Anda di halaman 1dari 6

TEORI KESADARAN MANUSIA

Disusun guna memenuhi tugas Psikologi Kognitif

Dosen Pengampu: Khairani Zikrinawati, S. Psi., M.A.

Disusun Oleh:

1. Clarysha Aulia A. P. 2007016068

2. Richa Fitriana 2007016071

3. Chika Andarista 2007016074

4. Ummi Salamah 2007016075

5. Rasikh Irfan 2007016090

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2021/2022
A. PENDAHULUAN
Kesadaran (consciousness) adalah kesiagaan (awareness) seseorang terhadap peristiwa-
peristiwa di lingkungannya (seperti pemandangan dan suara-suara da lingkungan sekitarnya)
serta peristiwa-peristiwa kognitif yang meliputi memori, pikiran, perasaan, dan sensasi-
sensasi fisik.
Kesadaran yang paling sederhana adalah kesadaran adanya keberadaan internal dan
eksternal. Kesadaran internal adalah sikap menyadari tentang suatu apapun yang terjadi
pada diri sendiri, perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, keyakinan/nilai-nilai, sikap dan tingkat
laku, cinta dan benci, dsb. Kesadaran eksternal adalah menyadari sesuatu disekeliling kita,
meliputi manusia dan alam semesta.
A. PEMBAHASAN
1. Pengertian
Menurut Zeman (2001) terdapat tiga arti pokok kesadaran, diantaranya:
1) Kesadaran Sebagai Kondisi Bangun/Terjaga
Kesadaran secara umum disamakan dengan kondisi bangun serta implikasi
keadaan bangun. Implikasi keadaan bangun akan meliputi kemampuan
mempersepsi, berinteraksi, serta berkomunikasi dengan lingkungan maupun
dengan orang lain secara terpadu.Pengertian ini menggambarkan kesadaran
bersifat tingkatan yaitu dari kondisi bangun, tidur sampai koma
2) Kesadaran Sebagai Pengalaman
Kesadaran disini disamakan dengan isi pengalaman dari waktu ke waktu; seperti
apa rasanya menjadi seseorang tertentu sekarang. Kesadaran ini menekankan
kepada dimensi kualitatid dan subjektif pengalaman.
3) Kesadaran Sebagai Pikiran
Kesadaran digambarkan sebagai keadaan mental yang berisi dengan halhal
proposisional, seperti misalnya keyakinan, harapan, kekhawatiran, dan keinginan.
2. Mengukur Pengalaman Kesadaran
Permasalahan kesadaran yang sukar (the hard problem) menyangkut permasalahan
pengalaman. Chalmers (1995b) menggambarkan kesadaran sebagai berikut. Otak
manusia secara relatif dapat dipahami dari sisi objektif. Misalnya, ketika kita membaca
tulisan pada halaman ini maka akan terjadi pemrosesan informasi: photon mengenai
retina, sinyal listrik mengalir ke syaraf optik dan ke beberapa bagian otak. Sesudah
selesai membaca kita mungkin akan tersenyum, mengerinyitkan dahi tanda bingung atau
melontarkan komentar. Akan tetapi disamping hal-hal objektif tersebut terdapat juga
aspek subjektif. Pada saat kita membaca halaman ini maka kita menyadari bahwa kita
sedang membaca halaman ini, secara langsung kita mengalami gambarangambaran dan
kata-kata sebagai bagian dari kehidupan mental pribadi.
Chalmers (1995b) memberikan contoh lain yaitu, kita mempunyai kesan yang hidup
terhadap bunga-bunga berwarna maupun langit yang cemerlang; ketika kita menghirup
bau yang sama, mungkin sejumlah gambaran akan muncul dalam pikiran kita dan
sejumlah emosi akan kita rasakan. Pengalaman-pengalaman tersebut secara bersama
membentuk kesadaran, the subjective, inner life of the mind.
3. Area Otak yang Berhubungan dengan Kesadaran
Crick dan Koch (2003) mengemukakan sebuah kerangka kerja (framework) tentang
