Anda di halaman 1dari 172

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN

PEMBUATAN KUE KEMBANG GOYANG


OLEH KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) LENTERA
DI KELURAHAN LENTENG AGUNG JAKARTA SELATAN
 

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh
FAISAL AMIN
NIM : 1112054000017

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1440 H
 
 
 
ABSTRAK

Faisal Amin
NIM: 1112054000017
 
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Pembuatan Kue
Kembang Goyang Oleh Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Lentera Di Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan.

Penelitian ini membahas mengenai pemberdayaan


masyarakat melalu keterampilan karena dianggap lebih
meningkatkan produktivitas masyarakat. Program keterampilan
pembuatan usaha kue kembang merupakan salah satu program
masyarakat yang dilakukan oleh KUBE Lentera. Pemberdayaan
yang dilakukan melalui Program KUBE tidak hanya
pemberdayaan ekonomi, tetapi juga pemberdayaan sosial.
Pemberdayaan sosial lebih banyak dikembangkan atau diberikan
kepada masyarakat, yakni berupa pelatihan, pendampingan,
dukungan sosial, dan peningkatan motivasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang peneliti
gunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti
mengumpulkan data secara mendalam dan terinci agar segala tujuan
dalam penelitian ini dapat terjawab. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan teori tahapan pemberdayaan menurut Isbandi
Rukminto Adi, bahwa ada tujuh tahapan yang terdiri atas: Tahapan
Persiapan, Tahapan Pengkajian, Tahapan Perencanaan Alternatif
Program, Tahapan Formulasi Rencana Aksi, Tahapan Pelaksanaan
Program, Tahap Evaluasi dan Tahap Terminasi.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberdayaan
masyarakat melalui keterampilan pembuatan kue kembang goyang
oleh KUBE Lentera sudah sesuai dengan tahap pemberdayaan.
Dampak positif dari adanya peningkatan pendapatan bagi keluarga
serta peningkatan kepercayaan diri masyarakat atau anggota
KUBE dalam kehidupannya. Namun masih ada beberapa
hambatan dalam peningkatan kualitas program KUBE Lentera,
seperti pada kemasan produk, kurangnya modal, dan
bergantungya anggota terhadap bantuan pemerintah.

iv
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
 
Alhamdulillah, Puji dan Syukur selalu panjatkan kehadirat
Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan Hidayah-Nya penyusunan
skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan
Pembuatan Kue Kembang Goyang Oleh Kelompok Usaha Bersama
(Kube) Lentera Di Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan” dapat
diselesaikan dengan baik.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah merubah zaman
kejahiliyahan menjadi zaman yang penuh ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa proses penulisan skripsi ini
banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan,
kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga
kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu
penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
kepada Ibu Wati Nilamsari, M.Si, selaku pembimbing yang telah
dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan dan saran saran
yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan
penuh sadar dan ketulusan pula kepada:
1. Kedua orang tua penulis tercinta almarhum Bapak Ahamad Farid
dan Ibu Sarfiah, yang selalu tulus dan ikhlas mendoakan penulis
sehingga lancar dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga setiap

v
doa dan pengorbanan mendapat balasan berlipat dari Allah SWT.
Amiin.
2. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Bapak
 
Dr.Suparto, M.Ed,Ph.D. Wakil Dekan 1 Bidang Akademik Dr.
Siti Napsiyah, MSW, Wakil Dekan II Bidang Administrasi
Umum Dr. Sihabudin Noor, M.Ag., Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan Drs. Cecep Sastra Wijaya M.A.
3. Bapak Muhtadi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, serta Ibu WG Pramita Ratnasari M.Si sebagai
Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam dan Ibu
Wati Nilamsari, M.Si sebagai Pembimbing Akademik Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama
menjalankan perkuliahan.
5. Pimpinan dan staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan fasilitas berupa buku-buku dan referensi sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi.
6. Ketua KUBE Lentera Ibu Sri Mulyati yang mau menerima saya
untuk melakukan penelitian di Desa Karangsong.
7. Teman seperjuangan Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
(PMI) angkatan 2012, Diqu Zarobi Alfadia, Imam Ramadhan,
Aden, Iqbal Salis, Labib dan kaka kelas adik kelas semuanya
yang telah banyak memberikan semangat, dukungan, masukan

vi
dan motivasi selama dalam perkuliahan maupun dalam penulisan
skripsi ini.
8. Teman-teman Komunitas Lentera Huma Berhati, Khairul Anam,
 
Zuyin Arwani, Lilis Oktaviani, Ariane Sarah, Muhamad Firdaus,
Diyaurahman, Nurfikriansyah.
9. Lilis Okviyani, terimakasih atas semangat dan dukungannya
10. Kawan-kawan Kantor Glosor Indonesia Beserta (Alvian Luneto,
Prima Utama Rizki, Deny Eka Sumantri, Muhammad Satria
Pradika, Tan Zerrie, Riesky Nurfitrian, Walmy Khasogi, Yusuf
Yanuar). Terima kasih karena selalu memberi motivasi dan
semangat setiap harinya.
11. Kawan-kawan Prana Komunika Terima kasih karena selalu
memberi motivasi dan semangat setiap harinya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan karena keterbatasan
yang penulis miliki serta kesulitan dalam melaksanakan
penelitian dan penulisan, oleh karena itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini.
Wassalamua’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Jakarta, 12 Juli 2019

Faisal Amin

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN............................ii
LEMBAR
  PERNYATAN.............................................................iii
ABSTRAK......................................................................................iv
KATA PENGANTAR....................................................................v
DAFTAR ISI................................................................................viii
DAFTAR TABEL...........................................................................x
DAFTAR BAGAN.........................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..............................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..........................................8
C. Tujuan.........................................................................................8
D. Manfaat Penelitian......................................................................9
E. Metodologi Penelitian...............................................................10
F. Tinjauan Pustaka.......................................................................22
G. Sistematika Penulisan...............................................................27
BAB II LANDASAN TEORI
A. Hakikat Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat...............................30
2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat.....................................34
3. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat...................................36
4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat....................................41
B. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) ......................................42
C. Pelatihan Keterampilan.........................................................62
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..........................65
B. Gambaran Umum Penelitian KUBE Lentera
1. Sejarah Berdiri...........................................................66
2. Tujuan........................................................................67
3. Visi dan Misi..............................................................68
4. Pendanaan..................................................................68
5. Struktur Kelembagaan...............................................69
6. Organisasi dan Manajemen........................................70
7. Program Kegiatan......................................................71
8. Kemitraan..................................................................72
9. Indikator Keberhasilan KUBE Lentera.....................72

viii
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Tahapan Persiapan...........................................................74
B. Tahap Pengkajian.............................................................81
C. Tahap Perencanaan Alternatif Program...........................84
  D. Tahap Formulasi Rencana Aksi.......................................86
E. Tahap Pelaksanaan...........................................................89
F. Tahap Evaluasi.................................................................96
G. Tahap Terminasi............................................................110
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................114
B. Saran..............................................................................119
DAFTAR PUSTAKA...............................................................120
LAMPIRAN-LAMPIRAN......................................................124

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Tipologi Informan KUBE Lentera..............................14


 
Tabel 2.1 : Daftar Anggota KUBE Lentera..................................80

x
DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 : Struktur Organisasi KUBE Lentera.........................69


 

xi
BAB I

PENDAHULUAN

  A. Latar Belakang

Sampai saat ini, kemiskinan masih menjadi kendala


untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa. Akibatnya
warga belum dapat mewujudkan hak atas kehidupan yang
layak. Rintangan terbesar dalam memperoleh hak-hak
dasar sebagai manusia ialah kemiskinan.

Menurut Edi Suharto, masalah kemiskinan masih


menjadi hal yang menakutkan di tengah-tengah
masyarakat, terutama di negara-negara berkembang (Edi
Suharto,2005:131). Individu yang tidak mampu
memperdayakan potensi dirinya secara maksimal untuk
mencapai kesejahteraan secara mandiri bisa menjadi salah
satu sebab terjadinya kemiskinan. Faktor yang menjadi
penyebab kemiskinan di masyarakat tidak hanya masalah
pendidikan, keahlian masyarakat dalam menjalani hidup
dapat menjadi faktor penyebab kemiskinan.

Pembangunan yang telah dilaksanakan oleh


pemerintah hingga saat ini secara umum sudah
menunjukkan perubahan dan dapat memberikan
kesejateraan masyarakat dalam beberapa aspek
kehidupan. Namun, pencapaian pembangunan tersebut
belum merata dan belum dinikmati oleh sebagian besar

1
2

masyarakat khususnya yang masih berada dibawah garis


kemiskinan. Penyebab terhambatnya laju pertumbuhan
perekonomian Indonesia adalah tingkat pengangguran
 
yang cukup tinggi, rusaknya struktur sosial yang
berakibat kehilangan pekerjaan dan kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Oleh sebab itu, perlu
adanya suatu cara yang strategis untuk mengentaskan
kemiskinan dalam mewujudkan sistem ekonomi
kerakyatan yang berkeadilan sosial dan melindungi hak
asasi manusia terutama dalam pemenuhan kebutuhan
dasar manusia.

Penyebab kemiskinan ini pada dasarnya dipicu


oleh rendahnya suatu produktivitas kegiatan masyarakat
dengan penyebab kemiskinan yang kompleks dimulai
dari kelembagaan ekonomi masyarakat tidak
berkembang, sehingga menyulitkan masyarakat miskin
untuk mengakses permodalan, serta tingkat pendidikan
yang tergolong rendah, kondisi sosial budaya yang
kurang mendukung, penyebab agnesia seperti
penguasaan lahan dan ekonomi yang begitu besar oleh
beberapa perusahaan serta infrasturuktur akses jalan dan
pasar yang menyebabkan masyarakat menjadi hidup
terpencil dan sulit melakukan kegiatan perekonomian.

Menurut data Badan Pusat Statistik selama


periode September 2017– Maret 2018, jumlah penduduk
miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 128,2 ribu
3

orang (dari 10,27 juta orang pada September 2017


menjadi 10,14 juta orang pada Maret 2018), sementara
di daerah perdesaan turun sebanyak 505 ribu orang (dari
 
16,31 juta orang pada September 2017 menjadi 15,81
juta orang pada Maret 2018).

Sedangkan jumlah penduduk untuk wilayah DKI


Jakarta pada tahun 2017 mencapai 10,37 juta jiwa.
Persentase penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan
September 2018 mencapai 3,55 persen yang mencakup
sejumlah 372,26 ribu orang. Meskipun angka
kemiskinan selalu menurun setiap tahun, namun
pemberdayaan dan peningkatan produktivitas sangat
dibutuhkan untuk mengentaskan kemiskinan secara
menyeluruh.

Sementara ini untuk menangani permasalahan


yang menjadi penyebab kemiskinan tersebut,
pemerintah melalui Dinas Sosial menerapkan beberapa
program penguatan ekonomi kerakyatan dengan strategi
mendorong kemandirian usaha-usaha kelompok
masyarakat. Dinas Sosial sebagai bagian dan lembaga
yang berfokus pada program pembangunan
kesejahteraan sosial melaksanakan kegiatan yang
bertujuan untuk memberdayakan masyarakat miskin
khususnya bagi kaum perempuan. Wujud dari kegiatan
ini adalah pembetukan Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) yang merupakan suatu program pemberdayaan
4

masyarakat dengan fokus ekonomi-sosial dengan sistem


kelompok. Implementasi yang dilakukan oleh KUBE
adalah dengan cara pemberian modal usaha produktif
 
serta keterampilan produksi untuk mengembangkan
individu dan kelompok dimana yang kemudian dapat
dilakukan secara mandiri oleh anggota KUBE tersebut.

Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE)


merupakan gagasan yang dapat memberikan
pemberdayaan bagi masyarakat kecil dengan
meningkatkan kualitas hidup anggota. Program
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dilaksanakan
langsung di masyarakat dengan pedoman dari
pemerintah dan sesuai dengan kegiatan Pendidikan Non
Formal dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui program keterampilan menciptakan sebuah
usaha.

Sedangkan untuk sasaran utama program KUBE


adalah masyarakat yang tergolong dari keluarga fakir
miskin, tidak mempunyai sumber pencaharian atau
memiliki mata pencarian tetap tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan dasar (pasangan, sandang, air bersih,
kesehatan, dan pendidikan). Selain itu, adapaun kriteria
khusus program KUBE adalah kepala atau anggota yang
mewakili keluarga fakir miskin, memiliki identitas
kependudukan, mempunyai usaha atau berniat wirausaha,
usia produktif dan memiliki keterampilan, mampu
5

bertanggung jawab sendiri, serta bersedia mematuhi


peraturan KUBE .

 
Menurut Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta
mencatat perkembangan program KUBE yang sudah
dibentuk dan berjalan tersebar sebanyak 805 KUBE pada
tahun 2012 di wilayah DKI Jakarta. Salah satunya KUBE
binaan Dinas Sosial DKI Jakarta yang berhasil adalah
KUBE Lentera yang berada di Kelurahan Lenteng Agung
Jakarta Selatan. KUBE Lentera berdiri pada tahun 2012
dengan dibekali pelatihan keterampilan membuat kue
tradisional khas Betawi yaitu kue kembang goyang. Kue
tradisional khas Betawi ini pada saat itu keberadaannya
sudah hampir punah, oleh karena itu atas dasar kesadaran
salah seorang masyarakat yang mempunyai ide atau
gagasan untuk mengadakan pelatihan keterampilan kue
kembang goyang hingga sampai saat ini masih berjalan
baik.

Dalam perkembangannya sampai saat ini KUBE


Lentera termasuk salah satu KUBE yang dikatakan berhasil
karena masih aktif dan terus berusaha mengembangkan
usahanya. Hal tersebut dilihat dari adanya penambahan
jenis usaha serta inovasi rasa yang dilakukan kelompok
KUBE Lentera. Pada awalnya, usaha KUBE Lentera hanya
memproduksi satu jenis kue ringan yaitu kue kembang
goyang, namun kini telah berkembang menjadi 3 jenis kue
lainnya yaitu rempeyek, akar kelapa, dan biji ketapang.
6

Keberhasilan KUBE Lentera juga dapat diliat dari adanya


perubahan pada keterampilan yang dimiliki, pekerjaan
yang lebih layak, peningkatan pendapatan, serta adanya
 
rasa percaya diri yang lebih baik pada anggota KUBE
Lentera untuk terlibat aktif di dalam lingkungannya.

Keberhasilan KUBE Lentera tidak hanya dirasakan


oleh anggota saja, tetapi juga oleh keluarga anggota KUBE
Lentera. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan
pendapatan keluarga, pemenuhan kebutuhan yang dirasa
cukup bagi keluarga, adanya akses pendidikan yang lebih
baik untuk anak, dan juga rasa kekeluargaan dan
kebersamaan antar anggota dan antar keluarga anggota
lainnya. Perubahan – perubahan yang terjadi pada anggota
KUBE Lentera ini merupakan bukti nyata adanya
pemberdayaan masyarakat disektor ekonomi di dalam
program KUBE yang bertujuan sebagai salah satu cara
mengentaskan kemiskinan di Indonesia meskipun belum
secara menyeluruh.

Meskipun KUBE Lentera termasuk salah satu


KUBE yang dikatakan berhasil, namun pada kenyataannya
dalam proses pemberdayaan dilapangan masih banyak
permasalahan pada tahap pelaksanaannya yang belum
sesuai harapan.
7

Peneliti berusaha mengidentifikasi permasalahan


yang ada di KUBE Lentera antara lain :

 
a. Masih kurangnya minat masyarakat untuk
terlibat aktif.
b. Masih banyak masyarakat pada usia produktif
tidak memiliki keterampilan khususnya usaha.
c. Masih kurangnya faktor pendukung
pelaksanaan Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) untuk menangani kemiskinan secara
penuh melalui pemberdayaan masyarakat

Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut


telah mendorong penulis untuk menelaah lebih mendalam,
mengingat program KUBE memiliki implikasi cukup baik
dalam rangka penanggulangan kemiskinan dengan cara
pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga melalui pelatihan keterampilan,
untuk itu penulis mengajukan skripsi dengan judul
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan
Pembuatan Kue Kembang Goyang Oleh Kelompok
Usaha Bersama (Kube) Lentera Di Kelurahan Lenteng
Agung Jakarta Selatan”
8

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena permasalahan

 
kemiskinan dan identifikasi permasalahan diatas.
Mengingat adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan
materi yang dimiliki peneliti maka peneliti
memfokuskan masalah yang akan diteliti dengan
mengambil penelitian mengenai tahapan pemberdayaan
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera dalam
menangani kemiskinan melalui pemberdayaan
masyakat pelatihan ketrampilan kue kembang goyang.

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka


masalah – masalah dalam penelitian ini maka
pembatasan masalahnya adalah Bagaiman tahapan
pemberdayaan masyakat oleh Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) Lentera?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
menjelaskan uraian tahapan pemberdayaan
masyakat yang dilakukan oleh KUBE Lentera
melalui keterampilan pembuatan usaha kue
kembang goyang.
9

2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
1) Bagi jurusan Pengembangan
 
Masyarakat Islam (PMI) di Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dapat dijadikan
sumber infornasi dalam pengembangan
mutu pembelajaran.
2) Dapat menjadi sumber referensi bagi
peneliti lain mengenai pemberdayaan
masyarakat.
3) Bagi pemerintah, hasil penelitian ini
dapat dijadikan rekomendasi dalam
mengadakan kegiatan pemberdayaan
masyarakat lainnya yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat tersebut.
b. Manfaat Praktis
1) Informasi ini diharapkan dapat
memberikan acuan bagi Program
Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
dalam pengembangan Program
Pemberdayaan Masyarakat berbasis
ekonomi.
2) Informasi ini diharapkan dapat menjadi
contoh oleh Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) lain dalam
10

melaksanakan program kegiatannya


agar berhasil dan berkembang.
3) Informasi ini diharapkan bisa menjadi
 
rekomendasi bagi pengelola dalam
mengelola program Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) Lentera untuk
menjadi lebih baik dan berkembang.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian adalah cara atau


kegiatan yang dilakukan secara keseluruhan oleh
peneliti dalam melaksanakan penelitian mulai dari
merumuskan masalah sampai dengan penarikan
suatu hasil kesimpulan. Pendekatan penelitian yang
peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif (Sugiyono,2014: 6).
Pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa
pertimbangan, yaitu bersifat luwes, tidak terlalu
rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep serta
memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan
manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar,
menarik dan unik bermakna dilapangan (Burhan
Bungin, 2003:39)

Adapun pengertian metode kualitatif


menurut (Bogdan dan Taylor dalam Lexy J.
Moleong, 2011:4) mendefinisikan metode kualitatif
11

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data


deskriptif berupa kata - kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data
 
tersebut berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-
angka. dan dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah.

Sedangkan jenis penelitian yang peneliti


gunakan adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif
yang artinya terbatas pada usaha mengungkapkan
suatu masalah atau keadaan suatu peristiwa dengan
sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang
tampak, sehingga bersifat sekedar untuk
mengungkapkan fakta (fact finding), hasil penelitian
yang didapat ditekankan pada memberikan
gambaran objektif tentang keadaan yang sebenarnya
dari objek yang sedang diselidiki, akan tetapi untuk
mendapatkan manfaat yang lebih luas, biasanya
dalam jenis penelitian ini dilakukan juga pemberian
berbagai interpretasi.

Adapun ciri-ciri pokok penelitian deskriptif


menurut (Hadari Nawawi, 1991:31) adalah :

a) Memusatkan perhatian pada masalah-masalah


yang ada pada saat penelitian dilakukan (saat
sekarang) atau masalah-masalah yag bersifat
aktual.
12

b) Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah


yang sedang diselidiki dengan sebagaimana
adanya diiringi dengan interpretasi rasional.
 

Penelitian yang dilakukan penulis ini


berupaya mendeskripsikan bentuk tahap pelaksaan
pemberdayaan masyarakat oleh program Kelompok
Usaha Bersama (KUBE) melalui pelatihan
ketrampilan pembuatan kue kembang goyang di
Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, DKI
Jakarta.

2. Subyek Penelitian
Berdasarkan karakteristik penelitian
kualitatif teknik pemilihan responden dalam
penelitian ini adalah purpose sampling yang
memberikan keleluasaan kepada peneliti dalam
menyeleksi responden yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Yang terpenting disini bukan dengan
jumlah respondennya melainkan potensi dari setiap
kasus untuk memberikan pemahaman teoritis yang
lebih baik mengenai aspek yang dipelajari (Lexi J.
Moleong, 2000:224)
Penentuan subyek penelitian ini berdasarkan
atas informasi apa saja yang dibutuhkan. Subyek
penelitian ini adalah KUBE Lentera di Kelurahan
Lenteng Agung, Jakarta Selatan, DKI Jakarta.
Sedangkan informan atau responden yang
13

digunakan peneliti untuk menggali lebih dalam


sejumlah 7 (tujuh) orang terdiri dari anggota dan
pengelola KUBE Lentera. Dari anggota sebanyak 5
 
(lima) orang, pengelola KUBE sebanyak 2 (dua)
orang, terdiri dari Pendamping dan Ketua KUBE
Lentera. Anggota dan pengelola KUBE Lentera
mempunyai keterlibatan dalam pelaksanaan
program KUBE.
Syarat menjadi informan bagi pengelola
adalah aktif dalam kegiatan KUBE, mengetahui apa
itu KUBE, berpengalaman dalam kegiatan KUBE,
mengetahui program atau kegiatan yang berjalan,
syarat menjadi subyek penelitian bagi anggota
adalah aktif dalam kegiatan KUBE, mengetahui
tentang KUBE.
Adapun informan dalam penelitian ini antara
lain:
a. Pendamping KUBE Lentera
b. Ketua KUBE Lentera
c. Anggota KUBE Lentera
14

Tabel 1.1
Tipologi Informan KUBE Lentera

 
No Nama Posisi Jumlah Keterangan Kriteria
Informa Data Informan
n

Aktif dalam
kepengurusan
KUBE Lentera.
Profil dan
Sejarah KUBE Memahami
Ketua
1. Sri Mulyati I Lentera. Proses Progam
KUBE
pemberdayaan Kelompok
Lentera
program Usaha Bersama
pelatihan kue (KUBE), mulai
kembang dari tahap
goyang perencanaan
sampai tahap
monitoring
evaluasi.

Memahami
Progam
Proses Kelompok
pemberdayaan Usaha Bersama
2. Ahmad Pendamping I program pelatihan (KUBE), mulai
Junaedi KUBE kue kembang dari tahap
Lentera goyang perencanaan
sampai tahap
monitoring
evaluasi.

Proses
pelaksanaan
program dan Aktif dalam
3. Neneng Anggota I harapan pengembangan
Munawaroh terhadap hasil atau
pelatihan kue produk di
kembang KUBE Lentera
goyang serta
KUBE Lentera.
15

Proses
pelaksanaan
program dan Aktif dalam
harapan pengembangan
4. Indahtiah Anggota I terhadap hasil atau
  pelatihan kue produk di
kembang KUBE Lentera
goyang serta
KUBE Lentera.

Proses
pelaksanaan
program dan Aktif dalam
harapan pengembangan
5. Yulianti Anggota I terhadap hasil atau
pelatihan kue produk di
kembang KUBE Lentera
goyang serta
KUBE Lentera.

Proses
pelaksanaan
program dan Aktif dalam
harapan pengembangan
Rokiah Anggota I terhadap hasil atau
6. pelatihan kue produk di
kembang KUBE Lentera
goyang serta
KUBE Lentera.
Proses
pelaksanaan
program dan Aktif dalam
harapan pengembangan
Sri Purwanti Anggota I terhadap hasil atau
7. pelatihan kue produk di
kembang KUBE Lentera
goyang serta
KUBE Lentera.

Total 7

Sumber: Penelitian Lapangan


16

3. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di wilayah Jl. Raya
Lenteng Agung Rt 010 Rw 002 Kelurahan Lenteng
 
Agung, Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan, DKI Jakarta.
Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena
lokasi yang mudah dijangkau dan belum pernah
menjadi tempat penelitian skripsi oleh Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam. Adapun waktu
pelaksanaan penelitian yang akan di mulai dari bulan
Februari sampai bulan Mei 2019.
4. Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data yang
penulis gunakan pada penelitian ini terbagi menjadi
2 (dua) sumber data yaitu sumber data primer dan
sumber data sekunder yang akan dijelaskan sebagai
berikut :
a. Data primer terbagi menjadi dua sumber data
yaitu:
1) Data utama yaitu berupa data yang
diperoleh secara langsung dari
sasaran penelitian, yaitu diperoleh
dari pengurus KUBE Lentera yang
terdiri dari Pendamping, Ketua
KUBE Lentera.
2) Data pendukung yaitu data yang
diperoleh dari anggota atau peserta
program KUBE Lentera.
17

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari


catatan – catatan, dokumentasi, foto maupun
benda-benda tertulis lainnya yang
 
berhubungan dengan penelitian seperti buku
pedoman KUBE, foto kegiatan, laporan
tahunan KUBE.

5. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data yang objektif
dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa
teknik penggumpulan data, yaitu sebagai berikut:
a. Observasi
Secara teori observasi merupakan
pengumpulan data secara langsung dari
lapangan, data yang diobservasi dapat
berupa gambaran tentang sikap, kelakuan,
perilaku, tindakan, dan keseluruhan interaksi
antar manusia. Proses observasi dimulai
dengan mengidentifikasi tempat yang
hendak diteliti. Setelah tempat penelitian
diidentifikasi dilanjutkan dengan membuat
pemetaan, sehingga diperoleh gambaran
umum tentang sasaran penelitian (Irawan
Soeharto, 2008 : 67).
Dengan proses observasi ini peneliti
mendatangi ke lokasi program KUBE
Lentera di Lenteng Agung. Kemudian
18

peneliti akan menceritakan semua hal yang


peneliti temui di lapangan dengan lengkap,
secara akurat dan realistis dalam bentuk
 
tulisan dan visual.
b. Wawancara
Menurut Sugiyono wawancara ialah
pertemuan dua orang untuk bertukan
informasi dan ide dengan melakukan tanya
jawab sehingga dapat disimpulkan makna
dalam topik tertentu (Sugiyono, 2007: 72).
Sedangkan menurut penjelasan lain
wawancara adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan pemelitian dengan
cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dan informan atau
orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara
(Andi Prastowo, 2011: 212).
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan
dengan tanya jawab kepada narasumber atau
informan pada penelitian. Adapun responden
terkait yang akan diwawancarai antara lain
pendamping , ketua dan anggota atau peserta
KUBE Lentera.
c. Studi Dokumentasi
Dokumentasi hanyalah nama lain dari
analisis isi visual dari suatu dokumen. Buku
19

teks, Essay, surat kabar, novel, artikel,


majalah, buku resep, pidato politik, iklan,
gambar nyata, dan isi dari hampir setiap jenis
 
komunikasi visual dapat dianalisis dengan
berbagai cara (Imam Gunawan, 2013:176).
Dalam penelitian ini , penulis berusaha
memperoleh data-data dokumentasi yang
berkaitan dengan pengumpulan foto-foto,
profil KUBE Lentera, mempelajari arsip-
arsip, serta berbagai macam bentuk data
tertulis lainnya yang dapat membantu
peneliti di lapangan.

6. Teknik Analisis Data


Secara teori teknis analisis data merupakan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber dari hasil yang diperoleh dari lapangan
melalui wawancara, pengamatan, dokumen pribadi,
dokumen resmi dan foto. Analisis data adalah upaya
yang dilakukan dengan bekerja menggunakan data,
mengorganisir data, memilah-melilahnya menjadi
satuan yang dikelola, mensintesiskannya mencari
dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang arus dipelajari, serta memutuskan apa
yag dapat diceritakan kepada orang lain (Lexi J.
Moleong, 2005 : 247 – 248). Dalam mengalisis data
hasil penelitian, peneliti akan menjelaskan catatan
20

hasil temuan lapangan dan menyimpulkannya


menjadi suatu kesimpulan yang sistematis.

 
7. Teknis Keabsahan Data
Teknik keabsahan data dalam penelitian ini
memiliki kriteria: (Burhan Bungin, 2009:256)
a. Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan
teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan
membandingkan keadaan dan perspektif
seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang lain, dalam hal ini penulis
melakukan kunjungan ke KUBE Lentera
untuk pengumpulan data wawancara,
observasi langsung , mengambil beberapa
dokumen KUBE Lentera serta berdiskusi
dengan pendamping, ketua serta anggota
atau peserta KUBE Lentera. Kemudian
penulis akan membandingkan hasil
wawanncara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan dilapangan.
b. Ketekunan dan keajengan pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud
menemukan ciri-ciri dan unsurunsur dalam
situasi yang relevan dengan persoalan atau
isu yang sedang dicari, kemudian
21

memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara


rinci. Maksudnya, penulis hanya
memusatkan dan mencari jawaban sesuai
 
dengan rumusan masalah saja.
c. Kepastian dengan Teknik Pemeriksaan
Audit Kepastian
Auditor dalam hal ini adalah dosen
pembimbing. Di sini pemastian bahwa
sesuatu itu objektif atau tidak bergantung
pada persetujuan beberapa orang terhadap
pandangan, pendapat dan penemuan
seseorang. Maksudnya adalah bahwa
pengalaman seseorang itu subjektif,
sedangkan jika disepakati oleh beberapa
orang barulah dapat dikatakan objektif.

Peneliti juga menggunakan keabsahan data


dengan Triangulasi. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
itu. Data lain yang dikumpulkan kemudian
dibandingkan dengan data yang diperoleh dari studi
literatur, wawancara, pengamatan, dan data-data
sekunder lembaga (M. Djunaedi Ghony dan Fauzan
Almanshur, 2012:319). Dalam hal ini peneliti dapat
membandingkan hasil wawancara dari setiap
22

narasumber sehingga peneliti dapat menarik


kesimpulan yang sesuai dengan kenyataan yang ada
dilapangan.
 

8. Teknik Penulisan Skripsi


Teknik penulisan skripsi ini berdasarkan pada
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan
Disertasi) yang di terbitkan oleh CeQDA (Center for
Quality Development and Assurance) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang terbaru yaitu Tahun 2017.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis mengkaji tulisan ini, ada beberapa


karya ilmiah yang mempunyai kemiripan dengan
penelitian yang peneliti lakukan. Beberapa skripsi atau
jurnal yang menjadi acuan penulis untuk memfokuskan
penelitian pada “Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Pelatihan Pembuatan Kue Kembang Goyang Oleh
Kelompok Usaha Bersama KUBE Lentera Di Kelurahan
Lenteng Agung Jakarta Selatan”, diantaranya adalah :

Jurnal yang berjudul “Analisis Efektifitas


Kelompok Usaha Bersama Sebagai Instrumen Program
Penanganan Fakir Miskin” yang ditulis oleh Anwar Sitepu
dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan
Sosial, Kementerian Sosial RI (Cawang, Jakarta Timur).
Jurnal ini membahas tentang eksistensi dan efektifitas
23

KUBE sebagai instrument penanganan fakir miskin serta


faktor penyebab keberhasilan dan kegagalan KUBE.
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) tidak cukup efektif
 
sebagai instrument dalam penanganan fakir miskin. Usaha
ekonomi yang dibangun anggotanya dengan menggunakan
modal bersama yang berasal dari bantuan pemerintah
ternyata tidak berkembang. Ada sejumlah faktor yang
menyebabkan kurang efektifnya KUBE. Tahapan
pelaksanaan yang sudah diatur dalam Pedoman tidak
dilakukan dengan konsekuen. Secara keseluruhan
persoalan pokok yang terjadi dalam pelaksanaan Program
adalah masalah manajemen. Fungsi-fungsi manajemen,
seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian belum dilakukan dengan baik. Mekanisme
yang perlu dibangun adalah yang mampu memelihara
disiplin para pihak yang terlibat. Mulai dari persiapan,
termasuk seleksi lokasi, seleksi peserta (penerima manfaat)
program, seleksi pendamping, pendidikan dan pelatihan
pendamping, monitoring dan evaluasi. Pastikan seluruh
proses pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan matang.
Maksudnya seluruh tahapan kegiatan dilakukan dengan
benar, mulai dari sosialisasi, seleksi peserta program,
seleksi dan pelatihan pendamping KUBE, penetapan jenis
usaha. Secara tujuan penelitian antara peneliti diatas
dengan penelitian penulis memiliki kesamaan yaitu
membahas tahapan, tetapi yang menjadi perbedaan adalah
penelitian diatas lebih membahas efektif atau tidaknya
24

pelaksanaan KUBE, sedangkan penelitian peneliti


membahas tentang bagaimana tahapan pelaksanaan KUBE
berlangsung.
 

Kemudian Jurnal yang berjudul “ Partisipasi


Masyarakat Dalam Program Kelompok Usaha Bersama
(Kube) Di Kota Malang, (Studi Pada Kube Waratama 1 Di
Kelurahan Buring Kecamatan Kedungkandang Kota
Malang)”, yang ditulis oleh Pranestiti Embanaras dan Weni
Rosdiana, S.Sos., M.AP dari Ilmu Administrasi Negara,
FISH, UNESA . Dalam instrumen indikator dan
pengukuran keberhasilan KUBE, terdapat beberapa aspek
yang mendasari keberhasilan KUBE, antara lain aspek
kelembagaan, aspek sosial, dan aspek ekonomi. Melihat
hasil instrumen dan pengukuran keberhasilan KUBE,
dalam pelaksanaan program KUBE di KUBE Waratama 1
aspek kelembagaan dan aspek sosial sudah dikatakan
berhasil, sedangkan aspek ekonomi masih kurang berhasil.
Penelitian ini dianalisis dengan teori Cohen dan Uphoff
yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D (2011: 61-63) bahwa
Partisipasi anggota KUBE Waratama 1 dalam pengambilan
keputusan cukup optimal, hal tersebut dapat dilihat dari
cukup banyaknya anggota KUBE yang mengeluarkan
pendapat pada saat rapat KUBE berlangsung, selain itu
beberapa anggota juga berani untuk mengatakan
ketidaksetujuan mereka terhadap suatu keputusan yang
nantinya akan disepakati bersama. Namun, masih terdapat
25

anggota KUBE yang pasif dan tidak pernah menyampaikan


pendapat mereka. Dalam pelaksanaan KUBE, masyarakat
anggota KUBE diharuskan membayar sejumlah uang
 
untuk mengembangkan KUBE tersebut. Untuk partisipasi
dalam pelaksanaan khususnya dalam hal keuangan, tidak
ditemukan adanya masalah, karena anggota yang tidak
hadir tetap membayar dengan cara menitipkan kepada
anggota lain atau membayar double pada bulan
selanjutnya. Selain manfaat dalam aspek perekonomian,
terdapat beberapa manfaat lain yang bisa didapatkan dalam
aspek sosial setelah program KUBE ini berjalan, yaitu: a.
anggota KUBE Waratama 1 memiliki semangat dalam
usaha b. anggota KUBE Waratama 1 dapat bersosialisasi c.
anggota KUBE Waratama 1 dapat menambah jaringan
usaha dengan anggota lain h. anggota KUBE Waratama 1
dapat menambah ilmu managemen keuangan mereka.
Dalam proses evaluasi, masyarakat anggota KUBE
Waratama 1 telah berpartisipasi dengan baik. Hal tersebut
dibuktikan dengan adanya ketaatan mereka dalam
mengumpulkan semua nota pembelian mereka yang akan
dikumpulkan selama sebulan sekali kepada bendahara
sebagai bahan untuk pembuatan laporan. Secara objek
penelitian, penelitian diatas mempunyai kesamaan dengan
penelitian penulis yaitu KUBE, namun memiliki perbedaan
pada teori yang digunakan untuk menganalisis.
26

Selanjutnya Jurnal yang berjudul “Upaya Strategis


Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Kelompok
Usaha Bersama (KUBE)” yang ditulis oleh Hendrik Yasin
 
dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Gorontalo. Potensi yang ada di Desa Kuala untuk
pemberdayaan masyarakat melalui KUBE yakni cateringan
dan sampai dengan saat ini potensi cateringan ini berjalan
dengan lancar, mempunyai 10 orang anggota dan
penghasilan rata-rata Rp 400.000/bulan. Adapun
permasalahan yang di hadapi adalah kekurangan modal
usaha dan peralatan cateringan namun kerja sama yang
baik antara anggota kelompok dan pendamping Desa yang
menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan yang di
hadapi. Upaya strategis yang di lakukan dalam
pemberdayaan masyarakat melalui KUBE adalah dengan
memberikan penguatan terhadap masyarakat melalui
sosialisasi agar masyarakat mengerti dan memahami
betapa pentingnya untuk ikut dalam Kelompok Usaha
Bersama dengan harapan masalah kebutuhan yang di
hadapi masyarakat sedikit demi sedikit bisa teratasi
terutama kebutuhan Pendidikan. Pada penelitian diatas
terdapat kesamaan yaitu pada fokus pemberdayaannya
yaitu pemberdayaan ekonomi, tetapi ada perbedaan peneliti
diatas dengan penulis yaitu jenis pelatihan keterampilan
yang dilaksanakan.
27

Selanjutnya Skripsi yang berjudul “ Tahapan


Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Urban
Farming Yayasan Bunga Melati Indonesia (YBMII) di
 
Perigi Baru”, yang ditulis oleh Budhi Baihakki dari Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarf Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini membahas tentang tahapan-tahapan
pemberdayaan masyarakat mulai dari persiapan,
pengkajian, perencanaan alternatif program, tahap
pemformulasian rencana aksi, tahap pelaksanaan program,
tahap evaluasi program dan terminasi dalam pemberdayaan
masyarakat melalui program Urban Farming oleh Yayasan
Bunga Melatih Indonesia (YBMII) di Perigi Baru. Hasil
penelitiannya bahwa pelaksanaan program tersebut sudah
cukup berjalan baik dan memberikan manfaat, tetapi
program tersebut masih belum sepenuhnya diikuti oleh
seluruh masyarakat. Secara teori penelitian diatas dengan
penelitian yang penulis teliti ada kesamaan, tetapi pada
objek penelitiannya berbeda yaitu Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) Lentera.

F. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini, peneliti membagi dalam


lima bab, yang diuraikan dalam beberapa sub-bagian
dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
28

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang

 
Masalah, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat Peneliti, Metodologi Penelitian, Tinjauan
Pustaka, dan Sistematika Penulisan

Bab II Landasan Teori

Bab ini merupakan bab yang membahas teori


tentang Pemberdayaan Masyarakat, yang mana dalam
bahasan Pemberdayaa masyarakat ini akan membahas :
Definisi hakikat pemberdayaan masyarakat, tujuan
pemberdayaan masyarakat, strategi pemberdayaan
masyarakat, tahapan pemberdayaan, pelatihan, dan
Program KUBE.

Bab III Temuan Penelitian

Bab ini akan membahas tentang Gambaran Umum


Kelurahan Lenteng Agung serta Gambaran Umum
Program KUBE Lentera.

Bab IV Analisa Temuan Penelitian

Pada bab ini, berisi tentang analisis program


pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui
program KUBE Lentera di Lenteng Agung. Dalam bab
ini berisi hasil wawancara dan observasi peneliti di
lapangan yang peneliti hubungkan dengan teori Isbandi
29

Rukminto Adi tentang tahapan pelaksanaan dalam


pemberdayaan. Tahapan – tahapan tersebut antara lain :
tahapan persiapan (engagement), tahapan pengkajian
 
(assesment), tahap perencanaan alternatif program atau
kegiatan, tahap pemformulasian rencana aksi, tahap
pelaksanaan program atau kegiatan, tahap evaluasi, dan
tahap terminasi. Namun, penelitian ini akan lebih fokus
pada tahap pelaksanaan pemberdayaan. Kemudian
faktor pendukung dan penghambat program KUBE.

Bab V Penutup

Bab ini merupakan penutup, yang di dalamnya


berisi kesimpulan serta saran-saran yang dianggap perlu
dalam perbaikan dan kemajuan program KUBE Lentera.
BAB II

LANDASAN TEORI

 
A. Hakikat Pemberdayaan Masyarakat

1. Pengertian

Masyarakat yang mengalami masalah


kemiskinan perlu diberdayakan dengan cara pemberian
sebuah kegiatan pemberdayaan untuk memperkuat
keberdayaan baik secara individu maupun kelompok.
Proses dan tujuan pemberdayaan menunjuk pada
kemampuan orang atau hasil yang ingin dicapai yaitu
masyarakat yang berdaya, memiliki kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara fisik,
ekonomi, maupun sosial seperti berpartisipasi dalam
kegiatan sosial dan mandiri dalam pelaksanaan tugas –
tugas kehidupannya (Edi Suharto, 2005:60).

‘Pemberdayaan’ adalah adanya peningkatan


perubahan masyarakat dari yang kurang berdaya
menjadi mempunyai daya guna untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan pada intinya
membahas bagaimana individu, kelompok ataupun
komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka
sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa
depan sesuai dengan keinginan mereka.

30
31

Menurut Syahril dalam bukunya Islam Konsep


Implementasi Pemberdayaan, beliau mengemukakan
bahwa yang ingin dikerjakan dengan pengembangan
 
masyarakat melalui dakwah Islam adalah dengan
menggerakan masyarakat yang tradisional atau transisi
menjadi masyarakat yang modern, masyarakat yang
berorientasi masa lalu menjadi masyarakat yang
berorientasi ke masa depan, dari masyarakat yang
pasrah kepada takdir menjadi masyarakat yang satgnan
menjadi masyarakat yang dinamis dan menjadi
masyarakat yang memiliki perencanaan panjang dalam
hidupnya. Islam mengarahkan manusia agar
merencanakan kehidupan dengan berorientasi ke masa
depan. Pada dasarnya manusia harus merencanakan
peningkatan taraf hidup dan tidak selalu menyerah
kepada takdir Tuhan (Syahril Harahap, 1999:132).

Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-


Insyirah Ayat 7-8 :

ْ َ‫صبْ َوإِّلَى َربِّ َك ف‬


ْ‫ارغَب‬ َ ‫فَإِّذَا فَ َر ْغ‬
َ ‫ت فَا ْن‬
“Fa-idzaa faraghta fanshab, Wa-ilaa
rabbika farghab”
32

Artinya :
“Maka apabila kamu telah selesai ( disesuatu
urusan ), kerjakanlah dengan sungguh- sungguh (
 
urusan yang lain ), dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap” (Al-Insyirah : 7-8).
(Al-Quran Surat Al-Insyirah, ayat 7-8).

Pemahaman pemberdayaan ini adalah sebagai


cara untuk memberikan motivasi kepada masyarakat
yang mengalami situasi ketidakberdayaan atau lemah.
Ketidakberdayaan dimaksudkan bukan hanya dari segi
ekonomi saja, tapi juga ketidakberdayaan dalam
menciptakan ide-ide kreatif, ketidakberdayaan dalam
hubungan sosial, dan ketidakberdayaan dalam segi
ekologi.
Menurut Payne bahwa pemberdayaan
(empowerment) adalah pemerolehan daya bagi klien
untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan
yang akan dilakukan yang terkait dengan diri mereka,
termasuk pengurangan suatu hal yang menjadi
penghambat dalam bertindak (Isbandi Rukminto,
2002:162). Hal ini dilakukan melalui peningkatan
kemampuan dan rasa percaya diri dalam penggunaan
daya yang dimiliki antara lain melalui transter daya dari
lingkungan. Beberapa pemberdayaan menurut para ahli
diantaranya :
33

a. Shardlow melihat bahwa berbagai


pengertian mengenai pemberdayaan pada
intinya membahas bagaimana individu,
 
kelompok ataupun komunitas berusaha
mengontrol kehidupan mereka sendiri dan
mengusahakan untuk membentuk masa
depan sesuai keinginan mereka.
b. Mc. Ardle lebih menitikberatkan
pemberdayaan pada prosoes pengambilan
keputusan oleh orang-orang yang secara
konsekuen melaksanakan keputusan
tersebut. Orang-orang yang telah mencapai
tujuan kolektif diberdayakan melalui
kemandiriannya, bahkan merupakan
keharusan untuk lebih diberdayakan melalui
usaha mereka sendiri dan akumulasi
pengetahuan, keterampilan serta sumber
lainnya tergantung pada pertolongan dari
hubungan eksternal.

Dari beberapa paparan – paparan diatas, dapat


disimpulkan bahwa pemberdayaan pada dasarnya
merupakan suatu proses yang dijalankan dengan
kesadaran dan partisipasi penuh dari para pihak untuk
meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat
sebagai sumber daya pembangunan agar mampu
mengenali permasalahan yang dihadapi dalam
34

mengembangkan dan menolong diri menuju keadaan


yang lebih baik, mampu menggali dan memanfaatkan
sumberdaya yang tersedia untuk kepentingan diri dan
 
kelompoknya, serta mampu mengeksistensikan diri
secara jelas dengan mendapat manfaat darinya.

Pemberdayaan adalah sebuah ”proses menjadi”,


bukan ”proses instan”. Sebagai proses, pemberdayaan
mempunyai tiga tahapan yaitu penyadaran,
pengkapasitasan, dan pendayaan. Selain itu
pemberdayaan masyarakat adalah sebuah upaya atau
solusi baik individu atau kelompok untuk menjadi
mandiri dari sifat-sifat ketergantungan. Untuk menuju
kehidupan yang lebih baik dan sejahtera perlu dibentuk
adanya rasa percaya diri terhadap diri sendiri dan
memiliki sifat mandiri yang tidak ketergantungan.

2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Sebagai tujuannya maka pemberdayaan


menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai
oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang
berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi,
maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri,
mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan
35

mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas


kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan
seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan
 
pemberdayaan sebagai sebuah proses (Edi Suharto,
2005:60).

Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan


keberdayaan orang-orang yang lemah atau tidak
beruntung. Selain itu dapat meningkatan pengetahuan
dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
baik fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,
mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam
kegiatan social.

Menurut penulis lemahnya perekonomian tidak


hanya dialami oleh orang-orang yang lemah dan tidak
berdaya, namun dapat dilihat dari berbagai ragam
seperti lemah dan tidak beruntung dalam kreativitas,
lemah dan tidak beruntung dalam segi sosial, dan lemah
dan tidak beruntung dalam ilmu. Oleh karena itu salah
satu upaya yang harus dilakukan adalah dengan
pemberian fasilitas kepada masyarakat agar memiliki
kekuasaan atau mempunyai keilmuan yang bisa
memberdayakan dirinya baik yang bersifat fisik, sosial,
dan ekonomi.
36

Dalam penelitian ini lebih mengangkat persoalan


tentang pemberdayaan masyarakat yang umumnya
masyarakat sulit untuk mendapatkan akses untuk
 
perekenomian seperti modal usaha, sulitnya dalam
meraih sumber ekonomi dan pelayanan, rendahnya
kesempatan mendapatkan lapangan pekerjaan,
pendidikan yang belum merata layak dan kesempatan
untuk menyalurkan bakat serta minatnya dalam
berkarya.

3. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Untuk mengimplementasikan program


pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan secara
bertahap. Sebelum proses pelaksanaan berlangsung
perlu adanya pengklasifikasikan proyek Pengembangan
Masyarakat Islam dalam beberapa tahap, sehingga target
yang harus dipenuhi akan mudah untuk dievaluasi. Jika
setiap program dilakukan secara bertahap, maka setiap
kendala, problem atau bahkan kesalahan implementasi
dapat dikoreksi, dievaluasi serta diantisipasi sejak dini.
Tentu saja hal ini juga diorientasikan untuk mencapai
efektifitas serta efisiensi dalam pelaksanaan program
pengembangan. Menurut teori Isbandi Rukminto Adi
mempunyai rumusan strategi yang menjadikan beberapa
tahap dalam melakukan pemberdayaan yakni : (Isbandi
Rukminto Adi, 2001: 250 – 25).
37

a. Tahap persiapan (engagement), tahap


persiapan ini memiliki substansi
penekanan pada dua hal elemen penting
 
yakni penyiapan petugas dan penyiapan
lapangan. Tahapan ini adalah tahapan
prasyarat sukses atau tidaknya sebuah
program pemberdayaan berlangsung.
b. Tahap pengkajian (assestment), sebuah
tahapan yang telah terlibat aktif dalam
pelaksanaan program pemberdayaan
karena masyarakat setempat yang sangat
mengetahui keadaan dan masalah
ditempat mereka berada. Tahapan ini
memiliki penekanan pada faktor
identifikasi masalah dan sumber daya
yang ada dalam sebuah wilayah yang
akan menjadi basisi pemberdayaan serta
pelaksanaan program.
c. Tahap perencanaan alternatif program
atau kegiatan (designing), dalam tahap
ini program perencanaan dibahas secara
maksimal dengan melibatkan peserta
aktif dari pihak masyarakat guna
memikirkan solusi atau pemecahan atas
masalah yang mereka hadapi di
wilayahnya. Dalam tahap ini dipikirkan
secara mendalam agar program
38

pemberdayaan yang ada nantinya tidak


melulu berkisar pada program amal
(charity) saja dimana demikian itu tidak
 
memberikan manfaat secara pasti dalam
jangka panjang.
d. Tahap pemformulasian rencana aksi,
pada tahap ini masyarakat dan fasilitator
menjadi bagian penting dalam
bekerjasama secara optimal. Hal ini
disebabkan masyarakat telah
menjabarkan secara rinci dalam bentuk
tulisan tentang apa-apa yang akan
mereka laksanakan baik tujuan jangka
pendek maupun jangka panjang.
e. Tahap pelaksanaan program atau
kegiatan (implementasi), tahap ini
merupakan bentuk pelaksanaan serta
penerapan program yang telah
dirumuskan sebelumnya bersama para
masyarakat. Tahapan ini berisi tindakan
aktualisasi bersinergi antara masyarakat
dengan pelaku pemberdayaan (dalam
bahasa Isbandi disebut sebagai petugas)
f. Tahap evaluasi, tahapan yang memiliki
substansi sebagai proses pengawasan
dari warga dan petugas terhadap program
pemberdayaan masyarakat yang sedang
39

berjalan dengan melibatkan warga.


