................................................. 5
4. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Pada Masa Nifas ............................ 5
5. Perubahan Fisiologi dan Psikologis Masa Nifas................................... 6
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masa Nifas .................................. 10
7. Kebutuhan Dasa Masa Nifas ................................................................ 14
8. Deteksi Dini Komlikasi Masa Nifas...................................................... 17
9. Masalah atau Ktidaknyamanan Pada Masa Nifas ................................. 18
10. Standar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas ...................................... 20
11. Masa Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas......................................... 21
B. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir Fisiologi................................................... 22
1. Pengertian Menyusui ............................................................................ 22
2. Peran Bidan Pada Masa Menyusui...................................................... 22
3. Komposisi Gizi Dalam ASI ................................................................. 23
4. Cara Memperbanyak ASI ...................................................................... 25
5. Tanda Bayi Cukup ASI dan Ukuran Lambung Bunyi........................... 28
6. ASI Eksklusif ........................................................................................ 29
7. Cara Merawat Payudara ........................................................................ 29
8. Cara Menyusui yang Benar dan Cara Penyimpanan ASI....................... 30
9. Hambatan atau Masalah dalam Pemberian ASI .................................... 32
10. Peran Ayah dalam Menyusui ................................................................ 33
11. Rawat Gabung....................................................................................... 34
C. Teori Evidence Based Midwifery............................................................... 36
1. Pengaruh Senam Nifas Proses Involusi Uteri Pada Ibu Postpartum… 36
2. Efektivitas Ikan Gabus Pada Penyembuhan Luka Perineum................. 36
3. Efektivitas Daun Katuk (Sauropus Andryginus) .................................. 36
4. Hubungan Pijit Oksitosin Pada Ibu Nifas Terhadap Pengeluaran ASI .. 37
5. Effect Of Self Perineal Care Instructions............................................. 37
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa setelah proses melahirkan selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6-8 minggu hingga organ reproduksi kembali dalam keadaan normal seperti
sebelum hamil (Saleha, 2019). Pada masa nifas ini terjadi perubahan-perubahan fisik
maupun psikis berupa perubahan organ reproduksi, terjadinya proses laktasi,
terbentuknya hubungan antara orang tua dan bayi dengan memberi dukungan. Atas dasar
tersebut perlu di lakukan suatu pendekatan antara ibu dan keluarga dalam manejemen
kebidanan .Dalam masa nifas terdapat berbagai komplikasi seperti masalah dalam
produksi ASI yang tidak lancar, puting lecet, payudara bengkak, abses payudara, puting
susu datar atau terbenam, sindrom ASI kurang, ibu bekerja, ibu melahirkan dengan
sectio caesar dan ibu dengan kondisi sakit.
Pada dasarnya, kebutuhan bayi terhadap ASI dan produksi ASI sangat
bervariasi.Sehingga ibu perlu memperhatikan tanda-tanda kelaparan atau kepuasan yang
di tunjukkan oleh bayi, serta pertambahan berat badan bayi terhadap ASI.Produksi ASI
di pengaruhi oleh faktor fisik dan psikologis ibu menyusui.Bila ke dua faktor tersebut
tidak terpenuhi maka produksi ASI tidak lancar.Faktor fisik terutama mengenai asupan
gizi ibu yang mencukupi, seimbang dan sehat, serta faktor kesehatan ibu.Faktor
psikologis terdiri dari rasa nyaman, 2 tenang dan berfikiran positif. Serta dukungan dari
orang terdekat seperti suami dan keluarga (Soetjiningsih, 2017)
Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu maupun
bayinya.Bagi bayi, menyusui mempunyai peran penting untuk menunjang pertumbuhan,
kesehatan, dan kelangsungan hidup bayi karena ASI kaya dengan zat gizi dan antibodi.
Sedangkan bagi ibu, menyusui dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas karena
proses menyusui akan merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi perdarahan
pasca melahirkan (postpartum).
UNICEF dan WHO membuat rekomendasi pada ibu untuk menyusui eksklusif
selama 6 bulan kepada bayinya.Sesudah umur 6 bulan, bayi baru dapat diberikan
makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan ibu tetap memberikan ASI sampai anak
berumur minimal 2 tahun.Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan juga
merekomendasikan para ibu untuk menyusui eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya.
