LAPORAN
Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Landasan Sosial Budaya Bimbingan dan
Konseling
Yang diampu Oleh Ibu Nugraheni Warih Utami, S.Pd, M.Pd
Disusun oleh:
Rahma Putri Sholichah
(200111600497 / A1C BK)
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang berjudul ‘’Landasan Sosial Budaya Bimbingan dan Konseling: Analisis
Perilaku Problematik pada Konseli Analisis Masalah Sosial Budaya’’. Atas dukungan moral
dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
2. Kedua orang tua saya yang senantiasa mendo’akan, mensupport dan mendukung saya
3. Ibu Nugraheni Warih Utami, S.Pd, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam menyusun laporan ini
4. Pacar saya yang telah sabar dan tulus dalam memberikan memberikan bantuan berupa
informasi sehingga laporan ini dapat terselesaikan, serta
5. Teman-teman offering A1C yang saya cintai dan banggakan
Saya berharap Laporan ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.
PEMBAHASAN
Pada saat saya melakukan konfirmasi kepada Orang tua konseli, bahwa
yang dikatakan oleh konseli itu adalah benar adanya. Orang tua konseli berpendapat
bahwa meskipun padat nya jadwal bekerja konseli, konseli masih tetap menomor
satukan urusan keluarga nya.
Saya juga mendapat informasi tambahan mengenai kekurangan dan
kelebihan konseli dari kekasih konseli yang bernama Pyo-Pyo (Nama Samaran).
Menurut Pyo-Pyo, konseli memiliki kelebihan yaitu sangat teliti dan pria yang sangat
bertanggung jawab. Dan kekurangan konseli yaitu pelupa dan suka bermain game
hingga lupa beristirahat.
2.3.2 Data Lingkungan Sosial Budaya
Konseli merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Konseli
berpendapat, dirinya hidup dalam keluarga yang (alhamdullillah) berkecukupan.
Walaupun sang ayah hanya menjadi seorang kuli bangunan dan sang ibu penjual
gorengan yang tak menentu penghasilannya. Kedua orang tua konseli berasal dari kota
yang berbeda. Ibu konseli berasal dari Kota Pasuruan, dan ayah konseli berasal dari
Kota Lawang Kabupaten Malang. Dan saat ini orang tua konseli tinggal di Kota
Lawang Kabupaten Malang.
Konseli berpendapat bahwa hubungan nya dengan keluarganya cukup
baik dan harmonis. Konseli sangat terbuka kepada ibu nya. Sedikit demi sedikit
permasalahnnya ia ceritakan kepada ibu nya. Selain kepada ibu nya, konseli juga
menceritakan segala permasalahannya kepada sang kekasih.
Konseli mengungkapkan ada beberapa hal yang diajarkan orang tua
konseli sehingga dapat terbiasa ia lakukan hingga saat ini. Orang tua konseli tiada
henti mengajarkan anak-anaknya tentang hidup sederhana, mandiri, mau bekerja keras
dan usaha, dan menjadi orang yang selalu bertanggung jawab. Hal ini sudah orang tua
konseli ajarkan sejak dini. Contohnya dengan mencuci baju nya sendiri, membereskan
dan membersihkan tempat tidur ketika bangun, membereskan mainan nya sendiri.
Selain itu, orang tua konseli juga tidak pernah luput untuk mengajarkan
ilmu agama kepada anak-anaknya sejak dini. Contohnya dengan sholat 5 waktu
dengan tepat waktu, mengaji Al-Qur’an, berpuasa sunnah hingga puasa wajib, sholat
berjama’ah dan mengajak anak-anaknya untuk wisata religi. Orang tua konseli
berpendapat, bahwa dengan cara-cara diatas, mampu menjaga keluarga nya untuk
tetap hidup harmonis.
