Anda di halaman 1dari 13

BAHAN AJAR

MATA KULIAH

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

POKOK BAHASAN “EMOTIONAL INTELLIGENCE”

Dosen Pengampu:
Nama : Siti Raihan, S.Pd., M.Pd.
NIP : 199305252019032027
NIDN : 0025059301

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


A. Pengertian Kecerdasan Emosi

Dalam diri manusia mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Kelebihan tersebut


dapat berupa dalam bidang pengetahuan, keterampilan, berbicara, dan lain sebagainya.
Kelebihan maupun kelemahan tersebut dapat dipengaruhi dengan yang dinamakan kecerdasan.
Kecerdasan ini dapat meliputi Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Spiritual (SQ), dan
Kecerdasan Emosi (EQ). Dari berbagai hasil penelitian, telah banyak terbukti bahwa
kecerdasan emosi memiliki peran yang lebih signifikan disbanding Kecerdasan Intelektual
(IQ). Kecerdasan Otak (IQ) berperan sebatas syarat minimal meraih keberhasilan, namun
kecerdasan emosilah yang sesungguhnya mengantarkan seseorang menuju puncak prestasi.
Terbukti, banyak orang yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi, terpuruk di tengah
persaingan. Sebaliknya, nenyak yang mempunyai kecerdasan intelektual biasa-biasa saja,
justru sukses menjadi bintang-bintang kinerja, pengusaha-pengusaha sukses, dan pemimpin-
pemimpin di berbagai kelompok. Di sinilah Kecerdasan Emosi (EQ) membuktikkan
eksistensinya.

Menurut Goleman (1999:7), asal kata emosi adalah movere, kata kerja Bahasa Latin
yang berarti “menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e-” untuk memberi arti “bergerak
menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi,
emosi memancing tindakan dan akar dorongan untuk bertindak dalam menyelesaikan suatu
masalah dengan seketika. Menurut Goleman (2002:45) kecerdasan emosi merujuk pada
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan
dorongan hati dan tidak melebih–lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga
agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, dan berempati. Cooper dan Sawaf
(dalam Efendi, 2005: 172) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagaimana di bawah ini:
“Emotional Intelligence is the ability to sense, understand, and effectivelly apply the power
and acumen of emotions as a source of human energy, information, connection, and influence.”
(Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif
mengaplikasikan kekuatan serta kecerdasan emosi sebagai sebuah sumber energi manusia,
informasi, hubungan, dan pengaruh). Menurut Salovey dan Mayer (dalam Goleman, 2003: 513)
kecerdasan emosi adalah kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan
orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan.

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk secara sah alasan dengan emosi
dan menggunakan emosi untuk meningkatkan pemikiran. EI (Emotional Intelegent) sebagai
kapasitas untuk alasan tentang emosi, dan emosi untuk meningkatkan pemikiran. Ini termasuk
kemampuan untuk secara akurat memahami emosi, untuk mengakses dan menghasilkan emosi
sehingga dapat membantu pikiran, memahami emosi dan pengetahuan emosional, dan reflektif
mengatur emosi sehingga untuk mempromosikan pertumbuhan emosional dan intelektual.

Kecerdasan emosional mengacu pada kemampuan untuk mengenali makna emosi dan
hubungan mereka, dan untuk alasan dan memecahkan masalah atas dasar mereka. Kecerdasan
emosional terlibat dalam kapasitas untuk merasakan emosi, mengasimilasi perasaan emosi
yang terkait, memahami informasi dari emosi, dan mengelolanya.
1. Emosi. Dalam model ini, emosi mengacu pada keadaan perasaan (termasuk respon
fisiologis dan kognisi) yang menyampaikan informasi tentang hubungan. Misalnya,
kebahagiaan adalah keadaan perasaan yang juga menyampaikan informasi tentang
hubungan biasanya, salah satu yang ingin bergabung dengan orang lain. Demikian pula,
rasa takut adalah keadaan perasaan yang sesuai dengan hubungan dorongan untuk
melarikan diri orang lain.
2. Intelijen. Dalam model ini, intelijen mengacu pada kapasitas untuk alasan sah tentang
informasi.

