Anda di halaman 1dari 7

Tugas 5 Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan

Analisis Perbandingan Aktivitas Operasi PT Unilever Indonesia Tbk. dan


PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Dosen Pengampu: Vogy Gautama Buanaputra, Ph.D., AFHEA

Oleh Kelompok 6:
Alyssa Rosdiana (19/438671/EK/22204)
Angelica Andrea C. T. (19/438672/EK/22205)
Afdlalul Ibrahim Husain (19/441339/EK/22357)
Dionesa Anargya Raharjo (19/441358/EK/22376)
Fathah Oscar (19/444738/EK/22556)
Josephine Aurelie S. P. (19/441376/EK/22394)
Kadek Maydi Cahyani (19/441377/EK/22395)
Nobel Brian Arianto (19/444758/EK/22576)
Wynto (19/441402/EK/22420)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2021
A. PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR)

Dalam analisis aktivitas operasi, terdapat berbagai pengukuran yang dilakukan untuk
menilai aktivitas operasi yang dilakukan perusahaan. Pada kasus kali ini adalah pada
Laporan Keuangan PT Unilever Indonesia Tbk. Analisis yang pertama adalah melihat
bagian Laporan Laba Rugi karena memuat informasi untuk klasifikasi dan pengukuran
laba alternatif. Salah satunya adalah dengan melihat besarnya laba berulang perusahaan
yang terdiri dari laba neto dan penghasilan komprehensif. Pada laporan laba rugi PT
Unilever Indonesia Tbk tahun 2020, besarnya laba neto selama tahun berjalan adalah
Rp7.163.536.000.000 dan jumlah penghasilan komprehensif adalah sebesar
Rp7.056.606.000.000 dimana terdapat selisih sebesar Rp106.930.000.000 akibat
pengurangan dari jumlah penghasilan komprehensif lain. Penghasilan komprehensif lain
tersebut terdiri dari laba aktuarial yang timbul dari asumsi keuangan, imbal hasil atas aset
program pensiun yang tidak termasuk pendapatan bunga, dan rugi aktuarial yang timbul
dari penyesuaian
Hal-hal yang terjadi tidak berulang juga harus diungkapkan dalam laporan keuangan
perusahaan. Terdapat beberapa hal yang keterjadiannya tidak berulang, seperti transaksi
luar biasa, segmen yang berhenti beroperasi, perubahan akuntansi, biaya restrukturisasi,
dan hal-hal spesial. Transaksi luar biasa extraordinary items terjadinya tidak biasa dan
keterjadiannya jarang. Hal ini harus dibedakan dengan hal spesial yang terjadinya tidak
biasa atau keterjadiannya jarang, sehingga tidak harus keduanya terpenuhi. Kemudian,
segmen yang berhenti beroperasi adalah divisi atau lini produk yang telah dihentikan oleh
perusahaan. Hal ini harus diungkapkan dalam laporan keuangan, karena material dan
dapat menimbulkan biaya. Kemudian, perubahan akuntansi dan perubahan kebijakan
lainnya juga harus dicatat dalam laporan keuangan. Biaya restrukturisasi biasanya timbul
ketika perusahaan melakukan perubahan strategi dan struktur perusahaan yang biasanya
dilakukan setelah suatu kejadian tertentu.
Berdasarkan laporan keuangan Unilever tahun 2020, satu-satunya hal yang tidak
berulang adalah perubahan tarif pajak penghasilan yang ditetapkan oleh pemerintah
sebagai imbas dari UU Cipta Kerja. Tarif pajak penghasilan yang awalnya 25% berubah