Tahapan ini juga akan merumuskan
berbagai indikator keberhasilan suatu
 
program yang telah diimplementasikan
serta dilakukan pula bentukbentuk
stabilisasi terhadap perubahan atau
kebiasaan baru yang diharapkan terjadi.
g. Tahap terminasi (disengagement),
sebuah tahapan dimana seluruh program
telah berjalan secara optimal dan petugas
fasilitator pemberdayaan masyarakat
sudah akan mengakhiri kerjanya.
Tahapan ini disebut sebagai tahap
pemutusan hubungan antara petugas
dengan para masyarakat yang menjadi
basis program pemberdayan ketikaitu.
Petugas pun tidak keluar dari komunitas
secara total, melainkan ia akan
meninggalkannya secara bertahap.

Dari 7 tahapan yang dikemukakan oleh Isbandi


Rukminto Adi dalam melakukan pemberdayaan,
bahwa dalam tahapan pemberdayaan masyarakat harus
selalu dilibatkan sejak dalam tahap perencanaan sampai
pada tahap implementasi serta evaluasi. Hal ini terkait
dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai oleh
masyarakat karena masyarakat memang lebih tahu
40

semua permasalahan-permasalahan yang ada di


lingkungan mereka. Fasilitator hanya bertindak untuk
memfasilitasi dan mengarahkan aspirasi dari
 
masyarakat.

Peneliti menggunakan tahapan pemberdayaan


yang dilakukan menurut Isbandi Rukminto Adi dimana
proses tahapannya memiliki tujuh tahapan yang
terdeskripsi dengan jelas. Tahapan tersebut adalah
tahapan persiapan, tahapan pengkajian (assesment),
tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan,
tahap pemformulasi rencana aksi, tahap pelaksanaan
(implementasi) program atau kegiatan, tahap evaluasi,
dan tahap terminasi. Penelitian dalam penelitian ini
mengangkat tentang pemberdayaan masyarakat yang
umumnya masyarakat masih sulit untuk mendapatkan
akses untuk perekenomian seperti modal usaha,
sulitnya dalam meraih sumber ekonomi dan pelayanan,
rendahnya kesempatan mendapatkan pekerjaan,
pendidikan yang belum layak dan kesempatan untuk
menyalurkan bakat serta minatnya dalam berkarya.

4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Dalam konteks pekerjaan social, pemberdayaan


dapat dilakukan melalui tiga aras atau mantra
pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo,
dan makro. (Edi Suharto, 2005:66 )
41

a. Aras Mikro
Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara
individu melalui bimbingan, konseling, stress
 
management, crisis intervention. Tujuan
utamanya adala membimbing atau melatih klien
dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya,
model ini sering disebut dengan pendekatan
yang berpusat pada tugas (task centered
approach).
b. Aras Mezzo
Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok
klien. Pemberdayaan dilakukan dengan
menggunakan kelompok sebagai media
intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika
kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi
dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan,
keterampilan dan sikap-sikap klien agar
memiliki kemampuan memecahkan
permasalahan yang dihadapi.
c. Aras Makro
Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi
sistem besar , karena sasaran perubahan
diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih
luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,
kampanye, aksi sosial, Lobbying,
pengorganisasian masyarakat, manajemen
konflik adalah beberapa strategi dalam
42

pendekatan ini. Strategi besar memandang klien


sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk
memahami situasi-situasi mereka sendiri dan
 
untuk memilih serta menentukan strategi yang
tepat untuk bertindak.

Menurut penulis melalui pendekatan tiga model


pemberdayaan ini diharapkan agar masyarakat dapat
berdaya untuk diri sendiri maupun orang lain dalam
memenuhi kebutuhan sesuai rencana dan langkah yang
sudah direncanakan.

B. Kelompok Usaha Bersama ( KUBE )


1. Pengertian Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) menurut


(Kementerian RI, 2016:115) “merupakan media
pemberdayaan sosial yang diarahkan untuk terciptanya,
aktifitas sosial ekonomi keluarga masyarakat miskin agar
dapat meningkatkan kesejahteraan sosial mereka. Melalui
kelompok dapat berinteraksi, saling tolong menolong
dalam memecahkan permasalahan dan memenuhi
kebutuhan.”

Secara umum KUBE merupakan salah-satu program


unggulan Kementerian Sosial dalam rangka mengentaskan
kemiskinan dengan pemberdayaan kelompok. KUBE
sebagai upaya penanggulangan kemiskinan dilaksanakan
dengan strategi penguatan kelompok, pemberian bantuan
43

stimulan usaha dan pendampingan yang menggunakan


pendekatan pekerjaan social.

 
Dalam pelaksanaannya bantuan yang diterima
masing-masing peserta program dikumpulkan menjadi
modal usaha bersama dalam kelompok (KUBE).
Pengambilan keputusan dalam kelompok diselenggarakan
secara demokratis, mulai dari pemilihan pengurus,
menetapkan aturan main.

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah “suatu


kelompok yang dibentuk oleh warga-warga/keluarga-
keluarga binaan sosial yang terdiri dari orang
orang/keluarga-keluarga miskin (pra sejahtera) yang
menerimapelayanan sosial melalui kegiatan Prokesos”
(Khatib Pahlawan Kayo, 2008: 15). Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) memiliki tujuan menurut (Kementerian
Sosial RI, 2016:115-116) adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan dan memperkuat


kesetiakawanan sosial warga miskin dan
masyarakat dalam menanggulangi berbagai
permasalahan kesejahteraan sosial.
b. Meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga
miskin.
c. Mewujudkan kemandirian usaha sosial-
ekonomi keluarga miskin.
44

d. Meningkatkan aksesbilitas keluarga miskin


terhadap pelayanan sosial dasar, fasilitas
pelayanan publik dan sistem jaminan
 
kesejahteraan sosial.
e. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab
sosial masyarakat dan dunia usaha dalam
penanggulangan kemiskinan.
f. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat
dalam mencegah masalah kemiskinan.
g. Meningkatkan kualitas manajemen pelayanan
kesejahteraan sosial bagi keluarga miskin

Selain yang disebutkan diatas (Kementeian Sosial


RI, 2010: 13) menyebutkan tujuan Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) adalah:

a. Meningkatkan kemampuan anggota KUBE


dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
b. Meningkatkan kemampuan anggota KUBE
dalam mencegah dan mengatasi masalah yang
terjadi baik dalam keluarga maupun dengan
lingkungan sosialnya.
c. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok
KUBE dalam melaksanakan peran sosialnya.

Dalam pelaksanaan Kelompok Usaha Bersama


(KUBE) terdapat beberapa prinsip pengembangan
(Kelompok Usaha Bersama KUBE, 2010: 13-15) :
45

a. Penentuan nasib sendiri Anggota KUBE


sebagai manusia yang memiliki harkat dan
martabat, mempunyai hak untuk menentukan
 
dirinya sendiri.
b. Kekeluargaan Prinsip ini menekankan bahwa
pengembangan KUBE perlu dibangun atas
semangat kekeluargaan di antara sesama
anggota KUBE dan lingkungannya.
c. Kegotongroyongan Kegotongroyongan berarti
menuntut perlu adanya semangat kebersamaan
di antara sesama para anggota KUBE.
d. Potensi anggota Bahwa pengelolaan dan
pengembangan KUBE harus didasarkan pada
kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh
para anggota KUBE.
e. Sumber-sumber setempat Pengembangan
usaha yang dilakukan harus didasarkan pada
ketersediaan sumber-sumber yang ada di
daerah tersebut.
f. Keberlanjutan Pengelolaan KUBE, kegiatan-
kegiatannya, bidang usaha yang
dikembangkan harus diwujudkan dalam
program-program yang berkelanjutan, bukan
hanya untuk sementara waktu.
g. Usaha yang berorientasi pasar Pengembangan
KUBE melalui jenis usaha yang dilakukan
harus diarahkan pada jenis usaha yang
46

memiliki prospek yang baik dan sesuai dengan


kebutuhan pasar.

 
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa Kelompok
Usaha Bersama (KUBE) merupakan program pemerintah
yang dijalankan oleh Dinas Sosial dan lembaga terkait
sebagai usaha dalam penanggulangan kemiskinan, yang
sasarannya adalah masyarakat yang berada dalam garis
kemiskinan.

2. Tahapan Pembentukan Kelompok Usaha


Bersama (KUBE)
Menurut (Kementerian Sosial RI, 2010: 15-16) ada
beberapa tahapan dalam pembentukan KUBE, antara lain :
a. Tahap Persiapan
Kegiatan ini terdiri dari: orientasi, observasi,
registrasi, identifikasi, perencanaan program
penyuluhan sosial, fasilitasi pengenalan
masalah, pengembangan motivasi, dan
evaluasi persiapan. Pelaksana: aparat desa,
pendamping sosial.
b. Tahap Pelaksanaan Kegiatan ini meliputi
seleksi calon penerimaan pembentukan pra
kelompok dan kelompok,
pemilihan/penentuan jenis usaha, pelatihan
pendamping, pelatihan keterampilan anggota
KUBE, pemberian bantuan stimulan
permodalan, pendampingan dan evaluasi.
47

Pelaksana; aparat desa, pendamping sosial dan


dinas sosial.
c. Tahap pengembangan usaha Kegiatan pada
 
tahap ini meliputi: fasilitasi pengembangan
usaha, pemberian bantuan pengembangan
usaha, pendampingan dan evaluasi. Pelaksana:
pendamping sosial, dan Dinas Sosial di
instansi terkait.
d. Tahap kemitraan usaha Kegiatan pada tahap
ini meliputi: 1) Inventarisasi sumber-sumber
yang ada (sumber daya alam, sumber daya
ekonomi, dan sumber daya manusia) 2)
Membuat kesepakatan-kesepakatan 3)
Pelaksanaan kemitraan usaha 4) Perluasan
jaringan kemitraan usaha 5) Evaluasi
Pelaksana: pendamping sosial dan pelayanan.
e. Tahap monitoring dan evaluasi Kegiatan pada
tahap ini meliputi: pengendalian dan
monitoring proses pelaksanaan yang sedang
berjalan dan evaluasi terhadap keberhasilan
yang sudah dicapai. Pelaksana: pendamping
sosial.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan tahapan


pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah
tahap persiapan, tahap pelaksaaan, tahap pengembangan
usaha, tahap kemitraan dan tahap monitoring dan evaluasi.
48

3. Kelembagaan Kelompok Usaha Bersama


(KUBE)
Menurut Kementerian Sosial RI, 2010: 17-21)
 
menjelaskan bahwa kelembagaan KUBE adalah :
a. Keanggotaan KUBE
1) Kriteria anggota
a) Kepala keluarga fakir miskin yang
mempunyai pendapatan di bawah
garis kemiskinan (tingkat
pengeluaran sama dengan 480 kg
setara beras untuk perkotaan dan
320 kg untuk pedesaan).
b) Warga masyarakat yang
berdomisili tetap.
c) Menyatakan kesediaan bergabung
dalam kelompok.
d) Memiliki potensi dan keterampilan
di bidang usaha ekonomi tertentu.
2) Jumlah anggota KUBE 10 kepala keluarga
3) Pembentukan KUBE mempertimbangkan:
a) Kedekatan tempat tinggal
b) Jenis usaha atau keterampilan
anggota
c) Ketersediaan sumber/keadaan
geografis
d) Latar belakang kehidupan budaya
e) Memiliki motivasi yang sama
49

f) Keberadaan kelompok-kelompok
masyarakat yang sudah tumbuh
berkembang lama.
 
4) Struktur dan kepengurusan KUBE
a) Struktur organisasi merupakan
suatu bentuk tanggung jawab yang
harus dijalankan. Dengan struktur
dapat diketahui “siapa
mengerjakan apa”, siapa
berkewajiban dan bertanggung
jawab apa”.
b) Struktur KUBE sangat tergantung
pada kegiatan atau jenis usaha yang
dijalankan oleh KUBE tersebut.
Tidak ada suatu struktur yang baku
tentang struktur KUBE,
strukturnya diserahkan sepenuhnya
pada kelompok KUBE.
c) Kepengurusan dipilih berdasarkan
hasil musyawarah atau kesepakatan
anggota kelompok.

Kelembagaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE)


Lentera sudah terdapat struktur organisasi pengurusnya.
Selain itu juga adanya pelaksanaan tugas-tuganya masing-
masing, serta kewajiban dan hak masing-masing anggota.
50

4. Kategori Kelompok Usaha Bersama (KUBE)


Menurut (Kementerian Sosial RI, 2010: 21-24)
menjelaskan tentang kategori Kelompok Usaha
 
Bersama (KUBE) yaitu:
a. KUBE Tumbuh
KUBE tumbuh merupakan KUBE yang baru
dibentuk baik pemerintah maupun masyarakat,
untuk menjawab permasalahan fakir miskin atas
dasar kebutuhan dan potensi setempat, dengan
bimbingan Dinas Sosial setempat, Organisasi
Sosial/LSM, aparat desa dan pendamping.
Ciri KUBE tumbuh:
1) Sudah ada pengadministrasian kegiatan
2) Memiliki struktur organisasi
3) Jangkauan pemasaran terbatas
4) Asset terbatas
5) Usia KUBE kurang dari setahun.
b. KUBE Berkembang
KUBE berkembang merupakan KUBE yang
sudah mengalami perkembangan dibidang
sosial, ekonomi maupun kelembagaan meliputi
peningkatan usaha ekonomi produktif,
peningkatan pendapatan, anggota sudah
mengalami pembangian keuntungan, jangkauan
usaha berkembang atas dasar kemampuan dan
peluang usaha, dengan bimbingan Dinas Sosial
setempat, aparat desa dan pendamping.
51

Ciri KUBE berkembang adalah:


1) Administrasi lengkap
2) Berkembangnya organisasi
 
3) Bertambahnya jangkauan pemasaran
4) Berkembangnya akses
5) Berkembangnya asset
c. KUBE Mandiri
KUBE mandiri merupakan KUBE yang telah
mengalami kemajuan dibidang sosial, ekonomi
maupun kelembagaan dengan ciri diantaranya
sebagai berikut:
1) Administrasi lengkap.
2) Berkembangnya organisasi.
3) Bertambahnya jangkauan pemasaran.
4) Berkembangnya asset
5) Dapat mengakses lembaga keuangan
komersial.
6) Sembilan kunci sukses KUBE:
a) Usaha ekonomi berdasarkan
rencana usaha dan anggaran
belanja yang disepakati bersama.
b) Usaha ekonomi berorientasi
pasar.
c) Menggunakan modal usaha
sesuai dengan kebutuhan usaha.
52

d) Menggunakan bahan baku yang


mudah diperoleh di lingkungan
setempat.
 
e) Melakukan usaha sesuai dengan
keterampilan yang dimiliki.
f) Sistem pengelolaan usaha
ekonomi dapat dilaksanakan
semua anggota,
g) Ada komitmen dan kerjasama
yang kuat dari setiap anggota
untuk berhasil.
h) Harga yang ditawarkan
menguntungkan dan bersaing di
pasar.
i) Adanya kebersamaan dalam
mengahadapi berbagai hambatan
usaha.

Sesuai dengan uraian di atas Kelompok Usaha


Bersama (KUBE) Lentera termasuk dalam kategori
KUBE mandiri karena sudah berdiri 7 tahun dari masa
awal berdirinya. Dengan ciri-ciri sudah ada
pengadministrasian lengkap, organisasinya berkembang,
jangkauan pasarnya semakin luas, asset yang dimiliki juga
bertambah, dan sudah mampu mengedukasi KUBE lain
yang baru ingin dibentuk ataupun sedang tumbuh.
53

5. Pengelolaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE)


Menurut (Kementerian Sosial RI, 2010: 28-31)
menyebutkan pengelolaan Kelompok Usaha Bersama
 
(KUBE) sebagai berikut:
a. Pengelolaan Kelompok
1) Menetapkan struktur organisasi dan
menyusun uraian tugas yang jelas dan
rinci.
2) Menata administrasi kegiatan kelompok
dengan baik.
3) Mengidentifikasi potensi dan sumber-
sumber yang dimiliki oleh anggota
KUBE.
4) Mengidentifikasi kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki oleh anggota
KUBE.
5) Menyusun rencana program dan
kegiatan, serta rencana anggaran biaya.
6) Menggalang kebersamaan dan
kekompakan di antara sesama anggota
KUBE dan juga dengan tokoh-tokoh
kunci masyarakat serta lingkungan yang
lebih luas.
7) Membangun komitmen bersama yang
dapat menumbuhkan semangat motivasi
kerja para anggota KUBE dalam
54

mengembangkan jenis usaha yang


dipilih.
8) Mengembangkan jenis usaha lebih dari
 
satu yang sesuai dengan potensi dan
sumber-sumber yang ada dalam
lingkungan masing-masing.
9) Melakukan inovasi-inovasi baru dalam
pengelolaan jenis usaha yang
dikembangkan.
10) Melakukan kegiatan-kegiatan sosial
yang dapat menumbuhkan kepercayaan
anggota dan lingkungan sekitarnya.
11) Membangun jaringan kerja dengan
berbagai pihak yang dapat
menguntungkan kelompok KUBE
b. Sumber pendanaan KUBE
1) Pemerintah/Pemerintah Daerah melalui
APBN/APBD
2) Dunia Usaha
3) Organisasi Sosial dalam dan luar negeri
4) Masyarakat perorangan atau kelompok
5) Dan sumber lainnya yang tidak
meningkat
c. Pengelolaan Jenis Usaha
1) Usaha kelompok dilaksanakan bersama-
sama di 1 (satu) tempat atau dapat
terpisah dimasing-masing anggota.
55

Namun demikian dalam hal usaha yang


terpisah pembinaan dan manajemennya
masih dalam satu kelompok.
 
2) Setiap KUBE dapat mengembangkan
satu atau beberapa jenis Usaha sosial
Ekonomi Produktif (UEP) yang sesuai
dengan minat, potensi dan kemampuan
para anggotanya serta potensi dan
sumber yang ada di lingkungan.
3) Untuk pengembangan jenis KUBE dapat
bekerja sama dengan pengusaha atau
instansi terkait.
d. Unsur Pengelolaan KUBE
1) Administrasi
a) Membuat program kegiatan
secara jelas dan rinci.
b) Membuat struktur organisasi dan
pembagian tugas bagi semua
anggota KUBE.
c) Membuat fungsi masing-masing
anggota KUBE sesuai dengan
struktur organisasi yang ada.
d) Melakukan pencatatan kegiatan
dan administrasi pembukuan
yang meliputi:
(a) Buku Daftar Anggota
Kelompok,
56

(b) Buku Tamu,


(c) Buku Kegiatan/Agenda
Kelompok,
 
(d) Buku Kas/Keuangan,
(e) Buku Inventaris,
(f) Buku Simpan Pinjam.
e) Menyusun Laporan Periodik
yang memuat tentang kondisi
kelembagaan, usaha ekonomi
produkif, sosial anggota KUBE,
yang disampaikan kepada
Dinas/Instansi Sosial
Kabupaten/Kota.
2) Sosial
a) Melaksanakan pertemuan rutin
bulanan anggota (atau sesuai
kebutuhan) yang dihadiri oleh
pendamping dan aparat desa.
b) Melaksanakan pertemuan rutin
anggota sesuai dengan
kesepakatan yang sudah
ditentukan.
c) Menumbuhkan kesadaran dan
kemauan anggota kelompok
untuk merubah kondisi/keadaan
kearah kondisi kehidupan yang
lebih baik.
57

d) Merintis pelaksanaan Iuran


Kesetiakawanan Sosial (IKS) dan
usaha simpan pinjam untuk
 
kesejahteraan anggota keluarga
KUBE.
e) Mendorong anggota KUBE
untuk aktif dalam kegiatan
keagamaan dan kemasyarakatan.
f) Ikut aktif dalam kegiatan-
kegiatan kemasyarakatan,
seperti: kerja bakti lingkungan,
gotong royong, siskamling dan
lain-lain.
Mengaktifkan/menggerakkan
para istri anggota KUBE untuk
terlibat dalam kegiatan-kegiatan,
seperti kegiatan posyandu, PKK,
dan lain-lain.
g) Menumbuhkan kesadaran pada
anggota tentang pentingnya
pendidikan bagi anggota
keluarga dan masyarakat.
h) Menumbuhkan kesetiakawanan
di antara sesama anggota maupun
dengan lingkungannya, melalui
partisipasi aktif dalam berbagai
58

kegiatan-kegiatan sosial
kemasyarakatan.
i) Menggagasi dan membentuk
 
embrio koperasi tingkat
desa/kelurahan.
j) Meningkatkan keterampilan
kerja anggota KUBE.
k) Meningkatkan kesadaran dan
kepedulian para anggota KUBE
untuk terlibat dalam penanganan
permasalahan sosial yang ada di
daerah masing-masing.
3) Ekonomi
a) Pengelolaan Usaha Ekonomi
Produktif (UEP) yang sudah ada
sehingga dapat berhasil dan
meningkatkan kesejahteraan para
anggota KUBE.
b) Pengembangkan jenis Usaha
Ekonomi Produktif (UEP) yang
sebelumnya hanya satu menjadi
beberapa jenis usaha.
c) Penggalian sumber-sumber dan
potensi yang dapat dimanfaatkan
untuk pengembangan dan
kesejahteraan anggota KUBE.
59

d) Melakukan pembaharuan atau


inovasi terhadap teknik
pengelolaan UEP untuk
 
tercapainya keberhasilan KUBE
yang optimal.
e) Mewujudkan usaha koperasi
yang dapat mendukung
pengelolaan Usaha Ekonomi
Produktif (UEP) dan peningkatan
kesejahteraan keluarga para
anggota KUBE.
f) Pengembalian dana pengguliran
secara utuh kepada kelompok
lain yang membutuhkan.
g) Membangun kerjasama dan
jaringan kemitraan dengan
berbagai pihak yang dapat
mempercepat keberhasilan
KUBE.
6. Indikator keberhasilan Kelompok Usaha
Bersama (KUBE)
Menurut (Kementerian Sosial RI, 2016: 120)
menyatakan indikator keberhasilan KUBE adalah:
a. Meningkatnya taraf pendapatan keluarga
miskin.
b. Meningkatnya kemandirian usaha sosial-
ekonomi keluarga miskin.
60

c. Meningkatnya aksesbilitas keluarga miskin


terhadap pelayanan sosial dasar dan fasilitas
pelayanan publik.
 
d. Meningkatnya kepedulian dan tanggung
jawab sosial masyarakat dan dunia usaha
dalam penanggulangan kemiskinan
meningkatnya ketahanan sosial masyarakat
dalam mencegah masalah kemiskinan.
e. Meningkatnya kualitas manajemen
pelayanan kesejahteraan sosial bagi keluarga
miskin.

Menurut (Hermawati, 2012: 17-18) bahwa


kriteria atau indikator keberhasilan KUBE sebagai
berikut:

a. Secara umum keberhasilan KUBE tercermin


pada meningkatnya taraf kesejahteraan
masyarakat disekitarnya.
1) Meningkatnya kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan dasar manusia (pangan, sandang dan
papan).
2) Meningkatnya dinamika sosial.
3) Meningkatnya kemampuan dan keterampilan
pemecahan masalah.
b. Secara khusus perkembangan KUBE
ditunjukkan oleh:
61

1) Berkembangnya kerjasama diantara sesama


anggota KUBE dan antar KUBE dengan
masyarakat sekitarnya.
 