Adapun ciri orang yang mempunyai kecerdasan emosi adalah mudah bergaul, tidak
mudah takut, bersikap tegas, berkemampuan besar untuk melibatkan diri dengan orang lain,
konsisten, tidak emosional, lebih mengutamakan rasio daripada emosi, dapat memotivasi
dirinya sendiri, dan lebih penting dapat memecahkan solusi dalam keadaan yang darurat.
Seperti dikatakan oleh Doug Lennick seorang executive vice president di Amerika
Express Financial Services (dalam Goleman, 2003: 36) bahwa yang diperlukan untuk sukses
dimulai dengan ketrampilan intelektual, tetapi orang memerlukan kecakapan emosi untuk
memanfaatkan potensi bakat mereka secara maksimal, jadi kecerdasan emosional dapat
membantu seseorang dalam menggunakan kemampuan kognitifnya sesuai dengan potensi yang
dimilikinya secara maksimum.
Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi merupakan
aspek yang sangat dibutuhkan dalam bidang kehidupan sehari-hari kita baik di lingkungan
keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Selain itu, kecerdasan emosionallah yang
memotivasi kita untuk mencari manfaat, potensi dan mengubahnya dari apa yang kita pikirkan
menjadi apa yang kita lakukan.
Dengan demikian kecerdasan emosi adalah sejumlah kemampuan dan keterampilan
yang berkaitan dengan pembinaan hubungan sosial dengan lingkungan yang merujuk pada
kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri
sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik dan dalam hubungan dengan orang lain
dengan indikator:
1. Kesadaran diri,
Meliputi: kesadaran diri emosi yaitu membaca emosi diri sendiri dan mengenali
dampaknya dan menggunakan “insting” untuk menuntun keputusan, penilaian diri
yang akurat adalah mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri, dan kepercayaan diri
meliputi kepekaan yang sehat mengenai harga diri dan kemampuan diri.
2. Pengelolaan diri
Meliputi: kendali diri emosi yaitu mengendalikan emosi dan dorongan yang meledak-
ledak, transparansi adalah menunjukkan kejujuran dan integritas serta kelayakan untuk
dipercaya, kemampuan menyesuaikan diri meliputi kelenturan di dalam beradaptasi
dengan perubahan situasi atau mengatasi hambatan, pencapaian yaitu dorongan untuk
memperbaiki kinerja untuk memenuhi standar-standar prestasi yang ditentukan oleh
diri sendiri, inisiatif merupakan kesiapan untuk bertindak dan menggunakan
kesempatan, dan optimisme yaitu melihat sisi positif suatu peristiwa.
3. Kesadaran sosial
Meliputi: empati merasakan emosi orang lain, memahami sudut pandang mereka, dan
berminat aktif pada kekhawatiran mereka, kesadaran organisasional adalah membaca
apa yang sedang terjadi, keputusan jaringan kerja, dan politik di tingkat organisasi,
pelayanan yaitu mengenali dan memenuhi kebutuhan pengikut, klien, atau pelanggan.
4. Pengelolaan relasi
Meliputi: kepemimpinan yang menginspirasi yaitu membimbing dan memotivasi
dengan visi yang semangat, pengaruh adalah menguasai berbagai taktik membujuk,
mengembangkan orang lain meliputi menunjang kemampuan orang lain melalui
umpan-balik dan bimbingan, katalis perubahan yaitu memprakarsai, mengelola dan
memimpin di arah yang baru, pengelolaan konflik yaitu menyelesaikan pertengkaran,
membangun ikatan adalah menumbuhkan dan memelihara jaringan relasi, kerja
kelompok dan kolaborasi yaitu kerjasama dan pembangunan kelompok.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosi

Menurut Goleman terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional,


yaitu: Faktor internal, yakni faktor yang timbul dari dalam diri individu yang dipengaruhi
oleh keadaan otak emosional seseorang. Otak emosional dipengaruhi oleh amygdala,
neokorteks, sistem limbik, lobus prefrontal dan hal-hal yang berada pada otak emosional, dan
Faktor Eksternal yakni faktor yang datang dari luar individu dan mempengaruhi atau
mengubah sikap pengaruh luar yang bersifat individu dapat secara perorangan, secara
kelompok, antara individu dipengaruhi kelompok atau sebaliknya, juga dapat bersifat tidak
langsung yaitu melalui perantara misalnya media massa baik cetak maupun elektronik serta
informasi yang canggih lewat jasa satelit.