2
B. Rumusan Masalah
ini adalah “ Bagaimana Asuhan Kebidanan Fisiologi Holistik pada Ibu Nifas Dan Ibu
Menyusui ? ”
C. Tujuan
3. Untuk mengetahui Teori Evidence Based Midwifery Pada Masa Nifas dan Menyusui
D. Manfaat
1. Klien.
Diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi pada ibu nifas tentang
asuhan kebidanan pada masa nifas dengan memberikan asuhan secara holistic
2. Mahasiswa.
based midwifery.
3. Lahan Praktik
lahan praktik untuk meningkatkan pelayanan serta asuhan kebidanan yang baik
pada ibu nifas dengan memberikan asuhan secara holistik berdasarkan evidence
based midwifery.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
baik pada ibu menyusui maupun tidak menyusui dan berakhir sekitar
24 hingga 48 jam.
d. Nyeri perineum
Beberapa tindakan dapat mengurangi ketidaknyamanan atau
nyeri akibat laserasi atau luka episiotomi dan jahitan laserasi atau
episiotomi tersebut.Sebelum tindakan dilakukan, penting untuk
memeriksa perineum untuk menyingkirkan komplikasi seperti
hematoma. Pemeriksaan ini juga mengindikasikan tindakan lanjutan
apa yang mungkin paling efektif.
e. Konstipasi
Rasa takut dapat menghambat fungsi bowel jika wanita takut
bahwa hal tersebut dapat merobek jahitan atau akibat nyeri yang
disebabkan oleh ingatannya tentang tekanan bowel pada saat
persalinan. Konstipasi lebih lanjut mungkin diperberat dengan
longgarnya abdomen dan oleh ketidaknyamanan jahitan robekan
perineum derajat tiga atau empat.
f. Hemoroid
Jika wanita mengalami hemoroid, mungkin mereka sangat
merasakan nyeri selama beberapa hari.Hemoroid yang terjadi selama
masa kehamilan dapat menimbulkan trauma dan menjadi lebih
edema selama kala dua persalinan.
terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran
pencernaan makanan bagi bayi (Marlindiani, 2015).
b. ASI Transisi/Peralihan ASI peralihan diproduksi pada hari keempat
atau ketujuh sampai hari ke10/ke-14 setelah kolostrum sampai
sebelum ASI matang. Pada ASI transisi kadar lemak, laktosa, dan
vitamin larut air lebih tinggi, kadar protein dan mineral lebih redah,
serta lebih banyak kalori (Marlindiani, 2015).
c. ASI matur ASI matur keluar setelah hari ke-14 dan seterusnya. ASI
matur akan terlihat lebih encer daripada susu sapi. pada tahap ini,
ASI banyak mengandung nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh bayi.
Air susu matur merupakan nutrisi yang terus berubah disesuaikan
dengan stimulasi saat laktasi. ASI merupakan makanan satu-satunya
paling baik bagi bayi sampai usia enam bulan. Air susu matur
memiliki dua tipe yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk merupakan
ASI yang keluar lebih dulu saat ibu menyusui. Sifat foremilk lebih
encer, tinggi laktosa, dan protein yang penting untuk pertumbuhan
otak dan berfungsi sebagai penghilang rasa haus pada bayi.
Hindmilk keluar beberapa saat setelah foremilk , sifatnya lebih
kental dan kandungan lemak lebih tinggi sehingga memberikan efek
kenyang pada bayi, serta bermaanfaat untuk pertumbuhan fisik anak
(Malindiani Yefi & Ningrum N.P, 2015).
Komposisi ASI menurut Marlindiani (2015) antara lain sebagai berikut :
a. Laktosa
Laktosa 7g/100 ml merupakan jenis karbohidrat utama dalam
ASI yang berperan penting sebagai sumber energi.Selain itu laktosa
juga diolah menjadi glukosa dan galaktosa yang berperan dalam
perkembangan sistem saraf.
b. Lemak
Lemak 3,7-4,8g/100ml, merupakan zat gizi terbesar kedua
pada ASI dan menjadi sumber energi utama bayi serta berperan
dalam pengaturan suhu tubuh bayi. Lemak di ASI mengandung
komponen asam lemak esensial yaitu asam linoleat dan asam alfa
25
linoleat yang akan diolah oleh tubuh bayi menjadi AA dan DHA.