2) Mantapnya usaha KUBE
3) Berkembangnya jenis kegiatan KUBE.
4) Meningkatnya pendapatan KUBE.
5) Tumbuh berkembangnya kesadaran dan rasa
tanggungjawab sosial dalam bentuk
pengumpulan dana iuran kesetiakawanan sosial
(IKS)

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa


Kelompok Usaha Bersama (KUBE) merupakan program
pemerintah yang dijalankan oleh Dinas Sosial dan lembaga
terkait sebagai usaha dalam penanggulangan kemiskinan,
melalui pemberdayaan masyarakat yang sasarannya adalah
masyarakat yang berada dalam garis kemiskinan.
Kehadiran KUBE merupakan media untuk meningkatkan
motivasi warga miskin untuk lebih maju secara ekonomi
dan sosial, meningkatkan interaksi dan kerjasama dalam
kelompok, mendayagunakan potensi dan sumber-sumber
ekonomi lokal, memperkuat budaya kewirausahaan,
mengembangkan akses pasar dan menjalin kemitraan
sosial ekonomi dengan berbagai pihak yang terkait.

Melalui kelompok, setiap keluarga miskin dapat


saling berbagi pengalaman, saling berkomunikasi, saling
mengenal, dapat menyelesaikan berbagai masalah dan
62

kebutuhan yang dirasakan. Dengan sistem KUBE, kegiatan


usaha yang tadinya dilakukan secara sendiri-sendiri
kemudian dikembangkan dalam kelompok, sehingga setiap
 
anggota dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
dalam kegiatan usaha ekonomi produktif, usaha
kesejahteraan sosial serta kemampuan berorganisasi.

C. Pelatihan Keterampilan
Pelatihan adalah sebagai bagian dari suatu
pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk
memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem
yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan
metode yang lebih menekankan praktik dari pada teori
(Veithzal Rivai,2004:266). Menurutnya pelatihan secara
singkat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk
meningkatkan kinerja saat ini dan masa yang akan datang.
Hal-hal berikut ini penting untuk mengetahui konsep lebih
lanjut, yakni:
1. Pelatihan adalah proses secara sistematis
mengubah tingkah laku peserta untuk mencapai
tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan dengan
keahlian dan kemampuan peserta untuk
melaksanakan pekerjaan.
2. Program pelatihan formal adalah usaha
pemberi kerja untuk memberikan kesempatan
kepada peserta pelatihan untuk memperoleh
63

pekerjaan atau bidang tugas yang sesuai dengan


kemampuan, sikap dan pengetahuannya.

 
Menurut (Oemar Hamalik, 2007: 11) pelatihan juga
diberikan dalam bentuk bantuan. Bantuan dalam hal ini
dapat berupa pengarahan, bimbingan, fasilitas,
penyampaian informasi, latihan ketrampilan,
pengorganisasian suatu leingkungan belajar, yang pada
dasarnya peserta telah memiliki potensi dan pengalaman,
motifasi untuk melaksanakan sendiri kegiatan latihan dan
memperbaiki dirinya sehingga dia mampu membantu
dirinya sendiri.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
pelatihan adalah pemberian suatu kegiatan yang berisi
pengetahuan, ketrampilan, informasi untuk dapat merubah
kehidupan seseorang ke arah yang lebih baik.
Pelatihan pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan oleh Kelompok Usaha Bersama ( KUBE )
Lentera dilakukan dengan memberikan suatu pelatihan
keterampilan berupa pembuatan kue kembang goyang,
dimana kue kembang goyang merupakan kue tradisional
nusantara khas Betawi yang keberadaannya hampir punah,
padahal pada kenyatannya permintaan pasar masih cukup
banyak serta harga jual yang cukup tinggi. Pada program
KUBE ini masyarakat dibekali pelatihan pemasaran,
pemerintah bersama masyarakat berupaya memberikan
kegiatan pemberdayaan agar tercapai suatu keadaan
64

masyarakat yang sejahtera dan terpenuhi segala


kebutuhannya.

 
BAB III

GAMBARAN UMUM

 
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis
KUBE Lentera terletak di Kelurahan
Lenteng Agung Kecamatan Jagakarsa, Jakarta
Selatan DKI Jakarta. Kelurahan ini berbatasan
dengan Kelurahan Tanjung Barat di sebelah
utara, Jagakarsa di sebelah barat, Cijantung di
sebelah timur dan Kota Adm Depok di sebelah
selatan.
b. Jumlah Kependudukan
Kelurahan Lenteng Agung merupakan
daerah padat penduduk, yang terbagi menjadi 10
RW dan 114 RT dengan total jumlah penduduk
sebanyak 55.324 jiwa pada tahun 2017.
c. Sosial Budaya
Masyarakat Kelurahan Lenteng Agung
sebagian besar warganya adalah warga asli
Betawi yang memiliki warisan kebudayaan dari
generasi terdahulu, kebudayaan tersebut tetap
dilestarikan seperti Orkes Melayu, Rebana
Qasidah dan Vocal Group.

65
66

B. Gambaran Umum Penelitian KUBE Lentera


1. Sejarah Berdiri
Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
 
merupakan program dari Departemen Sosial melalui
Program Kesejahteraan Sosial dalam rangka
memantapkan penghapusan kemiskinan. Dilakukan
dalam bentuk pemberdayaan keluarga miskin.
Salah satunya KUBE Lentera adalah program
pemberdayaan keluarga dibidang ekonomi yang
sasarannya wanita sebagai penggerak utama baik
secara perorangan maupun kelompok dengan modal
usaha yang bersumber dari pemerintah, swadaya
masyarakat, Lembaga Keuangan Mikro ( LKM ),
Koperasi atau Perbankan.
Sedangkan KUBE Lentera sendiri terbentuk
pada tanggal 1 Maret tahun 2012 dengan di Ketuai
oleh Ibu Sri Mulyati dan Bapak Junaedi sebagai
pendamping KUBE Lentera hingga sampai saat ini.
Usaha bersama kue Kembang Goyang berdiri
pada tahun 2011. Ketika itu, Pekerja Sosial
Masyarakat (PSM) mengadakan pelatihan bersama
untuk membuat kue, dan di ikuti oleh masyarakat
yang masuk kategori PMKS (Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial) di wilayah Jagakarsa. Dan
kegiatan tersebut diadakan selama satu minggu.
Setelah pelatihan membuat kue selesai dengan
permintaan pasar cukup tinggi pada saat itu, maka
67

dibentuk KUBE Lentera. Pada awal pembentukan,


para anggota KUBE Lentera membuat kue
Kembang Goyang secara bersama-sama dan
 
kemudian dipasarkan secara kolektif. Dengan
berjalannya waktu dan saat ini para anggota KUBE
Lentera sudah mampu mandiri sehingga
diperbolehkan membuat kue Kembang Goyang di
rumah masing-masing. Untuk pemasaran
produksinya, Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Lentera mempunyai prinsip bahwa pasar mereka
adalah setiap orang yang mereka ditemui.
Melalui KUBE Lentera ini diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan berfikir
para anggota karena mereka dituntut pada suatu
kemampuan manajerial untuk megelola usaha yang
sedang dijalankan, dan berupaya menggali dan
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia di
lingkungan untuk keberhasilan kelompoknya.
2. Tujuan
a. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok
KUBE di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidup sehari-hari, ditandai dengan meningkatnya
pendapatan, meningkatkan kualitas pangan,
sandang, kesehatan dan tingkat pendidikan;
b. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok
KUBE dalam mengatasi masalah-masalah yang
68

mungkin terjadi dalam keluarganya maupun dalam


lingkungan sosial,
c. Meningkatnya kemampuan anggota kelompok
 
KUBE dalam menampilkan peranan-peranan
sosialnya. Baik dalam keluarga maupun lingkunga
sosialnya. (Departemen Sosial, 2004:52-53)
3. Visi dan Misi
Visi:
Menjadikan Kelompok Usaha Bersma (KUBE)
Lentera sebagai sarana peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Misi:
a. Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk
aktif mengikuti KUBE.
b. Memberikan keterampilan dan pengetahuan
yang sesuai dengan kondisi lingkungan.
c. Menumbuhkan kreatifitas masyarakat untuk
mengenali potensi daerahnya.
d. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui program KUBE.
4. Pendanaan
Sumber dana untuk pelaksanaan kegiatan
pertama kali berasal dari bantuan modal hibah dari
Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp.
20.000.000,- untuk 10 orang anggota pada tahun
2012. Dana digunakan untuk melaksanakan program
69

seperti pembelian gula, minyak goreng dan lain


sebagainya dan sisanya untuk kas.

 
5. Struktur Kelembagaan

Bagan 1.1
Struktur Kelembagaan KUBE Lentera

Ketua KUBE:

Sri Mulyati

Sekertaris:

Indatiah

Bendahara: Hj. Siti


Munawaroh

Seksi Pemasaran:
Seksi Produksi: Seksi Quality Control:
Andi Armawati, Hj.
Neneng & Arni Rokiah & Yuliati
Nurhayati & Suryati

Sumber : Buku KUBE Lentera


70

6. Organisasi dan Manajemen

Struktur organisasi merupakan suatu bentuk

 
tanggung jawab yang harus dijalankan, dengan struktur
organisasi dapat memberikan tugas pokok terhadap
pengurus dan anggotanya. Struktur organisasi sangat
tergantung pada kegiatan atau jenis usaha yang
dijalankan oleh KUBE Lentera tersebut.

a. Kepengurusan KUBE Lentera


Pada hakekatnya KUBE dibentuk
dari, oleh dan untuk anggota kelompok.
Dan Pengurus KUBE dipilih dari anggota
kelompok yang mau dan mampu
mendukung pengembangan KUBE,
memiliki kualitas seperti kesediaan
mengabdi, rasa keterpanggilan, mampu
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan
kegiatan anggotanya, mempunyai keuletan,
pengetahuan dan pengalaman yang cukup
serta yang penting adalah merupakan hasil
pilihan dari anggotanya.
b. Keanggotaan KUBE Lentera
Anggota KUBE adalah PMKS
(Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial) sebagai sasaran program yang telah
disiapkan. Jumlah anggota untuk setiap
KUBE berkisar antara 5 sampai 10 orang
71

sesuai dengan jenis PMKS. Kemudian


Khusus untuk Pembinaan Masyarakat
Terasing dan Rehabilitasi Sosial Daerah
 
Kumuh pembentukan KUBE berdasarkan
unit pemukiman sosial, artinya suatu unit
pemukiman sosial adalah satu KUBE.
c. Administrasi KUBE Lentera
Untuk dapat berjalan dan
berkembangnya KUBE dengan baik, maka
pengurus maupun pengelola KUBE perlu
memiliki catatan atau administrasi yang baik,
yang mengatur keanggotaan, organisasi,
kegiatan, keuangan, pembukuan dan lain
sebagainya. Catatan dan administrasi KUBE
meliputi antara lain buku anggota, buku
peraturan KUBE, pembukuan keuangan atau
pengelolaan hasil, daftar pengurus dan
sebagainya.

7. Program Kegiatan
a. Bidang Sosial
Pertemuan rutin anggota Kube dan pengumpulan
Iuran Kesetiakawanan Sosial (IKS).
b. Bidang Ekonomi
1) Memproduksi Kue Kembang Goyang, Kue
Akar Kelapa, Rempeyek Kembang Goyang,
Biji Ketapang.
72

2) Menyediakan sarana Kebutuhan anggota


KUBE.
3) Memperluas networking atau kemitraan.
 

8. Kemitraan
Selain Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta
sebagai Pembina KUBE Lentera menjalin kemitraan
dengan intansi lain yaitu:
a. Dinas Koperasi dan UKM Provinsi DKI Jakarta.
b. Dinas Perinduatrian dan Energi DKI Jakarta.
c. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan
dan KB Jakarta Selatan.
d. Tim Penggerak PKK Kecamatan Jagakarsa.
e. Asosiasi Kelompok Usaha (AKU) se- Jakarta
Selatan.
f. Kampus IISIP Jakarta

9. Indikator Keberhasilan KUBE Lentera

Adapun indikator keberhasilan Kelompok Usaha


Bersama (KUBE) secara umum apabila telah
teraplikasikannya beberapa prinsip-prinsip
pengembangan KUBE di bawah ini:

a. Penentuan Nasib Sendiri


b. Kekeluargaan
c. Kegotong royongan
d. Potensi anggota
73

e. Sumber-sumber setempat
f. Keberlanjutan
g. Usaha yang berorientasi pasar
 
BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

 
Dalam penelitian ini, berdasarkan hasil penelitian peneliti
ditemukan ada beberapa hal pada pelaksanaan program KUBE
dalam mencapai pemberdayaan masyarakat khususnya yang
dilakukan KUBE Lentera. KUBE Lentera berawal dari adanya
keaktifan seorang warga yang berprofesi sebagai Pekerja Sosial
Masyarakat (PSM) di wilayah RW 02 Kelurahan Lenteng Agung,
dimana beliau sering berkomunikasi dengan Dinas Sosial DKI
Jakarta. Selama menjadi penerima bantuan program KUBE,
banyak hal baru yang diterima oleh anggota KUBE Lentera, salah
satunya adalah pemberdayaan ekonomi yang anggotanya adalah
perempuan. Dalam pelaksanaan program pemberdayaan
masyarakat terdiri dari beberapa bentuk pemberdayaan, antara lain
adanya pelatihan, pendampingan, dukungan sosial, lingkungan
sosial dan juga pemberian bantuan untuk meningkatkan usaha kue
kembang goyang.

Berikut ini peneliti akan memaparkan hasil temuan


lapangan baik data wawancara dan observasi yang peneliti lakukan
sesuai dengan urutan tahapan pemberdayaan masyarakat yang
dikemukakan oleh Isbandi Rukminto Adi.

A. Tahapan Persiapan (enggagement)


KUBE Lentera adalah salah kelompok usaha
bersama yang berperan aktif dalam upaya
penganggulangan kemiskinan di Indonesia dengan

74
75

pembekalan skil atau keterampilan. Pada tahap persiapan


ini didalamnya ada dua tahap yang harus dikerjakan
adalah menyiapkan petugas pelaksana dan persiapan
 
lapangan.
1. Persiapan Petugas Pelaksana
Pemberdayaan yang dilakukan oleh KUBE
Lentera lebih menekankan pada keterampilan
pembuatan kue kembang goyang. Program ini sudah
berjalan kurang lebih sekitar 7 tahun sejak awal
berdiri. Program ini dinilai lebih terlihat jelas
keberlanjutannya dan lebih mudah dilakukan
mengingat para anggota yang bergabung adalah
kaum perempuan dan permintaan pasar yang selalu
ada bahkan melonjak di acara-acara tertentu.
Berikut hasil wawancara dengan Ketua
KUBE Lentera yaitu Ibu Sri Mulyati yang
menyatakan bahwa:
“KUBE Lentera sebenarnya mempunyai
banyak keterampilan pembuatan kue kering
seperti pembuatan kue kembang goyang, akar
kelapa, rempeyek, biji ketapang. Tetapi yang
peminatnya cukup banyak itu kue kembang
goyang, sehingga oleh sebagian masyarakat
menyebutnya sebagai kampung kembang
goyang. Selain peminatnya banyak, bahan dan
proses pembuatannya cukup mudah, sehingga
mudah diterapkan dipahami oleh anggota
lainnya ”(Wawancara pribadi dengan Ibu Sri
Mulyati Ketua KUBE Lentera,2019).
76

Pelaksanaan program akan berjalan baik


jika dilakukan oleh petugas yang profesional dan
kompeten di bidangnya. Dalam penelitian ini
 
KUBE Lentera terdapat satu orang pelaksana dan
satu pendamping hingga saat ini. Berikut hasil
wawancara peneliti dengan pelaksana program
yaitu Ibu Sri Mulyati yang menyatakan bahwa:
“Untuk petugas pelaksana lapangan baik
dalam tutor pelatihan kue kembang goyang
maupun kue kering lainnya hanya ada 1 orang
saja yaitu saya sendiri, dan untuk
pendampingan program ada 1 orang yaitu
Bapak Junaedi, keputusan ini juga disepakati
oleh pihak Dinas Sosial DKI Jakarta, karena
sebelumnya kami berdua sudah lama terlibat
dalam program PSM atau Pekerja Sosial
Masyarakat” (Wawancara pribadi dengan Ibu
Sri Mulyati,2019)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut


didapatkan data bahwa dalam pelatihan keterampilan
kue kembang goyang dan kue kering lainnya
dilakukan oleh 2 orang tutor dimana satu orang
pelaksana dan satu orang pendamping program.
Mereka merupakan orang yang pertama kali
mencetuskan KUBE Lentera hingga bertahan dan
berkembang baik sampai saat ini. Kedua pelaksana
tersebut merupakan seorang yang ahli dan kompeten
dalam bidangnya sehingga tujuan program
pemberdayaan tercapai. Penyiapan petugas ini
terutama diperlukan untuk menyamakan pendapat
77

antar anggota KUBE, lembaga pemerintahan seperti


Dinas Sosial, Kelurahan sebagai pelaku perubahan
sosial mengenai pendekatan atau teknik
 
pemberdayaan yang akan dilakukan dalam
pelaksanaannya.
2. Persiapan Lapangan
Pada umumnya untuk sebuah kegiatan
apapun sarana dan prasaran yang memadai sangat
diperlukan oleh petugas sesuai dengan tujuan dan
harapan yang diinginkan. Jika petugas pelaksana
sudah dipersiapkan dengan baik akan tetapi keadaan
lapangan atau lokasi sasaran ternyata kurang
memadai, maka hal itu akan menyulitkan proses
pelaksanaan. Maka dari itu, persiapan lapangan
diperlukan dengan tujuan meminimalisir
permasalahan baik diawal pelaksanaan maupun pada
saat akhir pelaksanaan. Dari hasil wawancara peneliti
dengan Ibu Sri Mulyati dan Bapak Junaedi yang
menyatakan bahwa:
“Berdirinya KUBE Lentera ini gagasan saya
(Ibu Sri Mulyati), karena saya sadar
lingkungan tempat saya tinggal saat ini
khususnya RW 02 Kelurahan Lenteng Agung
masih banyak masyarakat yang kaum dhuafa
dan tergolong rendah secara ekonomi dan
sangat diperlukan pemberdayaan masyarakat.
Pada saat itu saya aktif di PKK Kelurahan
Lenteng Agung dan saya memang mempunyai
basic wirausaha yaitu membuat kue kering.
Akhirnya saya merekrut temen dekat saya dulu
78

bernama Ibu Indahtiah dan Ibu Yulianti.


Kemudian kami kepikiran untuk membuat kue
kembang goyang, sambil mencari sumber
modal dari pemerintahan dan merekrut warga
  sekitarnya yang tergolong ke dalam kriteria
masyarakat yang harus diberdayakan dan ingin
bergabung ke dalam kelompok KUBE
bentukannya. Salah satu warga yang di rekrut
oleh Ibu Sri yang dianggap masuk ke dalam
kriteria calon anggota KUBE adalah Ibu
Neneng Munawaroh. Kemudian kami mancari
orang lainnya untuk diajak menjadi angggota
kelompok KUBE dengan usaha Kembang
Goyang. Awalnya kenapa kue kembang goyang
karena sebelumnya saya memiliki sebuah
usaha kue kering, terus saya berfikir dan ingin
berinovasi sambil memberdayakan masyarakat
dari keterampilan yang saya miliki membuat
kue. Saya berfikir untuk jenis usaha apa yang
ingin dikembangkan di KUBE Lentera ini,
akhirnya saya menemukan ide Kue Kembang
Goyang. Kue Kembang Goyang itu merupakan
Kue Tradisional Khas Betawi, dan
keberadaannya sudah hampir punah, sudah
sangat jarang sekali ada orang yang produksi
kue tersebut di Jakarta ini padahal peminat
pasar masih cukup banyak. Kemudian
menetapkan tempat untuk produk kue tersebut,
untuk kegiatan sehari- hari. Nah berawal dari
situlah KUBE Lentera terbentuk pertama kali
dengan keterampilan usaha membuat kue
kembang goyang, dan saat ini Alhamdulillah
sudah berkembang dan berinovasi menu varian
lainnya seperti rengginang, biji ketapang, dan
rempeyek” (Wawancara dengan Ibu Sri
Mulyati,2019).

Kemudian berikut ini hasil wawancara


dengan Bapak Junaedi yang menyatakan bahwa:
79

“Betul apa yang dikatakan Ibu Sri Mulyati,


berdirinya KUBE Lentera ini sebenarnya
berdasarkan kesadaran individu, beliau
melihat kondisi dilingkungannya masih banyak
  masyarakat yang perlu bantuan, perlu
peningkatan secara ekonomi. Akhirnya beliau
mengajak teman dekatnya untuk membentuk
sebuah kelompok usaha bersama. Kemudian
merekrut anggota yang lainnya sesuai dengan
kriteria seperti: membutuhkan bantuan atau
penyandang masalah kesejahteraan sosial,
minat dengan berwirusaha atau berdagang,
dan memiliki motivasi untuk berkembang dan
maju”(Wawancara dengan Bapak Junaedi,
2019).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut


didapatkan data bahwa KUBE Lentera dibentuk atas
dasar gagasan keaktifan seorang warga sebagai
Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) di wilayah RW 02
Kelurahan Lenteng Agung, dimana ia sering
berkomunikasi dengan pihak pemerintahan seperti
Dinas Sosial DKI Jakarta. Tujuan dibentuknya
KUBE Lentera ini agar masyarakat sekitar tempat
wilayahnya yaitu RW 02 menjadi lebih sejahtera dan
mandiri disegala aspek. Sebelum KUBE Lentera
terbentuk ada beberapa tahap yang perlu disiapkan
seperti tempat menyiapkan petugas pelaksana yang
akan menghandle semuanya, kemudian persiapan
lapangan seperti sasaran program atau anggota
kelompok, gagasan menu yang ingin dibuat, tempat
utama untuk kegiatan sehari – hari. Dari hasil
80

pengamatan dilapangan, penulis melihat kondisi


tempat pembuatan kue kembang goyang cukup
sempit, sedikit kotor dan kurang ventilasi udara dan
 
lokasinya juga berada diantara gang yang hanya bisa
dilalui kendaraan roda dua. Kondisi ini dapat
menghambat pada proses pengembangan usaha
karena minimnya sarana dan prasaran yang tersedia.
Sedangkan KUBE Lentera beranggotakan 10
orang hingga sampai saat ini, berikut tabel untuk
anggota KUBE Lentera adalah :
Tabel.2.1
Daftar Anggota KUBE Lentera
No. Nama Posisi

Akhmad Junaedi Pendamping


1
Sri Mulyati Ketua KUBE
2
Lentera

Indatiah Sekretaris
3
Hj. Siti Munawaroh Bendahara
4
Andi Armawati Anggota
5
Arni Anggota
6
Rokiah Anggota
7
81

Neneg Munawaroh Anggota


8
Yulianti Anggota
9
 
Hj. Nurhayati Anggota
10
Suryati Anggota
11

Sumber : Buku KUBE Lentera

B. Tahapan Pengkajian (Assessment)


Tahap ini dilakukan dengan mengidentifikasi
masalah atau kebutuhan yang dirasakan dan juga sumber
daya yang dimiliki. Dalam melakukan tahapan ini
masyarakat atau sasaran program sudah dilibatkan secara
aktif agar mereka dapat merasakan bahwa permasalahan
yang sedang dibicarakan benar-benar permasalahan yang
keluar dari pandangan mereka sendiri. Masalah tersebut
adalah terdapatnya keinginan untuk hidup yang lebih baik
namun tidak tahu awal mulai darimana, takut akan
kerugian dan kegagalan yang akan diterimanya, terbentur
masalah modal apabila ingin memulai usaha serta cara
memasarkannya hasil produknya. Oleh karena itu melalui
KUBE Lentera ini, penerima manfaat atau anggota KUBE
Lentera diberdayakan antara lain dengan pelatihan,
pendampingan, dukungan sosial, lingkungan sosial,
hubungan sosial dan juga pemberian bantuan untuk
meningkatkan usaha kembang goyang.
82

Berikut hasil wawancara dengan Ibu Sri Mulyati


mengatakan bahwa tujuan dari dibentuknya KUBE Lentera
dan program-programnya adalah untuk memberdayakan
 
masyarakat menjadi lebih produktif dan mandiri dengan
cara yang mudah untuk diterapkan oleh anggotanya atau
masyarakat lainnya. Berikut hasil wawancara dengan Ibu
Sri Mulyati Ketua KUBE Lentera:

