Anda di halaman 1dari 17

LANDASAN SOSIAL BUDAYA BIMBINGAN DAN

KONSELING: ANALISIS PERILAKU PROBLEMATIK PADA KONSELI

LAPORAN
Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Landasan Sosial Budaya Bimbingan dan
Konseling
Yang diampu Oleh Ibu Nugraheni Warih Utami, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh:
Rahma Putri Sholichah
(200111600497 / A1C BK)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN S1 BIMBINGAN DAN KONSELING
DESEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang berjudul ‘’Landasan Sosial Budaya Bimbingan dan Konseling: Analisis
Perilaku Problematik pada Konseli Analisis Masalah Sosial Budaya’’. Atas dukungan moral
dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
2. Kedua orang tua saya yang senantiasa mendo’akan, mensupport dan mendukung saya
3. Ibu Nugraheni Warih Utami, S.Pd, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam menyusun laporan ini
4. Pacar saya yang telah sabar dan tulus dalam memberikan memberikan bantuan berupa
informasi sehingga laporan ini dapat terselesaikan, serta
5. Teman-teman offering A1C yang saya cintai dan banggakan
Saya berharap Laporan ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.

Pasuruan, 18 Desember 2020


Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
2.1 Identitas Konseli....................................................................................................
2.2 Fokus Tingkah Laku..............................................................................................
2.2.1 Deskripsi Tingkah Laku.........................................................................................
2.2.2 Inti Masalah............................................................................................................
2.3 Data........................................................................................................................
2.3.1 Data Diri (Pribadi) Konseli....................................................................................
2.3.2 Data Lingkungan Sosial Budaya............................................................................
2.4 Pembahasan............................................................................................................
2.4.1 Konsep- Konsep yang Relevan...............................................................................
2.4.2 Bagan Hubungan Sebab- Akibat Latar Belakang Sosial Budaya dan Pribadi Konseli
dengan Inti Masalah................................................................................................
2.4.3 Uraian Bagan..........................................................................................................
2.5 Bimbingan..............................................................................................................
2.5.1 Tujuan Bimbingan.................................................................................................
2.5.2 Treatment...............................................................................................................
2.5.3 Jadwal Treatment..................................................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
3.1 Kesimpulan............................................................................................................
3.2 Saran......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bimbingan dan konseling adalah suatu bantuan yang diberikan oleh konselor
kepada konseli agar konseli mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi nya dan juga
mampu mengembangkan potensi yang dimiliki nya. Bimbingan dan konseling memiliki
banyak manfaat diberbagai aspek kehidupan.
Di dunia, setiap manusia pasti memiliki permasalahan. Dilihat dari perkembangan
zaman saat ini, membuat masalah yang datang menjadi lebih rumit dan kompleks.
Masalah yang tak pernah di undang dan diharapkan kedatangannya membuat manusia
tersebut kerap kali menyalahkan situasi dan kondisi yang ada. Padahal semua itu belum
tentu datang dari hal-hal yang dipikirkan tersebut.
Suatu masalah biasanya memiliki situasi yang mendorong seseorang untuk
menyelesaikannya tetapi tidak mengetahui langkah yang harus dilakukan untuk
menyelesaikan masalah tesebut. Seseorang dianggap memiliki masalah jika menghadapi
situasi berikut, yaitu: memahami dengan jelas kondisi yang sedang dihadapi; memahami
dengan jelas kondisi yang sedang dihadapi; memahami dengan jelas tujuan yang
diharapkan; dan memahami sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi
masalah yang sesuai dengan tujuan (Moursund, 2005).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja identitas konseli?
2. Apa inti masalah yang di hadapi konseli?
3. Apa saja data pribadi dan bagaimana lingkungan sosial budaya konseli?
4. Apa konsep-konsep yang relevan dengan inti masalah yang dimiliki konseli, serta
bagaimana bagan dan uraian bagan hubungan sebab-akibat latar belakang sosial
budaya dan pribadi konseli dengan inti masalah konseli ?
5. Bagaimana tujuan bimbingan dan jenis-jenis bimbingan (treatment) yang tepat untuk
konseli?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui identitas konseli.
2. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi konseli.
3. Untuk mengetahui lebih lanjut data pribadi beserta lingkungan sosial dan budaya
konseli.
4. Untuk mendeskripsikan tujuan bimbingan, jenis-jenis bimbingan (treatment), dan
membuat jadwal treatment yang tepat dan sesuai dengan permasalahan yang di hadapi
konseli.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. IDENTITAS KONSELI