menjadi 22% untuk tahun 2020 dan 2021, dan 20% pada tahun 2022 dan selanjutnya.
Atas perubahan tarif ini, pengukuran kewajiban pajak saat ini dan tangguhan perlu
mengalami penyesuaian. Oleh karena itu, terdapat akun “Dampak perubahan tarif pajak”
sejumlah Rp80.166.000. Selain itu liabilitas pajak tangguhan juga mengalami perubahan.
PT. Unilever Tbk, dalam laporan keuangan disebut dengan Perseroan, mengakui
pendapatan kontrak ketika kewajiban telah selesai. Pendapatan Perseroan atas kontrak
merupakan jumlah imbalan yang diperkirakan akan menjadi hak Perseroan atas
pertukaran atau pengalihan barang kepada pelanggan dalam kegiatan usaha normal.
Penyelesaian kewajiban terjadi pada saat risiko dan pengendalian atas pengalihan barang
telah menjadi tanggungjawab pelanggan. Berdasarkan informasi dalam Catatan atas
Laporan Keuangan Perseroan (2020), dua kondisi yang menjadi indikator bahwa
pengendalian telah dialihkan dan menjadi tanggungjawab pelanggan adalah jika
pelanggan sudah dapat menentukan penggunaan dari barang yang diperoleh dan
pelanggan telah atau akan memperoleh manfaat ekonomi atas penerimaan barang.
Pendapatan atas penjualan ekspor diakui oleh Perseroan pada saat penyerahan barang
ketika pengendalian telah dialihkan. Perseroan menggunakan shipping terms FOB
shipping point sehingga ketika barang telah keluar dari Gudang Perseroan dan sudah
dilakukan penyerahan barang di atas kapal, pengendalian dan risiko sudah dialihkan
kepada pelanggan. Saat itulah Perseroan mengakui pendapatan atas penjualan ekspor.
Pengakuan pendapatan atas penjualan lokal modern trade dilakukan oleh Perseroan
ketika pengendalian telah dialihkan ke pelanggan saat penyerahan barang. Untuk
penjualan lokal ke pelanggan general trade, Perseroan mengakui pendapatan ketika
pengendalian telah ditanggung oleh pelanggan saat serah terima barang pada titik
penyerahan yang telah disepakati. Perseroan mengakui pendapatan dengan basis akrual
saat semua risiko dan pengendalian telah dialihkan pada pelanggan.
Berdasarkan Laporan Laba Rugi Tahun 2020 PT Unilever Indonesia Tbk, dilaporkan
bahwa Unilever Indonesia menanggung Beban Pajak Penghasilan sebesar
Rp2.043.333.000.000. Jika melihat dari penjelasan Catatan atas Laporan Keuangan,
beban pajak penghasilan tersebut terdiri dari pajak kini dan pajak tangguhan. Unilever
Indonesia menghitung pajak penghasilan kini dengan menggunakan tarif pajak yang telah
diberlakukan pada tanggal posisi keuangan, sedangkan pajak penghasilan tangguhan akan
diakui terhadap semua perbedaan temporer antara dasar pengenaan pajak atas aset dan
liabilitas dengan nilai tercatatnya. Komposisi beban pajak penghasilan tersebut ialah
pajak penghasilan kini sebesar Rp2.086.784.000.000, pajak tangguhan sebesar
(Rp96.504.000.000), dan penyesuaian beban pajak tahun sebelumnya sebesar
Rp53.053.000.000.
Berdasarkan Catatan atas Laporan Keuangan Tahun 2020 PT Unilever Indonesia Tbk
mengenai kewajiban imbalan kerja jangka panjang, Unilever Indonesia mengakui adanya
biaya bunga sebesar Rp134.011.000.000 pada imbalan pensiun, biaya bunga sebesar
