Anda di halaman 1dari 7

Malakah Musyarakah

RABU, 25 NOVEMBER 2015

Makalah Musyarakah

BAB I PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk berusaha, termasuk melakukan kegiatan-
kegiatan bisnis. Dalam kegiatan bisnis, seseorang dapat merencanakan suatu dengan sebaik-
baiknya agar dapat menghasilkan sesuatu yang diharapkan, namun tidak ada seorangpun yang
dapat memastikan hasilnya seratus persen. Suatu usaha, walaupun direncanakan dengan sebaik-
baiknya, namun tetap mempunyai resiko untuk gagal. Faktor ketidakpastian adalah faktor yang
sudah menjadi sunnatullah.
Konsep Bagi hasil, dalam menghadapi ketidakpastian merupakan salah satu prinsip yang sangat
mendasar dari ekonomi Islam, yang dianggap dapat mendukung aspek keadilan. Keadilan
merupakan aspek mendasar dalam perekonomian Islam. Penetapan suatu hasil usaha didepan
dalam suatu kegiatan usaha dianggap sebagai sesuatu hal yang dapat memberatkan salah satu
pihak yang berusaha, sehingga melanggar aspek keadilan.
Bahwa kegiatan-kegiatan investasi bank Islam oleh para teoritisi Perbanklan Islam
membayangkan mesti di dasarkan pada dua konsep hukum :Mudharabah  atau yang dikenal
dengan istilah Profit and Loss Sharing (PLS). Apakah konsep teoritisi yang ditawarkan dengan
system Mudharabah dalam literatur fiqih dapat diaplikasikan secara murni dalam tingkat
realitas?. Makalah ini hendak mencermati bagaimana konsep Mudharabah itu dikembangkan dan
seperti apa itu Musyarakah itu.
2.      Rumusan masalah
1.      Apa Pengertian Musyarakah dan Apa Dasar Hukumnya?
2.      Bagaimana rukun dan Syarat serta Penerapan Musyarakah?
3.      Apa Saja macam-Macam Musyarakah dan Apa Manfaat Serta Aplikasinya dalam Perbankan?

BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Musyarakah
            Istilah lain dari musyarakah adalah syarikah atau syirkah.[1] Menurut bahasa arab,
syirkah berasal dari kata syarika (fi’il madhi), yasyruku (fi’il mudhari’),
syarikan/syirkatan/syarikatan (masdar/kata dasar); yang artinya menjadi sekutu atau syarikat
(kamus al munawar) menurut arti asli bahasa arab, syirkah berarti mencampurkan dua bagian
atau lebih sehingga tidak boleh dibedakan lagi satu bagian dengan bagian lainnya.[2] Sedangkan
pengertian secara terminologi menurut beberapa tokoh adalah:
a)      Menurut Ulama Malikiyah, syirkah adalah Suatu keizinan untuk bertindak secara hukum bagi dua orang
yang bekerjasama terhadap harta mereka.
b)      Menurut Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah syirkah aadlah hak bertindak hukum bagi dua orang
atau lebih pada sesuatu yang mereka sepakati.
c)      Menurut Ulama Hanafiyah syirkah adalah akad yang dilakukan oleh orang-orang yang
bekerjasama dalam modal dan keuntungan.
d)     Menurut sayyid sabiq syirkah adalah akad antara dua orang dalam (penanaman) modal dan
(pembagian) keuntungan.
e)      Menurut taqiyuddin abi bakr Muhammad al husaini syirkah adalah ungkapan tentang penetapan
suatu hak pada sesuatu yang satu untuk dua orang atau lebih menurut cara yang telah diketahui
f)       Menurut wahbah az zuhaili syirkah adalah kesepakatan dalam pembagian hak dan usaha.[3]
                Menurut kompilasi hukum ekonomi syariah, yang dinamakan syirkah yaitu kerja sama
antara dua orang atau lebih dalam hal permodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha
tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati oleh pihak-pihak
yang bersyerikat.[4]
            Musyarakah adalah akad kerjasama yang terjadi diantara para pemilik modal
(mitramusyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam
suatu kemitraan, dengan nisbah pembagian hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian
ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.[5]
B.     Dasar Hukum
a)      Al Qur’an
‫ض هُمۡ َع َل ٰى‬ ُ ‫ِك ِإ َل ٰى ِن َعا ِج ِهۦۖ َوِإنَّ َكث ِٗيرا م َِّن ۡٱل ُخ َل َط ٓا ِء َل َي ۡبغِي َب ۡع‬ َ ‫ال َن ۡع َجت‬ِ ‫ك ِب ُسَؤ‬ َ ‫َقا َل َل َق ۡد َظ َل َم‬
ۡ ‫ مَّا ه ُۡۗم َو َظنَّ دَ اوُ ۥ ُد َأ َّن َم ا َف َت ٰ َّن ُه َف‬ٞ‫ت َو َقلِي ل‬
‫ٱس َت ۡغ َف َر‬ َّ ٰ ‫ِين َءا َم ُنو ْا َو َع ِملُو ْا ٱل‬
ِ ‫صل ٰ َِح‬ َ ‫ض ِإاَّل ٱلَّذ‬ ٍ ‫َب ۡع‬
٢٤ ۩‫اب‬ َ ‫َر َّبهُۥ َو َخ ۤرَّ َراك ِٗع ۤا َوَأ َن‬
24. Daud berkata: "Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta
kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya
kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim
kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini". Dan Daud mengetahui bahwa Kami
mengujinya; maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan
bertaubat