“Sebelum dibentuk KUBE Lentera ini selalu


kami konsultasikan terlebih dahulu kepada
kepemerintahan seperti Kelurahan Lenteng
Agung, Kecamatan Jagakarsa dan Dinas Sosial
DKI Jakarta. Selain itu kami selalu koordinasi
dengan tokoh masyarakat setempat agar proses
pemberdayaan ini dapat berjalan dengan baik
dan sesuai dengan tujuan dan sasaran kami.
Hal ini adalah sangat penting bagi KUBE
Lentera, karena posisi kami hanya sebagai
penyalur atau fasilitator yang akan membantu
dan mendampingi sasaran program untuk
mencapai tujuan program. Tahap sebelum
pelaksanaan dilakukan analisis dulu kaya
SWOTnya. Kekuatannya adalah para anggota
yang masih semangat dalam perubahan hidup
yang lebih baik, tapi kelemahannya tidak
adanya modal awal dalam dan bingung cara
memulainya. Kemudian peluangnya kalau ada
pemberdayaan seperti ini hidup para anggota
pasti lebih baik, terus ancamannya adalah pada
produknya yaitu tidak bisa ready stok.”
(Wawancara dengan Ibu Sri Mulyati,2019).
83

Dari hasil wawancara diatas, untuk teknik


pengkajian diperlukan adanya SWOT dengan melibatkan
Kekuatan (Strenght), Kelemahan (Weakness), Kesempatan
 
(Opportunies) dan Ancaman (Threat). Dalam hal ini
kelemahan yang terjadi adalah keterbatasan modal dan
ketidaktahuan masyarakat untuk merubah kualitas hidup
menjadi lebih baik lagi. Sementara kekuatannya terletak
pada motivasi atau semangat masyarakat untuk berubah
dalam hidupnya menjadi lebih baik. Kesempatannya
melalui program pemberdayaan yang dilakukan oleh
KUBE Lentera sehingga masyarakat atau anggota KUBE
Lentera dapat berdaya dan produktif. Ancamannya terletak
pada produk yang dihasilkan dimana produk harus made by
order atau tidak dapat ready stock setiap saat, serta untuk
pelabelan merek dagang agar lebih terpercaya yang
nantinya akan menjadi kekuatan bagi keberhasilan baik
untuk KUBE Lentera maupun anggotanya.
Kegiatan pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji
suatu kebutuhan dan keinginan masyarakat disesuaikan
dengan karakteristik lingkungan dan kemampuan sumber
daya manusia di RW 02. Selanjutnya anggota KUBE
Lentera diberdayakan mulai dari pemberian motivasi dan
kesadaran, pelatihan, pendampingan untuk menjadi
produktif dan mandiri.
84

C. Tahap Perencanaan Alternatif Program (Designing)


Pada tahap selanjutnya adalah menyusun rencana
kegiatan program yang dilaksanakan sekaligus
 
menanggulangi permasalahan yang muncul. Pada tahap ini,
petugas pelaksana dan pendamping adalah agen perubahan
secara partisipatif memikirkan program dan kegiatan apa
saja yang tepat dilaksanakan pada saat itu. Petugas
pelaksana dan pendamping memberikan alternatif program
seperti berbagai macam kegiatan keterampilan agar potensi
yang ada pada masyarakat berkembang sesuai dengan
bakatnya. Namun, pada program yang lebih ditekankan
dalam proses pemberdayaan ini dan sekaligus menjadi
bahasan dalam penelitian ini adalah keterampilan
pembuatan kue kembang goyang. Hal ini sesuai dengan
gagasan dari Ibu Sri Mulyati, beliau berkata:

“KUBE Lentera memiliki beberapa


keterampilan pembuatan kue kering
diantaranya kue kembang goyang, rengginang,
akar kelapa, rempeyek, biji ketapang. Namun,
yang lebih ditekankan adalah pembuatan kue
kembang goyang karena permintaan pasar
untuk kue kembang goyang lebih tinggi dari
pada kue kering lainnya. Selain itu juga bahan-
bahan yang digunakan sangat mudah didapat
dan pembuatannya juga sangat mudah. Hanya
ada resep tarakan penyajian saja di KUBE
Lentera sehingga kue kembang goyang kami
memiliki cita rasa yang unik dan berbeda
dengan kue kembang goyang lainnya. Oleh
karena itu, permintaan pesanan kue kembang
goyang di KUBE Lentera selalu overload,
85

apalagi untuk waktu musiman seperti lebaran”


(Wawancara dengan Ibu Sri Mulyati,2019).

Kegiatan pertemuan rutin oleh PKK Kelurahan


 
Lenteng Agung sudah sering dilakukan kepada
masyarkatnya, oleh karena itu komunikasi antar
pemerintah setempat dan warga khususnya RW 02 ini
sudah terjalin dengan baik. Berikut adalah hasil wawancara
oleh Ibu Sri Mulyati:
“Untuk kegiatan masyarakat dari pihak
Kelurahan Lenteng Agung memang aktif
diadakan, seperti bazar, lomba. Jadi saya kan
dulu (PSM) pekerja sosial masyarakat dan aktif
juga sebagai PKK di Kelurahan Lenteng
Agung, waktu saya ingin sudah memiliki
kelompok terdiri dari saya dan beberapa
anggota yang sudah bergabung aktif
melakukan sosialiasi ke pihak pemerintahan
juga, ke Dinas Sosial, kepada RW 02, ada yang
gabung dan ada yang engga dan itu wajar”
(Wawancara dengan Ibu Sri Mulyati,2019).

Pada tahap ini petugas pelaksana dan pendamping


program secara partisipatif mencoba menyadarkan dan
mengajak untuk berfikir tentang masalah yang dihadapi
dan bagaimana cara mengatasinya secara bersama-sama.
Berdasarkan hasil wawancara Ibu Sri Mulyati didapatkan
data bahwa program pembuatan kue kering kembang
goyang merupakan salah satu solusi bagi permasalahan di
masyarakat yang menginginkan kehidupan yang lebih baik
karena dapat memberdayakan para anggotanya untuk lebih
produktivitas dari segi peningkatan ekonomi melalui usaha
86

kembang goyang ini, akan tetapi terkendala banyak hal


seperti mental keberanian keluar zona nyaman, kurangnya
pengetahuan, terhambat dengan modal untuk membuka
 
usaha. Dengan demikian program keterampilan kue
kembang goyang dari KUBE Lentera dapat menjadi
program pilihan atau unggulan yang dapat membantu
masyarakat atau anggota KUBE Lentera dalam
menciptakan produktivitas yang menghasilkan, agar
kehidupannya menjadi lebih baik lagi dan mandiri dari segi
manapun.

D. Tahapan Formulasi Rencana Aksi


Pada tahap ini petugas pelaksana dan pendamping
membantu anggota kelompok KUBE Lentera untuk
merumuskan dan menentukan program serta kegiatan apa
yang akan dilakukan. Proses pemformulasian ini diajukan
dalam bentuk tulisan untuk kemudian dilaporkan kepada
penyandang dana yakni Dinas Sosial, Kementerian Sosial,
Dinas Koperasi dan UKM DKI Jakarta, Dinas
Perindustrian dan Energi DKI Jakarta, Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan dan KB Jakarta
Selatan, Tim Penggerak PKK Kecamatan Jagakarsa,
Asosiasi Kelompok Usaha (AKU) se-Jakarta Selatan,
Kampus IISIP DKI Jakarta. Tujuan ini dapat
menformulasikan atau merumuskan tujuan-tujuan jangka
pendek dan jangka panjang yang dicapai dalam program
87

keterampilan pembuatan kue kembang goyang. Berikut


pernyataan Ibu Sri Mulyati dan Bapak Junaedi:
“Pada tahap awal pelatihan ini adalah
  sosialisasi program ke masyarakat sambil
mencari anggota yang sesuai, setelah
mendapatkan anggota dan terkumpul 10 orang
anggota, kemudian para anggota berdiskusi
untuk menentukan dalam menjalankan dan
memulai usaha pembuatan kue kembang
goyang ini. Tugas saya adalah mengajarkan
kepada para anggota mulai dari kebutuhan
bahan-bahan. Awal pembuatan kue kembang
goyang agar lebih kondusif para anggota
dikumpulkan menjadi satu tempat yaitu rumah
saya (Ibu Sri Mulyati) untuk diajari cara
pembuatan kue kembang goyang. Ketika para
anggota sudah dapat menguasai teknik
pembuatannya dan dirasa bisa sedikit mandiri,
maka semua anggota diperbolehkan membuat
dirumah masing-masing. Sehingga para
anggota dapat menggunakan sarana dan
prasarana yang telah disediakan baik dari
KUBE Lentera maupun dari lembaga
pemerintahan, tujuannya agar para anggota
menjadi lebih produktif dalam sehari-hari dan
mendapatkan penghasilan tambahan untuk
keluarganya” (Wawancara dengan Ibu Sri
Mulyati,2019).

Sebagaimana pada pernyataan Bapak Junaedi


sebagai pendamping KUBE Lentera:
“Iya betul dalam pelatihan pembuatan kue
kembang goyang ini sebenarnya untuk
membantu masyarakat khususnya anggota
KUBE Lentera yang telah terpilih agar
mendapatkan hidup yang lebih baik dan
sejahtera. Karena warga di RW 02 ini masih
banyak yang sangat membutuhkan apalagi
88

untuk kaum perempuan yang menjadi kepala


keluarga. Oleh karena itu program ini sangat
membantu mereka dalam meningkatkan
kualitas kehidupannya, baik dari mempunyai
  usaha kue kembang goyang, maupun usaha kue
yang sejenis lainnya” (Wawancara dengan
Bapak Junaedi, 2019).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat


disimpulkan bahwa tujuan yang akan dilakukan pada
program pemberdayaan keterampilan pembuatan kue
kembang goyang pada jangka pendeknya adalah
diharapkan para anggota KUBE Lentera dapat melanjutkan
dan mengembangkan usaha sampai dengan mandiri atau
mempunyai hak merek dagang sendiri, sehingga dapat
menjadi suatu produk unggulan khususnya makanan
tradisional khas adat Betawi. Sedangkan untuk jangka
panjangnya adalah agar masyarakat atau para anggota
dapat lebih produktif, berkembang, berdaya dan mandiri.
Meskipun mayoritas hanya berprofesi sebagai ibu rumah
tangga biasa tetapi dapat mempunyai pengasilan dari
rumah untuk membantu perekenomian keluarga.
Dalam mencapai tujuan tersebut KUBE Lentera
melakukan pemberdayaan secara bertahap, seperti
fasilitator dan calon penerima program bersama-sama
merumuskan tujuan adanya program. Tujuan jangka
pendeknya yakni melalui program tersebut diharapkan para
anggota KUBE Lentera dapat melanjutkan dan
mengembangkan usaha pada sampai pelabelan dengan
89

merk dagang sendiri sebab selama pelatihan berlangsung


yang dihasilkan dibawah naungan label KUBE Lentera.
sedangkan jangka panjangnya yakni agar para anggota
 
menjadi lebih produktif, mandiri sejahtera dan berdaya.
Dalam mencapai tujuan program KUBE Lentera
melakukan dengan cara bertahap, mulai dari pemberian
sosialisasi program, menyadarkan masyarakat, pemberian
motivasi, pelatihan, pendampingan, sampai dengan modal
usaha dari Dinas Sosial untuk masyarakat yang
berkeinginan kuat untuk melanjutkan hasil pelatihan yang
telah diberikan.

E. Tahap Pelaksanaan Program


Pada tahap ini merupakan salah satu tahap yang
paling penting dalam sukses atau tidaknya program
pemberdayaan masyarakat. Karena dibutuhkan kerjasama
yang baik antara KUBE Lentera dengan masyarakat,
sehingga program pemberdayaan ini dapat berjalan dengan
baik tanpa adanya hambatan. Satu cara yang digunakan
KUBE Lentera adalah dengan melibatkan seluruh
masyarakat agar berperan aktif dan partisipatif dalam
segala hal, baik gagasan atau ide maupun tindakan. Berikut
pernyataan Bapak Junaedi sebagai pendamping KUBE
Lentera:
“Pelaksanaan program ini sangat
membutuhkan kerjasama antara pihak, kalau
sudah program tapi tidak ada warganya ya
tidak jalan, begitupun sebaliknya sudah ada
90

warganya tapi tidak ada progran yang sesuai


ya bakal sama saja tidak ada kemajuan. Oleh
karena itu ketika visi misi sudah sesuai
kemudian tinggal action program sesuai
  dengan rencana yang dibuat tadi” (Wawancara
dengan Bapak Junaedi, 2019).

Tahap pelaksanaan program KUBE Lentera pada


keterampilan pembuatan kue kembang goyang adalah
dengan memberikan sosialisasi dan pelatihan terlebih
dahulu kepada para calon anggota KUBE Lentera selama
satu minggu yang dibina oleh Dinas Sosial DKI Jakarta.
Pelatihan yang diberikan Dinas Sosial DKI Jakarta yaitu,
pelatihan bimbingan teknik dan sosial serta pelatihan
keterampilan untuk anggota KUBE Lentera. Selain itu
pelatihan yang diberikan oleh KUBE Lentera, antara lain
pelatihan kue kembang goyang, pelatihan kemasan yang
baik, dan pelatihan pemasaran produk kembang goyang.
Pelatihan untuk pendamping juga diadakan dari Dinas
Sosial DKI Jakarta untuk menggali potensi dan memotivasi
anggota KUBE Lentera dalam melakukan usahanya.
Selanjutnya, pendampingan kepada KUBE Lentera sejauh
ini dilakukan oleh pendamping, ketua KUBE dan juga
Dinas Sosial.
Selain dari kerjasama antar pihak, lingkungan yang
nyaman juga merupakan salah satu bentuk pemberdayaan
masyarakat. Dalam hal ini seperti adanya kegiatan sosial
yang diadakan di lokasi KUBE Lentera. Kegiatan tersebut
menunjukkan keaktifan dari RW atau Ibu-Ibu PKK di
91

lokasi KUBE Lentera juga membuat anggota KUBE


Lentera memiliki akses untuk mendapatkan pemberdayaan
masyarakat berupa bantuan dana program KUBE. Selain
 
itu, keterlibatan anggota dalam kegiatan-kegiatan sosial
yang diadakan di RW tersebut membuat ketertarikan atau
rasa kekeluargaan di KUBE Lentera semakin lebih kuat.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Sri Mulyati sebagai
berikut:
“Awal mulanya kan saya, Bu Indahtiah, dan
Yulianti sudah membuat kue kembang goyang,
usaha yang berkelompok tetapi masih 3 orang,
kemudian kami sambil mencari anggota
lainnya, kami aktif ke pemerintahan untuk
mencari peluang dalam hal bantuan ataupun
pemberdayaan. Akhirnya kami mendapatkan
bantuan modal dan pelatihan keterampilan
pembuatan kue kering termasuk kembang
goyang selama 1 hari. Semua fasilitas ini dari
Dinas Sosial, dan pada tahun 2012 kami
mendapatkan modal usaha sebanyak 20juta
berupa dana hibah, dimana 20 juta itu dibagi
dalam 10 orang anggota jadi masing-masing
mendapatkan bantuan modal 2juta setiap
anggota. Dari 2 juta tersebut kami gunakan
untuk membeli bahan baku pembuatan kue
kembang goyang seperti terigu, telor, gula
pasir, mentega, dan peralatan menggoreng
serta mencetak. Nah dari sinilah usaha
kembang goyang mulai aktif memproduksi
ditempat saya (Ibu Sri Mulyati), semua anggota
10 orang saya kumpulkan dan saya ajarin
membuat kue kembang goyang. Saya ajarkan
kepara anggota kurang lebih 1 minggu
pelatihannya dirumah saya, setelah dirasa
mulai dapat memahami teknik pembuatannya
dan mampu memproduksi sendiri, barulah
92

mereka dapat memproduksi dirumah masing-


masing sesuai dengan kapasitas kemampuan
tiap anggota, mulai dari 1 kg sampai 4 kg setiap
anggotanya” (Wawancara dengan Ibu Sri
  Mulyati,2019).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sri


Mulyati didapatkan data bahwa proses pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat yaitu keterampilan pembuatan
kue kembang goyang adalah dengan diberikannya sebuah
pelatihan mendasar tentang kue kembang goyang dan cara
pemasarannya oleh Dinas Sosial DKI Jakarta. Kemudian,
untuk melanjutkan tahap binaan Dinas Sosial kelompok
usaha bersama atau KUBE dibina dan diberi bantuan berupa
modal usaha sebanyak 20juta untuk 10 anggota. Kegunaan
modal usaha tersebut langsung digunakan untuk pembelian
bahan baku pembuatan kue kembang goyang. Pembuatan
kue kembang goyang ini dibuat masih secara manual. Pada
awal pelatihan dikediaman Ibu Sri Mulyati dihadiri oleh
petugas lapangan dari Dinas Sosial, sehingga pihak
pemerintah menyaksikan bagaimana proses pemberdayaan
melalui keterampilan ini.
Dalam takarannya 1 kilogram adonan terigu dapat
menghasilkan sekitar 8 bungkus kembang goyang, dimana
1 bungkusnya berisi 12 buah kembang goyang yang
dibandrol dengan harga saat ini sebesar Rp. 15.000,00 setiap
bungkus. Saat ini masing-masing anggota setiap harinya
dapat memproduksi minimal 3 kilogram adonan, hal ini
tergantung dengan jumlah pesanan yang ada. Karena kue
93

kembang goyang merupakan makanan tradisional dan


banyak peminatnya diwaktu-waktu tertentu atau even-event,
seperti waktu lebaran permintaan pasar terhadap kue
 
kembang goyang dapat meningkat drastis, Lebaran tahun ini
2019 KUBE Lentera mendapatkan pesanan sebanyak
kurang lebih 2000 (dua ribu) bungkus yang harus dikerjakan
selama bulan Ramadhan. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan Ibu Sri Mulyati dan Ibu Yulianti sebagai
berikut:
“Kue kembang goyang bukan makanan pokok
yang harus disetiap saat, oleh karena itu ketika
hari-hari biasanya pesanannya biasa aja, kami
lebih sering menerima pesanan ketika ada
even-event tertentu seperti nikahan, pengajian,
arisan, bazar, dan lebaran. Untuk permintaan
pesanan lebaran tahun ini 2019 kami menerima
pesanan sekitar 2000 bungkus kue kembang
goyang, dimana pembagian tugas ini
diserahkan kepara anggota KUBE Lentera
sesuai dengan kemampuannya. Tetapi rata-
rata masing-masing anggota mampu
memproduksi sebanyak 3 kilogram adonan
dalam sehari. Dalam 1 kilogram dapat
menghasilkan 8 bungkus kue, dan harga setiap
bungkus sebesar 15.000 rupiah. Lebaran tahun
ini 2019, Alhamdulillah ibu mendapatkan
orderan sebanyak 5000 bungkus, kita kan
KUBE jadi setiap ada orderan kita kerjakan
bersama-sama. Jadi pembagian kerjanya
adalah saling membuat setiap anggota
kelompok sesuai kapasitas anggota, rata-rata
tiap anggota ambil 20 sampai 40 bungkus para
anggota. Kemudian hasilnya dikumpulkan atau
disetor ke saya. Yang jadi keunikan resep di
KUBE kami adalah takaran pembuatan adonan
94

yang sesuai sehingga cita rasa selalu terjaga”


(Wawancara dengan Ibu Sri Mulyati,2019).

Sama halnya seperti pernyataan ibu Yulianti


 
sebagai berikut:
“Kalu untuk tahap pembuatan kue kembang
goyang sangat mudah mas, semua berawal
dari belajar dulu. Pertama bikin adonan
sesuai takaran, terus dicetak pakai cetakan
manual sambil digoreng. Iya cukup mudah
sih cara pembuatannya, namun yang susah
itu cari pelanggan yang banyak biar setiap
hari para anggota juga dapat produksi, jadi
tidak waktu musim-musim tertentu aja yang
banyak pesanan” (Wawancara dengan Ibu
Yulianti, 2019)

Pada proses pelaksanaan pembuatan kue


sebenarnya tidak terlalu sulit diimplementasikan karena
proses pembuatan cukup mudah. Pada hasil lapangan
ditemukan bahwa tidak ada pembagian kerja yang spesifik,
pembagian kerjanya adalah semua anggota produksi kue
kembang goyang dirumah masing-masing.
Dalam pelaksanaan ada beberapa hal yang menjadi
hambatan diantaranya untuk mengembangkan usaha
kembang goyang menjadi lebih luas lagi ada beberapa
kendala yaitu, tidak adanya merek atau label pada kemasan,
karakteristik produk yang mudah hancur ketika ada
pengiriman pesanan dengan jarak jauh, dan kondisi produk
yang ready to eat dan made by order. Persediaan produk
tidak bisa selalu tersedia karena kue kembang goyang ini
termasuk jenis makanan yang rentan hancur dan melempam,
95

sehingga untuk pemesanan biasanya dengan sistem Pre


Order atau PO agar cita rasa kue kembang goyang buatan
KUBE Lentera tetap stabil terjaga dan selalu renyah.
 
Berikut ini hasil wawancara dengan Ibu Sri Mulyati dan
Bapak Junaedi, sebagai berikut:
“Ada beberapa hambatan yang sampai saat ini
masih terabaikan yaitu pelabelan kemasan,
saya sudah sering menginformasikan kepada
para anggota bagaimana pentingnya merek,
namun pada kenyataannya belum semua
anggota dapat mengaplikasikannya. Jadi
terkadang ada kemasan yang kita kasih merk di
bagian penutupnya, tetapi banyak yang belum
bermerk polos seperti biasa. Hal ini otomatis
pemasaran produk dari KUBE Lentera sedikit
terhambat. Selain itu mungkin hambatan ini
sudah umum ya kaya modal, dan Alhamdulillah
kelompok KUBE Lentera ini bisa dapetin
bantuan modal usaha berupa dana hibah dari
Dinas Sosia. Akhirnya bisa berjalan sampai
saat ini” (Wawancara dengan Ibu Sri
Mulyati,2019).

Selain menurut Ibu Sri Mulyati yang sebagai ketua


KUBE Lentera, berikut ini ada pernyataan menurut Bapak
Junaedi sebagai pendampingnya, yaitu:
“Kesadaran akan anggota masih kurang
terhadap nama merek, jadi mereka masih
mengganggap merk itu tidak penting. Jadi
mindset anggota KUBE Lentera masih banyak
yang belum terbuka luas wawasannya, mereka
hanya fokus untuk produksi saja tapi belum tau
cara mengembangkan usaha seperti apa”
(Wawancara dengan Bapak Junaedi, 2019).
96

Berdasarkan hasil wawancara diatas didapatkan


data bahwa pelaksanaan keterampilan pembuatan kue
kembang goyang sebenarnya cukup mudah dilakukan.
 
Mulai dari bahan baku, teknik pembuatan kue, dan
pemasarannya, karena hal ini sudah mereka bentuk dari
awal merintis. Namun, ada satu kendala yaitu cara
bagaimana mempunyai suatu brand atau merek yang pada
faktanya dalam dunia usaha adalah hal pokok. Menurut
penulis, KUBE Lentera pada usaha kue kembang goyang
sudah mempunyai ciri khas tersendiri karena mereka
mempunyai resep dapur yang sudah turun menurun dari
nenek moyangnya sehingga rasa yang dihasilkan sangat
lembut dan renyah. Hal ini dapat menjadi acuan dalam
membuat brand bagi KUBE Lentera. Selain hambatan
terhadap merek, ada satu hambatan lagi menurut penulis
berdasarkan fakta dilapangan yaitu sifat ketergantungan
akan bantuan pemerintah atau Dinas Sosial, dimana hal
semacam ini akan sangat menghambat perkembangan
usaha dalam jangka panjang.

