Anda di halaman 1dari 46

1

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KEBIDANAN
FISIOLOGI HOLISTIK NIFAS DAN MENYUSUI

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik Nifas dan Menyusui
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun oleh :
Nama : SUSI ERNAWATI
NIM : PO.62.24.2.21.529

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
v

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan
Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik Nifas dan Menyusui

Telah Disahkan Tanggal : November 2021

Mengesahkan,

Pembimbing Institusi,

Heti Ira Ayue, SST.,M.Keb


NIP.19781027 200501 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Koordinator MK


Sarjana Terapan Kebidanan dan Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik
Pendidikan Profesi Bidan Nifas dan Menyusui

Heti Ira Ayue, SST.,M.Keb Oktaviani, S.SiT., M.Keb


NIP.19781027 200501 2 001 NIP. 19801017 200212 2 003
0

DAFTAR ISI

Judul Hlm.
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3
A. Masa Nifas Fisiologi................................................................................... 3
1. Pengertian Masa Nifas .......................................................................... 3
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas dan kunjungan Masa Nifas........................ 3
3. Tahapan Masa Nifas .............................................................................. 5
4. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Pada Masa Nifas ............................ 5
5. Perubahan Fisiologi dan Psikologis Masa Nifas................................... 6
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masa Nifas .................................. 10
7. Kebutuhan Dasa Masa Nifas ................................................................ 14
8. Deteksi Dini Komlikasi Masa Nifas...................................................... 17
9. Masalah atau Ktidaknyamanan Pada Masa Nifas ................................. 18
10. Standar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas ...................................... 20
11. Masa Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas......................................... 21
B. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir Fisiologi................................................... 22
1. Pengertian Menyusui ............................................................................ 22
2. Peran Bidan Pada Masa Menyusui...................................................... 22
3. Komposisi Gizi Dalam ASI ................................................................. 23
4. Cara Memperbanyak ASI ...................................................................... 25
5. Tanda Bayi Cukup ASI dan Ukuran Lambung Bunyi........................... 28
6. ASI Eksklusif ........................................................................................ 29
7. Cara Merawat Payudara ........................................................................ 29
8. Cara Menyusui yang Benar dan Cara Penyimpanan ASI....................... 30
9. Hambatan atau Masalah dalam Pemberian ASI .................................... 32
10. Peran Ayah dalam Menyusui ................................................................ 33
11. Rawat Gabung....................................................................................... 34
C. Teori Evidence Based Midwifery............................................................... 36
1. Pengaruh Senam Nifas Proses Involusi Uteri Pada Ibu Postpartum… 36
2. Efektivitas Ikan Gabus Pada Penyembuhan Luka Perineum................. 36
3. Efektivitas Daun Katuk (Sauropus Andryginus) .................................. 36
4. Hubungan Pijit Oksitosin Pada Ibu Nifas Terhadap Pengeluaran ASI .. 37
5. Effect Of Self Perineal Care Instructions............................................. 37

DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa setelah proses melahirkan selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6-8 minggu hingga organ reproduksi kembali dalam keadaan normal seperti
sebelum hamil (Saleha, 2019). Pada masa nifas ini terjadi perubahan-perubahan fisik
maupun psikis berupa perubahan organ reproduksi, terjadinya proses laktasi,
terbentuknya hubungan antara orang tua dan bayi dengan memberi dukungan. Atas dasar
tersebut perlu di lakukan suatu pendekatan antara ibu dan keluarga dalam manejemen
kebidanan .Dalam masa nifas terdapat berbagai komplikasi seperti masalah dalam
produksi ASI yang tidak lancar, puting lecet, payudara bengkak, abses payudara, puting
susu datar atau terbenam, sindrom ASI kurang, ibu bekerja, ibu melahirkan dengan
sectio caesar dan ibu dengan kondisi sakit.
Pada dasarnya, kebutuhan bayi terhadap ASI dan produksi ASI sangat
bervariasi.Sehingga ibu perlu memperhatikan tanda-tanda kelaparan atau kepuasan yang
di tunjukkan oleh bayi, serta pertambahan berat badan bayi terhadap ASI.Produksi ASI
di pengaruhi oleh faktor fisik dan psikologis ibu menyusui.Bila ke dua faktor tersebut
tidak terpenuhi maka produksi ASI tidak lancar.Faktor fisik terutama mengenai asupan
gizi ibu yang mencukupi, seimbang dan sehat, serta faktor kesehatan ibu.Faktor
psikologis terdiri dari rasa nyaman, 2 tenang dan berfikiran positif. Serta dukungan dari
orang terdekat seperti suami dan keluarga (Soetjiningsih, 2017)
Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu maupun
bayinya.Bagi bayi, menyusui mempunyai peran penting untuk menunjang pertumbuhan,
kesehatan, dan kelangsungan hidup bayi karena ASI kaya dengan zat gizi dan antibodi.
Sedangkan bagi ibu, menyusui dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas karena
proses menyusui akan merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi perdarahan
pasca melahirkan (postpartum).
UNICEF dan WHO membuat rekomendasi pada ibu untuk menyusui eksklusif
selama 6 bulan kepada bayinya.Sesudah umur 6 bulan, bayi baru dapat diberikan
makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan ibu tetap memberikan ASI sampai anak
berumur minimal 2 tahun.Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan juga
merekomendasikan para ibu untuk menyusui eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya.
2

Usaha untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif, adalah dengan cara


melakukan perawatan payudara, mengajari teknik menyusui yang benar dan
memperlancar produksi ASI agar tidak terjadi bendungan ASI, mastitis, peradangan
payudara, abses payudara dan komplikasi lebih lanjut akan terjadi kematian (Suherni,
2019).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah pada laporan pendahuluan

ini adalah “ Bagaimana Asuhan Kebidanan Fisiologi Holistik pada Ibu Nifas Dan Ibu

Menyusui ? ”

C. Tujuan

1. TujuanUntuk mengetahui Konsep Dasar Masa Nifas

2. Untuk mengetahui Konsep Dasar Menyusui

3. Untuk mengetahui Teori Evidence Based Midwifery Pada Masa Nifas dan Menyusui

D. Manfaat

1. Klien.

Diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi pada ibu nifas tentang

asuhan kebidanan pada masa nifas dengan memberikan asuhan secara holistic

berdasarkan evidence based midwifery

2. Mahasiswa.

Diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi pada mahasiswa dalam

memberikan asuhan pada masa nifas fisiologis holistik berdasarkan evidence

based midwifery.

3. Lahan Praktik

Diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam memberikan pelayanan di

lahan praktik untuk meningkatkan pelayanan serta asuhan kebidanan yang baik

pada ibu nifas dengan memberikan asuhan secara holistik berdasarkan evidence

based midwifery.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Masa Nifas Fisiologi


1. Pengertian Masa Nifas
Proses persalinan merupakan proses yang fisiologis dialami oleh
hampir semua wanita, begitu pula masa nifas. Masa nifas adalah masa
dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai enam minggu
setelah melahirkan. Masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya
memerlukan waktu 6-12 minggu (Nugroho et al., 2016).
Masa nifas merupakan masa setelah proses melahirkan selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu hingga organ reproduksi kembali
dalam keadaan normal seperti sebelum hamil (Saleha, 2019).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas Dan Kunjungan Masa Nifas


a. Tujuan asuhan masa nifas
1) Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal
mengasuh anak
2) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologinya
3) Mendeteksi masalah, mengobati, merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayinya.
4) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan
perawatan bayi sehat.
5) Memberikan pelayanan keluarga berencana
b. Kunjungan masa nifas
Paling sedikitnya 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan
untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk
mencegah, mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi,
berikut adalah frekuensi kunjungan masa nifas:
1) 6-8 jam setelah persalinan
4

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.


b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan; rujuk
jika perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga agar bayi tetap sehat dengan mencegah
hipotermi.
g. Jika petugas kesehatan meolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam
pertama setelah persalinan, atau sampai ibu dan bayi
dalam keadaan stabil.
2) 6 hari setelah persalinan
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal; uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari.
3) 2 minggu setelah persalinan
Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur
dan meraba bagian rahim.
4) 6 minggu setelah persalinan
a. Menanyakan pada ibu mengenai penyulit yang ia atau bayi
alami.
5

b. Memberi konseling untuk KB sejak dini.

3. Tahapan Masa Nifas


a. Puerperium dini, Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan
untuk berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium internedial, Suatu masa diana kepulihan dari organ-
organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu.
c. Remote puerpenium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
kembali dalam keadaan sempurna terutama ibu bila selama pada
waktu persalinan mengalami komplikasi (Nugroho et al., 2016).

4. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Pada Masa Nifas


Bidan memilik perang yang sangat penting dalam pemberian
asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam
masa nifas: Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama
masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan
fisik dan psikologis selama masa nifas.
a. Sebagai promotor hubungan ibu dan bayi serta keluarga
b. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
c. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu
dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
d. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
e. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mecegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,menjaga gizi
yang baik, serta mempratekkan keberhasilan yang aman.
f. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya
untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
g. Memberikan asuhan secara profesional (Susilo & Feti, 2016).
6

5. Perubahan Fisiologis Dan Psikologis Masa Nifas


a. Perubahan Psikologis
1) Uterus
a) Involusi
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan
berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus
(Nurhalimah, 2014). Perubahan ini dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba di mana TFU-
nya (tinggi fundus uteri).
b) Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa
nifas.Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua
yang nekrotik dari dalam uterus.Lokhea mempunyai reaksi
basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang
lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina
normal (Nurhalimah, 2014).
Lokhea dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warna
dan waktu keluarnya:
(1) Lokhea Rubra/Merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari
ke4 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna
merah karena terisi darah segar, jaringan-jaringan sisa
plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut
bayi) dan mekonium.
(2) Lokhea Sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan
berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari
ke-7 post partum.
(3) Lokhea Serosa
7

Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena


mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi
plasenta.Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
(4) Lokhea Alba/Putih
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel
epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang
70 mati. Lokhea alba dapat berlangsung selama 2-6
minggu post partum.
c) Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permukaan puerperium
merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis.Secara
berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali
kembali seperti ukuran seorang nulipara.Rugae timbul
kembali pada minggu ketiga. Hymen tampak sebagai tonjolan
jaringan yang kecil, yang dalam proses pembentukan berubah
menjadi karunkulae mitoformis yang khas bagi wanita
multipara.
d) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks post partum
adalah bentuk serviks yang menganga seperi corong. Bentuk
ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri
terbentuk seperti cincin.Warna serviks sendiri kehitam-
hitaman karena penuh pembuluh darah.Beberapa hari setelah
persalinan, ostium externum dapat dilalui oleh dua jari,
pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena
robekan dalam persalinan.pada akhir minggu pertama hanya
dapat dilalui oleh 1 jari saja dan lingkaran retraksi
berhubungan dengan bagian atas dari canalis cervikalis.
e) Payudara
8

Pengeluaran plasenta saat melahirkan menyebabkan


menurunnya kadar hromon progesterone, estrogen dan HPL.
Akan tetapi kadar hormone prolaktin tetap tinggi. Hal ini
menyebabkan produksi ASI besar-besaran. Apabila payudara
dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat,
memuncak dalam priode 45 menit, dan kemudian kembali ke
level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya
hormone prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk
memproduksi ASI, dan hormone ini juga keluar dalam ASI
itu sendiri.
f) Sistem Perkemihan
Ibu dianjurkan untuk menghindari peregangan
berlebihan pada kandung kemih yang normalnya hipotonik
segera setelah melahirkan.Poliuria postpartum selama
beberapa hari setelah melahirkan menyebabkan kandung
kemih terisi dalam waktu yang relative singkat dan
diperlukan miksi berulang kali.Ibu hamil mungkin tidak
menyadari adanya peregangan kandung kemih, dan oleh
karena itu mungkin perlu menjadwalkan miksi.Jika terjadi
peregangan berlebih, mungkin diperlukan dekompresi dengan
kateter.Jika hasil dari kateterisasi mencapai >1000 ml atau
diperlukan ≥3kali/hari selama beberapa hari pertama setelah
melahirkan, kateter menetap selama 12-24 jam dapat
membantu mengembalikan tonus kandung kemih.
g) Sistem Kardiovaskular
Curah jantung mencapai puncaknya segera setelah
pelahiran, yang pada sebagian besar pasien normal mencapai
80% di atas nilai sebelum persalinan.Keadaan ini disertai
dengan peningkatan tekanan vena dan volume sekuncup.
Setelah itu, terjadi perubahan cepat ke arah nilai normal
wanita yang tidak hamil, terutama selama seminggu pertama,
9

dengan penurunan 73 bertahap selama 3-4 minggu berikutnya


hingga mencapai nilai sebelum hamil.
b. Perubahan Psikologis
Menurut Armyati, (2015) dalam masa nifas dibagi menjadi dua
bagian yaitu masa penyesuaian seorang ibu dan penyesuaian orang
tua.
1) Penyesuaian Seorang Ibu
a) Fase dependent selama 1-2 hari setelah melahirkan semua
kebutuhan ibu dipenuhi oleh orang lain, sehingga ibu tinggal
mengalihkan energI psikologisnya untuk anak.
b) Fase dependent-independent, ibu secara berselang menerima
pemeliharaan dari orang lain dan berusaha untuk melakukan
sendiri semua kegiatannya. Dia perlu merubah peran, peran
dari anak ibu menjadi ibu.
c) Fase independent, ibu dan keluarga harus segera
menyesuaikan diri dengan anggota keluarga, hubungan
dengan pasangan meskipun ada kehadiran orang baru dalam
keluarganya.
2) Penyesuaian Orangtua
Penyesuaian orang tua ditandai oleh kesiapan mental dalam
menerima anggota baru. Kemampuan untuk merespon dan
mendengarkan apa yang dilakukan oleh anggota baru tersebut.
a) Fase honeymoon adalah fase terjadi segera setelah menerima
peran secara penuh. Keintiman dan penjelajahan terjadi,
mencoba mengurus dengan baik kebutuhan dirinya dan
perannya.
b) Fase taking in adalah suatu waktu yang diperlukan oleh
seorang ibu baru untuk memperoleh pemeliharaan dan
perlindungan setelah melahirkan.
c) Fase taking hold adalah fase berakhirnya fase dependensi dan
independent sehingga bayi mulai menentukan posisi di dalam
keluarganya. Masalah yang sering muncul adalah masalah
10

tentang menyusui dengan menggunakan ASI atau botol dan


mengembalikan energy fisik dan psikis setelah melahirkan.
d) Fase letting go adalah fase dimana seorang ibu disibukkan
oleh kegiatan mengasuh anak sendiri. Dimasa ini tugas ibu
sudah seperti biasanya.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masa Nifas


a. Faktor Fisik
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pada ibu nifas
dan menyusui,antara lain :
1) Rahim
Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan
meremas) untuk merapatkan dinding rahim sehingga tidak
terjadi perdarahan, kontraksi inilah yang menimbulkan rasa
mulas pada perut ibu. Berangsur angsur rahim akan mengecil
seperti sebelum hamil.  
2) Jalan lahir (serviks,vulva dan vagina)
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat  besar selama proses melahirkan bayi, sehingga
penyebabkan mengendurnya organ ini bahkan robekan yang
memerlukan  penjahitan, namun akan pulih setelah 2-3 pekan
(tergantung elastisitas atau seberapa sering melahirkan).
3) Darah nifas (Lochea)
Darah nifas hingga hari ke dua terdiri dari darah segar
bercampur sisa ketuban, berikutnya berupa darah dan lendir,
setelah satu pekan darah berangsur-angsur berubah menjadi
berwarna kuning kecoklatan lalu lendir keruh sampai keluar
cairan bening di akhir masa nifas.
4) Payudara
Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar
puting susu, ini menandakan dimulainya proses menyusui.
Segera menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI belum
11

keluar). Pada hari ke 2 6 hingga ke 3 akan diproduksi


colostrum yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan anti
body, dan protein.
5) Sistem perkemihan
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air
kecil, selain khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan
saluran kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses
melahirkan.  Namun usahakan tetap kencing secara teratur,
buang rasa takut dan khawatir, karena kandung kencing yang
terlalu penuh dapat menghambat kontraksi rahim yang berakibat
terjadi perdarahan.
6) Sistem pencernaan
Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang
menyebabkan menurunnya fungsi usus, sehingga ibu tidak
merasa ingin atau sulit BAB (buang air besar). Terkadang
muncul wasir atau ambeien pada ibu setelah melahirkan, ini
kemungkinan karena kesalahan cara mengejan saat bersalin juga
karena sembelit  berkepanjangan sebelum dan setelah
melahirkan.
7) Peredaran darah
Sel darah putih akan meningkat dan sel darah merah serta
hemoglobin (keping darah) akan berkurang, ini akan normal
kembali setelah 1 minggu. Tekanan dan jumlah darah ke jantung
akan lebih tinggi dan kembali normal hingga 2 pekan. h.
Penurunan berat badan Setelah melahirkan ibu akan kehilangan
5-6 kg berat badannya yang  berasal dari bayi, ari-ari, air
ketuban dan perdarahan persalinan, 2-3 7 kg lagi melalui air
kencing sebagai usaha tubuh untuk mengeluarkan timbunan
cairan waktu hamil.
8) Suhu badan
Suhu badan setelah melahirkan biasanya agak meningkat
dan setelah 12 jam akan kembali normal. Waspadai jika sampai
12

