Bab 2 Febry
Bab 2 Febry
BAB II
penelitian terdahulu yang saling berhubungan dengan judul yang diangkat oleh
peneliti, antara lain : Christina, 2015 yang meneliti tentang “Implementasi Kebijakan
kualitatif deskriptif, jenis data merupakan data primer dan data sekunder yang
desa masih sangat rendah dan tidak memiliki pengalaman kerja. Kemudian perilaku
terkait pertanggung jawaban kerja pendamping desa tidak sesuai dengan pelaksanaan
pembangunan yang dilakukan oleh pendamping desa dengan kepala desa tidak
dilaksanakan.
9
informasi yang diterima oleh masyarakat sehingga masih ada masyarakat yang
tidak mengetahui tentang pendamping desa. Dari aspek sumber daya adalah
Tabel 2.1
Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti/Tahun/Judul Fokus Metode
Penelitian penelitian Hasil penelitian
Penelitian
teknik observasi,
wawancara dan
dokementasi
persamaan antara peneltian yang dilakukan oleh penulis dengan kedua penelitian
terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Maria Chris Tina. tahun 2017
ialah wawancara, observasi, dan dokumentasi serta teori yang digunakan untuk
terdapat pada fokus dan lokus penelitian. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh
data dengan melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi dan metode yang
gunakan, lokus penelitian yang berbeda dan hasil penelitian yang juga berbeda.
Presiden AS dan juga merupakan Guru Besar Ilmu Politik, Woodrow Wilson (1887-
1987). Beliau menyatakan bahwa bidang administrasi itu sama dengan bidang bisnis.
Maka dari iru munculah konsep Old Public Administration (OPA). Konsep ini
12
tujuan yang telah ditetapkan. Ada dua kunci dalam memahami OPA ini, pertama
adanya perbedaan yang jelas antara politik dan administrasi. Kedua, perhatian untuk
manajernya (pemimpin), agar tugas-tugas dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
kepentingan politik dan memberi porsi yang kecil kepada peran masyarakat, dengan
keterlibatan masyarakat yang sangat terbatas, sehingga sangat dirasakan ruang gerak
Reinventing Government yang lebih dikenal sebagai New Public Management (NPM)
dunia manajemen bisnis dan disiplin lain untuk memperbaiki efektivitas, efisiensi,
Kemudian pada tahun 2003 munculah paradigma baru, yaitu New Public
Service (NPS) oleh J.V. Denhardt dan R.B. Denhardt dalam Harbani Pasolong
dihadapi oleh suatu negara, telah disadari sebagai akibat dari tidak beresnya
publik telah digambarkan secara garis besar dengan jelas, yang tampak cukup
kuliah ilmu politik. Kebijakan publik dalam kepustakaan internasional disebut public
policy. Kebijakan publik akan ada dan terus ada sepanjang masih ada negara yang
tujuannya agar suatu dengan lainnya tidak saling dirugikan. Bukan sekedar diatur,
melainkan diatur oleh peraturan yang berlaku untuk semuanya dan berlaku mengikat
semuanya. Aturan tersebut yang secara sederhana kita pahami sebagai kebijkan
publik.
(misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah) atau
sejumlah aktor dalam suatu bidang tertentu. Pengertian kebijakan seperti ini dapat
ilmiah dan sistematis menyangkut kebijakan publik. oleh karena itu kita memerlukan
Pada dasarnya terdapat banyak batasan atau definisi mengenai apa yang
yang lain, pendekatan dan model yang digunakan oleh para ahli juga akan
suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam
peluang terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam
rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu.
keseluruhan.
yang dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah pada bidang-bidang yang
16
Definisi lain tentang kebijakan publik diberikan oleh Thomas R. Dye dalam
untuk menyerap dinamika sosial dalam masyarakat, yang akan dijadikan acuan
Definisi dari kebijakan publik di atas dapat dikatakan bahwa: (1) Kebijakan
Kebijakan publik harus berorientasi kepada kepentingan publik, dan (3) Kebijakan
bersama seperti yang dikemukakan di atas untuk mencapai tujuan bersama yang telah
disepakati. Dari sini kita bisa meletakkan “kebijakan Publik” sebagai “manajemen”
miskin,
1. Policy Analicis
2. Policy implementation
3. Policy evaluation
yaitu:
Kebijakan publik yang bersifat makro atau umum atau dapat juga dikatakan sebagai
Kebijakan publik yang bersifat meso atau yang bersifat menengah atau yang
lebih dikenal dengan penjelasan pelaksanaan. Kebijakan ini dapat berupa Peraturan
Walikota, Keputusan Bersama atau SKB antar-Menteri, Gubernur dan Bupati atau
Walikota.
implementasi dari kebijakan publik yang di atasnya. Bentuk kebijakan ini misalnya
peraturan yang dikeluarkan oleh aparat-aparat publik tertentu yang berada di bawah
melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu,
beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi
menjadikan kebijakan publik menjadi penuh warna, dan kajiannya amat dinamis.