Selain menjalin hubungan sosial dengan keluarga, konseli juga menjalin
hubungan sosial dengan masyarakat sekitar yang berjalan dengan baik, konseli
mengatakan di dalam masyarakat selalu ada sikap toleransi dalam hal apapun. Konseli
mengungkapkan sosialisasi dalam masyarakat cenderung ke masyarakat kota. Akan
tetapi, mata pencaharian di masyarakat sekitar adalah wirausaha dan kuli bangunan.
Konseli berpendapat bahwa ajaran yang berada di masyarakat tidak mempengaruhi
perilakunya karena konseli yang baru pulang dari pesantren dan jarang berbaur
dengan masyarakat. Meski begitu konseli ikut berpartisipasi dalam Organisasi Ikatan
Kaula Muda (IKM).
Selanjutnya konseli juga menjalin hubungan dengan teman sekitarnya.
Saat SD, konseli mengungkapkan bahwa teman sebaya konseli hanya mendekati saat
butuh bantuan saja selebihnya mereka menganggap konseli hanya teman biasa.
Namun, saat konseli memasuki SMP konseli baru mempunyai banyak teman yang
perhatian. Konseli berpendapat teman semasa SMP ramah, baik, perhatian, dan lucu.
Sehingga perilaku dari teman-teman konseli semasa SMP mempengaruhi perilaku
konseli menjadi pribadi agak terbuka dengan teman-teman, dan lucu saat bersama
teman yang akrab.
2.4. PEMBAHASAN
2.4.1. Konsep-Konsep yang Relevan
1. Pola Asuh
a. Definisi Pola Asuh
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia (Anton Moeliono, tt), bahwa kata pola memiliki arti sebagai berikut;
Sistem; cara kerja
Bentuk (struktur) yang tetap
sedangkan kata asuh memiliki arti sebagai berikut :
Menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil.
Membimbing (membantu, melatih dan sebagainya) supaya dapat
berdiri sendiri.
Dapat dijabarkan bahwa pengertian pola asuh adalah sistem, cara kerja atau
bentuk dalam upaya menjaga, merawat, mendidik dan membimbing anak kecil
supaya dapat berdiri sendiri. Tarsis Tarmudji (2005 : 1) mengungkapkan
bahwa pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua
selama mengadakan kegiatan pengasuhan.Menurut Slavin (dalam Hidayat,
2003) mengungkapkan bahwa pola asuh orangtua adalah pola perilaku yang
digunakan orangtua untuk berhubungan dengan anak-anak. Kohn (dalam Taty
Krisnawaty, 1986: 46) menyatakan bahwa pola asuh merupakan sikap
orangtua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orangtua ini meliputi
cara orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara
orangtua menunjukkan otoritasnya, dan cara orangtua memberikan perhatian
serta tanggapan terhadap anaknya Shochib (1998: 14) mengatakan bahwa pola
pertemuan antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai terdidik dengan
maksud bahwa orang tua mengarahkan anaknya sesuai dengan tujuannya,
yaitu membantu anak memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri.
b. Macam-Macam Pola Asuh
Menurut Baumrind (dalam Rusilaanti 2015:164-165) terdapat empat
macam pola asuh orang tua yaitu:
a) Pola asuh demokratis Adalah pola asuh yang memperioritaskan
kepentingan anak akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka.
Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari
tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua yang
demokratis memandang sama kewajiban hak orang tua dan anak, bersikap
rasional dan selalu mendasari tindakannya pada rasio pemikiran. Pola asuh
demokrasi ini merupakan sikap pola asuh dimana orang tua memberikan
kesempatan kepada anak dalam berpendapat dengan mempertimbangkan
antara keduanya. Akan tetapi hasil akhir tetap ditangan orang tua. Ciri-ciri
orang tua demokratis yaitu:
a) Orang tua bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap
yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak.
b) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan
melakukan suatu tindakan.
c) Bersikap responsif terhadap kemampuan anak.
d) Mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan.
e) Memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan baik dan buruk.