F. Tahapan Evaluasi Program


Tahap ini merupakan proses pengawasan dari
petugas pelaksana dan pendamping serta pihak Dinas
Sosial DKI Jakarta terhadap program pemberdayaan
masyarakat yang sedang berjalan. Keterlibatan aktif pada
tahal ini diharapkan mampun membentuk sistem dalam
masyarakat untuk melakukan pengawasan internal
97

sehingga dalam jangka panjang masyarakat dapat lebih


mandiri dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
Pada KUBE Lentera terdapat beberapa prinsip-
 
prinsip yang digagas dalam pengembangan KUBE. Secara
umum, prinsip-prinsip pengembangan KUBE tersebut
dikatakan terwujud apabila dapat teraplikasikan kedalam
perjalanan KUBE dikemudian hari. Atas dasar ini, untuk
mengetahui keberhasilan prinsip-prinsip pengembangan
KUBE tersebut, maka penulis akan menganalisis
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera untuk
mengetahui indikator keberhasilannya, sebagai berikut:
1. Penentuan Nasib KUBE Lentera
Berdasarkan tujuan pembentukan Program
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) oleh
Kementrian Sosial Republik Indonesia (Kemensos
RI), yakni dengan harapan untuk meningkatkan
harkat dan martabat kemanusiaan Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), agar dapat
menikmati kehidupan secara layak dan berperan
dalam pembangunan dalam upaya untuk
menghapus kemiskinan.
Pembentukan KUBE dimulai dengan proses
pembentukan kelompok sebagai hasil dari
bimbingan sosial, pelatihan keterampilan berusaha,
bantuan stimulans dan pendampingan. Kesemua
perangkat bantuan tersebut diberikan kepada
KUBE yang telah terbentuk, bersifat sukarela atau
98

sebagai bantuan dana hibah, yang artinya bukan


pinjaman atau pun kredit.
Atas dasar itu, kini penentuan hak untuk
 
menentukan keberhasilan nasib sendiri atau
keberhasilan KUBE yang telah dibangun berada
pada genggaman masing-masing individu yang
terlibat dalam pembentukan KUBE meliputi
seluruh anggota, pendamping dan pemerintah.
Dengan diberikan dana yang bersifat hibah,
diharapkan bagi penerima bantuan, untuk
mengembangkan dan menggulirkan kepada warga
masyarakat lain yang perlu dibantu demi
tecapainya tujuan dari Program Kelompok Usaha
Bersama (KUBE).
Jika melihat pada perjalanan Kelompok
Usaha Bersama (KUBE) Lentera yang dibentuk
pada tahun 2011 yang lalu hingga saat ini masih
tetap survive, maka dipastikan bahwa KUBE
Lentera yang berada dibawah naungan wilayah
Jagakarsa, telah menentukan nasibnya yang positif
yakni tetap survive dan berhasil berkembang
selama empat tahun setelah masa pembentukannya.
Konsep hak untuk menentukan nasib
sendiri (The Right of Self Determination)
merupakan hak asasi manusia (HAM) untuk
melakukan kebebasan sesuai kehendaknya tanpa
adanya tekanan atau paksaan serta ancaman dari
99

pihak lain yang dianggap menghalangi kebebasan


tersebut. (Ratna Sari, 2014:1). Hak untuk
menentukan nasib sendiri merupakan kebebasan
 
yang telah diberikan oleh pemerintah melalui dana
bantuan hibah. Artinya, pemerintah tidak
memberatkan atau mempersulit masyarakat yang
tergolong ke dalam PMKS untuk mengganti dana
bantuan tersebut di kemudian hari. Namun,
pemerintah berupaya mengarahkan masyarakat
yang tergolong ke dalam PMKS yang menerima
bantuan dana hibah tersebut, agar memanfaatkan
pemberian bantuan tersebut dengan sebaik-baiknya
sebagai upaya peningkatan kualitas hidup agar
dapat keluar dari golongan-golongan Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).
Penentuan nasib yang positif dilakukan oleh
KUBE Lentera merupakan hak kolektif. Seluruh
anggota turut terlibat dalam penentuan arah
keberhasilan. Tidak memandang ras, etnis, bahkan
agama dimana penentuan nasib tersebut
diaplikasikan melalui pembentukan sistem
pemerintahan organisasi KUBE tersendiri,
memiliki aturan-aturan internalnya sendiri, peran
dan wewenang keanggotaan KUBE dengan metode
yang dianggap cocok, untuk mengejar peningkatan
ekonomi, sosial dan budaya mereka sendiri.
Keberhasilan KUBE Lentera dalam memanfaatkan
100

bantuan dana dari pemerintah merupakan salah satu


perwujudan dari hak asasi manusia (HAM) untuk
menentukan nasibnya sendiri.
 
2. Prinsip Kekeluargaan

Melihat indikator keberhasilan yang diraih


oleh Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera
saat ini berdasarkan kebertahanan organisasi
KUBE Lentera dan semakin berkembangnya usaha
yang dijalankan hingga masuk ke beberapa market
tekemuka, maka secara tidak langsung dapat
memberikan gambaran bahwa budaya
kekeluargaan yang terjalin dalam organisasi
tersebut berjalan dengan baik. Sebab, tidak ada
keberhasilan suatu organisasi atau perkumpulan
dengan beragam karakter, sikap dan perilaku tanpa
didasari oleh sikap kekeluargaan seperti sikap
tenggang rasa, peduli, mengedepankan
perdamaian, saling bekerja sama dan saling
membantu satu sama lain. Berikut ini hasil
wawancara dengan Ibu Sri Mulyati sebagai ketua
KUBE Lentera, yaitu:

“Sistem disini tidak adanya paksaan sama


sekali, saya sebagai ketua sudah
menyadarkan, mengajak dan mendampingi
masyarakat yang ingin berubah agar lebih
baik lagi dan sejahtera. Indikator ini kan
juga sudah tertera dari Kemensos, bersifat
kekeluargaan dalam artian saling terbuka,
101

peduli dan saling membantu. Misalkan, jika


pesanan anggota ini lagi banyak kita bantu
membuatnya, atau anggota itu sedang tidak
bisa kita yang handle. Keluarga disini tidak
  hanya dalam KUBE aja, tetapi lingkungan
sosial juga harus dimiliki sifat
kekeluargaan ini” (Wawancara dengan Ibu
Sri Mulyati, 2019)

Secara sadar maupun tidak sadar, prinsip


kekeluargaan yang telah dibangun diantara sesama
anggota dan lingkungannya membawa KUBE
Lentera kepada keberhasilan usaha, organisasi dan
ke dalam berbagai lini kehidupan lainnya. Juga,
nilai seperti ini secara otomatis turut menumbuhkan
suatu semangat dan sikap kerja tanpa pamrih dalam
mewujudkan keberhasilan Program KUBE.

3. Prinsip Kegotong Royongan

Dalam pengertiannya, gotong royong


berarti menuntut perlu adanya kebersamaan dan
semangat kebersamaan diantara sesama para
anggota KUBE. Dalam prinsip tidak saling
menonjolkan adanya perbedaan antara atasan dan
bawahan, tetapi lebih mengedepankan
kebersamaan diantara sesama anggota.

Jika merujuk pada pengertian tersebut,


maka berdasarkan temuan yang kami dapati di
lapangan bahwa KUBE Lentera sangat
102

mengedepankan jiwa kebersamaan dan saling


membantu satu sama lain sesama anggota. Karena
sesungguhnya, makna dari bergotong royong itu
 
sendiri adalah manusia tidak dapat hidup sendiri,
melainkan harus bersama orang lain karena
manusia merupakan makhluk sosial. Tanggung
jawab bersama (terlebih saat ini sudah memiliki
kelompok tersendiri yakni KUBE Lentera) yang
menyangkut kepentingan orang banyak tidak hanya
dipikul oleh orang tertentu saja, melainkan semua
orang ada di dalamnya harus turut terlibat.

Dalam satu kejadian misalnya. Ketika


pesanan kue Kembang Goyang sedang banyak
seperti di bulan Ramadhan menjelang Idul Fitri
seperti saat ini, maka sikap kebersamaan, saling
melengkapi dan saling membantu sangat terlihat
sekali. Berjalannya usia ke 8 tahun KUBE Lentera,
telah membuahkan hasil yang positif dimana para
anggota sudah dikatakan mandiri, memiliki market
masing-masing tanpa ketergantungan oleh ketua
atau anggota lain. Maka ketika pesanan kue
Kembang Goyang sedang banyak, maka pesanan
tersebut di bagi-bagikan kepada anggota yang lain
(yang sedang tidak banyak pesanan) untuk
membantu penyelesaian produksi demi ketepatan
waktu pemesanan, meringankan beban, lebih
103

efisien waktu dan secara otomatis menambah


kokohnya rasa persatuan dan kesatuan sesama
anggota KUBE. Hal ini dilakukan kerena,
 
minimnya tenaga kerja dalam usaha bersama kue
Kembang Goyang. Berikut hasil wawancara
dengan salah satu anggota KUBE Lentera yaitu Ibu
Rokiah yang berpendapat:

“Pokoknya orang-orangnya di KUBE


Lentera mah baik-baik mas, kalau ada
kesusahan saling dibantu, orderan sedikit
dicarikan orderan, orderan banyak ya kita
bagi-bagi tugas produksinya. Makanya
tidak ada beban disini, justru kebalikannya
dapat pengalaman banyak jadi tau cara
dagang gimana, cari pelanggan gimana,
terus ikutan kegiatan-kegiatan RW juga.
Cuma harapan yang dari dulu belum
terwujud Cuma satu mas belum ada toko
yang bisa buat pelanggan dateng langsung,
sekarang kan Cuma dirumah Ibu Sri atau
dirumah anggota lainnya, mencar-mencar
gitu” (Wawancara dengan Ibu Rokiah,
2019 )

4. Prinsip Potensi Anggota


Melalui strategi pemberdayaan
(empowering) yang selalu menginginkan hasil
keberlanjutan, bukan yang bersifat sementara.
(Muhtadi dan Tantan Hermansah, 2012:10). Maka
yang menjadi sasaran utama dari program KUBE
ini adalah mengubah paradigma dan spirit
masyarakat, dari sifat malas, pasif, dan pasrah,
104

menjadi penuh semangat, motivasi, dan akhirnya


tumbuh keinginan dan semangat untuk bekerja. Hal
ini kini terjadi oleh anggota-anggota KUBE
 
Lentera yang sekarang mempunyai semangat tinggi
dalam berwirausaha setelah di awal masa
pembentukan telah diberikan motivasi dan
pelatihan dari program KUBE. Seluruh potensi
tersebut sebenarnya di miliki oleh seluruh manusia
apabila dapat di kelola dengan benar. Untuk iut,
seiring berjalannya waktu, kini KUBE Lentera
telah berkembang menjadi salah satu bentuk Usaha
Kecil Menegah (UKM) yang memproduksi
makanan khas Betawi yaitu kue Kembang Goyang
di tengah masyarakat perkotaan yang serba modern
yang semakin hari makanan khas Betawi kian
memudar keberadaannya. Namun, berkat potensi-
potensi yang di miliki oleh anggota-anggota KUBE
Lentera yang di dominasi oleh kaum hawa,
akhirnya makanan khas Betawi tersebut dapat
kembali muncul atas keberadaan KUBE Lentera
yang memproduksi kue Kembang Goyang.
5. Prinsip Keberlanjutan
KUBE merupakan salah satu program
pemberdayaan dari pemerintah yang sifatnya
berkelanjutan. Hal terpenting dalam suksesnya
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera ini
adalah masih dapat berkembang hingga saat ini
105

sejak masa pembentukan pada tahun 2011. KUBE


Lentera merupakan program yang berkelanjutan
karena saat ini, anggota yang telah di bina dapat
 
berwirausaha secara mandiri. Artinya,
keberlanjutan usaha KUBE Lentera telah
memberikan nilai positif kepada masyarakat,
terkhusus anggotanya karena saat ini telah dapat
berdaya dengan mempunyai pasar atau marketnya
masing-masing dan tidak ketergantungan kepada
salah satu anggota lain. Jika melihat perkembangan
KUBE Lentera yang telah berjalan selama 8 tahun
terakhir, yang di ketuai oleh Ibu Sri dan Bapak
Junaidi selaku Pendamping, maka sudah dapat
dikatakan KUBE Lentera mampu memberdayakan
masyarakat sekitar minimal dalam lingkup RT dan
RW, tempat KUBE Lentera berada.
Berikut hasil wawancara dengan Bapak
Junaedi selaku pendamping KUBE Lentera:
“KUBE Letera termasuk dalam KUBE
Mandiri karena kami (Ibu Sri Mulyati dan
Bapak Junaedi) tidak jarang diundang untuk
mendampingi KUBE diluar sana yang masih
merintis. Setiap tahunnya banyak anggota-
anggota baru yang bergabung dengan kami,
karena mereka ingin belajar dan berubah
akhirnya kami ajarkan hingga sampai sini
semakin kita berbagi kepada orang lain,
Alhamdulillah usaha kembang goyang ini
semakin meningkat pesanannya”
(Wawancara dengan Bapak Junaedi, 2019)
106

Berkat usaha Kembang Goyang yang


dijalankan oleh Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Lentera, saat ini setiap tahunnya terdapat
 
peningkatan anggota-anggota baru yang Ibu Sri
bina (diluar dari anggota KUBE Lentera) dengan
keterampilan cara pembuatan kue Kembang
Goyang. Keberhasilan KUBE Lentera dalam
memanfaatkan pemberian modal bantuan usaha
oleh pemerintah telah membawa KUBE Lentera
kepada tahap yang lebih mapan. Keinginan untuk
menjadikan KUBE Lentera menjadi Koperasi
merupakan indikator keberhasilan pada prinsip
keberlanjutan yang terjadi oleh KUBE yang
memproduksi kue Kembang Goyang ini.
6. Prinsip Usaha yang berorientasi pasar
Budaya masyarakat Indonesia saat ini
terkenal dengan tingginya angka konsumtifitas
masyarakat. Sehingga untuk pemasaran dari produk
kue Kembang Goyang tidak mengalami kesulitan
yang terlalu berarti. Ditambah lagi dengan kesiapan
dan kerapihan konsep pemasaran yang dilakukan
oleh ketua dan pendamping dari KUBE Lentera
yakni Ibu Sri dan Bapak Junaidi sehingga orientasi
kepuasan pelanggan, produksi, penjualan, serta
pemasaran sudah mampu menembus pasar-pasar
yang berada di Jabodetabek dan luar Jakarta.
Dengan latar belakang profesi Ibu Sri sebagai
107

wirausahawan, tidak memberikan kesulitan dalam


tahap pemasaran. Untuk itu, penting bagi calon
anggota KUBE lainnya untuk memiliki jiwa
 
berwirausaha yang kuat demi kemudahan dalam
menjalankan usaha bersama.
Dalam menjalankan usaha bersama,
orientasi pesaing ini harus berjalan bersamaan
dengan orientasi pelanggan, yaitu bagaimana
caranya memenangkan persaingan namun tetap
dengan memuaskan keinginan pelanggan.
Keseimbangan antara orientasi pelanggan dan
pesaing diluar sana menjadi sangat penting dalam
KUBE Lentera, karena pesaing diluar (lebih kepada
jenis usaha lain) lebih luas dan juga memiliki daya
tarik yang menarik. Usaha kue Kembang Goyang
menjadi sebuah pilihan karena selain
mengupayakan pelestarian makanan khas Betawi
yang kian hari kian tergerus dengan makanan
lainnya atau bahkan makanan luar negeri, namun
juga memberikan peluang besar untuk
dikembangkan. Kesulitan masyarakat baik
masyarakat dari luar Jakarta ataupun mancanegara
ketika datang ke Jakarta dalam mencari makanan
khas Betawi memberikan peluang besar bagi
KUBE Lentera untuk mengembangkan makanan
tersebut. Dapat dikatakan bahwa market atau pasar
untuk memasarkan usaha tersebut sudah tersedia
108

namun yang memproduksi kue Kembang goyang


atau makanan khas Betawi minim sehingga
memunculkan ide dan gagasan untuk
 
mengembangkan usaha kue Kembang goyang dan
makanan khas Betawi lainnya seperti biji ketapang
dan rempeyek. Untuk dapat tembus ke market
terkemuka, KUBE Lentera berupaya untuk
menyajikan kue Kembang Goyang dengan cita rasa
yang fresh, berbeda, dan unik dengan mengikuti
keinginan pasar masa kini. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Ibu Sri Mulyati sebagai berikut:

“Awal-awal pemasaran kita dibantu sama


Dinas Sosial, sering ikut bazar sana sini, ikut
perlombaan, mulut ke mulut. Alhamdulillah
waktu pertama kali kami Juara II pada tahun
2012. Itu prestasi pertama KUBE Lentera,
nah hal ini semakin membuat semangat para
anggota lainnya untuk terus belajar lagi dan
lagi. Promosi dan promosi sana sana, hal ini
juga dilakukan oleh anggota lainnya. Sampai
akhirnya sekarang kami sudah memilik
pelanggan cukup banyak, dan ketika pesan
dalam jumlah yang banyak dan pesan hanya
melalui mobile aja. Saat ini kita belum online,
ada sih Instagramnya, tapi belum ada yang
mengelolahnya, karena sebagian anggota
109

juga belum paham terkait teknologi. Dan


alhamdulillah saat ini setiap anggota sudah
memiliki penghasilan setiap bulannya rata-
 
rata 5juta rupiah dengan jumlah laba sekitar
3 juta” (Wawancara dengan Ibu Sri Mulyati,
2019)

Secara garis besar, pembentukan Kelompok


Usaha Bersama (KUBE) Lentera dirasa telah
memberikan Output atau hasil yang baik. Artinya,
proses dimulai dari awal pembentukan hingga
memproduksi suatu barang telah mampu
meningkatkan pendapatan para anggota. Saat ini,
indikator keberhasilan suatu usaha dinilai dari
faktor atau unsur jumlah pendapatan materil
semata. Maka, berdasarkan data yang kami dapat,
usaha kue Kembang Goyang yang dilakukan oleh
KUBE Lentera, dapat memperoleh pendapatan
kotor minimal 5 juta rupiah per bulan tiap anggota
sedangkan penghasilan bersih sekitar 3 juta rupiah.
Pendapatan dari usaha merupakan indikator
keberhasilan sebab jika melihat kesejahteraan
anggota KUBE sebelum memutuskan membentuk
KUBE di tahun 2011, para anggota hanya
berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan bekerja
sampingan sebagai buruh cuci, dimana pendapatan
110

atau penghasilan tidak menentu atau hanya stagnan


dengan penghasilan seperti itu di tiap bulannya.
Disamping keberhasilan dari segi ekonomi,
 
para anggota juga mampu menjalin hubungan
kerjasama dalam kelompok serta meningkatkan
kemampuan dan pengetahuan dalam
memecahkan masalah kesejahteraan sosial.
Outcome atau dampak sosial menunjukkan bahwa
keberadaan KUBE Lentera mampu meningkatkan
rasa kebersamaan dalam berusaha, mampu
meningkatkan kepedulian dalam penanganan
permasalahan sosial di masyarakat, mampu
mengelola dana IKS (Iuran Kesetiakawanan Sosial)
untuk kesejahteraan masyarakat. Dampak ekonomi
dapat meningkatkan kesejahteraan anggota
(mampu membiayai sekolah) dapat memberikan
pinjaman modal usaha bagi masyarakat non
anggota KUBE, memberikan peluang kerja bagi
anggota non KUBE Lentera untuk bekerja di
usaha KUBE Lentera (kue kembang goyang).

G. Tahap Terminasi Program


Tahap ini merupakan tahap “pemutusan” hubungan
secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dalam
suatu program pemberdayaan masyarakat tidak jarang
dilakukan, bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap
111

mandiri namun lebih karena proyek sudah harus dihentikan


karena setiap proyek mempunyai masa kerja tersendiri.
Berdasarkan hasil lapangan, pada tahap ini KUBE
 
Lentera belum sepenuhnya melakukan terminasi. KUBE
Lentera akan selalu memonitoring para anggota KUBE,
bahkan melakukan perekrutan anggota-anggota baru untuk
memperluas jaringan market dan menambah sumber daya
manusia mengingat pesanan kue kembang goyang semakin
hari semakin meningkat.
Meskipun para anggota sudah dapat dikatakan
berhasil dan mandiri, namun KUBE Lentera tetap
melakukan monitoring guna untuk memberikan motivasi,
inovasi dan informasi-informasi terbaru yang berguna
untuk mengembangkan usaha kue kembang goyang
tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak
Junaedi sebagai pendamping dan Ibu Neneng Munawaroh
sebagai salah satu anggota KUBE Lentera :
“Setelah masa pembinaan selesai, pihak kami
katakanlah lembaga akan selalu memonitoring,
entah dalam hal informasi, motivasi,
pemasaran, bazar, perlombaan, bahkan
pelatihan-pelatihan tambahan untuk
menunjang KUBE Lentera kedepannya. Oleh
karena itu, banyak KUBE lainnya juga belajar
di KUBE Lentera agar dapat berhasil dan
berkembang” (Wawancara dengan Bapak
Junaedi, 2019)
112

Sama halnya seperti wawancara dengan Ibu


Neneng Munawaroh sebagai berikut:

 
“Yaa mas, kan setelah didampingin mulai dari
cara bikin kue nya gimana, cara ngepakinnya,
pasarinnya kemana, terus kita para anggota
dikasih tau cara mengatur keuangannya juga,
aktif ikut bazar sana sini, kadang ada info
pelatihan-pelatihan juga, tapi gak semua
anggota ikut, tapi nanti anggotanya sharing ke
anggota lainnya ilmu apa yang udah didapetin.
Ya pokoknya kita masih tetap di kontrol sama
Kelurahan, Kecamatan, Dinas Sosial. Cuma
ada 1 harapan kita semua mas, kita ingin sekali
punya toko yang isinya nanti makanan-
makanan khas Betawi yang bisa buat oleh-oleh
para wisatawan gitu. Kalau untuk KUBE
Lentera mah sangat membantu sekali buat
meningkatkan taraf hidup warga sekitarnya ya,
bersyukur banget saya bisa ikut bergabung dari
awal 2011 sampai sekarang. Apalagi kan saya
hidup sendiri, jadi hasil yang saya dapatin
setiap bulan sudah lebih dari cukup mas.
(Wawancara dengan Ibu Neneng Munawaroh,
2019).
113

Pada tahap terminasi ini baik, pengurus,


pendamping, dan anggota KUBE Lentera berharap agar
KUBE Lentera dapat terus berjalan dan menjadi lebih baik
 
dalam proses memberdayakan masyarakat. Meskipun masa
kerja KUBE Lentera sudah berakhir, tetapi para anggota
tetap masih dalam binaan Dinas Sosial DKI Jakarta.
Sampai saat ini pihak pemerintah selain Dinas Sosial baik
Dinas Perhubungan, Kementerian UMKM sering
mengadakan pelatihan-pelatihan terkait pengembangan
usaha. Hal ini dapat menjadi ilmu yang sangat berguna bagi
KUBE Lentera agar dapat berkembang lebih baik lagi
kedepannya. Hasil wawancara kepada salah satu anggota
KUBE Lentera yaitu Ibu Neneng Munawaroh bahwa
dengan adanya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
KUBE Lentera sangat membantu perekonomian keluarga
dan sudah bagus dapat berkembang sampai saat ini. Untuk
para masyarakat luar sangat dibolehkan bergabung dengan
KUBE Lentera, karena pada dasarnya KUBE Lentera
masih kekurangan sumber daya manusia mengingat
pesanan yang masuk setiap harinya semakin meningkat.
Jadi, KUBE Lentera tidak semat-mata melepas anggotanya
begitu saja meskipun anggota tersebut sudah mampu
mandiri, hal ini sangat berorientasi pada tercapainya tujuan
dari pemberdayaan masyarakat itu sendiri baik tujuan
jangka pendek dan jangka panjang.
BAB V

PENUTUP

 
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa temuan penelitian bahwa
program keterampilan pembuatan kue kembang goyang
oleh KUBE Lentera dapat dikatakan berhasil dalam
memberdayakan masyarakat dan pencapaiannya sesuai
dengan tahap pemberdayaan. Pemberdayaan tersebut telah
mencakup tujuh tahapan pemberdayaan menurut teori
Isbandi Rukminto Adi, dimana ketujuh tahapan yang telah
dilakukan KUBE Lentera adalah:
1. Tahap Persiapan: pada tahap ini KUBE Lentera
melakukan persiapan mulai dari persiapan
petugas dan persiapan lapangan. Petugas
pelaksana pada program ini adalah ketua dan
pendamping KUBE Lentera yang bertugas
menjadi fasilitator dalam pemberdayaan
masyarakat melalui keterampilan pembuatan
kue kembang goyang. Selain persiapan
lapangan dalam hal sarana dan prasarana juga
sangat penting, dimana pada program ini
berlokasi di kediaman ketua KUBE Lentera
yang dijadikan sebagai sekretariat.
2. Tahap Pengkajian (Assessment): dalam
melakukan tahapan ini masyarakat atau sasaran
program sudah dilibatkan secara aktif agar

114
115

mereka dapat merasakan bahwa permasalahan


yang sedang dibicarakan benar-benar
permasalahan yang keluar dari pandangan
 
mereka sendiri. Masalah tersebut adalah
terdapatnya keinginan untuk hidup yang lebih
baik namun tidak tahu awal mulai darimana,
takut akan kerugian dan kegagalan yang akan
diterimanya, terbentur masalah modal apabila
ingin memulai usaha serta cara memasarkannya
hasil produknya. Oleh karena itu melalui KUBE
Lentera ini, penerima manfaat atau anggota
KUBE Lentera diberdayakan antara lain dengan
pelatihan, pendampingan, dukungan sosial,
lingkungan sosial, hubungan sosial dan juga
pemberian bantuan untuk meningkatkan usaha
kembang goyang.
3. Tahap Perencanaan Alternatif Program: pada
tahap ini petugas pelaksana dan pendamping
program secara partisipatif mencoba
menyadarkan dan mengajak untuk berfikir
tentang masalah yang dihadapi dan bagaimana
cara mengatasinya secara bersama-sama.
Dengan demikian program keterampilan kue
kembang goyang dari KUBE Lentera dapat
menjadi program pilihan atau unggulan yang
dapat membantu masyarakat atau anggota
KUBE Lentera dalam menciptakan
116

produktivitas yang menghasilkan, agar


kehidupannya menjadi lebih baik lagi dan
mandiri dari segi manapun.
 