Nama : Satria Arief Wangga
Tempat, Tanggal Lahir : Pasuruan, 28 Mei 2001
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat Asal : Tembokrejo - Pasuruan
Usia : 19 Tahun
Jumlah Saudara/ Anak ke : 1 dari 2 Bersaudara
2.2. FOKUS TINGKAH LAKU
2.2.1. Deskripsi Tingkah Laku (Keadaan Original)
Saya akan mengamati tingkah laku konseli sebagai langkah awal
pengamatan. Disini saya mendapatkan fakta-fakta mengenai gejala tingkah laku
konseli yang mendukung kearah problematik tersebut melalui wawancara secara tatap
muka dengan konseli.
Konseli Satria Arief Wangga atau lebih dikenal dengan Satria ini
merupakan pekerja swasta di salah satu super market. Konseli mengungkapkan bahwa
konseli memiliki gejala tingkah laku seperti tidak bisa membagi waktu antara
istirahat, bekerja, berkumpul dengan teman dan bermain game. Hal ini dikarenakan
konseli yang belum bisa beradaptasi dengan sistem kerjanya yang baru. Mengingat
konseli super market yang menjadi tempat kerja nya mendapat pimpinan yang baru.
Konseli mengungkapkan bahwa pimpinan nya saat ini telah merombak
beberapa peraturan toko yang mengakibatkan pegawai bekerja diluar jobdesk nya.
Konseli yang biasa nya hanya bekerja sebagai pramu, kini konseli dituntut untuk
merangkap menjadi seorang kasir dan jam kerjanya ditambah. Hal ini membuat
konseli kelelahan sehingga susah untuk mencari waktu istirahat, berkumpul dengan
teman dan bermain game.
Selain itu, disituasi super market saat ini menyebabkan konseli
kesusahan dalam membagi waktunya. Dan konseli yakin para pegawai lain juga
mengalami kesulitan dalam membagi waktunya. Konseli juga yakin, hal ini mampu
membuat sistem imun pegawai menurun. Sehingga banyak yang kelelahan dan sakit.
Hal ini mampu membuat kinerja super market tersebut menurun.
Di lain sisi, konseli juga ingin membagi waktunya antara bekerja,
bermain dengan teman, berkumpul dengan keluarga dan bermain game. Tetapi
pekerjaan ini membuat konseli kelelahan sehingga di waktu liburnya yang seharusnya
konseli gunakan untuk bermain dengan teman, berkumpul dengan keluarga, dan
bermain game harus tersita untuk waktu istirahatnya.
Selain itu, saya juga memperoleh informasi dari Orang Tua konseli.
Orang tua konseli berpendapat bahwa konseli merupakan seorang yang pekerja keras,
keras kepala (dalam pengertian memiliki komitmen yang kuat dalam hidup nya),
sangat mencintai keluarga nya dan selalu ada untuk teman nya. Disamping itu, Saya
menambahkan bahwa konseli menjadi kehilangan banyak waktu untuk bersama
keluarga beserta teman-teman nya.

2.2.2. Inti Masalah


Berdasarkan fakta dalam deskripsi diatas, saya mengidentifikasikan
bahwa inti masalah yang dimiliki konseli adalah perilaku tertekan. Hal tersebut
dibuktikan dengan adanya gejala tingkah laku yang diungkapkan konseli berupa susah
nya membagi waktu, sering nya kelelahan dan berkurang nya frekuensi pertemanan.
Masalah tertekan ini juga dibuktikan berdasarkan pengakuan dari
Orang tua dan Teman konseli. Orang tua dan Teman konseli mengungkapkan bahwa
konseli sering mengalami kelelahan akibat pekerjaan nya yang sangat padat.
2.3. DATA
2.3.1 Data (Pribadi) Konseli
 Riwayat Pendidikan Formal
Periode (Tahun) Sekolah/Instusi Jenjang Pendidikan
2005-2006 Sang Timur Play Group
2006-2008 TKK Sang Timur TK
2008-2013 SDK Sang Timur SD
2013-2016 SMPN 8 Pasuruan SMP
2016-2019 SMAN 4 Pasuruan SMA
Tabel 2.2 Data Konseli