terjadi panas tinggi, karena dikhawatirkan sebagai salah satu


tanda infeksi atau tanda bahaya lain.
b. Faktor Psikologis
Adapun beberapa pengaruh psikologi pada masa nifas dan
menyusui, antara lain :
1) Perubahan peran
Terjadinya perubahan peran, yaitu menjadi orang tua
setelah kelahiran anak. Dalam periode masa nifas muncul tugas
dan tanggung jawab baru, disertai dengan perubahan-perubahan
perilaku.  
2) Peran menjadi orang tua setelah melahirkan
Selama periode postpartum, tugas dan tanggung jawab
baru muncul dan kebiasaan lama perlu diubah atau ditambah
dengan yang baru.Periode ini ditandai oleh masa pembelajaran
yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh. Lama periode ini
bervariasi, tetapi  biasanya berlangsung selama kira-kira 4
minggu. Periode berikutnya mencerminkan satu waktu untuk
bersama-sama membangun kesatuan keluarga.Periode waktu
meliputi peran negosiasi (suami-istri, ibu-ayah, saudara-saudara)
orang tua mendemonstrasikan kompetensi yang semakin tinggi
dalam menjalankan aktivitas merawat bayi dan menjadi lebih
sensitif terhadap makna perilaku bayi.Periode berlangsung kira-
kira selama 2 bulan.
3) Tugas dan tanggung jawab orang tua
Tugas pertama orang tua adalah mencoba menerima
keadaan bila anak yang dilahirkan tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Karena dampak dari kekecewaan ini dapat
mempengaruhi proses  pengasuhan anak. Walaupun kebutuhan
fisik terpenuhi, tetapi kekecewaan tersebut akan menyebabkan
orang tua kurang melibatkan diri secara penuh dan utuh. Bila
perasaan kecewa tersebut tidak segera diatasi,
13

akanmembutuhkan waktu yang lama untuk dapat menerima


kehadiran anak yang tidak sesuai dengan harapan tersebut.
c. Faktor Lingkungan
Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat
terutama ibu hamil, bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu
pendidikan di samping faktor-faktor lainnya. Jika masyarakat
mengetahui dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status
kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak melakukan
kebiasaan/adat-istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi
ibu hamil, bersalin dan nifas. Lingkungan akan terus berubah selama
kita hidup. Jika memasuki suatu fase kehidupan yang baru, akan
selalu terjadi proses penyusuain dengan lingkungan. Stuasi ini dapat
mempengaruhi ibu dalam melakukan perawatan diri pada masa
nifas.Sarana prasarana tersedia di dalam lingkungan guna
mendukung dan mempromosikan prilaku kesehatan. Jasa konsultan
dan spesialis dari petugas kesehatan lain seperti ahli nutrisi, dokter
ahli, dan perkerja sosial harus ada sebagai usaha dalam membantu
pasien mendapatkan keterampilan yang di perlukan untuk mencapai
atau menjaga kesehatan dan kesejahteraan agar tetap optimal.
d. Faktor Sosial Budaya
Ibu merasa sulit menyesuaikan dengan peran baru sebagai ibu.
Apalagi kini gaya hidupnya akan berubah drastis. Ibu merasa dijauhi
oleh lingkungan dan merasa akan terasa terikat terus pada si kecil.
Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan ibu
post partum blues. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa
dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual,
sosial dan  psikologis secara bersama-sama dengan melibatkan
lingkungannya, yaitu suami, keluarga dan teman dekatnya.
e. Faktor Ekonomi
Status ekonomi merupakan simbol status sosial di
masyarakat.Pendapatan yang tinggi menunjukan kemampuan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi
14

faedah zat gizi untuk ibu hamil.Sedangkan kondisi ekonomi keluarga


yang rendah mendorong ibu nifas untuk melakukan tindakan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan kesehatan. Orang tua yang
mempunyai kondisi ekonomi rendah lebih sulit dengan kelahiran
masing-masing anak dan yang tidak menggunakan KB efektif,
mungkin menemukan komplikasi pada proses persalinan. Keluarga
dengan kelahiran anggota baru terlihat beban keuangan yang dapat
meningkatkan stress. Stress ini mempengaruhi perilaku orang tua,
membuat masa transisi orang menjadi sulit.

7. Kebutuhan Dasar Masa Nifas


a. Nutrisi dan Cairan
Kebutuhan nutrisi pada ibu nifas membutuhkan gizi seimbang,
nutrisi cukup, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada
ibu menyusui mempengaruhi produksi air susu. Nutrisi pada ibu
nifas yang terpenting dapat membantu involusi dan produksi ASI
yang optimal.
1) Mengkonsumsi tambahan kalori 500 tiap hari
2) Diet berimbang yaitu makanan yang mengandung karbohidrat
yang cukup, protein dan vitamin yang tinggi serta mineral yang
cukup
3) Minum sedikitnya 3 liter tiap hari, yaitu menganjurkan ibu
untuk minum air hangat kuku setiap kali hendak menyusui.
4) Konsumsi zat besi
5) Konsumsi kapsul vitamin A
6) Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya
makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan,
sayur-sayuran dan buah buahan
b. Ambulas
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus beristirahat, tidur
telentang selama 8 jam post partum. Kemudian boleh miring ke
kiri/kanan untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli,
15

pada hari kedua dibolehkan duduk, hari ketiga diperbolehkan jalan-


jalan.Mobilisasi diatas punyai variasi, bergantung pada komplikasi
persalinan, nifas dan sembuhnya luka.
c. Eliminasi
1) Miksi
Hendaknya BAK dapat dilakukan sendiri secepatnya
kadang-kadang mengalami sulit BAK karena springter uretra
tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskullo
spingter ani selama persalinan juga oleh karena adanya
oedema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.Bila
kandung kemih penuh dan sulit kencing sebaiknya dilakukan
kateterisasi.
2) Defekasi
BAB seharusnya dilakukan 3 – 4 hari post partum. Bila
masih sulit BAB dan terjadi obstipasi dapat diberika obat
rangsangan per oral atau per rektal.Jika masih belum bisa
dapat dilakukan klisma.
d. Kebersihan diri dan perineum
1) Perawatan payudara
Telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu
lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk
menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus
dihentkan dengan cara:
a) Pembalutan mammae sampai tertekan
b) Pemberian obat esterogen untuk supresi LH
2) Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan
terjadi perubahan pada kelenjar mammae.Bila bayi mulai
disusui, isapan pada puting merupakan rangsangan yang
psikis yang secara reflektoris, mengakibatkan oksitosin
dikeluarkan oleh hipofise. Produksi ASI akan lebih banyak.
Sebagai efek positif adalah involusi uteri akan lebih
16

sempurna. Disamping itu, ASI merupakan makanan utama


bagi bayi yang tidak ada bandingannya.
e. Istirahat
1) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup
2) Sarankan kembali pada kegiatan rumah tangga secara
perlahan
3) Sarankan untuk istirahat siang selagi bayi tidur
4) Kurang istirahat dapat menyebabkan
f. Seksual
1) Secara fisik aman, begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan satu atau dua jari
2) Tradisi yang menunda hubungan suami istri sampai waktu
tertentu. Hal ini tergantung pasangan
3) Begitu darah merah berhenti, boleh melakukan hubungan
suami istri
4) Untuk kesehatan sebaiknya ibu mengikuti program KB
5) Pada saat permulaan hubungan seksual perhatikan jumlah
waktu, penggunaan kontrasepsi (jika menggunakan),
dispareuni, kenikmatan dan kepuasan wanita dan pasangan
serta masih dalam hubungan seksual
g. Keluarga Berencana
Waktu yang paling tepat untuk KB sebetulnya sesaat setelah
ibu melahirkan.Namun kondisi ini juga bergantung dari jenis
kontrasepsi yang hendak ibu pilih, serta apakah ibu meyusui
bayinya atau tidak.
h. Latihan/ senam nifas
Latihan yang paling penting untuk dilakukan dalam
beberapa minggu pertama setelah melahirkan adalah beristirahat
dan mengenal bayinya.Relaksasi dan tidur adalah hal yang sangat
penting. Semua wanita akan sembuh dari persalinannya dengan
waktu yang berbeda-beda, ingatkan ibu agar bersikap ramah
17

terhadap dirinya sendiri. Banyak diantara senam post partum


sebenarnya adalah sama dengan senam antenatal.

8. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas


a. Infeksi
Masa Nifas Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada
semua alat genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan
ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 380c tanpa
menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2 hari.
b. Perdarahan
Masa Nifas Perdarahan bisa terjadi segera begitu setelah
melahirkan. Terutama di dua jam pertama yang kemungkinannya
sangat tinggi. Perdarahan pasca persalinan dibagi menjadi:
1) Perdarahan pascapersalinan primer (Erly Postpartum
Haemorrhage atau perdarahan pascapersalinan segera).
Perdarahan terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama
perdarahan pasca persalinan pasca persalinan primer adalah
antoniauteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan
lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2) Perdarahan pasca persalinan sekunder (Late Postpartum
Haemorrhage, atau perdarahan masa nifas, atau perdarahan
pasca persalinan lambat). Perdarahan terjadi setelah 24 jam
pertama. Penyebab utama perdarahan pascapersalinan sekunder
adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.
Perdarahan pascapersalinan ada kalanya merupakan perdarahn
yang hebat dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat ibu
dapat jatuh kedalam keadaan syok, tau dapat berupa perdarahan
yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus yang juga
bahaya karena kita tidak menyangka akhirnya perdarahan
berjumlah banyak. Karena itu, penting sekali pada setiap ibu
yang bersalin dilakukan pengukuran kadar darah secara rutin,
18

serta pengawasan tekanan darah, nadi, pernafasan ibu dan


periksa juga kontraksi uterus perdarahan selama 1 jam.
c. Keadaan Abnormal Pada Payudara Beberapa keadaan abnormal yang
mungkin terjadi adalah:
1) Bendungan ASI
Disebabkan oleh penyumbatan pada saluran ASI.Keluhan
mamae bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu badan
meningkat.
2) Mastitis
Disebabkan payudara bengkak karena tidak disusui secara
adekuat, akhirnya terjadi mastitis, puting susu lecet akan
memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara
bengkak, bra yang terlalu ketat. Gejala yang dirasakan payudara
bengkak, nyeri pada seluruh payudara/nyeri lokal, kemerahan
pada seluruh payudara, payudara keras, terdapat benjolan, suhu
badan meningkat dan rasa sakit pada seluruh badan.
3) Abses payudara
Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis.hal ini
disebabkan karena meluasnya peradangan dalam
payudara.Gejala yang dirasakan ibu tampak parah sakitnya,
payudara lebih merah dan mengkilap dan benjolan lebih lunak
karena berisi nanah, sehingga perlu diinsisi untuk mengeluarkan
nanah.

9. Masalah Atau Ketidaknyamanan Pada Masa Nifas


Ketidaknyamanan pasca partum disebabkan oleh trauma perineum
selama persalinan dan kelahiran, involusi uterus, proses pengembalian
ukuran rahim ke ukuran semula, pembengkakan payudara dimana alveoli
mulai terisi ASI, kekurangan dukungan dari keluarga dan tenaga
kesehatan, ketidaktepatan posisi duduk, dan faktor budaya (PPNI, 2016).
19

Terdapat beberapa ketidaknyamanan pada masa nifas.Meskipun


dianggap normal, ketidaknyamanan tersebut dapat menyebabkan distres
fisik yang bermakna.
a. Nyeri setelah melahirkan
Nyeri setelah melahirkan disebabkan oleh kontraksi dan
relaksasi uterus yang berurutan yang terjadi secara terus
menerus.Nyeri ini lebih umum terjadi pada paritas tinggi dan pada
wanita menyusui.Alasan nyeri yang lebih berat pada wanita dengan
paritas tinggi adalah penurunan tonus otot uterus secara bersamaan,
menyebabkan relaksasi intermiten.Berbeda pada wanita primipara
yang tonus ototnya masih kuat dan uterus tetap berkontraksi tanpa
relaksasi intermiten.Pada wanita menyusui, isapan bayi menstimulasi
produksi oksitosin oleh hipofise posterior. Pelepasan oksitosin tidak
hanya memicu refleks let down (pengeluaran ASI) pada payudara,
tetapi juga menyebabkan kontraksi uterus. Nyeri setelah melahirkan
akan hilang jika uterus tetap berkontraksi dengan baik saat kandung
kemih kosong. Kandung kemih yang penuh mengubah posisi uterus
ke atas, menyebabkan relaksasi dan kontraksi uterus lebih nyeri.
b. Keringat berlebih
Ibu post partum mengeluarkan keringat berlebihan karena
tubuh menggunakan rute ini dan diuresis untuk mengeluarkan
kelebihan cairan interstisial yang disebabkan oleh peningkatan
normal cairan intraselular selama kehamilan. Cara menguranginya
sangat sederhana yaitu dengan membuat kulit tetap bersih dan
kering.
c. Pembesaran payudara
Diperkirakan bahwa pembesaran payudara disebabkan oleh
kombinasi akumulasi dan stasis air susu serta peningkatan
vaskularitas dan kongesti. Kombinasi ini mengakibatkan kongesti
lebih lanjut karena stasis limfatik dan vena. Hal ini terjadi saat
pasokan air susu meningkat, pada sekitar hari ketiga post partum
20

baik pada ibu menyusui maupun tidak menyusui dan berakhir sekitar
24 hingga 48 jam.
d. Nyeri perineum
Beberapa tindakan dapat mengurangi ketidaknyamanan atau
nyeri akibat laserasi atau luka episiotomi dan jahitan laserasi atau
episiotomi tersebut.Sebelum tindakan dilakukan, penting untuk
memeriksa perineum untuk menyingkirkan komplikasi seperti
hematoma. Pemeriksaan ini juga mengindikasikan tindakan lanjutan
apa yang mungkin paling efektif.
e. Konstipasi
Rasa takut dapat menghambat fungsi bowel jika wanita takut
bahwa hal tersebut dapat merobek jahitan atau akibat nyeri yang
disebabkan oleh ingatannya tentang tekanan bowel pada saat
persalinan. Konstipasi lebih lanjut mungkin diperberat dengan
longgarnya abdomen dan oleh ketidaknyamanan jahitan robekan
perineum derajat tiga atau empat.
f. Hemoroid
Jika wanita mengalami hemoroid, mungkin mereka sangat
merasakan nyeri selama beberapa hari.Hemoroid yang terjadi selama
masa kehamilan dapat menimbulkan trauma dan menjadi lebih
edema selama kala dua persalinan.

10. Standar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas


Berikut ini  standart pelayanan nifas dalam kebidanan (Kemenkes, 2015):
a. Standart 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan.
Bidan melakukan pemantauan pada ibu dan bayi terhadap
terjadinya komplikasi  dalam dua jam  setelah persalinan, serta
melakukan tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan
memberikan penjelasan tentang hal – hal yang mempercepat
pulihnya kesehatan ibu dan membantu ibu untuk memulai pemberian
ASI.
b. Standart 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas.
21

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui


kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua, dan minggu ke
enam setelah persalinan untuk membantu proses pemulihan ibu dan
bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini,
penanganan, atau perujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada
masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara
umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi
baru lahir, pemberian ASI, Imunisasi dan Disamping standart untuk
pelayanan kebidanan dasar ( antenatal, persalinan, dan nifas ),
berikut merupakan standart penanganan obstetric-neonatus yang
harus dikuasai bidan untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi.
c. Standart  21 : Penanganan perdarahan post partum primer
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24
jam pertama setelah persalinan ( perdarahan postpartum primer ) dan
segera melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan
perdarahan.
d. Standart 22  : Penanganan perdarahan post partum sekunder
Bidan  mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta
gejala perdarahan post partum sekunder, dan melakukan pertolongan
pertama untuk menyelamatkan jiwa ibu dan atau merujuknya.
e. Standart  23 : Penanganan sepsis puerpuralis
Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis
puerpuralis, serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.

11. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas


Pengkajian fisik dan psikologis, Pengkajian riwayat kesehatan ibu,
Pemeriksaan fisik (Tanda-tanda vital, Payudara, Uterus, Kandung kemih,
Genetalia, Perineum, Ekstrimitas bawah), Pengkajian psikologis,
Pengkajian pengetahuaan ibu tentang perawatan pada masa nifas,
Interpretasi Data : diagnosa/ masalah aktual (Masalah nyeri, Masalah
infeksi, Masalah cemas, perawatan perineum, payudara, ASI ekslusif,
Masalah KB, Gizi, tanda bahaya, senam), Rumusan diagnosa/ masalah
22

Potensial (Gangguan perkemihan : BAB, Hubungan seksual), Rencana


asuhan kebidanan (monitoring tanda-tanda vital, monitoring involusio,
monitoring perdarahan, nyeri, infeksi, cemas, KIE (Perawatan tentang
perineum, payudara, ASI ekslusif, KB, Gizi, tanda bahaya, senam,Teknik
menyusui bayi, Persiapan menjadi orang tua, Persiapan pasien pulang,
Anticipatori guidance), Pelaksanaan tindakan mandiri dan kolaborasi
asuhan kebidanan (Tindakan mandiri, Kolaborasi, KIE/Pendidikan
kesehatan, Evaluasi asuhan kebidanan dan tindak lanjut), Dokumentasi
asuhan masa nifas dan menyusui (Kemenkes, 2015).