Sedangkan menurut Agustian (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan


emosional, yaitu: faktor psikologis, faktor pelatihan emosi dan faktor pendidikan.
1. Faktor psikologis
Faktor psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor
internal ini akan membantu individu dalam mengelola, mengontrol, mengendalikan dan
mengkoordinasikan keadaan emosi agar termanifestasi dalam perilaku secara efektif.
Menurut Goleman (2007) kecerdasan emosi erat kaitannya dengan keadaan otak
emosional. Bagian otak yang mengurusi emosi adalah sistem limbik. Sistem limbik
terletak jauh dalam hemisfer otak besar dan terutama bertanggung jawab atas
pengaturan emosi dan impuls. Peningkatan kecerdasan emosi secara fisiologis dapat
dilakukan dengan puasa. Puasa tidak hanya mengendalikan dorongan fisiologis
manusia, namun juga mampu mengendalikan kekuasaan impuls emosi. Puasa yang
dimaksud salah satunya yaitu puasa sunah Senin-Kamis.

2. Faktor pelatihan emosi


Kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang akan menciptakan kebiasaan, dan
kebiasaan rutin tersebut akan menghasilkan pengalaman yang berujung pada
pembentukan nilai (value). Reaksi emosional apabila diulang-ulang pun akan
berkembang menjadi suatu kebiasaan. Pengendalian diri tidak muncul begitu saja tanpa
dilatih. Misalnya melalui puasa sunah Senin Kamis, dorongan, keinginan, maupun
reaksi emosional yang negatif dilatih agar tidak dilampiaskan begitu saja sehingga
mampu menjaga tujuan dari puasa itu sendiri. Kejernihan hati yang terbentuk melalui
puasa sunah Senin Kamis akan menghadirkan suara hati yang jernih sebagai landasan
penting bagi pembangunan kecerdasan emosi.

3. Faktor pendidikan
Pendidikan dapat menjadi salah satu sarana belajar individu untuk
mengembangkan kecerdasan emosi. Individu mulai dikenalkan dengan berbagai bentuk
emosi dan bagaimana mengelolanya melalui pendidikan. Pendidikan tidak hanya
berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sistem
pendidikan di sekolah tidak boleh hanya menekankan pada kecerdasan akademik saja,
memisahkan kehidupan dunia dan akhirat, serta menjadikan ajaran agama sebagai ritual
saja. Sebagai contoh, pelaksanaan puasa sunah Senin Kamis yang berulang-ulang dapat
membentuk pengalaman keagamaan yang memunculkan kecerdasan emosi. Puasa
sunah Senin Kamis mampu mendidik individu untuk memiliki kejujuran, komitmen,
visi, kreativitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan, kepercayaan, peguasaan
diri atau sinergi, sebagai bagian dari pondasi kecerdasan emosi

C. Macam-macam Kecerdasan Emosi


Beberapa contoh macam emosi:
1. Amarah: beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati.
2. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa.
3. Rasa takut: cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak
tenang, ngeri.
4. Kenikmatan: bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga.
5. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,
hormat, dan kemesraan.
6. Terkejut: terkesiap, terkejut.
7. Jengkel: hina, jijik, muak, mual, tidak suka.
8. Malu: malu hati, kesal.
Menurut Golemen, ada lima macam kecerdasan emosi, yaitu:
1. Kemampuan Mengenali Emosi Diri
Anak kenal perasaannya sendiri sewaktu emosi itu muncul. Seseorang yang mampu
mengenali emosinya akan memiliki kepekaan yang tajam atas perasaan yang muncul
seperti senang, bahagia, sedih, marah, benci dan sebagainya.
2. Kemampuan Mengelola Emosi
Anak mampu mengendalikan perasaannya sehingga emosinya tidak meledak-ledak
yang akibatnya memengaruhi perilakunya secara salah. Meski sedang marah, orang
yang mampu mengelola emosinya akan mengendalikan kemarahannya dengan baik,
tidak teriak-teriak atau bicara kasar.
3. Kemampuan Memotivasi Diri
Anak dapat memberikan semangat pada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik
dan bermanfaat. Ia punya harapan dan optimisme yang tinggi sehingga memiliki
semangat untuk melakukan suatu aktivitas.
4. Kemampuan Mengenali Emosi Orang Lain
Balita bisa mengerti perasaan dan kebutuhan orang lain, sehingga orang lain merasa
senang dan dimengerti perasaannya. Kemampuan ini sering juga disebut sebagai
kemampuan berempati. Orang yang memiliki empati cenderung disukai orang lain.
5. Kemampuan Membina Hubungan
Anak sanggup mengelola emosi orang lain sehingga tercipta keterampilan sosial yang
tinggi dan membuat pergaulan seseorang lebih luas. Anak-anak dengan kemampuan ini
cenderung punya banyak teman, pandai bergaul dan populer.