Pada saat saya melakukan konfirmasi kepada Orang tua konseli, bahwa
yang dikatakan oleh konseli itu adalah benar adanya. Orang tua konseli berpendapat
bahwa meskipun padat nya jadwal bekerja konseli, konseli masih tetap menomor
satukan urusan keluarga nya.
Saya juga mendapat informasi tambahan mengenai kekurangan dan
kelebihan konseli dari kekasih konseli yang bernama Pyo-Pyo (Nama Samaran).
Menurut Pyo-Pyo, konseli memiliki kelebihan yaitu sangat teliti dan pria yang sangat
bertanggung jawab. Dan kekurangan konseli yaitu pelupa dan suka bermain game
hingga lupa beristirahat.
2.3.2 Data Lingkungan Sosial Budaya
Konseli merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Konseli
berpendapat, dirinya hidup dalam keluarga yang (alhamdullillah) berkecukupan.
Walaupun sang ayah hanya menjadi seorang kuli bangunan dan sang ibu penjual
gorengan yang tak menentu penghasilannya. Kedua orang tua konseli berasal dari kota
yang berbeda. Ibu konseli berasal dari Kota Pasuruan, dan ayah konseli berasal dari
Kota Lawang Kabupaten Malang. Dan saat ini orang tua konseli tinggal di Kota
Lawang Kabupaten Malang.
Konseli berpendapat bahwa hubungan nya dengan keluarganya cukup
baik dan harmonis. Konseli sangat terbuka kepada ibu nya. Sedikit demi sedikit
permasalahnnya ia ceritakan kepada ibu nya. Selain kepada ibu nya, konseli juga
menceritakan segala permasalahannya kepada sang kekasih.
Konseli mengungkapkan ada beberapa hal yang diajarkan orang tua
konseli sehingga dapat terbiasa ia lakukan hingga saat ini. Orang tua konseli tiada
henti mengajarkan anak-anaknya tentang hidup sederhana, mandiri, mau bekerja keras
dan usaha, dan menjadi orang yang selalu bertanggung jawab. Hal ini sudah orang tua
konseli ajarkan sejak dini. Contohnya dengan mencuci baju nya sendiri, membereskan
dan membersihkan tempat tidur ketika bangun, membereskan mainan nya sendiri.
Selain itu, orang tua konseli juga tidak pernah luput untuk mengajarkan
ilmu agama kepada anak-anaknya sejak dini. Contohnya dengan sholat 5 waktu
dengan tepat waktu, mengaji Al-Qur’an, berpuasa sunnah hingga puasa wajib, sholat
berjama’ah dan mengajak anak-anaknya untuk wisata religi. Orang tua konseli
berpendapat, bahwa dengan cara-cara diatas, mampu menjaga keluarga nya untuk
tetap hidup harmonis.
Selain menjalin hubungan sosial dengan keluarga, konseli juga menjalin
hubungan sosial dengan masyarakat sekitar yang berjalan dengan baik, konseli
mengatakan di dalam masyarakat selalu ada sikap toleransi dalam hal apapun. Konseli
mengungkapkan sosialisasi dalam masyarakat cenderung ke masyarakat kota. Akan
tetapi, mata pencaharian di masyarakat sekitar adalah wirausaha dan kuli bangunan.
Konseli berpendapat bahwa ajaran yang berada di masyarakat tidak mempengaruhi
perilakunya karena konseli yang baru pulang dari pesantren dan jarang berbaur
dengan masyarakat. Meski begitu konseli ikut berpartisipasi dalam Organisasi Ikatan
Kaula Muda (IKM).
Selanjutnya konseli juga menjalin hubungan dengan teman sekitarnya.
Saat SD, konseli mengungkapkan bahwa teman sebaya konseli hanya mendekati saat
butuh bantuan saja selebihnya mereka menganggap konseli hanya teman biasa.