b)      Al-Hadits
َ ‫ان َعنْ َأ ِبي َحي‬
ِّ‫َّان ال َّت ْيمِي‬ ِّ ُ‫ان ْال ِمصِّيصِ يُّ َح َّد َث َنا م َُح َّم ُد بْن‬
ِ ‫الزب ِْر َق‬ َ ‫َح َّد َث َنا م َُح َّم ُد بْنُ ُس َل ْي َم‬
‫ْن َما َل ْم َي ُخنْ َأ َح ُد ُه َما‬ ُ ‫َعنْ َأ ِبي ِه َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة َر َف َع ُه َقا َل ِإنَّ هَّللا َ َيقُو ُل َأ َنا َثال‬
ِ ‫ِث ال َّش ِري َكي‬
)٢٩٣٦ : ‫ت ِمنْ َب ْين ِِه َما (سنن أبي داود‬ ُ ْ‫صا ِح َب ُه َفِإ َذا َخا َن ُه َخ َرج‬ َ
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Sulaiman Al Mishshishi], telah menceritakan
kepada kami [Muhammad bin Az Zibriqan], dari [Abu Hayyan At Taimi], dari [ayahnya] dari
[Abu Hurairah] dan ia merafa'kannya. Ia berkata; sesungguhnya Allah berfirman: "Aku adalah
pihak ketiga dari dua orang yang bersekutu, selama tidak ada salah seorang diantara mereka yang
berkhianat kepada sahabatnya. Apabila ia telah mengkhianatinya, maka aku keluar dari
keduanya." (Sunan Abu Daud : 2936)
Perawi :

Nama : Abdur Rahman bin Shakhr Bukhari : 1039


Kalangan : Shahabat Muslim : 1009
Kuniyah : Abu Hurairah Abu Daud : 544
Negeri semasa hidup : Madinah Tirmidzi : 598
Wafat : 57 H Nasa'i : 644

Nama : Sa'id bin Hayyan Bukhari : 0


Kalangan : Tabi'in kalangan Muslim : 0
pertengahan Abu Daud : 1
Kuniyah : Abu Yahya Tirmidzi : 1
Negeri semasa hidup : Kufah Nasa'i : 0
Wafat : Ahmad : 1

Nama : Yahya bin Sa'id bin Hayyan Bukhari : 13


Kalangan : Tabi'in (tdk jumpa Muslim : 10
Shahabat) Abu Daud : 7
Kuniyah : Abu Hayyan Tirmidzi : 4
Negeri semasa hidup : Kufah Nasa'i : 4
Wafat : 145 H Ibnu Majah : 7

Nama : Muhammad bin Az Zibriqan Bukhari : 1


Kalangan : Tabi'ut Tabi'in kalangan Muslim : 1
pertengahan Abu Daud : 4
Kuniyah : Abu Hammam Tirmidzi : 0
Negeri semasa hidup : Ahwaz Nasa'i : 1
Wafat : Ibnu Majah : 1
Nama : Muhammad bin Az Zibriqan ukhari : 1
Kalangan : Tabi'ut Tabi'in kalangan Muslim : 1
pertengahan Abu Daud : 4
Kuniyah : Abu Hammam Tirmidzi : 0
Negeri semasa hidup : Ahwaz Nasa'i : 1
Wafat : Ibnu Majah : 1

Nama : Muhammad bin Sulaiman bin Bukhari : 0


Habib Muslim : 0
Kalangan : Tabi'ut Tabi'in kalangan Abu Daud : 5
tua Tirmidzi : 0
Kuniyah : Abu Ja'far Nasa'i : 3
Negeri semasa hidup : Mashishah Ibnu Majah : 0
Wafat : 246 H Ahmad : 13

C.     Rukun dan Syarat Musyarakah


a.         Rukun
Rukun merupakan sesuatu yang wajib dilakukan dalam suatu transaksi (necessary
condition), begitu pula pada transaksi yang terjadi pada kerja sama bagi hasil al-Musyarakah.
Pada umumnya, rukun dalam muamalah iqtishadiyah (muamalah dalam bidang ekonomi) ada
tiga yaitu :
1.        Shigat (lafal) ijab dan qabul
2.        Pelaku akad, yaitu para mitra usaha
3.        Obyek akad, yaitu modal (mal), kerja (dharabah), dan keuntungan (ribh).
            Dalam akad kerja sama musyarakah, pernyataan ijab qabul harus menunjukkan kehendak
mereka dalam mengadakan kontrak. Pihak-pihak yang melakukan akad juga harus cakap hukum
seperti berkompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan. Selain itu juga
setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan. Selain itu juga setiap mitra kerja boleh
mewakilkan kerjanya kepada mitra yang lain dengan perjanjian yang disepakati bersama.[6]
b.        Syarat
1.      Harus mengenai tasharuf yang dapat diwakilkan
2.       Pembagian keuntungan yang jelas
3.      Pembagian keuntungan tergantung kepada kesepakatan, bukan kepada besar kecilnya modal atau
kewajiban.[7]