B. Konsep Dasar bayi baru lahir fisiologi


1. Pengertian Menyusui
Menyusui merupakan pemberian air susu kepada bayi baik secara
langsung pada payudara ibu ataupun melalui proses
pemerasan (expressed breast-feeding). Definisi tersebut hanya berfokus
pada dosis atau banyak ASI yang diberikan tanpa memperhatikan durasi
pemberian ataupun makanan lain yang ikut diberikan pada bayi
(Purwanti, 2019 ).
Sedangkan menyusui secara eksklusif atau biasa disebut ASI
eksklusif adalah pemberian ASI mulai dari bayi lahir sampai usia 6 bulan
tanpa diberikan makanan atau cairan lain baik berupa makanan ataupun
cairan (kecuali obat, vitamin, ORS) yang diberikan baik secara langsung
melalui payudara ibu ataupun dengan diperas (expressed breast-feeding).
Jadi, definisi menyusui didasarkan pada apa yang bayi makan untuk
mengesampingkan bagaimana bayi diberi makan.

2. Peran Bidan Pada Masa Menyusui


Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :
a. Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari
payudara ibunya.
23

b. Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui


bayinya sendiri. Bidan dapat memberikan dukungan dalam
pemberian ASI, yaitu dengan :
1) Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama
beberapa jam pertama.
2) Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk
mencegah masalah umum yang timbul.
3) Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
4) Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat
gabung).
5) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin
6) Memberikan kolustrum dan ASI saja.
7) Menghindari susu botol dan “dot empeng”.

3. Komposisi Gizi Dalam ASI


Air susu ibu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi.
Komposisi ASI berubah menurut stadium penyusuan. Komposisi ASI
tidak dapat di tiru dengan pemberian susu formula (Marliandiani, 2015).
a. Kolostrum
Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar, berwarna
kuning keemasan, kental, dan lengket. Kolostrum disekresi oleh
kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari keempat
pascapersalinan.Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral,
garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih, dan antibodi yang tinggi
dari pada ASI matur.Selain itu kolostrum mengandung rendah lemak
dan laktosa.Protein utama dalam kolostrum adalah imunoglobulin
(IgG, IgA, dan IgM) yang digunakan sebagai zat antibodi untuk
mencegah dan menetralisasi bakteri, virus, jamur dan parasit.
Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam dalam payudara
mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Kolostrum
juga sebagai pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak
24

terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran
pencernaan makanan bagi bayi (Marlindiani, 2015).
b. ASI Transisi/Peralihan ASI peralihan diproduksi pada hari keempat
atau ketujuh sampai hari ke10/ke-14 setelah kolostrum sampai
sebelum ASI matang. Pada ASI transisi kadar lemak, laktosa, dan
vitamin larut air lebih tinggi, kadar protein dan mineral lebih redah,
serta lebih banyak kalori (Marlindiani, 2015).
c. ASI matur ASI matur keluar setelah hari ke-14 dan seterusnya. ASI
matur akan terlihat lebih encer daripada susu sapi. pada tahap ini,
ASI banyak mengandung nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh bayi.
Air susu matur merupakan nutrisi yang terus berubah disesuaikan
dengan stimulasi saat laktasi. ASI merupakan makanan satu-satunya
paling baik bagi bayi sampai usia enam bulan. Air susu matur
memiliki dua tipe yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk merupakan
ASI yang keluar lebih dulu saat ibu menyusui. Sifat foremilk lebih
encer, tinggi laktosa, dan protein yang penting untuk pertumbuhan
otak dan berfungsi sebagai penghilang rasa haus pada bayi.
Hindmilk keluar beberapa saat setelah foremilk , sifatnya lebih
kental dan kandungan lemak lebih tinggi sehingga memberikan efek
kenyang pada bayi, serta bermaanfaat untuk pertumbuhan fisik anak
(Malindiani Yefi & Ningrum N.P, 2015).
Komposisi ASI menurut Marlindiani (2015) antara lain sebagai berikut :
a. Laktosa
Laktosa 7g/100 ml merupakan jenis karbohidrat utama dalam
ASI yang berperan penting sebagai sumber energi.Selain itu laktosa
juga diolah menjadi glukosa dan galaktosa yang berperan dalam
perkembangan sistem saraf.
b. Lemak
Lemak 3,7-4,8g/100ml, merupakan zat gizi terbesar kedua
pada ASI dan menjadi sumber energi utama bayi serta berperan
dalam pengaturan suhu tubuh bayi. Lemak di ASI mengandung
komponen asam lemak esensial yaitu asam linoleat dan asam alfa
25

linoleat yang akan diolah oleh tubuh bayi menjadi AA dan DHA.
AA dan DHA berfungsi untuk perkembangan otak bayi.
c. Vitamin
Kandungan vitamin dalam ASI antara lain vitamin E banyak
terkandung dalam kolostrum, vitamin K berfungsi sebagai katalisator
pada proses pembekuan darah, vitamin D berfungsi untuk
pembentukan tulang dan gigi.
d. Garam dan mineral
jumlah zat besi dalam ASI termasuk sedikit tetapi mudah
diserap. Jumlah zat besi berasal dari persediaan zat besi sejak bayi
lahir, dari pemecahan sel darah merah dan zat besi yang terkandung
dalam ASI.Zat besi diperlukan untuk pertumbuhan perkembangan
dan imunitas, juga diperlukan untuk mencegah penyakit
akrodermatitis enteropatika.
e. Oligosakarida
Oligosakirida 10-12 g/l merupakan komponen bioaktif di ASI
yang berfungsi sebagai prebiotik karena terbukti meningkatkan
jumlah bakteri sehat yang secara alami hidup dalam sistem
pencernaan bayi.
f. Protein
Protein dalam susu yaitu kasein dan whey kadarnya 0,9%.
Protein 0,8-1,0 g/100 ml, merupakan komponen dasar dari protein
adalah asam amino berfungsi sebagai pembentuk struktur otak.
Beberapa asam amino tertentu yaitu taurina, triptopan, dan
fenilalanina merupakan senyawa yang berperan dalam proses
ingatan. (Marlindiani Yefi, 2015).

4. Cara Memperbanyak ASI


Air susu ibu (ASI) adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat
dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk
tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya.Meski demikian,
tidak semua ibu mau menyusui bayinya karena berbagai alasan.Misalnya
26

takut gemuk, sibuk, payudara kendor dan sebagainya. Di lain pihak, ada
juga ibu yang ingin menyusui bayinya tetapi mengalami kendala.
Biasanya ASI tidak mau keluar atau produksinya kurang lancar.
Banyak hal yang dapat mempengaruhi produksi ASI.Produksi dan
pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua hormon, yaitu prolaktin dan
oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan
oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Prolaktin berkaitan
dengan nutrisi ibu, semakin asupan nutrisinya baik maka produksi yang
dihasilkan juga banyak. Mengeluarkan ASI diperlukan hormon oksitosin
yang kerjanya dipengaruhi oleh proses hisapan bayi. Semakin sering
puting susu dihisap oleh bayi maka semakin banyak pula pengeluaran
ASI. Hormon oksitosin sering disebut sebagai hormon kasih
sayang.Sebab, kadarnya sangat dipengaruhi oleh suasana hati, rasa
bahagia, rasa dicintai, rasa aman, ketenangan, relaks. Berikut halhal yang
mempengaruhi produksi ASI :
a. Makanan
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh
terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup
akan gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan
berjalan dengan lancar.
b. Ketenangan jiwa dan pikiran
Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan
dan pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan,
sedih dan tegang akan menurunkan volume ASI.
c. Penggunaan alat kontrasepsi
Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan
dan pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan,
sedih dan tegang akan menurunkan volume ASI.
d. Perawatan payudara
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara
mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan
oksitosin.
27

e. Anatomis payudara
Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi
ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomis papila atau
puting susu ibu.
f. Faktor fisiologi
ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin
yang menentukan produksi dan mempertahankan sekresi air susu.
g. Pola istirahtat
Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI.
Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga
berkurang.
h. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan.
Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka
produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi,
frekuensi penyusuan pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda.
Studi mengatakan bahwa pada produksi ASI bayiprematur akan
optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama
bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena
bayi prematur belum dapat menyusu. Sedangkan pada bayi cukup
bulan frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu
pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang
cukup. Sehingga direkomendasikan penyusuan paling sedikit kali
perhari pada periode awal setelah melahirkan.Frekuensi penyusuan
ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar
payudara.
i. Berat lahir bayi Bayi berat lahir rendah (BBLR)
Mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah
dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan
mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama
28

penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang
akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam
memproduksi ASI.
j. Umur kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi poduksi
ASI.Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan
kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap
secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi
yang lahir cukup bulan.Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi
prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum
sempurnanya fungsi organ.
k. Konsumsi rokok dan alkohol
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan
mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI.
Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin
akan menghambat pelepasan oksitosin.Meskipun minuman alkohol
dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks
sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol
dapat menghambat produksi oksitosin.

5. Tanda Bayi Cukup ASI Dan Ukuran Lambung Bayi


a. Bayi kencing setidaknya 6 kali dlm 24 jam dan warnanya jernih
sampai kuning muda.
b. Bayi sering BAB berwarna kekuningan “berbiji”.
c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu mrs lapar, bangun dan tidur
cukup.
d. Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dlm 24 jam.
e. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui.
f. Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap kali bayi
mulai menyusu.
g. Bayi bertambah berat badannya.
29

6. ASI Eksklusif
ASI adalah makanan alamiah untuk bayi yang mengandung
nutrisinutrisi dasar dan elemen dengan jumlah yang sesuai untuk
pertumbuhan bayi. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin
setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain
sampai umur 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan
makanan lain dan tetap diberi ASI sampai umur 2 tahun (Purwanti,
2019 ).
ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan
cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit,
bubur nasi tim. Pemberian ASI Eksklusif ini dianjurkan untuk jangka
waktu selama 6 bulan pertama, setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus
mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat
diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih (Roesli, 2018).

7. Cara Merawat Payudara


Tujuannya adalah memperlancar pengeluaran ASI saat masa
menyusui. Untuk pasca persalinan, lakukan sedini mungkin,yiatu 1
sampai 2 hari dan lakukan selama 2 kali sehari (Susilo Rini, 2017).
a. Pengurutan payudara
1) Pengurutan payudara
Licinkan kedua tangan dengan minyak.tempatkan kedua
tangan diantara payuadara.pengurutan dilakukan dimulaike arah
atas, lalu telapak kanan kearah sisi kiri dan telapak kanan kearah
sisi kanan.Lakukan terus pengurutan kebawah dan kesamping,
selanjutnya pengurutan melintang.Ulangi masing-masing 20-30
gerakan untuk tiap payuadara.
2) Pengurutan kedua
Sokong payuadara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua
atau tiga jari tangan kanan memulai gerakan memutar sambil
30

menekan mulai dari pangkal payudara berakhir pada puting


susu. Lakukan 2 gerakan pada tiap payudara bergantian.
3) Pengurutan ketiga
Sokong payudara kiri dengan satu tangan sedang tangan
lainnya mengurut dengan sisi kelingking dari arah tepi kerah puting
susu. Lakukan sekitar 30 kali.
g. Pengompresan
Kompres payudara dengan handuk kecil hangat selama 2
menit, lalu ganti dengan kompres air dingin. Kompres bergantian
selama 3 kali dana akhiri dengan kompres air hangat.
h. Pengosongan ASI
Pengosongan ini dimaksudkan untuk mencegah
pembendungan ASI. Keluarkan air susu dengan melatakan ibu jari
dan telunjuk kirakira 2 sampai 3 cm dari puting susu dan tampung
ASI yang keluar. Tekan payuadara kearah dada dan perhatikan agar
jari-jari jangan diregangkan.Angkat payuadara yang agak besar
dahulu lalu tekan kearah dada. Gerakan ibu jari dan telunjuk kearah
putting susu untuk menekan dan mengosongkan tempat
penampungan susu dan payudara tanpa rasa sakit. Ulangi untuk
masing-masing payudara.
1) Berikan tips untuk merawat payudara anda
2) Kenakan bra untuk menjaga payuadara tetap indah. Pilih ukuran
bra yang sesuai agar dapat menopang payudara dengan baik.
3) Bersihkan secara rutin daerah seputar puting susu dengan kapas
yang dibasahi air hangat.

8. Cara Menyusui Yang Benar Dan Cara Penyimpanan ASI


a. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan
pada putting dan di sekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai
manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu.
b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
31

1) Ibu duduk atau barbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak
menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
2) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan,
kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak
menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak).
3) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu
didepan.
4) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi)
5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
6) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang (Icemi, 2015)
c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain
menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau kalang
payudara saja.
d. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan
cara:
1) Menyentuh pipi dengan putting susu atau,
2) Menyentuh sisi mulut bayi.
e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan
ke payudara ibu dan putting serta kalang payudara dimasukkan ke
mulut bayi:
1) Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut
bayi, sehingga putting susu berada di bawah langit-lagit dan
lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan
ASI yang terletak di bawah kalang payudara. Posisi yang salah,
yaitu apabila bayi hanya mengisap pada putting susu saja, akan
mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan putting
susu lecet.
2) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau
disangga lagi (Hesty, 2018)
32

9. Hambatan Atau Masalah Dalam Pemberian ASI


a. Masalah masa antenatal (Sulystyawati, 2019)
Putting susu yang tidak menonjol sebenarnya tidak selalu
menjadi masalah. Secara umum, ibu tetap masih dapat menyusui
bayinya dan upaya selama antenatal umumnya kurang berfaedah,
seperti memanipulasi putting dengan perasat Hoffman, menarik-
narik putting, atau penggunaan breastshield dan breastshell.Yang
paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah isapan
langsung bayi yang kuat.
b. Pada masa setelah persalinan dini
1) Putting susu lecet
Pada keadaan ini, seorang ibu sering menghentikan proses
menyusui karena sakit. Dalam hal ini, yang perlu dilakukan oleh
ibu adalah mengecek bagaimana perlekatan ibu dan bayi, serta
mengecek apakah terdapat infeksi candida (di mulut bayi)
2) Payudara bengkak
Sebelumnya, kita perlu membedakan antara payudara
penuh karena berisi ASI dengan payudara bengkak. Pada
payudara penuh, gejala yang dirasakan pasien adalah rasa berat
pada payudara, panas, dan keras, sedangkan pada payudara
bengkak akan terlihat payudara odem, Pasien merasakan sakit,
putting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, ASI
tidak akan keluar bila diperiksa atau diisap, dan badan demam
setelah 24 jam.
3) Abses Payudara (mastitis)
Mastitis adalah peradangan pada payudara.Ada 2 jenis
mastitis, yaitu non-infective mastitis (hanya karena
pembendungan ASI/milk statis dan infective mastitis (telah
terinfeksi bakteri).Gejala yang ditemukan adalah payudara
33

menjadi merah, bengkak, kadang disertai rasa nyeri dan panas,


serta suhu meningkat. C.

c. Pada masa setelah persalinan lanjut


1) Sindrom ASI kurang
Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI
meningkat dan bayi dapat terus memberikan isapan
efektifnya.Pada keadaan tertentu, ketika produksi ASI memang
sangat tidak memadai, perlu upaya yang lebih, misalnya
relaksasi dan bila perlu dapat dilakukan pemberian ASI
suplementer.
2) Ibu yang bekerja
Sering kali alasan pekerjaan membuat seorang ibu merasa
kesulitan untuk memberikan ASI secara eksklusif.Banyak di
antaranya disebabkan karena ketidaktahuan dan kurangnya
minat untuk meyusui bayinya.
d. Pengeluaran ASI
Keluarkan ASI sebanyak mungkin dan tamping di dalam
cangkir atau gelas yang bersih.Meskipun langkah ini
kelihatannya sederhana, namun tidak ada salahnya jika
bidan/perawat memberikan bimbingan teknik memerah ASI
yang tepat.

10. Peran Ayah Dalam Menyusui


Peran ayam dalam proses menyusui menurut Mufdlilah dkk (2019) :
a. Mendorong ibu dan tenaga kesehatan yang membantu proses
persalinan untuk melakukan IMD.
b. Selalu mendampingi ibu selama proses IMD.
c. Memberikan informasi kepada ibu akan pentingnya melakukan IMD.
d. Membantu mempersiapkan perlengkapan IMD, seperti topi bayi dan
selimut.
34

e. Membantu meletakkan bayi ke dada ibu setelah melahirkan untuk


melakukan IMD.
f. Menganjurkan ibu untuk membiarkan bayi melakukan skin to skin
atau kontak kulit antara bayi dan ibu selama satu jam pertama setelah
melahirkan.
g. Mengajurkan ibu untuk membiarkan bayi merangkak mencari
payudara sendiri selama IMD.
h. Membantu mengawasi posisi bayi di dada ibu selama proses IMD.
i. Memberikan dukungan emosional atau psikologi, seperti menjaga
perasaan ibu dengan memberikan perhatian dan kasih sayang serta
menunjukkan sikap ramah, tidak merasa khawatir ketika bayi di
tengkurapkan di perut ibu tanpa dibedong, memberikan motivasi
kepada ibu untuk melakukan IMD, mengingatkan ibu agar tidak
cemas pada saat IMD, memberikan perhatian ketika ibu merasa risih
karena setelah melahirkan bayi diletakkan di atas perut ibu,
memberikan pujian dan sanjungan kepada ibu dan bayi selama
melakukan IMD.
j. Memberikan makanan atau minuman yang diinginkan ibu selama
IMD.