AA dan DHA berfungsi untuk perkembangan otak bayi.
c. Vitamin
Kandungan vitamin dalam ASI antara lain vitamin E banyak
terkandung dalam kolostrum, vitamin K berfungsi sebagai katalisator
pada proses pembekuan darah, vitamin D berfungsi untuk
pembentukan tulang dan gigi.
d. Garam dan mineral
jumlah zat besi dalam ASI termasuk sedikit tetapi mudah
diserap. Jumlah zat besi berasal dari persediaan zat besi sejak bayi
lahir, dari pemecahan sel darah merah dan zat besi yang terkandung
dalam ASI.Zat besi diperlukan untuk pertumbuhan perkembangan
dan imunitas, juga diperlukan untuk mencegah penyakit
akrodermatitis enteropatika.
e. Oligosakarida
Oligosakirida 10-12 g/l merupakan komponen bioaktif di ASI
yang berfungsi sebagai prebiotik karena terbukti meningkatkan
jumlah bakteri sehat yang secara alami hidup dalam sistem
pencernaan bayi.
f. Protein
Protein dalam susu yaitu kasein dan whey kadarnya 0,9%.
Protein 0,8-1,0 g/100 ml, merupakan komponen dasar dari protein
adalah asam amino berfungsi sebagai pembentuk struktur otak.
Beberapa asam amino tertentu yaitu taurina, triptopan, dan
fenilalanina merupakan senyawa yang berperan dalam proses
ingatan. (Marlindiani Yefi, 2015).
takut gemuk, sibuk, payudara kendor dan sebagainya. Di lain pihak, ada
juga ibu yang ingin menyusui bayinya tetapi mengalami kendala.
Biasanya ASI tidak mau keluar atau produksinya kurang lancar.
Banyak hal yang dapat mempengaruhi produksi ASI.Produksi dan
pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua hormon, yaitu prolaktin dan
oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan
oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Prolaktin berkaitan
dengan nutrisi ibu, semakin asupan nutrisinya baik maka produksi yang
dihasilkan juga banyak. Mengeluarkan ASI diperlukan hormon oksitosin
yang kerjanya dipengaruhi oleh proses hisapan bayi. Semakin sering
puting susu dihisap oleh bayi maka semakin banyak pula pengeluaran
ASI. Hormon oksitosin sering disebut sebagai hormon kasih
sayang.Sebab, kadarnya sangat dipengaruhi oleh suasana hati, rasa
bahagia, rasa dicintai, rasa aman, ketenangan, relaks. Berikut halhal yang
mempengaruhi produksi ASI :
a. Makanan
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh
terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup
akan gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan
berjalan dengan lancar.
b. Ketenangan jiwa dan pikiran
Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan
dan pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan,
sedih dan tegang akan menurunkan volume ASI.
c. Penggunaan alat kontrasepsi
Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan
dan pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan,
sedih dan tegang akan menurunkan volume ASI.
d. Perawatan payudara
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara
mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan
oksitosin.
27
e. Anatomis payudara
Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi
ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomis papila atau
puting susu ibu.
f. Faktor fisiologi
ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin
yang menentukan produksi dan mempertahankan sekresi air susu.
g. Pola istirahtat
Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI.
Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga
berkurang.
h. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan.
Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka
produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi,
frekuensi penyusuan pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda.
Studi mengatakan bahwa pada produksi ASI bayiprematur akan
optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama
bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena
bayi prematur belum dapat menyusu. Sedangkan pada bayi cukup
bulan frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu
pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang
cukup. Sehingga direkomendasikan penyusuan paling sedikit kali
perhari pada periode awal setelah melahirkan.Frekuensi penyusuan
ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar
payudara.
i. Berat lahir bayi Bayi berat lahir rendah (BBLR)
Mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah
dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan
mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama
28
penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang
akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam
memproduksi ASI.
j. Umur kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi poduksi
ASI.Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan
kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap
secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi
yang lahir cukup bulan.Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi
prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum
sempurnanya fungsi organ.
k. Konsumsi rokok dan alkohol
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan
mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI.
Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin
akan menghambat pelepasan oksitosin.Meskipun minuman alkohol
dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks
sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol
dapat menghambat produksi oksitosin.