4. Tahap Formulasi Rencana Aksi: pada tahap ini
petugas pelaksana dan pendamping membantu
anggota kelompok KUBE Lentera untuk
merumuskan dan menentukan program serta
kegiatan apa yang akan dilakukan. Program
keterampilan pembuatan kue kembang goyang
pada jangka pendeknya adalah diharapkan para
anggota KUBE Lentera dapat melanjutkan dan
mengembangkan usaha sampai dengan mandiri
atau mempunyai hak merek dagang sendiri,
sehingga dapat menjadi suatu produk unggulan
khususnya makanan tradisional khas adat
Betawi. Sedangkan untuk jangka panjangnya
adalah agar masyarakat atau para anggota dapat
lebih produktif, berkembang, berdaya dan
mandiri. Meskipun mayoritas hanya berprofesi
sebagai ibu rumah tangga biasa tetapi dapat
mempunyai pengasilan dari rumah untuk
membantu perekenomian keluarga.
5. Tahap Pelaksanaan Program : Program KUBE
Lentera pada keterampilan pembuatan kue
kembang goyang adalah dengan memberikan
sosialisasi dan pelatihan terlebih dahulu kepada
para calon anggota KUBE Lentera selama satu
117

minggu yang dibina oleh Dinas Sosial DKI


Jakarta. Pelatihan yang diberikan Dinas Sosial
DKI Jakarta yaitu, pelatihan bimbingan teknik
 
dan sosial serta pelatihan keterampilan untuk
anggota KUBE Lentera. Selain itu pelatihan
yang diberikan oleh KUBE Lentera, antara lain
pelatihan kue kembang goyang, pelatihan
kemasan yang baik, dan pelatihan pemasaran
produk kembang goyang. Pelatihan untuk
pendamping juga diadakan dari Dinas Sosial
DKI Jakarta untuk menggali potensi dan
memotivasi anggota KUBE Lentera dalam
melakukan usahanya. Ada beberapa hambatan
dalam program ini yaitu belum adanya merek
dagang pada usaha ini, dan sebagain anggota
belum memahami arti merek dagang tersebut,
kemudian ada satu hambatan lagi menurut
penulis berdasarkan fakta dilapangan yaitu sifat
ketergantungan akan bantuan pemerintah atau
Dinas Sosial, dimana hal semacam ini akan
sangat menghambat perkembangan usaha
dalam jangka panjang.
6. Tahap Evaluasi: Tahap Evaluasi dalam
penelitin ini dapat dilihat dari beberapa
indikator keberhasilan dimana pembentukan
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera
dirasa telah memberikan Output atau hasil yang
118

baik. Artinya, proses dimulai dari awal


pembentukan hingga memproduksi suatu
barang telah mampu meningkatkan pendapatan
 
para anggota. Saat ini, indikator keberhasilan
suatu usaha dinilai dari faktor atau unsur jumlah
pendapatan materil semata. Selain itu
keberhasilan KUBE Lentera terlihat dari hasil
lomba-lomba yang diikuti dan kue kembang
goyang ini menjadi program unggulan serta
terlihat keberlanjutannya dibandingkan
program lain.
7. Tahap Terminasi: pada tahap ini KUBE Lentera
belum sepenuhnya melakukan terminasi.
KUBE Lentera akan selalu memonitoring para
anggota KUBE, bahkan melakukan perekrutan
anggota-anggota baru untuk memperluas
jaringan market dan menambah sumber daya
manusia mengingat pesanan kue kembang
goyang semakin hari semakin meningkat.
Meskipun para anggota sudah dapat dikatakan
berhasil dan mandiri, namun KUBE Lentera
tetap melakukan monitoring guna untuk
memberikan motivasi, inovasi dan informasi-
informasi terbaru yang berguna untuk
mengembangkan usaha kue kembang goyang
tersebut.
119

B. Saran
Berdasarkan hasil analisa yang penulis lakukan
mengenai program pemberdayaan masyarakat melalui
 
KUBE Lentera, ada beberapa saran dari penulis
diantaranya adalah:
1. Terkait dengan kurangnya modal usaha, sebaiknya
Pihak Dinas Sosial memberikan pelatihan tentang
bagaimana memanajemen keuangan usaha dengan
baik. Hal ini berkaitan dengan kurangnya pendidikan
anggota KUBE Lentera dimana mereka tidak begitu
memahami tentang mengatur keuangan usaha mereka
sehingga mereka mengalami kekurangan modal dan
bergantung akan bantuan pemerintah.
2. Jika dilihat dari jumlah pesanan yang hampir setiap hari
ada, seharusnya sayap keanggotaan KUBE Lentera
diperbesar atau merekrut anggota-anggota baru yang
sesuai kriteria agar memilik sumber daya manusia yang
cukup dan dapat menerima pesanan lebih banyak lagi.
3. Terkait pengemasan dan merek dagang, sudah
seharusnya di legalkan ke Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI). Selain itu juga
pengemasan produk sebaiknya ada hangtag atau
labelnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

 
Al-Quran Surat Al-Insyirah ayat 7-8

Bungin, Burhan.2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif.Jakarta:


Raja Grafindo Persada. Cet. Ke-2

Bungin Burhan.2009. Penelitian Kualitatif:Komunikasi,


Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya.Jakarta : Prenada Media Group

Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Direktorat Jendral


Bantuan dan Jaminan Sosial.2004. Panduan Umum
Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin
Melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan
Lembaga Keuangan Mokro (LKM).Jakarta: Departemen
social.

Ghony, M. Djunaedi Ghony dan Fauzan Almanshur.2012.


Metodologi Penelitian Kualitatif.Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media

Gunawan Imam.2013. Metode Penelitian Kualittafi Teori dan


Praktik.Jakarta: Bumi Aksara

Harahap Syahri.1999. Islam Konsep Implementasi


Pemberdayaan.Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya

120
121

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet. Ke-15

Muhtadi
 
dan Tantan Hermansah.2013. Manajemen
Pengembangan Masyarakat Islam.Jakarta: UIN Jakarta
Press

Nawawi Hadari.1991 Metode Penelitian Bidang Sosial.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Prastowo Andi.2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam


Prespektif Rancangan Penelitian.Yogyakarta: Ar-
ruzz Media

Rivai Veithzal.2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk


Perusahaan dari Teori ke Praktek.Jakarta:
PT.Grafindo Persada

Suharto Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan


Rakyat. Bandung:PT Refika Aditama

Suharto Edi.2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan


Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan
Sosial dan Pekerjaan Sosial.Bandung: Refika Aditama

Soeharto Irawan.2008. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik


Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu
Sosial Lainnya. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya
122

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:


Alfabeta

Sumber
 
Jurnal:

Anwar Sitepu. Analisis Efektifitas Kelompok Usaha Bersama


(KUBE) Sebagai Instrumen Program Penanganan Fakir
Miskin. Jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial. Kementerian Sosial RI

Hendrik Yasin, Upaya Strategis Pemberdayaan Ekonomi


Masyarakat Melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE),
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Gorontalo.

Pranestiti Embanaras dan Weni Rosdiana, Partisipasi Masyarakat


Dalam Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Di
Kota Malang, (Studi Pada Kube Waratama 1 Di
Kelurahan Buring Kecamatan Kedungkandang Kota
Malang), Ilmu Administrasi Negara, FISH, UNESA

Ratna Sari, Pengaturan Hukum Internasional Mengenai Hak


Menentukan Nasib Sendiri (The Right Of Self
Determination) Suatu Bangsa.Skripsi S1 Fakultas
Hukum, Universitas Hasanuddin Makasar.

Sumber Wawancara:

Akhmad Junaedi, Pendamping KUBE Lentera, Wawancara


Pribadi, Jakarta 27 April 2019
123

Indahtiah, Anggota KUBE Lentera, Wawancara Pribadi, 27 April


2019

Neneng
 
Munawaroh, Anggota KUBE Lentera, Wawancara
Pribadi, 27 April 2019

Rokiah, Anggota KUBE Lentera, Wawancara Pribadi, 13 Mei


2019

Siti Munawaroh, Anggota KUBE Lentera, Wawancara Pribadi, 13


Mei 2019

Sri Mulyati, Ketua KUBE Lentera, Wawancara Pribadi, Jakarta 27


April 2019

Yulianti, Anggota KUBE Lentera, Wawancara Pribadi, 27 April


2019
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Proses pembuatan kembang goyang dengan cara manual

Hasil kembang goyang yang sudah dalam kemasan


 

Proses pengemasan kedalam plastik

Hasil kembang goyang dalam kemasan


126

Salah satu bahan pembuatan rempeyek dan proses pembuatannya

Daftar pesanan kembang goyang ramadhan 2019

Daftar pesanan kembang goyang ramadhan 2019


 

Proses penutup kemasan menggunakan mesin pengepres

Sesi wawancara sambil mengerjakan proses pembuatan kembang


goyang
128

Prestasi yang diperoleh oleh KUBE Lentera dengan aktif


mengikuti Lomba-lomba
 
130

Pada saat KUBE Lentera mengikuti Bazar pada pengingatan hari


Kartini di RPTRA Lenteng Agung

 
 
132

PEDOMAN WAWANCARA KETUA DAN PENDAMPING


KELOMPOK USAHA BERSAMA ( KUBE ) LENTERA

Identitas
Nama
  :
Usia :
Pendidikan Terakhir :

1. Kapan berdirinya KUBE Lentera dimulai?


2. Bagaimana ide / sejarah / awal mula terbentuknya KUBE
Lentera dan pelatihan kue kembang goyang?
3. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan
ini?
4. Siapa saja penyandang bantuan program ini?
5. Bagaimana proses persiapan dalam program pelatihan kue
kembang goyang?
6. Bagaimana cara KUBE Lentera mengidentifikasi
kebutuhan – kebutuhan masyarakat sekitar?
7. Bagaimana proses perekrutan anggota dan sudah berapa
banyak anggota yang bergabung setiap kelompok.
8. Bagaimana cara pendamping / ketua membangun
kerjasama masyarakat dalam pelatihan ini?
9. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang
enak?
10. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang
telah dibuat dan berapa kisaran harganya?
11. Bagaimana cara KUBE Lentera mengelola kegiatan-
kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan?
12. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang
ditemukan dalam pelaksanaan program berlangsung?
13. Harapan anda bagi anggota kedepannya?
PEDOMAN WAWANCARA ANGGOTA
KELOMPOK USAHA BERSAMA ( KUBE ) LENTERA

Identitas
Nama
  :
Usia :
Pendidikan Terakhir :

1. Apa yang mendasari anda terlibat dengan KUBE Lentera?


2. Sudah berapa lama aktif di program ini?
3. Bagaimana proses persiapan petugas / pendamping dalam
pelaksaan program?
4. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang
enak?
5. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang
telah dibuat dan berapa kisaran harganya?
6. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan
ini?
7. Apa saja manfaat yang anda rasakan setelah ikut
bergabung?
8. Apa saja kendala yang anda rasakan setelah ikut
bergabung dan melakukan kegiatana hambatan dan
kelebihan dalam pelatihan ini?
9. Apa harapan anda kedepan setelah mengikuti program
ini?
134

HASIL WAWANCARA PENELITIAN

TERHADAP KETUA KUBE LENTERA

Identitas
 
Nama : Sri Mulyati, Spd
Usia : 49 th
Pendidikan : S1

1. Kapan berdirinya KUBE Lentera dimulai?


Berdirinya KUBE Lentera ini gagasan saya (Ibu Sri
Mulyati), karena saya sadar lingkungan tempat saya
tinggal saat ini khususnya RW 02 Kelurahan
Lenteng Agung masih banyak masyarakat yang
kaum dhuafa dan tergolong rendah secara ekonomi
dan sangat diperlukan pemberdayaan masyarakat.
Pada saat itu saya aktif di PKK Kelurahan Lenteng
Agung dan saya memang mempunyai basic
wirausaha yaitu membuat kue kering. Akhirnya saya
merekrut temen dekat saya dulu bernama Ibu
Indahtiah dan Ibu Yulianti. Kemudian kami
kepikiran untuk membuat kue kembang goyang,
sambil mencari sumber modal dari pemerintahan
dan merekrut warga sekitarnya yang tergolong ke
dalam kriteria masyarakat yang harus diberdayakan
dan ingin bergabung ke dalam kelompok KUBE
bentukannya. Salah satu warga yang di rekrut oleh
Ibu Sri yang dianggap masuk ke dalam kriteria calon
anggota KUBE adalah Ibu Neneng Munawaroh.
Kemudian kami mancari orang lainnya untuk diajak
menjadi angggota kelompok KUBE dengan usaha
Kembang Goyang.
2. Bagaimana ide / sejarah / awal mula terbentuknya KUBE
Lentera dan pelatihan kue kembang goyang?
“Awalnya kenapa kue kembang goyang karena
sebelumnya saya memiliki sebuah usaha kue
kering, terus saya berfikir dan ingin berinovasi
sambil memberdayakan masyarakat dari
keterampilan yang saya miliki membuat kue. Saya
berfikir untuk jenis usaha apa yang ingin
dikembangkan di KUBE Lentera ini, akhirnya saya
menemukan ide Kue Kembang Goyang. Kue
  Kembang Goyang itu merupakan Kue Tradisional
Khas Betawi, dan keberadaannya sudah hampir
punah, sudah sangat jarang sekali ada orang yang
produksi kue tersebut di Jakarta ini padahal peminat
pasar masih cukup banyak. Kemudian menetapkan
tempat untuk produk kue tersebut, untuk kegiatan
sehari- hari. Nah berawal dari situlah KUBE
Lentera terbentuk pertama kali dengan
keterampilan usaha membuat kue kembang
goyang, dan saat ini Alhamdulillah sudah
berkembang dan berinovasi menu varian lainnya
seperti rengginang, biji ketapang, dan rempeyek”.
3. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan
ini?
“Awal mulanya kan saya, Bu Indahtiah, dan
Yulianti sudah membuat kue kembang goyang,
usaha yang berkelompok tetapi masih 3 orang,
kemudian kami sambil mencari anggota lainnya,
kami aktif ke pemerintahan untuk mencari peluang
dalam hal bantuan ataupun pemberdayaan.
Akhirnya kami mendapatkan bantuan modal dan
pelatihan keterampilan pembuatan kue kering
termasuk kembang goyang selama 1 hari. Semua
fasilitas ini dari Dinas Sosial, dan pada tahun 2012
kami mendapatkan modal usaha sebanyak 20juta
berupa dana hibah, dimana 20 juta itu dibagi dalam
10 orang anggota jadi masing-masing mendapatkan
bantuan modal 2juta setiap anggota. Dari 2 juta
tersebut kami gunakan untuk membeli bahan baku
pembuatan kue kembang goyang seperti terigu,
telor, gula pasir, mentega, dan peralatan
menggoreng serta mencetak. Nah dari sinilah usaha
kembang goyang mulai aktif memproduksi
136

ditempat saya (Ibu Sri Mulyati), semua anggota 10


orang saya kumpulkan dan saya ajarin membuat
kue kembang goyang. Saya ajarkan kepara anggota
kurang lebih 1 minggu pelatihannya dirumah saya,
  setelah dirasa mulai dapat memahami teknik
pembuatannya dan mampu memproduksi sendiri,
barulah mereka dapat memproduksi dirumah
masing-masing sesuai dengan kapasitas
kemampuan tiap anggota, mulai dari 1 kg sampai 4
kg setiap anggotanya”.
4. Siapa saja penyandang bantuan program ini?
“Masyarakat yang tergolong PMKS, karena mereka
benar-benar sangat membutuhkan bantuan agar
hidupnya lebih sejahtera lagi. Selain itu juga
masyarakat yang mempunyai semangat
berwirausaha atau motivasi ingin mengubah
hidupnya menjadi lebih baik lagi dalam
perekonomiannya”.
5. Bagaimana proses persiapan dalam program pelatihan kue
kembang goyang?
“KUBE Lentera sebenarnya mempunyai banyak
keterampilan pembuatan kue kering seperti
pembuatan kue kembang goyang, akar kelapa,
rempeyek, biji ketapang. Tetapi yang peminatnya
cukup banyak itu kue kembang goyang, sehingga
oleh sebagian masyarakat menyebutnya sebagai
kampung kembang goyang. Selain peminatnya
banyak, bahan dan proses pembuatannya cukup
mudah, sehingga mudah diterapkan dipahami oleh
anggota lainnya.
“Untuk petugas pelaksana lapangan baik dalam
tutor pelatihan kue kembang goyang maupun kue
kering lainnya hanya ada 1 orang saja yaitu saya
sendiri, dan untuk pendampingan program ada 1
orang yaitu Bapak Junaedi, keputusan ini juga
disepakati oleh pihak Dinas Sosial DKI Jakarta,
karena sebelumnya kami berdua sudah lama terlibat
dalam program PSM atau Pekerja Sosial
Masyarakat”
6. Bagaimana cara KUBE Lentera mengidentifikasi
kebutuhan – kebutuhan masyarakat sekitar?
  “Sebelum dibentuk KUBE Lentera ini selalu kami
konsultasikan terlebih dahulu kepada
kepemerintahan seperti Kelurahan Lenteng Agung,
Kecamatan Jagakarsa dan Dinas Sosial DKI
Jakarta. Selain itu kami selalu koordinasi dengan
tokoh masyarakat setempat agar proses
pemberdayaan ini dapat berjalan dengan baik dan
sesuai dengan tujuan dan sasaran kami. Hal ini
adalah sangat penting bagi KUBE Lentera, karena
posisi kami hanya sebagai penyalur atau fasilitator
yang akan membantu dan mendampingi sasaran
program untuk mencapai tujuan program. Tahap
sebelum pelaksanaan dilakukan analisis dulu kaya
SWOTnya. Kekuatannya adalah para anggota yang
masih semangat dalam perubahan hidup yang lebih
baik, tapi kelemahannya tidak adanya modal awal
dalam dan bingung cara memulainya. Kemudian
peluangnya kalau ada pemberdayaan seperti ini
hidup para anggota pasti lebih baik, terus
ancamannya adalah pada produknya yaitu tidak
bisa ready stok.”
7. Bagaimana proses perekrutan anggota dan sudah berapa
banyak anggota yang bergabung setiap kelompok.
“Berawal dari teman-teman dekat saya yang
kebanyakan hanya bekerja sebagai buruh cuci,
pengangguran. Akhirnya saya ajak mereka dan ada
yang sebagian mau ada yang engga. Kalau untuk
perekrutan anggota baru secara resmi belum ada,
hanya saja jika masyarakat lainnya ingin tahu atau
belajar saya ajarkan bersama anggota KUBE
Lentera lainnya yang sudah bisa. Jumlahnya saat ini
yang aktif ada sekitar 20 orang, baik dari KUBE
Lentera maupun masyarakat luar”.
138

8. Bagaimana cara pendamping / ketua membangun


kerjasama masyarakat dalam pelatihan ini?
“Sistem disini tidak adanya paksaan sama sekali,
saya sebagai ketua sudah menyadarkan, mengajak
  dan mendampingi masyarakat yang ingin berubah
agar lebih baik lagi dan sejahtera. Indikator ini kan
juga sudah tertera dari Kemensos, bersifat
kekeluargaan dalam artian saling terbuka, peduli
dan saling membantu. Misalkan, jika pesanan
anggota ini lagi banyak kita bantu membuatnya,
atau anggota itu sedang tidak bisa kita yang handle.
Keluarga disini tidak hanya dalam KUBE aja, tetapi
lingkungan sosial juga harus dimiliki sifat
kekeluargaan ini”
9. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang
enak?
“Kue kembang goyang bukan makanan pokok
yang harus disetiap saat, oleh karena itu ketika
hari-hari biasanya pesanannya biasa aja, kami
lebih sering menerima pesanan ketika ada even-
event tertentu seperti nikahan, pengajian, arisan,
bazar, dan lebaran. Untuk permintaan pesanan
lebaran tahun ini 2019 kami menerima pesanan
sekitar 2000 bungkus kue kembang goyang,
dimana pembagian tugas ini diserahkan kepara
anggota KUBE Lentera sesuai dengan
kemampuannya. Tetapi rata-rata masing-masing
anggota mampu memproduksi sebanyak 3
kilogram adonan dalam sehari. Dalam 1 kilogram
dapat menghasilkan 8 bungkus kue, dan harga
setiap bungkus sebesar 15.000 rupiah. Lebaran
tahun ini 2019, Alhamdulillah ibu mendapatkan
orderan sebanyak 5000 bungkus, kita kan KUBE
jadi setiap ada orderan kita kerjakan bersama-
sama. Jadi pembagian kerjanya adalah saling
membuat setiap anggota kelompok sesuai
kapasitas anggota, rata-rata tiap anggota ambil 20
sampai 40 bungkus para anggota. Kemudian
hasilnya dikumpulkan atau disetor ke saya. Yang
jadi keunikan resep di KUBE kami adalah takaran
pembuatan adonan yang sesuai sehingga cita rasa
  selalu terjaga”
10. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang
telah dibuat dan berapa kisaran harganya?
“Awal-awal pemasaran kita dibantu sama Dinas
Sosial, sering ikut bazar sana sini, ikut perlombaan,
mulut ke mulut. Alhamdulillah waktu pertama kali
kami Juara II pada tahun 2012. Itu prestasi pertama
KUBE Lentera, nah hal ini semakin membuat
semangat para anggota lainnya untuk terus belajar
lagi dan lagi. Promosi dan promosi sana sana, hal
ini juga dilakukan oleh anggota lainnya. Sampai
akhirnya sekarang kami sudah memilik pelanggan
cukup banyak, dan ketika pesan dalam jumlah yang
banyak dan pesan hanya melalui mobile aja. Saat
ini kita belum online, ada sih Instagramnya, tapi
belum ada yang mengelolahnya, karena sebagian
anggota juga belum paham terkait teknologi. Dan
alhamdulillah saat ini setiap anggota sudah
memiliki penghasilan setiap bulannya rata-rata
5juta rupiah dengan jumlah laba sekitar 3 juta”
11. Bagaimana cara KUBE Lentera mengelola kegiatan-
kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan?
“Pelaksanaan program ini sangat membutuhkan
kerjasama antara pihak, kalau sudah program tapi
tidak ada warganya ya tidak jalan, begitupun
sebaliknya sudah ada warganya tapi tidak ada
progran yang sesuai ya bakal sama saja tidak ada
kemajuan. Oleh karena itu ketika visi misi sudah
sesuai kemudian tinggal action program sesuai
dengan rencana yang dibuat tadi”
140

12. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang


ditemukan dalam pelaksanaan program berlangsung?
“Ada beberapa hambatan yang sampai saat ini
masih terabaikan yaitu pelabelan kemasan, saya
  sudah sering menginformasikan kepada para
anggota bagaimana pentingnya merek, namun pada
kenyataannya belum semua anggota dapat
mengaplikasikannya. Jadi terkadang ada kemasan
yang kita kasih merk di bagian penutupnya, tetapi
banyak yang belum bermerk polos seperti biasa.
Hal ini otomatis pemasaran produk dari KUBE
Lentera sedikit terhambat. Selain itu mungkin
hambatan ini sudah umum ya kaya modal, dan
Alhamdulillah kelompok KUBE Lentera ini bisa
dapetin bantuan modal usaha berupa dana hibah
dari Dinas Sosia. Akhirnya bisa berjalan sampai
saat ini. Faktor pendukungnya Alhamdulillah selalu
di support oleh pemerintah Dinas Sosial, sering
mengikuti lomba-lomba dan bazar. Karena
kegiatan tersebut dapat memacu semangat bagi
saya pribadi dan anggota lainnya”.
13. Harapan anda bagi KUBE Lentera dan anggota
kedepannya?
“Harapan saya mungkin mewakili para anggota
lainnya, yaitu ingin sekali memiliki koperasi atau
outlet toko sendiri yang dikhususkan untuk
makanan-makanan khas tradisional Betawi.
Mempunyai merek disetiap produk yang
diproduksi, dan dapat menambah sumber daya
manusia karena ketika ramadhan seperti ini banyak
pesanan yang kita batasi mengingat tenaga kita
tidak cukup banyak. Jika sumber daya manusia
bertambah kan otomatis omset juga akan
meningkat dan dapat digunakan untuk
mengembangkan KUBE Lentera ini kedepannya.
Sedangkan untuk anggota kami hanya meminta
konsisten dan semangat, karena berbisnis itu harus
ulet. Oleh karena itu waktu seleksi anggota baru
sangat selektif sekali”.