11. Rawat Gabung


Dalam pelaksanaannya, bayi harus selalu berada di samping ibu
sejak segera setelah dilahirkan sampai pulang.Istilah rawat gabung
parsial yang dulu banyak dianut, yaitu rawat gabung hanya dalam
beberapa jam seharinya, misalnya hanya siang hari saja, sementara pada
malam hari bayi dirawat di kamar bayi, sekarang tidak dibenarkan dan
tidak dipakai lagi.Rawat gabung merupakan Modul Pendidikan Jarak
Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 20 lanjutan dari early ambulation
dimana memungkinkan ibu memelihara anaknya.
Tujuan dari rooming in adalah untuk mendekatkan ibu kepada
bayinya, mengajarkan ibu bagaimana cara menyusui bayi dengan baik
35

dan benar. Selain dari pada tujuan dari rooming in adalah sebagai
berikut :
a. Bantuan emosional
Setelah menunggu selama sembilan bundan dan setelah lelah
dalam proses persalinan ibu akan sangat senang dan bahadia bila
dekat dengan bayinya. Ibu dapat membelai belai bayi, mendengar
tangisnya serta memperhatikannya disaat buah hatinya tidur.
Hubungan ibu dan bayi ini sangat penting ditumbuhkan pada saat
saat awal dan nayi akan memperoleh kehangatan tubuh ibu, suara
ibu, kelembutan dan kasih sayangnya.
b. Penggunaan ASI
Dari segala sudut pertimbangan maka ASI adalah makanan
terbaik bagi bayi dan produksi ASI akan makin cepat dan makin
banyak bila menyusui dilakukan sesegera dan sesering mungkin.
Pada hari – hari pertama yang keluar adalah kolostrum yang
jumlahnya sedikit, namun bermanfaat untuk membentuk kekebalan
bayi. Kolostrum yang mengandung antibodi dalam jumlah tinggi
akan melapisi seluruh permukaan mukosa dari saluran pencernaan
bayi dan diserap oleh bayi sehingga bayi akan mempunyai kekebalan
yang tinggi. Kekebalan ini akan mencegah infeksi terutama terhadap
diare. Jumlah kolostrum yang sedikit tak perlu dikhawatrikan karena
kebutuhan bayi masih sedikit.
c. Pencegahan Infeksi
Pada perawatan bayi yang terpisah maka kejadian infeksi
silang akan sulit dicegah. Dengan melakukan rawat gabung maka
infeksi silang dapat dihindari.Perawatan tali pusat juga mudah
dilakukan oleh ibu.Ibu dengan mudah mengganti pakaian bayi jika
basah karena keringat atau terkena air kencing.
d. Pendidikan Kesehatan
Pada saat melaksanakan rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk
memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu, terutama primi
para.Bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi, merawat tali
36

pusat, perawatan payudara dan nasihat makan yang baik, merupakan


penyuluhan yang diperlukan ibu. Keinginan ibu untuk bangun dari
tempat tidur, menggendong bayi dan merawat diri akan
mempercapet mobilisasi, sehingga ibu akan lebih cepat pulih dari
persalilnan.

C. Teori Evidence Based Midwifery


1. Pengaruh Senam Nifas Terhadap Proses Involusi Uteri Pada Ibu
Postpartum
Senam nifas merupakan aktifitas atau latihan peregangan otot yang
dilakukan setelah melahirkan meliputi ambulasi dini dan latihan fisik yang
dimulai dari latihan yang sederhana dilanjutkan dengan latihan yang lebih
berat. Tindakan senam nifas membantu proses fisiologi ini seara perlahan
Senam nifas bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan sirkulasi
ibu pada masa nifas, serta membantu proses involusi uteri (Saputri dkk,
2020).
2. Efektivitas Ikan Gabus Terhadap Penyembuhan Luka Perineum
Pada Ibu Post Partum
Ikan gabus mempunyai senyawa yang penting bagi tubuh, seperti protein
dan beberapa mineral. Kadar protein ikan gabus mencapai 25,5%
dibandingkan protein ikan lainnya, albumin ikan gabus cukup tinggi
mencapai 6,22% dan daging ikan gabus mengandung mineral seng dengan
kadar 1,74 mg/100 gram. Ikan gabus jenis canna striata sangat kaya akan
sumber albumin, salah satu jenis protein penting yang diperlukan tubuh
manusia setiap hari. Protein pada ikan gabus mempunyai pengaruh
terhadap penyembuhan luka dengan pemenuhan kebutuhan protein untuk
pembentukan jaringan baru disekitar luka (Violita, 2019).
3. Efektivitas Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Terhadap Kecukupan
Asi Pada Ibu Menyusui
Daun katuk dapat meningkatkan kuantitas produksi ASI karena kandungan
terdapat kandungan galactagogue dalam daun katuk yang dipercaya
37

mampu memicu peningkatan produksi ASI. Pada daun katuk juga


mengandung steroid dan polifenol yang dapat meningkatkan kadar
prolaktin. Prolaktin merupakan salah satu hormon yang mempengaruhi
produksi ASI. Dengan tingginya kadar prolaktin maka secara otomatis
akan meningkatkan produksi ASI. Pemberian ekstrak daun katuk pada
kelompok ibu melahirkan dan menyusui dengan dosis 3x300 mg/hari
selama 15 hari mulai dari hari ke 3 setelah melahirkan dapat meningkatkan
produksi ASI 50,7% lebih banyak dibandingkan dengan ibu melahirkan
dan menyusui bayinya tidak diberi ekstrak daun katuk (Juliastuti, 2019).
4. Hubungan Pijat Oksitosin Pada Ibu Nifas Terhadap Pengluaran ASI
Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
ketidaklancaran produksi ASI.Pijat oksitosin adalah pemijatan pada
sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelimakeenam
dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin
setelah melahirkan. (Rahayu, 2016) Pijat ini dilakukan untuk merangsang
refleks oksitosin atau refleks pengeluaran ASI. Ibu yang menerima pijat
oksitosin akan merasa lebih rileks (Isnaini dkk, 2015).
5. Effect of Self Perineal Care Instructions on Episiotomy Pain and
Wound Healing of Postpartum Women
Sebagian besar wanita mengalami beberapa derajat ketidaknyamanan
selama beberapa hari pertama pascapersalinan.Satu daripenyebab umum
ketidaknyamanan adalah episiotomi.Intervensi sederhana yang dapat
mengurangi ketidaknyamanan yang terkait dengantrauma perineum adalah
menerapkan kompres dingin, aplikasi lembab atau kering atau topikal,
membersihkan perineum dan mandi air hangat (Mohamed dkk, 2015).
JURNAL REFLEKSI KRITIS
PEMBELAJARAN PRAKTIK KEBIDANAN HOLISTIKKEHAMILAN

Nama Mahasiswa : Susi Ernawati


Tempat Praktik : Puskesmas Parenggean II
Periode : 2021
Pembimbing Prodi : Heti Ira Ayue, SST., M.Keb

A A.Harapan akan Proses Pembelajaran Klinik


Kenapa saya mempelajari materi ini?
Untuk mengetahui manfaat dan juga kebenaran dari hasil penelitian yang
sesuai evidence based atau sesuai dengan kajian ilmiah. Sehingga asuhan
dapat diberikan sudah berdasarkan evidence based dan terpercaya.
Apa yang saya siapkan dalam mempelajari topik ini?
Ilmu pengetahuan, wawasan dan rasa ingin tahu yang tinggi dengan tujuan
memberikan pelayanan yang sesuai dengan evidence based.
Apa yang saya harapkan dalam mempelajari topik ini?
Topik ini dapat sesuai dengan asuhan yang akan di berikan pada pasien.
Apa yang perlu saya perhatikan dalam mempelajari topik ini? Bagaimana
perencanaannya?
Memilih bagaimana asuhan yang akan diberikan. Rencananya dengan cara
mencari jurnal atau topic yang berkualitas dan sesuai dengan asuhan.