Rp36.989.000.000 pada imbalan kesehatan pasca kerja, dan biaya bunga sebesar
Rp4.628.000.000 pada imbalan pasca kerja lainnya. Ketiga biaya bunga tersebut termasuk
di dalam laba rugi Unilever Indonesia. Unilever Indonesia juga mengakui biaya bunga
sebesar Rp12.680.000.000 pada imbalan kerja jangka panjang lainnya di dalam kewajiban
imbalan kerja jangka panjang tahun 2020. Selain itu, terdapat pengakuan bunga atas
liabilitas sewa yang diakui di laba rugi tahun 2020 sebesar Rp75.641.000.000. Jumlah
bunga atas liabilitas sewa tersebut menurun jika dibandingkan pada tahun 2019 sebesar
Rp78.062.000.000.
Menurut keterangan yang terdapat pada Catatan atas Laporan Keuangan Tahun 2020
PT Unilever Indonesia Tbk, dilaporkan bahwa imbalan kerja dibagi menjadi lima kategori
yaitu imbalan kerja jangka pendek, imbalan pensiun, imbalan kesehatan pasca kerja, dan
imbalan kerja jangka panjang lainnya. Imbalan kerja jangka pendek diakui saat terutang
kepada karyawan, program imbalan pensiun akan diterima oleh karyawan pada saat
pensiun, sedangkan imbalan kesehatan pasca kerja biasanya diberikan oleh perseroan
kepada karyawan yang telah pensiun dan anggota keluarga tertentu. Yang terakhir,
imbalan kerja jangka panjang lainnya dapat berupa yubileum dan imbalan cuti panjang.
Dalam laporan keuangan, imbalan kerja akan berdampak pada peningkatan liabilitas.
Yang termasuk ke dalam kewajiban imbalan kerja jangka panjang adalah imbalan
pensiun, imbalan kesehatan pasca kerja, imbalan pasca kerja lainnya, dan imbalan kerja
jangka panjang lainnya. Jumlah dari ketiga imbalan tersebut sebesar
Rp1,267,675,000,000 yang dikurangi dengan liabilitas imbalan kerja jangka pendek pada
tahun 2020 yang telah diakui sebesar Rp87,084,000,000 sedangkan liabilitas imbalan
kerja jangka panjang sebesar Rp1,180,591,000,000. Ketika perusahaan melakukan
pembayaran atas imbalan kerja maka akan berdampak pada pengeluaran pada arus kas
aktivitas operasi sebesar Rp501,059.000.000 untuk pembayaran imbalan kerja jangka
panjang pensiun dan Rp37,549,000,000 untuk pembayaran imbalan kerja jangka panjang
non-pensiun. Sedangkan, informasi mengenai imbalan pensiun pada akhir tahun 2020
sebesar Rp1,747,319,000,000 yang termasuk di dalamnya mempertimbangkan biaya
bunga, biaya jasa kini, biaya masa lalu dan disesuaikan lagi dengan rugi/laba yang timbul
dari penyesuaian dan asumsi keuangan. Di dalam laporan keuangan juga disebutkan
informasi mengenai aset program untuk imbalan pensiun menggunakan instrumen ekuitas
sebesar 56.44%, instrumen keuangan sebesar 38.44%, dan deposito berjangka sebesar
5.12% yang mempertimbangkan imbal hasil jangka panjang atas investasi yang
dilakukan. Kebijakan Unilever menyatakan bahwa perseroan menyelenggarakan program
imbalan kesehatan pasca kerja yang tidak didanai, kebijakan itu didasari oleh asumsi
bahwa terjadi kenaikan biaya klaim kesehatan dalam jangka panjang sebesar 7,00%
(2019: 7,00%) dan klaim tahunan atas program imbalan kesehatan pasca kerja sebesar
Rp19,500,000 (nilai penuh) (2019: Rp25,053,000 (nilai penuh) per karyawan.

B. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP)

Dalam Laporan Laba Rugi tahun 2020 PT Indofood CBP Sukses Makmur mencatat
nilai Beban Pajak Penghasilan sebesar Rp2.540.073.000.000. Nilai dari Total Beban Pajak
Penghasilan tersebut berdasarkan Catatan Atas Laporan Keuangan yaitu terdiri dari Pajak
kini (tahun berjalan dan penyesuaian periode lalu) dan Pajak tangguhan (Tahun berjalan dan
penyesuaian periode lalu. Rincian dari nilai pajak tersebut yaitu Pajak kini sebesar
Rp2.542.712.000.000 dan Pajak tangguhan sebesar (Rp2.639.000.000). Perusahaan
menggunakan tarif pajak sebesar yang telah ditetapkan pemerintah pada periode berjalan.
Perusahaan menggunakan tarif pajak penghasilan tunggal sebesar 25%. Selain itu, perusahaan
menggunakan tarif yang diperoleh dari kebijakan penurunan tarif Pajak Penghasilan sebesar
5% dari tarif tertinggi PPh sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat 1b Undang-undang pajak
penghasilan.
Berdasarkan Catatan Atas Laporan Keuangan PT Indofood CBP Sukses Makmur,
terdapat beberapa beban bunga yang terlaporkan. Dalam laporan tersebut, tercatat atas bunga
kewajiban imbalan kerja yaitu senilai Rp263.038.000.000. Selain itu, terdapat beban bunga
atas liabilitas sewa sebesar Rp13.448.000.000. Beban bunga tersebut berhubungan dengan
beban keuangan secara total yang dijumlahkan dengan Beban bunga dan beban bank senilai
Rp657.097.000.000 sehingga menghasilkan total beban keuangan Rp670.545.000.000.
Pada Laporan Keuangan Indofood CBP Sukses makmur, menjelaskan bahwa
pendapatan dari kontrak dengan pelanggan diakui pada saat pengendalian barang atau jasa
dialihkan kepada pelanggan dalam jumlah yang mencerminkan imbalan yang diharapkan
akan menjadi hak kelompok usaha dalam pertukaran barang atau jasa tersebut. Dapat
diketahui bila kelompok usaha secara umum menyimpulkan bahwa mereka adalah prinsipal
dalam pengaturan pendapatanya.
Apabila terdapat kontrak tertentu dengan pelanggan dalam segmen bisnis maka perlu
adanya pencatatan akuntansi imbalan variabel berupa hak pengembalian dan penyesuaian
harga sehubungan klaim kualitas, Dalam menentukan estimasi terkait, manajemen
menggunakan nilai ekspektasian berdasarkan pengalaman historis. Atau menggunakan pola
pembelian saat ini. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pembalikan yang signifikan
atas pendapatan kumulatif yang diakui ketika ketidakpastian terkait diselesaikan kedepannya.
Sedangkan pengakuan dilakukan ketika dokumen pendukung telah dari pelanggan atau saat
kemungkiinan besar imbalan variabel akan diberikan.
Piutang usaha juga merupakan hak kelompok usaha atas sejumlah imbalan yang tidak
bersyarat (hanya berlalunya waktu yang diperlukan sebelum jatuh tempo). Penghasilan bunga
dicatat dengan menggunakan metode suku bunga efektif (SBE), yaitu suku bunga yang secara
tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa yang akan datang
selama harapan umur dari instrumen keuangan.
Sesuai dengan istilahnya, yaitu extraordinary items, transaksi ini merupakan sesuatu
yang luar biasa dan sangat jarang terjadi. Pada Laporan Keuangan PT Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk., khususnya tahun 2020, tidak dilaporkan kejadian transaksi luar biasa pada
ICBP. Kejadian terdekat yang diungkapkan dalam CALK PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk. adalah perubahan nilai nominal pada saham ICBP dari yang sebelumnya seharga Rp 100
per lembar saham menjadi Rp 50 per lembar saham. Kejadian ini terjadi pada pertengahan
tahun 2016 yang persetujuannya dilakukan pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
untuk menyetujui perubahan nilai nominal saham ini.
Fakta lain yang masih berkaitan dengan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
(ICBP) adalah penghentian produksi produk makanan ringan Lays, Cheetos, dan Doritos oleh
PT Indofood Fritolay Makmur (IFL) yang masih merupakan perusahaan anak dari PT
Indofood Sukses Makmur (INDF) untuk mengakhiri perjanjian lisensi dengan PepsiCo.
Penghentian produksi ini berlaku sejak Agustus 2021 juga diiringi peraturan yang