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda
perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut
finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan
Kebijakan publik yang bersifat meso atau yang bersifat menengah atau yang
lebih dikenal dengan penjelasan pelaksanaan. Kebijakan ini dapat berupa Peraturan
Walikota, Keputusan Bersama atau SKB antar-Menteri, Gubernur dan Bupati atau
Walikota.
implementasi dari kebijakan publik yang di atasnya. Bentuk kebijakan ini misalnya
peraturan yang dikeluarkan oleh aparat-aparat publik tertentu yang berada di bawah
melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu,
beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi
menjadikan kebijakan publik menjadi penuh warna, dan kajiannya amat dinamis.
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda
perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut
finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan
Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau
dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu
memecahkan masalah.
22
Gambar 2.1
Bagan Proses Kebijakan Publik
berasal dari kata kerja “to implement”. Menurut Webster’s Dictionary (1979:914),
kata to implement berasal dari bahasa latin “implementum” dari asal kata “impere”
dan “plere”. Kata “implere” dimaksudkan “to fill up”; “to fill in”, yang artinya
mengisi penuh; melengkapi, sedangkan “plere” maksudnya “to fill”, yaitu mengisi.
publik, maka kata implementasi kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas
atau tujuan yang diinginkan. Tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai
sebelum tujuan dan sasaran ditetapkan terlebih dahulu yang dilakukan oleh formulasi
merupakan tahapan yang bersifat praktis dan dibedakan dari formulasi kebijakan
yang dapat dipandang sebagai tahapan yang bersifat teoritis. Di bawah ini penulis
Van Meter & Van Horn dalam Leo Agustino (2014:139) mendefinisikan
kimplementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau
kebijakan adalah sesuatu yang penting bahkan mungkin jauh lebih penting daripada
formulasi kebijakan.
tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah.
disahkan oleh pihak yang berwenang, maka dengan sendirinya kebijakan tersebut
oleh pembuat kebijakan. Sedangkan pada kenyataannya, kebijakan yang dibuat oleh
pembuat kebijakan adalah kebijakan yang perlu diwujudkan dan dilaksanakan oleh
25
berbagai pihak sehingga mempunyai dampak yang sesuai dengan apa yang menjadi
tujuan awalnya.
melalui formulasi kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan publik tersebut.
Gambar 2.2
Bagan Proses Implementasi
26
Gambar 2.3
Proses Implementasi Kebijakan
27
adalah beberapa model proses implementasi yang dikemukakan oleh para ahli.
28
implementasi kebijakan publik dapat diukur dari proses pencapaiannya dan juga
ditentukan oleh tingkat implementability yang terdiri atas isi kebijakan (Content of
implementasinya.
diimplementasikan.
Gambar 2.4
Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle
Sumber: Deddy Mulyadi, Studi kebijakan Publik dan Pelayanan Publik, (2016:67)
Model pendekatan top-down yang dirumuskan oleh Van Meter & Van Horn
ini merupakan sebuah abstraksi atau performansi dari suatu pelaksanaan kebijakan
yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi
kebijakan publik yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan dengan berbagai
30
linier dari keputusan politik yang tersedia, pelaksana, dan kinerja kebijakan publik.
Ada enam variabel menurut Van Meter dan Van Horn yang mempengaruhi
2. Sumber daya
implementasi.
Gambar 2.5
Model Implementasi Kebijakan Van Meter & Van Horn
Sumber: Deddy Mulyadi, Studi kebijakan Publik dan Pelayanan Publik, (2016:73)
32
dikembangkan oleh Edward III dikenal dengan istilah Direct and Indirect Impact on
1. Komunikasi
mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran
suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh
sasaran.
2. Sumberdaya
3. Disposisi
kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.
4. Struktur Birokrasi
satu dari aspek sturktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya
Gambar 2.6
Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III
Sumber: Deddy Mulyadi, Studi kebijakan Publik dan Pelayanan Publik, (2016:69)
tempat tinggal, negeri asal atau tanah leluhur yang merujuk pada satu kesatuan hidup.
Desa merupakan suatu daerah kesatuan hukum, dimana di dalamnya tinggal suatu
kedudukan desa sangat penting baik sebagai alat untuk mencapai tujuan
disebutkan bahwa;
35
“Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian desa
adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai satu kesatuan
adat istiadat setempat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional dan memiliki posisi
alam dan teknologi tepat guna, pembangunan sarana prasarana Desa, dan
Desa;
baru;
37
partisipatif; dan
mengarahkan peneliti maka penyusun menulis alur pikir yang dikemukahkan dalam
oleh Edward III. Menurut peneliti, model implementasi menurut Edward III
Pendamping Desa di Desa Maku Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi karena memiliki
keterkaitan dengan beberapa komponen yang dikemukakan oleh Edward III yaitu;
Komunikasi merupakan salah satu unsur penting dalam proses implementasi. Karena
dengan adanya komunikasi, maka masyarakat bisa menjadi tahu seperti apa kebijakan
meningkatkan sumber daya manusia yang ada di desa tersebut. Sikap disposisi yang
dilakukan oleh implementor dinilai sudah berjalan dengan baik, hanya komunikasi
38
yang dinilai masih kurang. Birokrasi merupakan merupakan salah satu badan yang
Berdasarkan hal yang telah dikemukakan di atas dan melihat dari definisi
Gambar 2.7
Implementasi Kebijakan