f) Menghargai setiap keberhasilan yang diperoleh anak
b) Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang merupakan kebalikan dari
pola asuh demokratis yaitu cenderung menetapkan standar yang mutlak
harus dituruti, biasanya disertai dengan ancaman-ancaman. Bentuk pola
asuh ini menekan pada pengawasan orang tua atau kontrol yang
ditunjukkan pada anak untuk mendapatkan kepatuhan dan ketaatan. Jadi
orang tua yang otoriter sangat berkuasa terhadap anak, memegang
kekuasaan tertinggi serta mengharuskan anak patuh pada perintah-
perintahnya. Pola asuh otoriter ini menjelaskan bahwa sikap orang tua
yang cenderung memaksa anak untuk berbuat sesuatu sesuai dengan
keinginan orang tua. Pola asuh ini adalah pola asuh dimana orang tua
memberikan peraturan-peraturan kepada anaknya dan anak harus
mematuhi peraturan yang dibuat di lingkungan keluarga. Pola asuh otoriter
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Memberlakukan anaknya dengan tegas
b. Suka menghukum anak yang dianggap tidak sesuai dengan keinginan
orang tua
c. Kurang memiliki kasih saying
d. Kurang simpatik
e. Mudah menyalahkan segala aktifitas anak terutama ketika anak ingin
berlaku kreatif
c) Pola asuh permisif Adalah bentuk pengasuhan dimana orang tua
memberikan kebebasan sebanyak mungkin kepada anak untuk mengatur
dirinya, anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak
kontrol oleh orang tua. Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat
longgar. Memberikan kesempatan kepada anaknya untuk melakukan
sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak
menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya,
dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun, orang
tua tipe ini bersifat hangat sehingga sering kali disukai oleh anak. Pola
asuh permisif ini yaitu sikap pola asuh orang tua yang cenderung
membiarkan dan memberikan kebebasan kepada anak untuk melakukan
berbagai hal. Secara umum ciri-ciri pola asuh orang tua yang bersifat
permisif yaitu:
a) Orang tua tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak
sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan
oleh mereka.
b) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan
dorongan atau keinginannya.
c) Orang tua tidak pernah menegur atau tidak berani menegur perilaku
anak, meskipun perilaku tersebut sudah keterlaluan atau diluar batas
kewajaran.
Dari penjelasan macam- macam pola asuh di atas, dapat disimpulkan
bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orang tua konseli adalah pola asuh
otoriter. Hal tersebut dapat dilihat ketika orang tua memaksa konseli untuk
mengikuti kemauan mereka, tanpa melihat apakah anak mereka nyaman
dengan kemauan mereka. Padahal pada kenyataannya konseli tidak
nyaman, dan merasa kesulitan menjalani kemauan kedua orang tuanya.
2. Introvert
Introvert adalah sikap atau karakter seseorang yang memiliki
orientasi subyektif secara mental dalam menjalani kehidupannya.
Kepribadian introvert cenderung menyukai kondisi yang tenang,
senang menyendiri, reflektif terhadap apa yang mereka lakukan.
Mereka memiliki kecenderungan untuk menjauhi interaksi dengan hal-
hal baru. Seseorang introvert sangat senang untuk melakukan aktivitas
yang bersifat soliter (dapat di lakukan sendirian tanpa bantuan orang
lain). Kegiatan tersebut seperti menulis, membaca, mengoperasikan
komputer, menonton film, memancing dan lain sebagainya.
Seperti yang saya ketahui, konseli merupakan seorang yang
berkepribadian introvert. Sebelum konseli menceritakan segala
permasalahannya kepada sang ibu dan kekasih, ia selalu menenangkan
pikirannya terlebih dahulu, agar disaat ia bercerita mengenai
permasalahannya, ia tetap tenang dan tidak sedang terpengaruh oleh
emosi.