D. Meningkatkan Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi dapat ditinggkatkan. Ada beberapa aspek penting yang perlu
diperhatikan sebagai langkah awal guna meningkatkan kecerdasan emosi. Berikut adalah cara
untuk meningkatkan kecerdasan emosional.

1. Mengenali emosi diri

Keterampilan ini meliputi kemampuan Anda untuk mengidentifikasi apa yang


sesungguhnya Anda rasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, Anda
harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Berikut adalah beberapa contoh
pesan dari emosi: takut, sakit hati, marah, frustasi, kecewa, rasa bersalah, kesepian.
2. Melepaskan emosi negatif

Ketrampilan ini berkaitan dengan kemampuan Anda untuk memahami dampak dari
emosi negatif terhadap diri Anda. Sebagai contoh keinginan untuk memperbaiki situasi ataupun
memenuhi target pekerjaan yang membuat Anda mudah marah ataupun frustasi seringkali
justru merusak hubungan Anda dengan bawahan maupun atasan serta dapat menyebabkan
stres. Jadi, selama Anda dikendalikan oleh emosi negatif Anda justru Anda tidak bisa mencapai
potensi terbaik dari diri Anda. Solusinya, lepaskan emosi negatif melalui teknik
pendayagunaan pikiran bawah sadar sehingga Anda maupun orang-orang di sekitar Anda tidak
menerima dampak negatif dari emosi negatif yang muncul.
3. Mengelola emosi diri sendiri
Anda jangan pernah menganggap emosi negatif atau positif itu baik atau buruk. Emosi
adalah sekedar sinyal bagi kita untuk melakukan tindakan untuk mengatasi penyebab
munculnya perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan hasil akhir dari kejadian atau peristiwa.
Kemampuan kita untuk mengendalikan dan mengelola emosi dapat membantu Anda mencapai
kesuksesan. Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu: Pertama adalah
menghargai emosi dan menyadari dukungannya kepada Anda. Kedua berusaha mengetahui
pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani emosi ini
sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk menanganinya.
Kemampuan kita mengelola emosi adalah bentuk pengendalian diri yang paling penting dalam
manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan kita,
bukan sebaliknya.

4. Memotivasi diri sendiri

Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting
dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri
sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional–menahan diri terhadap kepuasan dan
mengendalikan dorongan hati–adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang.
Ketrampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala
bidang. Orang-orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif
dalam hal apapun yang mereka kerjakan.

5. Mengenali emosi orang lain


Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan
orang lain. Penguasaan ketrampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi
dengan orang lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih
dahulu sebelum dimengerti. Ketrampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan
manusia secara efektif.

6. Mengelola emosi orang lain

Jika ketrempilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan
antar pribadi, maka ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam membina
hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian
besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antar manusia. Ketrampilan
mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan yang dahsyat jika kita dapat
mengoptimalkannya. Sehingga kita mampu membangun hubungan antar pribadi yang kokoh
dan berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antar korporasi atau organisasi sebenarnya
dibangun atas hubungan antar individu. Semakin tinggi kemampuan individu dalam organisasi
untuk mengelola emosi orang lain.

7. Memotivasi orang lain.


Ketrampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari ketrampilan mengenali dan
mengelola emosi orang lain. Ketrampilan ini adalah bentuk lain dari kemampuan
kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi dan memotivasi orang lain
untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan membangun kerja
sama tim yang tangguh dan andal.