D.    Macam-Macam Syirkah
a.      Syirkah al-milk
            Syirkah al-milk (kerjasama non kontraktual), mengimplikasikan kepemilikan bersama
dan terjadi ketika dua atau lebih orang secara kebetulan mendapatkan kepemilikan bersama
beberapa aset tanpa melalui persetujuan kerja sama. Contohnya yaitu seperti menerima hibah
atau wasiat secara bersama-sama.
b.   Syirkah al uqud
            Syirkah al uqud menunjukkan kebersamaan dua atau lebih orang untuk menjalankan
suatu usaha yang bertujuan membagi keuntungan dengan investasi bersama sebagai kelaziman
pada periode pembentukan kerjasama tersebut, berupa erjasama dalam jumlah modal tertentu.[8]

E.     Manfaat Syirkah (Musyarakah)


1.      Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan usaha
meningkat.
2.      Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara
tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha sehingga bank tidak akan pernah
mengalami negative spread.
3.      Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau arus kas usaha nasabah,
sehingga tidak memberatkan nasabah.
4.      Bank akan lebih efektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan
menguntungkan. Karena keuntungan yang riil dan benar-benar terjadi itulah yang akan
dibagikan.
5.      Prinsip bagi hasil dalam musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan
menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga. Tetapi berapapun keuntungan yang
dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
F.      Aplikasi Dalam Perbankan
a.    Pembiayaan proyek
Al-Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan
Bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu
selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati oleh
Bank
b.    Modal ventura
Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan
perusahaan, al-musyarakah diterapkan dalam skema modal ventura. Penanaman modal dilakukan
untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu Bank melakukan divestasi atau menjual bagian
sahamnya baik secara singkat maupun secara bertahap.
BAB III PENUTUP
1.      Kesimpulan
a)      Istilah lain dari musyarakah adalah syarikah atau syirkah. Menurut bahasa arab, syirkah berasal
dari kata syarika (fi’il madhi), yasyruku (fi’il mudhari’), syarikan/syirkatan/syarikatan
(masdar/kata dasar); yang artinya menjadi sekutu atau syarikat (kamus al munawar) menurut arti
asli bahasa arab, syirkah berarti mencampurkan dua bagian atau lebih sehingga tidak boleh
dibedakan lagi satu bagian dengan bagian lainnya.syirkah adalah Suatu keizinan untuk bertindak
secara hukum bagi dua orang yang bekerjasama terhadap harta mereka.
b)      Dasar Hukum Syirkan QS As –Shad Ayat 24
c)      Syirkah dibagi dua macam yaitu al-milk dan al uqud
DAFTAR PUSTAKA

Sudarsono Heri, bank dan lembaga keuangan syariah, (Yogyakarta: EKONOSIA, 2003)


Huda Qomarul, fiqh muamalah, Yogyakarta: teras 2011
Kitab kompilasi hokum ekonomi syariah buku II
Agus Fajri Zam, Pembiayaan Musyarakah PDF, (diakses dari
:http://imanph.files.wordpress.com/2007/12/pembiayaan_musyarakah.pdf), tanggal 18
November 2015, 08:45
Zamam, mudharabah dan musyarakah, (http://mataelan.blogspot.com/2012/10/mudharabah-dan-
musyarakah-dasar-hukum.html)

[1] Heri sudarsono, bank dan lembaga keuangan syariah, (Yogyakarta: EKONOSIA, 2003), hlm. 67
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Musyarakah
[3] Qomarul huda, fiqh muamalah, Yogyakarta: teras, 2011, hlm. 100
[4] Kitab kompilasi hokum ekonomi syariah buku II
[5] Agus Fajri Zam, Pembiayaan Musyarakah PDF, (diakses dari : http
://imanph.files.wordpress.com/2007/12/pembiayaan_musyarakah.pdf), tanggal 18 November 2015, 08:45.
[6] Zamam, mudharabah dan musyarakah, (http://mataelan.blogspot.com/2012/10/mudharabah-dan-musyarakah-dasar-
hukum.html)
[7] Najamuddin, Aplikasi Musyarakah dan Mudharabah dalam perbankan syariah, diakses
dari:http://www.badilag.net/data/ARTIKEL/EKONOMI%20SYARIAH/aplikasi_musyarakah_dan_mudharab.pdf, tanggal 27
Oktober 2013, 09:06.
[8] Najamuddin, Ibid.

Anda mungkin juga menyukai