2.4.2. Bagan Hubungan Sebab- Akibat Latar Sosial Budaya dan Pribadi dengan Inti
Masalah
keluarga
pola asuh
Saran
Berdasarkan masalah yang dihadapi oleh konseli, penulis menyarankan kepada konseli
untuk melakukan beberapa bimbingan bantuan (treatment), agar konseli dapat terbantu untuk
menyelesaikan masalahnya. Beberapa bimbingan yang penulis sarankan antara lain Layanan
Konseling Individual. Dari beberapa bimbingan ini, diharapkan konseli dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi secara optimal.
DAFTAR RUJUKAN
2011, Bimbingan dan Konseling, (Online), (http://digilib.uinsby.ac.id/1541/4/Bab%202.pdf),
diakses 28 Desember 2020.
Soetomo. 2011, Efektivitas Kebijakan Sosial dalam Pemecahan Masalah, (Online),
(https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article/view/10922/8163), diakses 05 Januari 2021.
Makplus.om. 2015, Definisi dan Pengertian Pola Asuh (Konsepsi Pendidikan), (Online),
(http://www.definisi-pengertian.com/2015/05/definisi-dan-pengertian-pola-asuh.html.),
diakses 08 Januari 2021.
Perpustakaan UIN Malang, (Online), (http://etheses.uin
malang.ac.id/831/6/10410109%20Bab%202.pdf), diakses 10 Januari 2021.
Lampiran 1 : Alat Pengumpulan Data
LAMPIRAN
PANDUAN WAWANCARA DENGAN KONSELI
Identitas Konseli
1. Dimana dan tanggal berapa kamu dilahirkan?
2. Dimana alamat lengkap tempat tinggalmu?
Fokus Tingkah Laku
1. Setiap orang pasti memiliki masalah/problematika pribadi dalam hidupnya, dan
mungkin terjadi juga dalam hidupmu. Lalu problematika apa saja yang terjadi dalam
hidupmu?
2. Saat ini kira-kira problematika apa yang masih sering kamu rasakan atau juga kamu
hadapi?
3. Ceritakan bagaimana masalah tersebut bisa muncul dalam dirimu?
4. Ketika kamu sedang apa problematika itu sering muncul?
5. Ceritakan faktor apa/penyebab yang menjadikan kamu bisa mempunyai gejala
tersebut? Mungkin terdapat faktor dari luar dan dari dalam diri sendiri?
Data (Pribadi) Konseli
1. Sebutkan riwayat pendidikan yang telah kamu tempuh sampai sekarang!
2. Apa saja prestasi yang telah kamu peroleh selama menempuh pendidikan!
3. Menurut kamu sendiri, kelebihan dan kekurangan apa yang terdapat dalam dirimu?
Data Lingkungan Sosial Budaya
1. Ceritakan Keadaan keluargamu saat ini!
2. Bagaimana kegiatan/ kondisi keluargamu saat ini?
3. Bagaimana latar pendidikan orang tuamu?
4. Bagaimana hubungan/ kedekatanmu dengan orang tuamu?
5. Bagaimana cara mereka (orang tua) mendidik anak-anaknya terutama kamu?
6. Apa pengaruh dari ajaran orang tuamu terhadap perilakumu?
7. Apakah ada kegiatan/ kebiasaan yang melekat dalam keluargamu?
8. Bagaimana kondisi masyarakat di sekitarmu? Mungkin cenderung ke masyarakat
desa/ masyarakat kota?
9. Apa mayoritas mata pencaharian dari masyarakat disekitarmu?
10. Bagaimana hubungan sosial antara kamu dengan masyarakat setempat?
11. Apakah kamu mengikuti organisasi dalam masyarakat?
12. Apakah menurutmu ajaran di masyarakat mempengaruhi perilakumu?
13. Apakah kamu mengikuti organisasi dalam masyarakat?
14. Ceritakan bagaimana sifat dan perilaku umum teman-teman yang pernah kamu
temui !
15. Apakah menurutmu perilaku dari teman-teman mempengaruhi perilakumu juga?