E. Pengaruh Kecerdasan Emosi terhadap Prestasi Peserta didik

Kecerdasan emosional (EI) adalah sejumlah kemampuan dan keterampilan yang


berkaitan dengan pembinaan hubungan sosial dengan lingkungan yang merujuk pada
kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri
sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik dan dalam hubungan dengan orang lain.
Untuk lebih menjelaskan tentang pentingnya kecerdasan emosi, Claude Steiner dan Paul Perry
(dalam Efendi, 2005: 65) juga menegaskan dalam bukunya, Achieving Emotional Literacy
(1997), bahwa semata-mata IQ yang tinggi tidak akan membuat seseorang menjadi cerdas.
Tanpa kecerdasan emosional, kemampuan untuk memahami dan mengelola perasaan-perasaan
kita dan perasaan-perasaan orang lain, kesempatan kita untuk hidup bahagia menjadi tipis.

Goleman, seorang peneliti dan juga penulis buku best seller tentang kecerdasan emosi
juga mengatakan bahwa setinggi-tingginya, IQ hanya menyumbang kira-kira 20 persen bagi
faktor-faktor yang menentukan sukses dalam hidup, maka yang 80 persen diisi oleh kekuatan-
kekuatan lain. Kekuatan-kekuatan lain dimaksud salah satunya adalah kecerdasan emosi.
Selain itu, Cooper dan Ayman (dalam Efendi, 2005: 65) juga menulis “Voltaire” menunjukkan
bahwa bagi bangsa romawi, sensus communis dan sensibility (kemampuan), mencakup seluruh
penggunaan indera, hati dan intuisi. Memang, bisnis berjalan di atas kekuatan otak (brain
power). Tetapi, untuk berpikir dengan baik dan agar kesuksesan itu bertahan lama, kita harus
belajar untuk menyaingi setiap aspek kecerdasan kita, bukan hanya dari kepala saja. Di
samping itu, bukti-bukti mutakhir neurologis menunjukkan bahwa emosi merupakan bahan
bakar yang sangat diperlukan bagi kekuatan penalaran otak...”.

Dari pendapat-pendapat tersebut maka semakin menguatkan pemikiran kita bahwa IQ


bukanlah satu-satunya faktor penentu keberhasilan seseorang. Akan tetapi ada hal yang lebih
berpengaruh terhadap keberhasilan seseorang, yaitu kecerdasan emosi. Kecerdasan emosional
adalah kecerdasan yang sangat diperlukan untuk berprestasi. Meskipun, seperti dikatakan
Goleman, kita tidak boleh melupakan peran motivasi positif dalam mencapai prestasi. Motivasi
positif itu berupa kumpulan perasaan antusiasme, gairah, dan keyakinan diri. Kesimpulan ini
ditunjukkan oleh hasil berbagai studi terhadap para atlet Olimpiade, musikus kelas dunia, dan
para grand master catur yang menunjukkan adanya ciri yang serupa pada mereka. Ciri yang
serupa itu berupa kemampuan memotivasi diri untuk tak henti-henti berlatih secara rutin.

Keuntungan tambahan atas sukses dalam kehidupan yang didorong oleh motivasi,
selain karena kemampuan bawaan lainnya, dapat dilihat pada unjuk kerja yang menakjubkan
oleh mahapeserta didik-mahapeserta didik Asia yang belajar di sekolah-sekolah Amerika serta
di berbagai bidang pekerjaan. Kita termotivasi oleh perasaan antusiasme dan kepuasan pada
apa yang kita kerjakan. Atau bahkan kadar optimal kecemasan emosi-emosi itulah yang
mendorong kita untuk berprestasi. Dalam artian inilah kecerdasan emosional merupakan
kecakapan utama, kemampuan yang secara mendalam mempengaruhi kemampuan lainnya,
baik memperlancar maupun menghambat kemampuan-kemampuan itu. Dari uraian di atas
dapat kita ketahui betapa besarnya peran kecerdasan emosi dalam kehidupan kita. Kecerdasan
emosi memang merupakan isu hangat yang selalu menarik untuk diteliti dan dikaji lebih dalam.
Atas dasar pemikiran sebagaimana terurai di atas dapat diasumsikan bahwa kecerdasan
emosional mempunyai peran yang sangat besar dalam penentu keberhasilan hidup seseorang
khususnya pada waktu mereka masih dalam proses pendidikan formal yang ditunjukkan
dengan keberhasilan meraih prestasi belajar. Puncak kecerdasan emosional akan dapat dicapai
jika seseorang mencapai keadaan flow, yaitu sebuah keadaan ketika seseorang sepenuhnya
terserap ke dalam apa yang sedang dikerjakannya, perhatiannya hanya terfokus ke pekerjaan
itu, dan kesadarannya menyatu dengan tindakan. Flow merupakan prasyarat penguasaan
keahlian tertentu, profesi, atau seni. Proses belajarpun memprasyaratkannya. Mahapeserta
didik-mahapeserta didik yang belajar saat memasuki keadaan flow, maka prestasinya akan
lebih baik, terlepas dari bagaimana potensi mereka diukur oleh tes-tes prestasi,” tulis Goleman
(dalam Efendi, 2005: 184).