 
142

HASIL WAWANCARA PENELITIAN

TERHADAP PENDAMPING KUBE LENTERA

Identitas
 
Nama : Akhmad Junaedi
Usia : 54 th
Pendidikan : SLTA

1. Kapan berdirinya KUBE Lentera dimulai?


“Betul apa yang dikatakan Ibu Sri Mulyati,
berdirinya KUBE Lentera ini sebenarnya
berdasarkan kesadaran individu, beliau melihat
kondisi dilingkungannya masih banyak masyarakat
yang perlu bantuan, perlu peningkatan secara
ekonomi. Akhirnya beliau mengajak teman
dekatnya untuk membentuk sebuah kelompok usaha
bersama. Kemudian merekrut anggota yang lainnya
sesuai dengan kriteria seperti: membutuhkan
bantuan atau penyandang masalah kesejahteraan
sosial, minat dengan berwirusaha atau berdagang,
dan memiliki motivasi untuk berkembang dan
maju”.
2. Bagaimana ide / sejarah / awal mula terbentuknya KUBE
Lentera dan pelatihan kue kembang goyang?
“Awal mulanya dari gagasan Ibu Sri Mulyati sama
teman dekatnya yang ingin mengubah nasib secara
berkelompok. Akhirnya ketemulah ide membuat
kue, karena Ibu Sri Mulyati memang hobby
berwirausaha, awalnya membuat kembang goyang
pada tahun 2011. Setelah itu sambil mencari
dukungan modal sana sini, dapetlah informasi
adanya bantuan modal dari Dinas Sosial akhirnya
mengajukan. Pada 2012 mendapatkan modal dan
dibentuklah KUBE Lentera ini dengan produknya
kembang goyan”.
3. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan
ini?
“Modal awal adalah sendiri, karena produksinya
juga masih sekedar iseng barulah ada informasi
  tentang adanya pendanaan buat wirausaha
kemudian mendaftarkan diri dan mendapatkan
bantuan modal 20juta untuk 10 orang”.
4. Siapa saja penyandang bantuan program ini?
“Yang jelas masyarakat yang membutuhkan, kalau
di lingkungan RW 02 ini mayoritas adalah kaum
perempuan yang profesinya sekedar buruh cuci,
pengangguran. Penyandang masalah ekonomi dan
sosial target utamanya”.
5. Bagaimana proses persiapan dalam program pelatihan kue
kembang goyang?
“Persiapan awal adalah petugasnya dulu baru
kemudian sasaran program. Petugas disini yaitu Ibu
Sri Mulyati dan saya sendiri sebagai pendamping.
Sebelum disahkan menjadi pendamping saya juga
mendapat pelatihan dari Dinas Sosial tentang
memotivasi anggota nanti, manajemen KUBE
bagaimana. Kemudian baru disosialisasi ke warga,
sedangkan untuk sekretariatan sehari-hari adalah
dikediaman Ibu Sri Mulyati mulai dari produksi,
dan lain sebagainya”.
6. Bagaimana cara KUBE Lentera mengidentifikasi
kebutuhan – kebutuhan masyarakat sekitar?
“Sebelum dibentuk KUBE Lentera ini selalu kami
konsultasikan terlebih dahulu kepada
kepemerintahan seperti Kelurahan Lenteng Agung,
Kecamatan Jagakarsa dan Dinas Sosial DKI
Jakarta. Selain itu kami selalu koordinasi dengan
tokoh masyarakat setempat agar proses
pemberdayaan ini dapat berjalan dengan baik dan
sesuai dengan tujuan dan sasaran kami. Hal ini
adalah sangat penting bagi KUBE Lentera, karena
posisi kami hanya sebagai penyalur atau fasilitator
144

yang akan membantu dan mendampingi sasaran


program untuk mencapai tujuan program”
7. Bagaimana proses perekrutan anggota dan sudah berapa
banyak anggota yang bergabung setiap kelompok.
  “Perekrutan kita ambil dari orang-orang terdekat
yang mempunyai masalah perekonomian dan
mempunyai motivasi untuk maju. Barulah anggota
dari RW lain boleh bergabung dengan KUBE
Lentera”.
8. Bagaimana cara pendamping / ketua membangun
kerjasama masyarakat dalam pelatihan ini?
“Cara pendampingannya sih kita kekeluargaan ya,
semua kita anggap seperti saudara sendiri. Saling
membantu hal yang paling penting untuk
kekompakan KUBE Lentera ini dan saling backup
antar anggota yang satu dengan lainnya”.
9. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang
enak?
“Pembuatannya cukup mudah, bahannya hanya
tepung, telur, mentega, vanilli, wijen. Hanya saja
untuk takarannya memang tidak sembarangan, ada
takaran khusus yang dilakukan agar rasa yang
dihasilkan stabil”.
10. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang
telah dibuat dan berapa kisaran harganya?
“Melalui mulut ke mulut atau ke saudara dekat
terlebih dahulu, melalui bazar juga atau sewaktu
acara resmi kaya nikahan, pengajian, perpisahan
sekolah”.
11. Bagaimana cara KUBE Lentera mengelola kegiatan-
kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan?
“Seperti diatas tadi, kerjasama baik pengurus dan
anggota KUBE Lentera. Keaktifan setiap anggota
juga dapat membantu dalam mengelolah kegiatan
yang di KUBE seperti iuran kas setiap bulan,
perwakilan anggota jika ada peluang pelatihan-
pelatihan usaha diluar sana”.
12. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang
ditemukan dalam pelaksanaan program berlangsung?
“Kesadaran akan anggota masih kurang terhadap
nama merek, jadi mereka masih mengganggap
  merk itu tidak penting. Jadi mindset anggota KUBE
Lentera masih banyak yang belum terbuka luas
wawasannya, mereka hanya fokus untuk produksi
saja tapi belum tau cara mengembangkan usaha
seperti apa”
13. Harapan anda bagi KUBE Lentera dan anggota
kedepannya?
“Harapannya tentu yang baik-baik seperti kue
kembang goyang buatan KUBE Lentera semakin
terkenal seluruh Indonesia. Dapat memiliki banyak
varian rasa agar orang-orang tidak bosan dengan
rasa yang original saja. Dapat membantu
memberdayakan masyarakat lebih luas lagi tidak
hanya didaerah Lenteng Agung saja namun ke
daerah-daerah yang masih minim terjangkau akses
pemberdayaan”.
146

HASIL WAWANCARA PENELITIAN


TERHADAP ANGGOTA ( KUBE ) LENTERA

Identitas
Nama
  : Indahtiah
Usia : 42 th
Pendidikan Terakhir : SMA

1. Apa yang mendasari anda terlibat dengan KUBE Lentera?


“Ya awalnya kan saya lagi berkumpul sama Ibu Sri
dan Ibu Yuli, terus Ibu Sri mempunyai gagasan agar
masyarakat di sekitar RW 02 ini bisa berkembang.
Kita fikirin bagaimana caranya, akhirnya kita coba
bikin kembang goyang. Saya mikirnya ya untuk
penghasilan tambahan saja ketika ikut KUBE
Lentera ini”.
2. Sudah berapa lama aktif di program ini?
“Sejak KUBE Lentera merintis sekitar tahun 2011
hingga saat ini saya masih aktif dan masuk kedalam
kepengurusan, jadi tidak hanya anggota saja”.
3. Bagaimana proses persiapan petugas / pendamping dalam
pelaksaan program?
“Ya awal-awalnya ya cari modal usahanya yang
bingung, untung saja bahan-bahan membuat
kembang goyang cukup murah-murah. Lama
kemudian kita dapet bantuan pemerintah, terus
terbentuklah KUBE Lentera ini yang di ketuai oleh
Ibu Sri Mulyati dan Bapak Junaedi sebagai
pendampingnya. Dulu pendampingnya juga dikasih
pelatihan dulu tentang motivasi biar bisa
memotivasi anggota yang lainnya juga”.
4. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang
enak?
“Prosesnya gampang banget, hehe buat yang sudah
bisa tapi. Untuk awal-awal kan bahan kaya tepung,
telur, vanilli, gula pasir, wijen di mixer sampai
halus. Baru kemudian dicetak pakai cetakan
kembang goyang. Cara masaknya sambil di
goyang-goyang biar terlepas dari cetakannya.
Tungggu sampai sedikit kecokelatan setelah itu
selesai, cukup simpel sih mas”.
5. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang
  telah dibuat dan berapa kisaran harganya?
“Dipasarkan ke orang-orang terdekat dulu sih kalau
saya, kaya saudara-saudara, teman, atau sekolah.
Harganya sekitar Rp. 15.000/ bungkus isinya 12 pcs”.
6. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan
ini?
“Modalnya dari Dinas Sosial yang dapet 2 juta
setiap anggota, dari modal tersebut akhirnya bisa
produksi setiap harinya. Awalnya hanya produksi
1 kg, sekarang sudah bisa 3 kg setiap hari
tergantung pesanan juga”.
7. Apa saja manfaat yang anda rasakan setelah ikut
bergabung?
“Wah banyak sekali mas manfaatnya, punya
banyak teman jaringannya luas, otomatis
marketnya semakin nambah. Dapetin ilmu yang
berguna banget buat wirausaha kaya saya ini, dapet
pengalaman juga karena banyak kembang goyang
diluar sana, jadi bisa perbandingan rasa antar
kembang goyang KUBE Lentera dengan tempat
lain”.
8. Apa saja kendala yang anda rasakan setelah ikut
bergabung dan melakukan kegiatana hambatan dan
kelebihan dalam pelatihan ini?
“Kendalanya hampir tidak ada ya untuk produksi,
hanya saja harus bisa berbagi waktu untuk keluarga
dan usaha. Soalnya ketika bikin kue ini tidak bisa
sambil mengerjakan yang lain, harus benar-benar
duduk didepan kompor. Selain itu juga
pemasarannya yang masih kurang tersebar luas”.
148

9. Apa harapan anda kedepan setelah mengikuti program


ini?
“Harapannya bisa ngirim kue kembang goyang ke
seluruh Indonesia, bisa punya toko sendiri biar
  akses pembeli mudah tanpa perlu pesan dahulu.
Tetapi bisa langsung datang ke toko kembang
goyang”.
HASIL WAWANCARA PENELITIAN
TERHADAP ANGGOTA ( KUBE ) LENTERA

Identitas
Nama
  : Neneng Munawaroh
Usia : 59 th
Pendidikan Terakhir : SD

1. Apa yang mendasari anda terlibat dengan KUBE Lentera?


“Awalnya diajak sama Ibu Sri Mulyati untuk
gabung di kelompok kembang goyang. Tanpa mikir
panjang saya mau kan lumayan buat nambah
penghasilan sama buat pekerjaan tambahan selain
buruh cuci”.
2. Sudah berapa lama aktif di program ini?
“Sejak KUBE Lentera merintis sekitar tahun 2011
hingga saat ini saya masih aktif dan masuk kedalam
anggota”.
3. Bagaimana proses persiapan petugas / pendamping dalam
pelaksaan program?
“Yaa mas, kan setelah didampingin mulai dari cara
bikin kue nya gimana, cara ngepakinnya,
pasarinnya kemana, terus kita para anggota dikasih
tau cara mengatur keuangannya juga, aktif ikut
bazar sana sini, kadang ada info pelatihan-pelatihan
juga, tapi gak semua anggota ikut, tapi nanti
anggotanya sharing ke anggota lainnya ilmu apa
yang udah didapetin. Ya pokoknya kita masih tetap
di kontrol sama Kelurahan, Kecamatan, Dinas
Sosial. Cuma ada 1 harapan kita semua mas, kita
ingin sekali punya toko yang isinya nanti makanan-
makanan khas Betawi yang bisa buat oleh-oleh para
wisatawan gitu. Kalau untuk KUBE Lentera mah
sangat membantu sekali buat meningkatkan taraf
hidup warga sekitarnya ya, bersyukur banget saya
bisa ikut bergabung dari awal 2011 sampai
sekarang. Apalagi kan saya hidup sendiri, jadi hasil
150

yang saya dapatin setiap bulan sudah lebih dari


cukup mas.
4. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang
enak?
  “Cara bikinnya lumayan mudah mas, tinggal bikin
adonan dari tepung, gula pasir, telur, mentega,
vanilli sama wijen. Takarannya harus sesuai kalau
engga sesuai pasti rasanya akan beda”.
5. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang
telah dibuat dan berapa kisaran harganya?
“Sama tetangga-tetangga aja dulu, sama saudara
sana sini, mulut ke mulut yang sering, soalnya kalo
via handphone saya kurang paham”.
6. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan
ini?
“Modalnya dari Dinas Sosial yang dapet 2 juta
setiap anggota, dari modal tersebut akhirnya bisa
buat produk awal. Awalnya hanya produksi 1 kg,
sekarang sudah bisa 2 kg setiap hari tergantung
pesanan juga. Soalnya saya kan termasuk sudah
sepuh, jadi tidak bisa ambil banyak-banyak”.

7. Apa saja manfaat yang anda rasakan setelah ikut


bergabung?
“Dapet wawasan lebih luas, pengalaman usaha,
kenal anggota kelurahan, kecamatan sama aparat
setempat. Jadi lebih menyibukan diri mas ke hal-hal
yang lebih baik”.

8. Apa saja kendala yang anda rasakan setelah ikut


bergabung dan melakukan kegiatana hambatan dan
kelebihan dalam pelatihan ini?
“Kendalanya buat saya hampir tidak ada, karena
pelanggan kita udah ada beberapa, kaya orderan
yang musiman. Jadi kaya bulan ramadhan banyak
banget pesanan, tapi kalau hari biasa ya
Alhamdulillahin aja sih yaa cukup buat sehari-hari
saya”.

9. Apa harapan anda kedepan setelah mengikuti program


  ini?
“KUBE Lentera makin terkenal lagi, sekarang kan
terkenalnya kalo ada pesenan kembang goyang
orang-orang bilangnya pesen ke kembang goyang
bang jun. Nah dari sini harapannya ingin lebih maju
lagi buat KUBE Lentera”.
152

HASIL WAWANCARA PENELITIAN


TERHADAP ANGGOTA ( KUBE ) LENTERA

Identitas
Nama
  : Sri Purwanti
Usia : 42 th
Pendidikan Terakhir : SMP

1. Apa yang mendasari anda terlibat dengan KUBE Lentera?


“Saya termasuk anggota baru ya mas, awalnya saya
tertarik ikut ingin belajar saya juga jualan nasi
uduk, jadi ikut KUBE Lentera ini ya ingin mengisi
waktu luang juga ketika belum berjualan nasi uduk.
Hasilnya kan bisa membantu ekonomi di keluarga
mas”.

2. Sudah berapa lama aktif di program ini?


“Saya mulai aktif dari tahun 2017, jadi udah 2 tahun
saya di KUBE Lentera ini”.

3. Bagaimana proses persiapan petugas / pendamping dalam


pelaksaan program?
“Persiapannya ya pasti dibekali dulu sama
pelatihan-pelatihan. Kita seringnya dapet pelatihan
dari Dinas Sosial, jadi kita anggota diajarin terlebih
dahulu dan dibina sama KUBE Lentera selama
kurang lebih satu minggu”.

4. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang


enak?
“Pembuatannya seperti ini mas, bahan-bahannya
di mixer semua sampai halus kaya tepung, telur,
gula pasir. Barulah digoreng sambil pakai cetakan
kembang goyang, biar lepas dari cetakannya
sambil di goyang-goyang alat cetakannya. Dalam
satu adonan ini sebanyak satu kg tepung dan
hasilnya bisa 8 bungkus kembang goyang, setiap
bungkus isinya 12 kue”.
5. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang
telah dibuat dan berapa kisaran harganya?
“Biasanya Ibu Sri yang selalu dapat orderan terus,
kita anggota orderannya sedikit-sedikit. Karena
  pelanggan kita juga sudah cukup banyak, seperti
dari bazar-bazar, perlombaan, acara nikahan,
pengajian, arisan keluarga, sekolahan. Namun,
belum menjangkau secara online, paling hanya via
WhatsApp, sama koran”.

6. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan


ini?
“Kalau saya sendiri modalnya awalnya ya kemauan
mas, kan saya anggota baru jadi saya tinggal
menjalankan apa yang sudah berjalan. Saya tidak
dapat bantuan modal yang 2 juta itu, tapi saya
gunakan sedikit uang sendiri barulah terkumpul
nanti buat modal yang lebih besar lagi”.

7. Apa saja manfaat yang anda rasakan setelah ikut


bergabung?
“Jadi mengurangi gossip atau sekedar ngumpul-
ngumpul tidak ada manfaatnya. Hehe semakin lebih
produktif aja sih mas setiap harinya jadi tidak
banyak nganggur dirumah”.

8. Apa saja kendala yang anda rasakan setelah ikut


bergabung dan melakukan kegiatana hambatan dan
kelebihan dalam pelatihan ini?
“Kendala pribadi buat saya sih paling dibagi waktu
aja, karena saya juga jualan nasi uduk, akhirnya
saya tidak bisa produksi kembang goyang dalam
jumlah banyak”.
154

9. Apa harapan anda kedepan setelah mengikuti program


ini?
“Harapannya lebih terkenal lagi KUBE Lentera
 
dengan kue kembang goyangnya.
HASIL WAWANCARA PENELITIAN
TERHADAP ANGGOTA ( KUBE ) LENTERA

Identitas
Nama
  : Rokiah
Usia : 52 th
Pendidikan Terakhir : SD

1. Apa yang mendasari anda terlibat dengan KUBE Lentera?


“Alesannya biar ada pekerjaan tambahan aja mas,
sama pemasukan. Berhubung saya suka dibagian
dapur nah pas diajakin sama Bu Sri bikin kelompok
kembang goyang ya kenapa saya tolak kesempatan
ini”.

2. Sudah berapa lama aktif di program ini?


“Sejak KUBE Lentera merintis sekitar tahun 2011
hingga saat ini saya masih aktif dan masuk kedalam
anggota”.

3. Bagaimana proses persiapan petugas / pendamping dalam


pelaksaan program?
“Awalnya saya diajarin dulu sama Bu Sri
dirumahnya selama kurang lebih seminggu.
Diajarin bikin kue kembang goyang, cari pembeli,
cara ngemasnya. Baru setelah bisa dan tahu
tekniknya barulah bisa memproduksi sendiri
dirumah masing-masing”.

4. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang


enak?
“Bikinnya cukup mudah, bahan-bahannya juga
mudah didapatkan.

5. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang


telah dibuat dan berapa kisaran harganya?
“Waktu awalnya kita dibantuin sama Dinas Sosial
untuk cara pasarinnya lewat bazar-bazar, dari
156

situlah kita dapet pelanggan pelan-pelan. Akhirnya


mereka order, dan mereka promosiin ke teman-
temannya”.

  6. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan


ini?
“Modalnya dari Dinas Sosial yang dapet 2 juta
setiap anggota, dari modal tersebut akhirnya bisa
buat produk awal. Awalnya hanya produksi 1 kg,
sekarang sudah bisa 2 kg setiap hari tergantung
pesanan juga. Soalnya saya kan termasuk sudah
sepuh, jadi tidak bisa ambil banyak-banyak”.

7. Apa saja manfaat yang anda rasakan setelah ikut


bergabung?
“Punya banyak teman yang kekeluargaan, saling
perduli satu sama lain. Untuk perekonomian juga
meningkat mulai dari 1-3 juta setiap bulan Insya
Allah dapat mas”.

8. Apa saja kendala yang anda rasakan setelah ikut


bergabung dan melakukan kegiatana hambatan dan
kelebihan dalam pelatihan ini?
“Pokoknya orang-orangnya di KUBE Lentera mah
baik-baik mas, kalau ada kesusahan saling dibantu,
orderan sedikit dicarikan orderan, orderan banyak
ya kita bagi-bagi tugas produksinya. Makanya tidak
ada beban disini, justru kebalikannya dapat
pengalaman banyak jadi tau cara dagang gimana,
cari pelanggan gimana, terus ikutan kegiatan-
kegiatan RW juga. Kendalanya dari KUBE Lentera
belum mempunyai kendaraan operasional sendiri,
akhirnya jika ada pesanan diantarkan ke tempat
pemesan pakai mobil pribadi atau online gitu”.
9. Apa harapan anda kedepan setelah mengikuti program
ini?
“Cuma harapan yang dari dulu belum terwujud
 
Cuma satu mas belum ada toko yang bisa buat
pelanggan dateng langsung, sekarang kan Cuma
dirumah Ibu Sri atau dirumah anggota lainnya,
mencar-mencar gitu”
158

HASIL WAWANCARA PENELITIAN


TERHADAP ANGGOTA ( KUBE ) LENTERA

Identitas
Nama
  : Yulianti
Usia : 50 th
Pendidikan Terakhir : SMA

1. Apa yang mendasari anda terlibat dengan KUBE Lentera?


“Berawal dari kegundahan kita bertiga terkait
kondisi lingkungan tempat tinggal banyak warga
yang mengganggur khususnya perempuan yang
hanya sebagai buruh cuci dengan penghasilan yang
tidak seberapa. Dari sinilah saya , Ibu Iin dan Ibu
Sri membentuk kelompok dan membuat usaha kue
kembang goyang”.

2. Sudah berapa lama aktif di program ini?


“Sejak KUBE Lentera merintis sekitar tahun 2011
hingga saat ini saya masih aktif dan masuk kedalam
pengurus dan anggota”.

3. Bagaimana proses persiapan petugas / pendamping dalam


pelaksaan program?
“Para anggota dibina dibawah binaan Dinas Sosial.
Kami didampingi dan diberi bantuan baik materil
dan non materil.

4. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang


enak?
“Kalau untuk tahap pembuatan kue kembang
goyang sangat mudah mas, semua berawal dari
belajar dulu. Pertama bikin adonan sesuai takaran,
terus dicetak pakai cetakan manual sambil
digoreng. Iya cukup mudah sih cara pembuatannya,
namun yang susah itu cari pelanggan yang banyak
biar setiap hari para anggota juga dapat produksi,
jadi tidak waktu musim-musim tertentu aja yang
banyak pesanan”

5. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang


  telah dibuat dan berapa kisaran harganya?
“Dipasarkan kemana saja, setiap orang yang kita
temui itu adalah market kita. Awal-mulanya ya dari
mulut ke mulut, aktif ikut bazar dari situ barulah
kita sedikit-sedikit dapet pelanggan dari beberapa
kalangan sosial. Dalam 1 bungkus harganya 15.000
dan isinya ada 12 pcs / bungkusnya”.

6. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan


ini?
“Modalnya dari Dinas Sosial yang dapet 2 juta
setiap anggota, dari modal tersebut akhirnya bisa
buat produk awal. Awalnya hanya produksi 1 kg,
sekarang sudah bisa 2 kg setiap hari tergantung
pesanan juga. Soalnya saya kan termasuk sudah
sepuh, jadi tidak bisa ambil banyak-banyak”.

7. Apa saja manfaat yang anda rasakan setelah ikut


bergabung?
“Dapet wawasan lebih luas, pengalaman usaha,
kenal anggota KUBE yang lain juga tau informasi
terbaru dari kelurahan, kecamatan sama aparat
setempat terkait program pemberdayaan. Jadi lebih
menyibukan diri mas ke hal-hal yang lebih baik”.

8. Apa saja kendala yang anda rasakan setelah ikut


bergabung dan melakukan kegiatan hambatan dan
kelebihan dalam pelatihan ini?
“Kendalanya buat saya hampir tidak ada, karena
pelanggan kita udah ada beberapa, kaya orderan
yang musiman. Jadi kaya bulan ramadhan banyak
banget pesanan, tapi kalau hari biasa ya
160

Alhamdulillahin aja sih yaa cukup buat sehari-hari


saya”.

9. Apa harapan anda kedepan setelah mengikuti program


  ini?
“Bisa Go International harapan terbesarnya, hehee
ya bisa menjangkau semua pasar semua Indonesia
kalau bisa. KUBE Lentera memilik outlet tersendiri
jadi kaya outlet kue bakpia yang Jogja itu,
memproduksi kemudian bisa langsung dijual ke
konsumen langsung”.

Anda mungkin juga menyukai