Namun, saat konseli memasuki SMP konseli baru mempunyai banyak teman yang
perhatian. Konseli berpendapat teman semasa SMP ramah, baik, perhatian, dan lucu.
Sehingga perilaku dari teman-teman konseli semasa SMP mempengaruhi perilaku
konseli menjadi pribadi agak terbuka dengan teman-teman, dan lucu saat bersama
teman yang akrab.
2.4. PEMBAHASAN
2.4.1. Konsep-Konsep yang Relevan
1. Pola Asuh
a. Definisi Pola Asuh
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia (Anton Moeliono, tt), bahwa kata pola memiliki arti sebagai berikut;
 Sistem; cara kerja
 Bentuk (struktur) yang tetap
sedangkan kata asuh memiliki arti sebagai berikut :
 Menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil.
 Membimbing (membantu, melatih dan sebagainya) supaya dapat
berdiri sendiri.
Dapat dijabarkan bahwa pengertian pola asuh adalah sistem, cara kerja atau
bentuk dalam upaya menjaga, merawat, mendidik dan membimbing anak kecil
supaya dapat berdiri sendiri. Tarsis Tarmudji (2005 : 1) mengungkapkan
bahwa pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua
selama mengadakan kegiatan pengasuhan.Menurut Slavin (dalam Hidayat,
2003) mengungkapkan bahwa pola asuh orangtua adalah pola perilaku yang
digunakan orangtua untuk berhubungan dengan anak-anak. Kohn (dalam Taty
Krisnawaty, 1986: 46) menyatakan bahwa pola asuh merupakan sikap
orangtua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orangtua ini meliputi
cara orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara
orangtua menunjukkan otoritasnya, dan cara orangtua memberikan perhatian
serta tanggapan terhadap anaknya Shochib (1998: 14) mengatakan bahwa pola
pertemuan antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai terdidik dengan
maksud bahwa orang tua mengarahkan anaknya sesuai dengan tujuannya,
yaitu membantu anak memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri.
b. Macam-Macam Pola Asuh
Menurut Baumrind (dalam Rusilaanti 2015:164-165) terdapat empat
macam pola asuh orang tua yaitu:
a) Pola asuh demokratis Adalah pola asuh yang memperioritaskan
kepentingan anak akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka.
Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari
tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua yang
demokratis memandang sama kewajiban hak orang tua dan anak, bersikap
rasional dan selalu mendasari tindakannya pada rasio pemikiran. Pola asuh
demokrasi ini merupakan sikap pola asuh dimana orang tua memberikan
kesempatan kepada anak dalam berpendapat dengan mempertimbangkan
antara keduanya. Akan tetapi hasil akhir tetap ditangan orang tua. Ciri-ciri
orang tua demokratis yaitu:
a) Orang tua bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap
yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak.
b) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan
melakukan suatu tindakan.
c) Bersikap responsif terhadap kemampuan anak.
d) Mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan.
e) Memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan baik dan buruk.
f) Menghargai setiap keberhasilan yang diperoleh anak

b) Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang merupakan kebalikan dari
pola asuh demokratis yaitu cenderung menetapkan standar yang mutlak
harus dituruti, biasanya disertai dengan ancaman-ancaman. Bentuk pola
asuh ini menekan pada pengawasan orang tua atau kontrol yang
ditunjukkan pada anak untuk mendapatkan kepatuhan dan ketaatan. Jadi
orang tua yang otoriter sangat berkuasa terhadap anak, memegang
kekuasaan tertinggi serta mengharuskan anak patuh pada perintah-
perintahnya. Pola asuh otoriter ini menjelaskan bahwa sikap orang tua
yang cenderung memaksa anak untuk berbuat sesuatu sesuai dengan
keinginan orang tua. Pola asuh ini adalah pola asuh dimana orang tua
memberikan peraturan-peraturan kepada anaknya dan anak harus
mematuhi peraturan yang dibuat di lingkungan keluarga. Pola asuh otoriter
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Memberlakukan anaknya dengan tegas
b. Suka menghukum anak yang dianggap tidak sesuai dengan keinginan
orang tua
c. Kurang memiliki kasih saying
d. Kurang simpatik
e. Mudah menyalahkan segala aktifitas anak terutama ketika anak ingin
berlaku kreatif
c) Pola asuh permisif Adalah bentuk pengasuhan dimana orang tua
memberikan kebebasan sebanyak mungkin kepada anak untuk mengatur
dirinya, anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak
kontrol oleh orang tua. Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat
longgar. Memberikan kesempatan kepada anaknya untuk melakukan
sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak
menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya,
dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun, orang
tua tipe ini bersifat hangat sehingga sering kali disukai oleh anak. Pola
asuh permisif ini yaitu sikap pola asuh orang tua yang cenderung
membiarkan dan memberikan kebebasan kepada anak untuk melakukan
berbagai hal. Secara umum ciri-ciri pola asuh orang tua yang bersifat
permisif yaitu:
a) Orang tua tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak
sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan
oleh mereka.
b) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan
dorongan atau keinginannya.
c) Orang tua tidak pernah menegur atau tidak berani menegur perilaku
anak, meskipun perilaku tersebut sudah keterlaluan atau diluar batas
kewajaran.
Dari penjelasan macam- macam pola asuh di atas, dapat disimpulkan
bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orang tua konseli adalah pola asuh
otoriter. Hal tersebut dapat dilihat ketika orang tua memaksa konseli untuk
mengikuti kemauan mereka, tanpa melihat apakah anak mereka nyaman
dengan kemauan mereka. Padahal pada kenyataannya konseli tidak
nyaman, dan merasa kesulitan menjalani kemauan kedua orang tuanya.
2. Introvert
Introvert adalah sikap atau karakter seseorang yang memiliki
orientasi subyektif secara mental dalam menjalani kehidupannya.
Kepribadian introvert cenderung menyukai kondisi yang tenang,
senang menyendiri, reflektif terhadap apa yang mereka lakukan.
Mereka memiliki kecenderungan untuk menjauhi interaksi dengan hal-
hal baru. Seseorang introvert sangat senang untuk melakukan aktivitas
yang bersifat soliter (dapat di lakukan sendirian tanpa bantuan orang
lain). Kegiatan tersebut seperti menulis, membaca, mengoperasikan
komputer, menonton film, memancing dan lain sebagainya.
Seperti yang saya ketahui, konseli merupakan seorang yang
berkepribadian introvert. Sebelum konseli menceritakan segala
permasalahannya kepada sang ibu dan kekasih, ia selalu menenangkan
pikirannya terlebih dahulu, agar disaat ia bercerita mengenai
permasalahannya, ia tetap tenang dan tidak sedang terpengaruh oleh
emosi.
2.4.2. Bagan Hubungan Sebab- Akibat Latar Sosial Budaya dan Pribadi dengan Inti
Masalah