6. ASI Eksklusif
ASI adalah makanan alamiah untuk bayi yang mengandung
nutrisinutrisi dasar dan elemen dengan jumlah yang sesuai untuk
pertumbuhan bayi. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin
setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain
sampai umur 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan
makanan lain dan tetap diberi ASI sampai umur 2 tahun (Purwanti,
2019 ).
ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan
cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit,
bubur nasi tim. Pemberian ASI Eksklusif ini dianjurkan untuk jangka
waktu selama 6 bulan pertama, setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus
mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat
diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih (Roesli, 2018).
1) Ibu duduk atau barbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak
menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
2) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan,
kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak
menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak).
3) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu
didepan.
4) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi)
5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
6) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang (Icemi, 2015)
c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain
menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau kalang
payudara saja.
d. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan
cara:
1) Menyentuh pipi dengan putting susu atau,
2) Menyentuh sisi mulut bayi.
e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan
ke payudara ibu dan putting serta kalang payudara dimasukkan ke
mulut bayi:
1) Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut
bayi, sehingga putting susu berada di bawah langit-lagit dan
lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan
ASI yang terletak di bawah kalang payudara. Posisi yang salah,
yaitu apabila bayi hanya mengisap pada putting susu saja, akan
mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan putting
susu lecet.
2) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau
disangga lagi (Hesty, 2018)
32
dan benar. Selain dari pada tujuan dari rooming in adalah sebagai
berikut :
a. Bantuan emosional
Setelah menunggu selama sembilan bundan dan setelah lelah
dalam proses persalinan ibu akan sangat senang dan bahadia bila
dekat dengan bayinya. Ibu dapat membelai belai bayi, mendengar
tangisnya serta memperhatikannya disaat buah hatinya tidur.
Hubungan ibu dan bayi ini sangat penting ditumbuhkan pada saat
saat awal dan nayi akan memperoleh kehangatan tubuh ibu, suara
ibu, kelembutan dan kasih sayangnya.
b. Penggunaan ASI
Dari segala sudut pertimbangan maka ASI adalah makanan
terbaik bagi bayi dan produksi ASI akan makin cepat dan makin
banyak bila menyusui dilakukan sesegera dan sesering mungkin.
Pada hari – hari pertama yang keluar adalah kolostrum yang
jumlahnya sedikit, namun bermanfaat untuk membentuk kekebalan
bayi. Kolostrum yang mengandung antibodi dalam jumlah tinggi
akan melapisi seluruh permukaan mukosa dari saluran pencernaan
bayi dan diserap oleh bayi sehingga bayi akan mempunyai kekebalan
yang tinggi. Kekebalan ini akan mencegah infeksi terutama terhadap
diare. Jumlah kolostrum yang sedikit tak perlu dikhawatrikan karena
kebutuhan bayi masih sedikit.
c. Pencegahan Infeksi
Pada perawatan bayi yang terpisah maka kejadian infeksi
silang akan sulit dicegah. Dengan melakukan rawat gabung maka
infeksi silang dapat dihindari.Perawatan tali pusat juga mudah
dilakukan oleh ibu.Ibu dengan mudah mengganti pakaian bayi jika
basah karena keringat atau terkena air kencing.
d. Pendidikan Kesehatan
Pada saat melaksanakan rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk
memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu, terutama primi
para.Bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi, merawat tali
36
2. Apakah hasil penelitian yang valid dan penting tersebut applicable (dapat
diterapkan) dalam praktik sehari-hari?
Apakah hasilnya dapat diterapkan kepada pasien kita? Iya
Apakah karakteristik pasien kita Karakteristik klien kita tidak
sangat berbeda dibandingkan pasien memiliki perbedaan atau hampir
pada penelitian sehingga hasilnya sama dibandingkan dengan subjek
tidak dapat diterapkan? atau responden pada penelitian ini.
Apakah hasilnya mungkin Ya
dikerjakan di tempat kerja kita? Alasan: Karakterisik subjek
penelitian tidak jauh berbeda
penyuluhan, pengetahuan dan sikap
ibu nifasbisa diterapkan diempat
kerja unuk meningkatkan
pengeahuan ibu.
Mengetahui,
Pembimbing Institusi Mahasiswa
Susi Ernawati
Heti Ira Ayue, SST.,M.Keb
NIM PO.62.24.2.21.529
NIP.19781027 200501 2 001
7
DAFTAR PUSTAKA