B. Refleksi Kritis dari Materi yang Dipelajari


Sebutkan capaian pembelajaran yang tertera pada panduan:
Mengelola kasus asuhan kebidanan fisiologis secara holistic, sesuai dengan
jumlah target dan presentasi kasus dikampus.
Presentasi kasus = pada stase nifas dan menyusuidan melakukan asuhan
kebidanan nifas dan menyusui dengan perencanaan dan tindakan yang dapat
dijadikan inovasi karya kebidanan.
Bagi saya, satu hal yang paling penting dalam capaian pembelajaran tersebut
adalah:
Harus melakukan capaian target secara maksimal dan sesuai buku panduan.
Saya mengidentifikasi sumber informasi menarik dalam topik pembelajaran
ini adalah:
Topik ini menyangkut tentang asuhan yang akan diberikan pada nifas dan
menyusui yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan ibu dalam
4

menjalani masa nifas dan menyusui.


Capaian pembelajaran yang paling saya butuhkan untuk terus saya kerjakan
adalah:
Dapat menyelesaikan capaian target sesuai dengan buku panduan dengan tepat
waktu.
Saya akan mengembangkan pembelajaran saya di bidang ini melalui:
Asuhan kebidanan pada pada ibu nifas dan menyusui saat selama bertugas
maupun ketika sudah bekerja
Selama pembelajaran klinik, masalah-masalah yang menghalangi proses
pembelajaran saya adalah:
Tidak ada masalah yang saya rasakan selama proses pembelajaran.
Masalah-masalah yang saya temui selama proses pembelajaran klinik pada
topik ini adalah, dan Saya berencana untuk membahasnya melalui:
Tidak ada masalah serius yang kami temui selama proses pembelajaran,
sehingga tidak ada rencana khusus untuk mengatasinya.

C. Refleksi Kritis pada Pembelajaran melalui Literatur dengan menggunakan


Lembar Kerja EBM (Evidence Based Medicine) Terapi

1. Apakah hasil penelitian valid?


Apakah pasien pada penelitian Ya
dirandomisasi? Alasan : Jenis penelitian ini adalah
nonequivalent control group design.
Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh ibu post partum dengan luka
perineum di wilayah kerja puskesmas
kalongan. Sampel untuk penelitan ini
yaitu 10 ibu post partum dengan di
berikan ikan gabus dan 10 ibu post
partum dengan tidak di berikan ikan
gabus.
Apakah cara melakukan Tidak
randomisasi dirahasiakan?
Alasan :Jenis penelitian ini adalah
nonequivalent control group design.
Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh ibu post partum dengan luka
perineum di wilayah kerja puskesmas
kalongan. Sampel untuk penelitan ini
5

yaitu 10 ibu post partum dengan di


berikan ikan gabus dan 10 ibu post
partum dengan tidak di berikan ikan
gabus.

Apakah follow-up kepada pasien Ya


cukup panjang dan lengkap? Alasan :Jenis penelitian ini adalah
nonequivalent control group design.
Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh ibu post partum dengan luka
perineum di wilayah kerja puskesmas
kalongan. Sampel untuk penelitan ini
yaitu 10 ibu post partum dengan di
berikan ikan gabus dan 10 ibu post
partum dengan tidak di berikan ikan
gabus. Penggumpulan data dalam
penelitian ini yaitu dengan lembar
observasi. Analisis data dalam
penelitian ini yaitu analisis univariate.
Menggunakan uji saphiro wilk,
setelah data di ketahui berdistribusi
tidak normal lalu di lakukan uji
normalitas yaitu Wilcoxon signed
rank.
Apakah pasien, klinisi dan Tidak
peneliti blind terhadap terapi? Karena semua yang dilakukan
diketahui oleh responden.
Apakah grup pasien diperlakukan Ya
sama, selain dari terapi yang Alasan : Sampel untuk penelitan ini
diberikan? yaitu 10 ibu post partum dengan di
berikan ikan gabus dan 10 ibu post
partum dengan tidak di berikan ikan
gabus. Penggumpulan data dalam
penelitian ini yaitu dengan lembar
observasi.
Apakah karakteristik grup pasien Ya
sama pada awal penelitian, selain Alasan : Sampel untuk penelitan ini
dari terapi yang diberikan? yaitu 10 ibu post partum dengan di
berikan ikan gabus dan 10 ibu post
partum dengan tidak di berikan ikan
gabus. Penggumpulan data dalam
penelitian ini yaitu dengan lembar
6

observasi. Analisis data dalam


penelitian ini yaitu analisis univariate.
Menggunakan uji saphiro wilk,
setelah data di ketahui berdistribusi
tidak normal lalu di lakukan uji
normalitas yaitu Wilcoxon signed
rank.

2. Apakah hasil penelitian yang valid dan penting tersebut applicable (dapat
diterapkan) dalam praktik sehari-hari?
Apakah hasilnya dapat diterapkan kepada pasien kita? Iya
Apakah karakteristik pasien kita Karakteristik klien kita tidak
sangat berbeda dibandingkan pasien memiliki perbedaan atau hampir
pada penelitian sehingga hasilnya sama dibandingkan dengan subjek
tidak dapat diterapkan? atau responden pada penelitian ini.
Apakah hasilnya mungkin Ya
dikerjakan di tempat kerja kita? Alasan: Karakterisik subjek
penelitian tidak jauh berbeda
penyuluhan, pengetahuan dan sikap
ibu nifasbisa diterapkan diempat
kerja unuk meningkatkan
pengeahuan ibu.

Parenggean, November 2021

Mengetahui,
Pembimbing Institusi Mahasiswa

Susi Ernawati
Heti Ira Ayue, SST.,M.Keb
NIM PO.62.24.2.21.529
NIP.19781027 200501 2 001
7

DAFTAR PUSTAKA

Armyati, Eky Oktaviana. 2015. Buku Ajar Psikologi Kebidanan. Ponorogo:


Unmuh Ponorogo Press
Asrinah.2016. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jannah, Nurul. 2018. Buku AjarAsuhan Kebidanan:Kehamilan. Yogyakarta: C.V
ANDI OFFSET
Delima, M., Arni, G. Z., & Rosya, E. (2016). Pengaruh pijat oksitosin terhadap
peningkatan produksi asi ibu menyusui di puskesmas plus
mandiangin. Jurnal Ipteks Terapan, 9(4).
Hesty, P. R. (2018). Hubungan Kepatuhan Minum Obat, Pola Makan Dan
Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien Dm Tipe 2 Di
Poliklinik Rs Islam Ibnu Sina Padang Tahun 2018 (Doctoral dissertation,
Universitas Andalas).
Isnaini, N., & Diyanti, R. (2018). Hubungan Pijat Oksitosin Pada Ibu Nifas
Terhadap Pengluaran Asi Di Wilayah Kerja Puskesmas Raja Basa Indah
Bandar Lampung Tahun 2015. JKM (Jurnal Kebidanan
Malahayati), 1(2).
Juliastuti, J. (2019). Efektivitas Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Terhadap
Kecukupan Asi Pada Ibu Menyusui Di Puskesmas Kuta Baro Aceh
Besar. Indonesian Journal for Health Sciences, 3(1), 1-5.
Kementerian Kesehatan RI. Kesehatan dalam Kerangka Sistainable Development
Goals (SDG'S). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015.
Marliandiani.2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas dan.
Menyusui.Pertama. Tri U, editor. Jakarta: salemba medika
Mohamed, H. A. E., & El-Nagger, N. S. (2012). Effect of self perineal care
instructions on episiotomy pain and wound healing of postpartum
women. Journal of American Science, 8(6), 640-650.
Mufdlilah, dkk. 2019. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nugroho W. 2016. Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Nurhalimah, N. 2014. Peningkatan Konsep Diri Positif Dengan Layanan
Konseling. Jurnal Bimbingan Konseling.
8

PPNI (2016) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat


Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Rini Susilo dan D Feti Kumala.2017.Panduan Asuhan Nifas& Evidance Based.
Practice.Yogyakarta: Deepublish.
Roesli, U. 2018. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif.
Jakarta : Pustaka Bunda
Saleha S. 2019. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Saputri, I. N., Gurusinga, R., & Friska, N. (2020). PENGARUH SENAM NIFAS
TERHADAP PROSES INVOLUSI UTERI PADA IBU
POSTPARTUM. JURNAL KEBIDANAN KESTRA (JKK), 2(2), 159-163.
Soetjiningsih., Ranuh, IG.N Gde. (2017). Tumbuh Kembang Anak, Edisi 2.
Jakarta. : EGC. Sutejo.
Sulistyawati, A. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu nifas.Jogjakarta:
Andi Offset.
Violita, T. Y. V. (2019). Efektifitas Ikan Gabus Terhadap Penyembuhan Luka
Perineum Pada Ibu Post Partum Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalongan
Kabupaten Semarang Tahun 2019 (Doctoral dissertation, Universitas
Ngudi Waluyo).

Anda mungkin juga menyukai