keluarga

pola asuh

Konseli patuh dengan perintah


Konseli merasa nyaman dengan
orang tua
didikan orang tua nya.

Mengikuti semua yang


diinginkan orang tua

Konseli lama-kelamaan merasa


tidak nyaman karena belum
mampu melakukan hal yang
sesuai dengan pilihannya
sendiri

2.4.3. Uraian Pembahasan Bagan


1. Keadaan Lingkungan Sosial Konseli
Pada lingkungan keluarga konseli, pola asuh yang diterapkan adalah
pola asuh otoriter. Bentuk pola asuh ini menekan pada pengawasan orang
tua atau kontrol yang ditunjukkan pada anak untuk mendapatkan
kepatuhan dan ketaatan. Jadi orang tua yang otoriter sangat berkuasa
terhadap anak, memegang kekuasaan tertinggi serta mengharuskan anak
patuh pada perintah-perintahnya. Dalam hal ini, cara yang digunakan
orang tua konseli untuk mendidik konseli adalah dengan cara memaksakan
kehendaknya untuk dipatuhi oleh konseli.
2. Introvert
Introvert adalah sikap atau karakter seseorang yang memiliki orientasi
subyektif secara mental dalam menjalani kehidupannya. Kepribadian
introvert cenderung menyukai kondisi yang tenang, senang menyendiri,
reflektif terhadap apa yang mereka lakukan. Introvert adalah satu dari tiga
jenis kepribadian berdasarkan teori kepribadian yang diperkenalkan oleh
psikolog Carl Jung lewat bukunya Psychological Types. Dijelaskan oleh
Jung, introvert adalah tipe kepribadian di mana pemiliknya cenderung
lebih nyaman untuk ‘menyendiri’ dan melakukan kegiatan yang sifatnya
kreatif seperti menulis atau membaca.
2.5. BIMBINGAN
2.5.1 Tujuan Bimbimngan
Bimbingan diberikan kepada konseli (DKA) dengan tujuan agar:
1. Konseli dapat menyadari dan mensyukuri kemampuan dan
kelebihan yang ia miliki dalam diri, sehingga konseli bisa lebih
percaya diri dan lebih terbuka kepada orang lain.
2. Konseli dapat mengetahui penyebab masalah, mengetahu
bagaimana pemecahan masalah, dan konseli dapat
menyelesaikan masalah yang dia miliki.
3. Konseli dapat memiliki keyakinan untuk tidak memendam
semua masalahnya sendiri, dan bisa bersosialisasi lebih baik
lagi dengan lingkungan sekitarnya .
4. Konseli dapat berkomunikasi dengan baik tanpa membedakan
mana yang dia suka dan mana yang dia tidak suka.
5. Konseli memiliki motivasi untuk tetap semangat menjalani
kehidupannya meskipun dia kurang nyaman dengan
kehidupannya saat ini.
2.5.2 Treatment
1. Layanan Konseling Individual
Konseling individual merupakan layanan konseling yang
diselenggarakan oleh seorang guru pembimbing, terhadap seorang
klien/ siswa dalam rangka pengentasan masalah pibadi. Layanan
konseling individual sering dianggap “ jantung hatinya” pelayanan
konseling. Konseling individual adalah kunci semua kegiatan
bimbingan dan konseling. Karena jika menguasai teknik konseling
individual berarti akan mudah menjalankan proses konseling yang
lain. Proses konseling individu berpengaruh besar terhadap
peningkatan klien karena pada konseling individu konselor berusaha
meningkatkan sikap siswa dengan cara berinteraksi selama jangka
waktu tertentu dengan cara beratatap muka secara langsung untuk
menghasilkan peningkatan peningkatan pada diri klien, baik cara
berpikir, berperasaan, sikap, dan perilaku
Tujuan dari layanan konseling individual ini yaitu agar konseli
dapat mengetahui penyebab dari perilaku introvert yang dia miliki,
dan konseli bisa memecahkan masalah yang dia miliki. Dalam hal ini
konselor juga membantu agar konseli dapat menyadari bahwa
sosialisasi itu sangat penting, dan juga menyadari bahwa perilaku suka
menyendiri ketika ada masalah itu adalah hal yang kurang baik. Dan
konselor juga diharapkan supaya bisa menyadarkan konseli untuk bisa
membuka diri dengan orang lain dan tidak memendam semua
masalahnya sendiri.

2. Kolaborasi dengan Orang Tua


Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk
menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak
tertentu. Berdasarkan kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi
adalah bekerja bersama khususnya dalam usaha penggambungkan
pemikiran. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukanan oleh Gray
(1989) menggambarkan bahwa kolaborasi sebagai suatu proses
berfikir dimana pihak yang terklibat memandang aspek-aspek
perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan
tersebut dan keterbatasan padangan mereka terhadap apa yang dapat
dilakukan. Kolaborasi dengan orang tua ini perlu dilakukan dalam
proses bimbingan ini. Hal ini dikarenakan pola asuh yang diterapkan
orang tua konseli menjadi penyebab munculnya masalah pada diri
konseli. Kolaborasi ini di lakukan supaya proses bimbingan tidak
hanya melibatkan guru dan siswa melainkan juga melibatkan pihak
keluarga konseli supaya bisa saling tukar menukar informasi antara
konselor dan pihak keluarga untuk memecahkan masalah yang
dihadapi konseli.
Dalam hal ini bertujuan supaya terjadi kerjasama antara guru dan
keluarga untuk mengembalikan rasa kepercayaan diri konseli untuk
lebih terbuka kepada pihak keluarga, dan lingkungan sekitarnya.

2.5.3 Jadwal Pelaksaan Treatment


No. Kegiatan Target/Tujuan Waktu Pelaksanaan Keterangan
Bantuan Pelaksanaan
1. Layanan Konseli dapat 19 konselor Wawancara
Konseling mengurangi Desember secara
Individual. sifat introvert 2020 langsung.
nya. (offline) (tatap muka)
Konseli dapat 20 desember konselor Tatap Muka.
mengetahui 2020
penyebab (offline)
masalah yang
dihadapi,
mampu
memecahkan
masalah nya
yang sedang
dia alami saat
ini.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Masalah yang saat ini dialami oleh konseli disebabkan oleh pengaruh lingkungan
sekitar. Konseli sering kali merasa tertekan akibat lingkungan sekitar nya. Bukti dari keadaan
ini adalah faktor dari sistem pekerjaan nya, mengingat ia baru saja ganti atasan.