Di tengah semakin ketatnya persaingan di dunia pendidikan dewasa ini,


merupakan hal yang wajar apabila para peserta didik sering khawatir akan mengalami
kegagalan atau ketidak berhasilan dalam meraih prestasi belajar atau bahkan
takut tinggal kelas. Banyak usaha yang dilakukan oleh para peserta didik untuk meraih prestasi
belajar agar menjadi yang terbaik seperti mengikuti bimbingan belajar. Usaha semacam itu
jelas positif, namun masih ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam mencapai
keberhasilan selain kecerdasan ataupun kecakapan intelektual, faktor tersebut adalah
kecerdasan emosional. Karena kecerdasan intelektual saja tidak memberikan persiapan bagi
individu untuk menghadapi gejolak, kesempatan ataupun kesulitan-kesulitan dan kehidupan.
Dengan kecerdasan emosional, individu mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka
sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi perasaanperasaan orang lain
dengan efektif. Individu dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti
kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk berprestasi.
Sedangkan individu yang tidak dapat menahan kendali atas kehidupan emosionalnya akan
mengalami pertarungan batin yang merusak kemampuannya untuk memusatkan perhatian pada
tugas-tugasnya dan memiliki pikiran yang jernih. Individu yang memiliki tingkat kecerdasan
emosional yang lebih baik, dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan
cepat, jarang tertular penyakit, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam
berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain dan untuk kerja
akademis di sekolah lebih baik (Gottman, 2001: xvii)

Jadi dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional sangat
berhubungan dengan prestasi. Dengan kecerdasan emosional yang tinggi, misalnya ketika
seorang anak berada dalam keadaan flow maka mereka akan lebih mudah dalam menerima
pelajaran yang diajarkan oleh guru mereka yang pada akhirnya dapat mencapai prestasi belajar
yang memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Goleman, Daniel. 1999. Kecerdasan Emosional. Jakarta: Gramedia.

Goleman, Daniel. (2000). Emitional Intelligence (terjemahan). Jakata: PT Gramedia Pustaka


Utama.

Goleman, Daniel. (2000). Working with Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Gottman, John. (2001). Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional
(terjemahan). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Irwanto. (1997). Psikologi Umum. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Muhibbin, Syah. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan baru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Nana, Sudjana. (2001). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Cetakan ketujuh. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.

Ratna Wilis, D. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Saphiro, Lawrence E. (1998). Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Jakarta:


Gramedia.

Sia, Tjundjing. (2001). Hubungan Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi
Pada Peserta didik SMU. Jurnal Anima. Vol.17 no.1.

Sumadi, Suryabrata. (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
TUGAS POKOK BAHASAN EMOTIONAL INTELLIGENCE

1. Deskripsikan konsep emotional intelligence (EQ) yang Anda pahami!


2. Jelaskan bagaimana pengaruh EQ dalam pembelajaran, berikan contohnya berdasarkan
pengalaman Anda dalam belajar!
3. Menurut Anda apakah pendidikan karakter perlu di terapkan didalam pendidikan di
Indonesia? Berikan alasannya mengapa dan apa pengaruhnya pendidikan karakter
terhadap EQ!
4. Menurut Golemen ada 5 kecerdasan emosi. Menurut Anda apakah Anda memiliki
kelima kecerdasan emosi tersebut? Deskripsikan bagaimana kecerdasan emosi yang
ada pada diri Anda berdasarkan pengalaman Anda dalam mengontrol EQ!
5. Silahkan praktekkan/terapkan langkah-langkah peningkatan EQ di rumah, kemudian
ceritakan apa yang Anda rasakan dan deskripsikan tentang siapa diri Anda, bagaimana
Anda menjalani hidup dan apa upaya yang Anda lakukan dalam meningkatkan
kecerdasan EQ yang Anda miliki?

Anda mungkin juga menyukai