menegaskan IFL, PepsiCo, dan pihak afiliasi lainnya dilarang memproduksi, menjual, dan
segala hal terkait produk makanan ringan yang bersaing dengan produk IFL selama tiga tahun
sejak berakhirnya masa transisi ini. Perusahaan masih akan terus memproduksi dan
mengembangkan merek makanan ringannya sendiri seperti Chitato, Qtela, Chiki, dan Jetz.
Menurut Catatan Atas Laporan Keuangan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT
Indofood memiliki 35.355 karyawan pada 31 Desember 2020 dan 30.045 karyawan pada 31
Desember 2019. Perusahaan mengikuti Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13/2003 dalam
melakukan estimasi perhitungan imbalan kerja karyawan. Keuntungan dan kerugian diakui
pada laporan posisi keuangan konsolidasian dengan langsung menambah atau mengurangi
melalui penghasilan komprehensif lain pada periode terjadinya, bukan pada periode
berikutnya. Biaya jasa yang sudah terjadi harus diakui lebih awal, pilihannya ketika
perubahan program atau kurtailmen terjadi atau ketika entitas mengakui biaya
restrukturisasi/imbalan terminasi. Bunga neto didasarkan pada tingkat diskonto terhadap
liabilitas imbalan kerja neto. Sementara perubahan terhadap liabilitas imbalan kerja neto
terhitung pada biaya jasa terdiri atas, biaya jasa kini, biaya jasa lalu, keuntungan & kerugian
dari kurtailmen & penyelesaian tidak rutin, dan beban/penghasilan bunga neto. Perhitungan
liabilitas imbalan kerja serta kewajiban dan biaya pensiun bergantung pada asumsi yang
digunakan, misalnya tingkat diskonto tahunan, kenaikan gaji tahunan, pengunduran diri
karyawan, cacat tahunan, umur pensiun, dan referensi tingkat mortalitas.
Perhitungan imbalan kerja juga berpengaruh pada rekonsiliasi fiskal perusahaan,
sebelum beban pajak penghasilan dan estimasi laba kena pajak. Pada 2020, perbedaan
temporer, khususnya perbedaan penyusutan dan penyisihan untuk liabilitas imbalan kerja
karyawan, nominalnya sebesar Rp133.888.000.000. Nilai ini merupakan dua kali lipat dari
tahun sebelumnya, yaitu Rp62.194.000.000. Liabilitas imbalan kerja karyawan juga
memengaruhi nilai pajak tangguhan perusahaan, aset pajak tangguhan bertambah sebesar
Rp632.275.000.000 dan liabilitas pajak tambahan bertambah sebesar Rp92.701.000.000 dari
liabilitas imbalan kerja karyawan. Perubahan yang dibebankan ke laba rugi dari liabilitas
imbalan kerja karyawan sebesar Rp208.097.000.000. Dari nominal tersebut, pemindahan
karyawan menyumbang Rp4.704.000.000. Padahal di tahun sebelumnya, nominal ini 0
rupiah. Dari pengukuran kembali yang dibebankan ke penghasilan komprehensif, perubahan
asumsi keuangan juga memiliki pengaruh sebesar 2 kali lebih kecil dibandingkan laba yang
didapatkan pada tahun sebelumnya. Salah satu penyebabnya karena PT Kappa Konsultan
Utama, perusahaan aktuaria independen, menggunakan asumsi akturial tingkat diskonto 2020
sebesar 3% - 6,9%, tetapi pada 2019 sebesar 7,7% - 7,9%. Pada beban penjualan dan
distribusi, imbalan kerja karyawan bersama dengan pengangkutan & penanganan, gaji, dan
upah memiliki nominal sebesar Rp606.457.000.000. Sementara pada beban umum dan
administrasi, imbalan kerja karyawan bersama dengan gaji dan upah memiliki nominal
Rp1.240.904.000.000. Dari keduanya bisa dilihat, kontribusi lebih besar pada beban umum
dan administrasi dibandingkan dengan beban penjualan dan distribusi karena pada kegiatan
penjualan dan distribusi SDM yang lebih banyak berperan berasal dari eksternal perusahaan
dan tidak mendapat imbalan dari perusahaan. Pada laporan laba rugi, keuntungan
komprehensif lain dari liabilitas imbalan kerja karyawan bernilai Rp5.351.000.000. Nominal
cukup jauh dari keuntungan pada tahun 2019 yang mencapai Rp27.542.000.000.
DAFTAR PUSTAKA

Subramanyam, K. (2014). Financial Statement Analysis (11th ed.). McGraw-Hill Education.


Unilever. (2020). Laporan Keuangan. Unilever. Retrieved September 27, 2021, from
https://www.unilever.co.id/investor-relations/publikasi-perusahaan/laporan-keuangan.
html
Indofood. (2020). Laporan Keuangan. Indofood. Retrieved September 27, 2021, from
https://www.indofoodcbp.com/uploads/statement/ICBP_Bilingual_31_Des_20_Releas
ed.pdf

Anda mungkin juga menyukai