Saran
Berdasarkan masalah yang dihadapi oleh konseli, penulis menyarankan kepada konseli
untuk melakukan beberapa bimbingan bantuan (treatment), agar konseli dapat terbantu untuk
menyelesaikan masalahnya. Beberapa bimbingan yang penulis sarankan antara lain Layanan
Konseling Individual. Dari beberapa bimbingan ini, diharapkan konseli dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi secara optimal.
DAFTAR RUJUKAN
2011, Bimbingan dan Konseling, (Online), (http://digilib.uinsby.ac.id/1541/4/Bab%202.pdf),
diakses 28 Desember 2020.
Soetomo. 2011, Efektivitas Kebijakan Sosial dalam Pemecahan Masalah, (Online),
(https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article/view/10922/8163), diakses 05 Januari 2021.
Makplus.om. 2015, Definisi dan Pengertian Pola Asuh (Konsepsi Pendidikan), (Online),
(http://www.definisi-pengertian.com/2015/05/definisi-dan-pengertian-pola-asuh.html.),
diakses 08 Januari 2021.
Perpustakaan UIN Malang, (Online), (http://etheses.uin
malang.ac.id/831/6/10410109%20Bab%202.pdf), diakses 10 Januari 2021.
Lampiran 1 : Alat Pengumpulan Data

LAMPIRAN
PANDUAN WAWANCARA DENGAN KONSELI

Narasumber : Satria Arief Wangga (umur 19 tahun)


Pekerjaan : Karyawan Swasta

Identitas Konseli
1. Dimana dan tanggal berapa kamu dilahirkan?
2. Dimana alamat lengkap tempat tinggalmu?
Fokus Tingkah Laku
1. Setiap orang pasti memiliki masalah/problematika pribadi dalam hidupnya, dan
mungkin terjadi juga dalam hidupmu. Lalu problematika apa saja yang terjadi dalam
hidupmu?
2. Saat ini kira-kira problematika apa yang masih sering kamu rasakan atau juga kamu
hadapi?
3. Ceritakan bagaimana masalah tersebut bisa muncul dalam dirimu?
4. Ketika kamu sedang apa problematika itu sering muncul?
5. Ceritakan faktor apa/penyebab yang menjadikan kamu bisa mempunyai gejala
tersebut? Mungkin terdapat faktor dari luar dan dari dalam diri sendiri?
Data (Pribadi) Konseli
1. Sebutkan riwayat pendidikan yang telah kamu tempuh sampai sekarang!
2. Apa saja prestasi yang telah kamu peroleh selama menempuh pendidikan!
3. Menurut kamu sendiri, kelebihan dan kekurangan apa yang terdapat dalam dirimu?
Data Lingkungan Sosial Budaya
1. Ceritakan Keadaan keluargamu saat ini!
2. Bagaimana kegiatan/ kondisi keluargamu saat ini?
3. Bagaimana latar pendidikan orang tuamu?
4. Bagaimana hubungan/ kedekatanmu dengan orang tuamu?
5. Bagaimana cara mereka (orang tua) mendidik anak-anaknya terutama kamu?
6. Apa pengaruh dari ajaran orang tuamu terhadap perilakumu?
7. Apakah ada kegiatan/ kebiasaan yang melekat dalam keluargamu?
8. Bagaimana kondisi masyarakat di sekitarmu? Mungkin cenderung ke masyarakat
desa/ masyarakat kota?
9. Apa mayoritas mata pencaharian dari masyarakat disekitarmu?
10. Bagaimana hubungan sosial antara kamu dengan masyarakat setempat?
11. Apakah kamu mengikuti organisasi dalam masyarakat?
12. Apakah menurutmu ajaran di masyarakat mempengaruhi perilakumu?
13. Apakah kamu mengikuti organisasi dalam masyarakat?
14. Ceritakan bagaimana sifat dan perilaku umum teman-teman yang pernah kamu
temui !
15. Apakah menurutmu perilaku dari teman-teman mempengaruhi perilakumu juga?

Anda mungkin juga menyukai