kesadaran dari sisi neurobiologi. Teorinya dinamakan neural correlate of consciousness
(NCC) yang didasarkan pada indera penglihatan. Sistem penglihatan berlandaskan pada
kerja sistem korteks didalamnya termasuk cerebral cortex, thalamus, claustrum, basal
ganglia dan cerebellum. Korteks berupa jaringan syaraf yang sangat saling berhubungan
serta terdapat koalisi maupun kompetisi antar neuron. Neuron dalam sebuah koalisi akan
saling mendukung dan meningkatkan aktivitas anggota lain. Koalisi neuron yang menang
akan dipertahankan dan menciptakan apa yang disadari seseorang pada saat tertentu.
Pengalaman sadar kemungkinan terbentuk dari sejumlah koalisi neuron yang menang.
NCC berasumsi bahwa manusia memiliki neuron-neuron eksplisit yang mampu
mempersepsi fitur-fitur tertentu dari sebuah objek. Neuron eksplisit tersebut mendeteksi
fitur-fitur sebuah objek tanpa membutuhkan lebih lanjut pemrosesan syaraf yang
kompleks. Seandainya orang tidak mempunyai neuron-neuron eksplisit itu maka orang
tersebut tidak akan mampu secara sadar mempersepsi fitur-fitur objek secara langsung
(Crick & Koch, 2003, h.121). Misalnya, dalam kasus achromatopsia (kehilangan persepsi
terhadap warna), prosopagnosia (kehilangan kemampuan mengenal wajah) serta
akinetopsia (kehilangan kemampuan mempersepsi gerakan), maka satu atau sejumlah
atribut kesadaran telah hilang, sementara aspek lainnya masih berfungsi (Crick & Koch,
2003, h.121).
4. Teori-teori kesadaran
Freud berpendapat bahwa kehidupan jiwa memiliki tingkat kesadaran. Tingkat
kesadaran dibagi menjadi beberapa bagian seperti berikut:
 Conscious (sadar).
Conscious berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu. Hanya sebagian kecil
dari kehidupan mental yang masuk ke kesadaran. Isi daerah sadar merupakan hasil
proses penyaringan yang diatur oleh stimulus dan hanya bertahan secara singkat
karena tertekan oleh perhatian lain sehingga ke tingkat prasadar atau tidak sadar sama
sekali.
 Preconscious (prasadar)
Preconscious, yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan
taksadar. Pengalaman yang ditinggalkan oleh perhatian semula disadari tetapi
kemudian tidak lagi dicermati shgg akan pindah ke daeerah prasadar. Materi tak sadar
yang muncul di daerah prasadar bisa berbentuk simbolik , seperti mimpi, lamunan,
salah ucap dll.
 Unconscious (tak sadar)
Unconscious, bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud
merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Ketaksadaran berisi insting, impuls
dan drive yang dibawa sejak lahir.
Kemudian pada tahun1923 berkembang tiga model struktur kepribadian yang lain, yaitu :
a. Id
Id, gudang penyimpan kebutuhan-kebutuhan manusia yang mendasar (makan,
minum, istirahat, rangsangan seksualitas, agresivitas dll), yang mempengaruhi perilaku
seseorang. Id lebih bersifat “amoral” karena tidak memperhatikan konvensi masyarakat.
Id bekerja menurut prinsip kenikmatan sehingga jika terhambat akan terjadi konflik
yang menimbulkan rasa gelisah, sakit dan perasaan lain yang tidak menyenangkan.
b. Ego
Ego, pembantu untuk mengadakan kontak dengan realitas. Ego mengorganisasikan
aspek-aspek Id dan memberi arah bagi impuls-impuls individu. Ego yang sadar
dicirikan oleh pemikiran yang realistik sehingga tidak hanya mengatasi impuls-impuls
dari Id tetapi juga terhadap tuntutan superego.
c. Superego
Super Ego, kekuatan moral dan etik yang beroperasi memakai prinsip idealistik.
5. Proses-proses Otomatis
Proses-proses otomatis adalah proses-proses yan tidak dapat dikendalikan, tanpa
disertai niat atau kesiagaan eksternal, yang berlangsung dengan sangat efisien (Solso,
2008). Ada beberapa hal yang dapat menjelaskan fenomena ini, diantaranya adalah
memori implisit, dan penggunaan prime. Memori implisit adalah memori yan
berhubungan dengan pengalaman sebelumnya. Dalam banyak kasus, memori implisit
diungkap ketika informasi yang diperoleh sebelumnya memudahkan kinerja dalam tugas
dan tidak memerlukan proses mengingat secara sadar terhadap pengalaman-pengalaman
tersebut (Solso, 2008).
Ketika Anda sering melalui jalan ke tempat kerja Anda, Anda mungkin secara
otomatis mengarahkan kendaraan Anda menuju ke tempat kerja walaupun jalan yang
Anda lalui terdapat banyak persimpangan ataupun belokan namun Anda tetap mampu
membawa kendaraan Anda ke tempat kerja tanpa harus berhenti dan mengingat jalan
yang akan Anda lalui. Hal ini terjadi karena sebelumnya Anda sudah memiliki
pengalaman yang tersimpan dalam memori implisit terkait jalan ke tempat kerja Anda
secara berulang-ulang sehingga Anda tidak memerlukan proses kognitif untuk mengingat
jalan tersebut.
Penggunaan Prime (secara harfiah berarti pemicu) yang mengaktifkan asosiasi-
asosiasi mental yang berada tepat di bawah ambang kesadaran. Seperti arti katanya secara
harfia prime sebagai pemicu ingatan kita untuk merecall kembali ingatan kita. Bermula
pada era 1970-an, para psikolog kognitif mulai menyelidiki pengaruh kata-kata yang
disajikan sekilas terhadap kognisi rekognisi kata-kata lain yang disajikan sesudahnya
(Solso, 2008). Dalam proses tersebut, para peneliti secara tidak sengaja menemukan
sejumlah konsep yang belum dipahami sebelumnya. Seorang partisipan ditunjukkan
sebuah kata KAMPUS, dan kemudian ditunjukkan sebuah kata yang berhubungan dengan
kata tersebut, yaitu UNIVERSITAS. Partisipan yang bersangkutan kemudian diminta
untuk mengindetifikasi kedua kata tersebut secepat yang dia bisa. Partisipan lain
ditunjukkan kata JELLY dan diminta mengenali kata UNIVERSITAS, maka
dibandingkan dengan partisipan sebelumnya, partisipan kedua lebih lama dan kesulitan
dalam mengidentifkasi kedua kata tersebut, hal ini dikarenakan kedua kata tersebut tidak
memiliki hubungan sama sekali (Solso, 2008).
Sama halnya ketika kita diingatkan akan tempat kerja, maka kemudian kita akan
mengingat nama perusahaan tempat kerja kita, jalan menuju tempat kerja kita, dan orang-
orang yang ada di dalam perusahaan tersebut. Semua itu dapat terjadi karena ada
satu prime yang memicu kognisi kita untuk merecall semua informasi terkait dengan kata
tersebut.
B. KESIMPULAN
Kesadaran adalah proses dimana seseorang memahami dan mengerti akan suatu
keadaaan yang menjadikan individu itu sendiri sadar dan paham betul dengan apa yang
terjadi, dan apa yang akan terjadi. Kesadaran diri merupakan proses mengenali motivasi,
pilihan dan kepribadian kita lalu menyadari pengaruh faktor-faktor tersebut atas
penilaian, keputusan dan interaksi kita dengan orang lain
C. REFERENSI

Andi, N. (2016, 12 13). Proses-Proses Otomatis. Retrieved from


https://psykognitif.wordpress.com/2016/12/13/proses-proses-otomatis/

Hastjarjo, D. (2005, Desember). Sekilas Tentang Kesadaran (Consciousness). Buletin


Psikologi Vol. 13 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai