Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PERBEDAAN SALINITAS AIR

TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP


BENIH IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

Disusun Oleh :
Endang Tri Wahyurini, S.Pi
Dosen Prodi Agrobisnis Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Islam Madura

ABSTRAK

Penelitian Pengaruh Perbedaan salinitas Air Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup benih Ikan
Nila Merah (Oreochromis niloticus) bertujuan adalah untuk mengetahui pengaruh salinitas air diantara
perlakuan terhadap tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila merah (Oreochromis niloticus).
Benih merupakan fase kritis terhadap respon lingkungan, oleh sebab itu pemeliharaan benih
harus mendapatkan perawatan yang intensif. Sejalan dengan usaha untuk mentransfer ikan nila merah
agar dapat dipelihara di sawah tambak, maka perlu dilakukan persiapan terhadap benihnya.
Mengingat pentingnya lahan sawah tambak sebagai salah satu alternatif untuk mentransfer
benih ikan nila merah (Oreochromis niloticus) dari air tawar ke air payau yang saat ini belum diketahui
secara jelas sejauh mana pengaruh salinitasnya terhadap tingkat kemampuan adaptasi dalam proses
osmoregulasi benih ikan nila merah, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh perbedaan
salinitas terhadap tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila merah (Oreochromis niloticus) di sawah
tambak.
Penelitian ini dilaksanakan di Tambak di Desa Galis kecamatan Pamekasan, Madura. Tanggal
15 November sampai 15 Desember 2005.
Berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil dengan tingkat kepercayaan 5% dan dilanjutkan dengan
analisa regresi diketahui bahwa media penelitian benih ikan nila merah dengan salinitas 10‰
mengasilkan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi yaitu 92%. Kemudian berturut-turut diikuti media
penelitian benih ikan nila merah dengan salinitas 15‰ (74,67 %), 20‰ (59,33 %) dan 25‰ (48 %).
Hubungan antara salinitas dengan kelangsungan hidup berbentuk linier dengan persamaan garis
Y = 120 – 2,95X dengan R2 sebesar 0,95.
Pengamatan kualitas air masih dalam kisaran normal untuk media benih ikan nila merah.
Kandungan oksigen terlarut berkisar antara 5,0 – 6,4 ppm, konsentrasi karbondioksida bebas berkisar 4,44
sampai dengan 4,88 ppm. Derajat keasaman berkisar antara 7,1 – 7,8. Suhu air berkisar 28,5 – 30,0oC dan
konsentrasi gas amonia bersifat konstan yaitu sebesar 0,2 ppm.

Kata Kunci : Salinitas, Kelangsungan hidup, Benih ikan nila merah.

PENDAHULUAN dengan jenis ikan air tawar yang


lainnya. Oleh sebab itu pemerintah
Kegiatan sub sektor perikanan berusaha untuk mengembangkan dan
meliputi usaha budidaya dan memasyarakatkannya (Anonymous,
penangkapan ikan. Usaha budidaya 1988).
dapat dilakukan dengan air tawar, Jenis ikan nila yang berwarna
payau, laut dan perairan umum. Salah merah disebut nila merah (Oreochromis
satu usaha budidaya komoditi niloticus). Ikan tersebut mempunyai
perikanan adalah jenis ikan nila nilai ekonomis yang tinggi dan nilai
(Oreochromis sp). Ikan tersebut gizi yang tinggi pula (Anonymous,
mempunyai kecepatan pertumbuhan 1988). Ikan nila merah mengandung
yang lebih tinggi bila dibandingkan protein 15 – 24 %, mineral 0,8 – 2,0 %,

87
lemak 22,0 % dan air 66,0 – 84,0 % tambak sangat bervariasi tergantung
(Anonymous, 1988). pada musim yang terjadi pada saat
Berdasarkan data potensi luas itu.pada musim penghujan salinitas
kolam, pada tahun 1999 luas kolam di sawah tambak berkisar antara 0-10
jawa Timur mencapai 2.666,443 Ha promil, sedangkan menjelang peralihan
atau mengalami peningkatan 8,86 % dari penghujan ke musim kemarau
bila dibandingkan yang dengan luas salinitas sawah tambak berkisar antara
kolam di tahun 1998 yang hanya 10- 20 promil. Selanjutnya nilai kisaran
mencapai 1.897,486 Ha. Tetapi luas salinitas antara 20 – 30 promil sering
tersebut menurun 1, 48 % di tahun dijumpai pada sawah tambak saat
2000, sehingga menjadi 2, 200,390 Ha musim kemarau.
(Anonymous, 2000). Mengingat pentingnya lahan
Mengingat menurunnya lahan sawah tambak sebagai salah satu
kolam , maka salah satu program alternatif untuk mentransfer benih ikan
pelaksanaan ekstensifikasi adalah nila merah (Oreochromis niloticus) dari
mentransfer jenis ikan air tawar yang air tawar ke air payau yang saat ini
dibudidayakan di air payau. Diantara belum diketahui secara jelas sejauh
usaha budidaya usaha budidaya yang mana pengaruh salinitasnya terhadap
dimungkinkan sebagai tempat tingkat kemampuan adaptasi dalam
mentransfer ikan nila merah proses osmoregulasi benih ikan nila
(Oreochromis niloticus) adalah sawah merah, maka perlu dilakukan penelitian
tambak . teentang pengaruh perbedaan salinitas
Mulai tahun 1992, usaha untuk terhadap tingkat kelangsungan hidup
mengekspor ikan nila merah benih ikan nila merah (Oreochromis
(Oreochromis niloticus) ke negara niloticus) di sawah tambak.
manca negara sedang digalakkan.
Sejalan dengan usaha tersebut, maka MATERI DAN METODE
salah satu langkah awal yang akan PENELITIAN
dilakukan adalah mencari produksi
benih yang berkesinambungan dalam Materi Penelitian
jumlah yang cukup dan berkualitas Hewan Uji
baik. Oleh sebab itu dewasa ini telah Hewan uji yang dipakai dalam
banyak dibangun Balai Benih Ikan. penelitian ini adalah benih nila merah
Pada stadia benih, ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan ukuran
merah biasanya diusahakan untuk 1 – 3 cm yang berumur 14 hari, benih
dipelihara pada air tawar seperti tersebut diperoleh dari pemijahan
kebanyakan yang dilakukan di Balai sepasang induk di Balai Benih Ikan
Benih Ikan pada umumnya. Menurut Dinas Perikanan Kabupaten Pamekasan.
Balarin (1979), disamping benih ikan
nila merah dapat hidup di air tawar, Air Media Penelitian
juga dapat hidup di air payau dan air Air yang digunakan sebagai
laut, sehingga benih tersebut media penelitian adalah air yang
mempunyai toleransi yang lebar bersalinitas 10‰, 15‰, 20‰ dan 25‰
terhadap salinitas atau euryhalin. (sebagai perlakuan) dengan volume 10
Menurut Sachlan (1982), liter setiap bak percobaan. Adapun
salinitas air payau berkisar antara 10 rumus yang digunakan untuk
sampai dengan 25 promil. Berdasarkan mendapatkan salinitas yang sesuai
pengamatan di lapangan salinitas sawah dengan masing-masing perlakuan,

88
dilakukan dengan cara mencampurkan 4. Derajat keasaman, dengan
antara air menggunakan pH pen
laut dan air tawar (Martoyo, 1979), 5. Suhu air dengan menggunakan
sebagai berikut : termometer air raksa
KgX 6. Amoniak dengan menggunakan
V al = x Vt amoniak test kit.
Kgal
Keterangan :
V al = Volume air laut yang Paramater Uji
dicari Parameter Utama
Vt = Volume total Parameter utama dalam
campuran yang dikehendaki penelitian ini adalah (SR) tingkat
Kg X = Salinitas kelangsungan hidup yang dihitung
Kg al = Salinitas air laut berdasarkan rumus Efendie (1979)
(40‰) sebagai berikut:
Metode Penelitian INPP
Metode yang digunakan dalam SR= x 100%
penelitian ini adalah metode eksperimen INPA
dengan teknik pengumpulan data yang INPP = Jumlah benih ikan nila merah
dilakukan secara langsung terhadap yang hidup pada akhir penelitian
gejala-gejala subjek yang diselidiki
dalam situasi buatan (Surachmad, INPA = Jumlah benih ikan nila merah
1980). yang hidup pada awal penelitian
Penelitian ini bersifat
laboratorios, sedangkan rancangan acak Parameter Penunjang
lengkap (RAL). Penggunaan rancangan Parameter penunjang dalam
ini didasarkan atas unit percobaan yang penelitian ini adalah okigen terlarut
dibuat homogen untuk hewan uji, jenis (DO), karbondioksida, pH, suhu, dan
makanan, tempat dan lokasi yang sama amonia.
dengan sumber variasi hanya dari
perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan dalam penelitian ini
sebanyak empat perlakuan dengan enam Hasil Penelitian
kali ulangan, sehingga terdapat 24 unit Dari hasil penelitian tentang
percobaan. Untuk menentukan pengaruh perbedaan salinitas air
hubungan antara jumlah perlakuan terhadap tingkat kelangsungan hidup
dengan ulangan, menurut Sujana 1989), benih ikan nila merah (Oreochromis
adalah sebagai berikut: niloticus), diperoleh jumlah benih ikan
( t -1 ) ( n-1 ) > 15 nila merah yang hidup seperti pada
Dimana : Table 1. Ternyata pada perlakuan A
t = jumlah perlakuan (salinitas 10 promil) didapat jumlah
n = jumlah ulangan benih yang hidup lebih besar dari pada
Adapun parameter kualitas air yang perlakuan B (salinitas 15 promil), C
diamati adalah sebagai berikut: (salinitas 20 promil) dan D (salinitas 25
1. Salinitas, dengan menggunakan hand promil). Karena perlakuan A (salinitas
refraktometer 10 promil) lebih kecil dari pada
2. Oksigen dengan menggunakan titrasi perlakuan B (salinitas 15 promil), C
3. Karbondioksida dengan (salinitas 20 promil) dan D (salinitas 25
menggunakan titrasi promil).

89
Hasil pengamatan pengaruh
Tingkat kelangsungan Hidup Benih salinitas yang berbeda terhadap tingkat
Ikan Nila Merah kelangsungan hidup benih ikan nila
merah dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tingkat kelangsungan Hidup Ikan Benih Nila Merah Selama Penelitian Pada
Tiap-Tiap Perlakuan dan Ulangan Dalam Prosentase.

Ulangan Perlakuan Total


A B C D
1 92 80 60 48
2 96 72 56 52
3 88 72 56 52
4 96 80 64 44
5 92 68 64 44
6 88 76 56 48
552 448 356 288 1664
X 92 74,67 59,33 48
Sd 3,58 4,84 3,93 3,58

Dari perhitungan analisa sidik ragam diperoleh daftar sidik ragam seperti Tabel 2
berikut:

Tabel 2. Daftar Analisa Sidik Ragam Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila
Merah (Oreochromis niloticus)

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F Tabel


keragaman bebas Kuadrat tengah
(SK) (db) (JK) (KT)
5% 1%
**
Perlakuan 3 6567,34 2189,11 135,72 3,10 4,94
Sisa 20 322,66 16,13
Total 23 6890,00
Keterangan : ** = Berbeda sangat nyata

Berdasarkan data Tabel 2, dapat tingkat kelangsungan hidup benih ikan


dijelaskan bahwa perlakuan perlakuan nila merah.
salinitas air mempunyai pengaruh yang Dengan adanya perbedaan yang
sangat nyata terhadap tingkat sangat nyata tersebut selanjutnya
kelangsungan hidup benih ikan nila dilakukan perhitungan Uji Beda Nyata
merah, dimana F hitung lebih besar dari Terkecil (BNT) untuk mengetahui
F tabel pada taraf significan 1% berarti tingkat perbedaan antar perlakuan
perlakuan perbedaan salinitas air terdapat pada Lampiran 4. Sedangkan
berpengaruh sangat nyata terhadap uji BNT dapat dilihat pada Tabel 3.

90
Tabel 3. Daftar Nilai Beda Nyata Terkecil Tingkat kelangsungan Hidup Benih Ikan
Nila Merah (Oreochromis niloticus).
Perlakuan Rata- D C B A BNT Notasi
rata
48 59,33 74,67 92 5%
D 48 - 4,84 a
**
C 59,33 11,33 - - b
B 74,67 26,67** 15,34** - - c
** ** **
A 92 44,00 32,67 17,33 - - d
Keterangan = Notasi yang tidak sama menunjukkan berbeda sangat nyata pada uji BNT taraf
5%.

Berdasarkan tabel tersebut diketahui Berdasarkan analisis regresi


bahwa rata-rata tingkat kelangsungan diketahui bahwa hubungan antara
hidup benih ikan nila merah pada salinitas dengan tingkat kelangsungan
perlakuan A berbeda sangat nyata hidup berbentuk linier digan persamaan
dengan perlakuan B, C dan D. garis Y = 120,067 – 2,947 X, R2 sebesar
Selanjutnya perlakuan B berbeda sangat 0,95 berarti 95% variable X (salinitas
nyata dengan perlakuan C dan D, mempengaruhi Y artinya Tingkat
demikian juga dengan perlakuan C kelangsungan hidup) dan sisanya 5%
berbeda sangat nyata dengan perlakuan disebabkan oleh faktor lain. Sedangkan
D. Dengan demikian diketahui bahwa dari daftar Anova diperoleh F-hitung :
tingkat kelangsungan hidup tertinggi 379,147 (F-hitung> F-tabel), berarti
diperoleh pada perlakuan A (salinitas 10 variable X mempengaruhi variabel Y.
promil). dari persamaan regrasi tersebut dibuat
grafik seperti dalam Gambar 1.

Y = 120,067 - 2,947x

100
Tingkat Kelangsungan

80
Hidup (%)

60
Series1
40

20

0
10 15 20 25
Salinitas (promil)

Gambar 1. Grafik Hubungan Perlakuan Perbedaan Salinitas Air Media


Dengan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Nila Merah

91
Gambar diatas menunjukkan bahwa Kualitas Air
semakin tinggi salinitas air media Oksigen Terlarut (DO)
percobaan benih ikan nila merah Pengamatan kandungan oksigen
semakin rendah tingkat kelangsungan terlarut (DO) dalam bak-bak percobaan
hidup yang diperoleh. Kelangsungan sekitar 5,0 – 6,4 ppm (5,87 ppm + 0,27
hidup tertinggi pada perlakuan salinitas ppm). Untuk mengetahui apakah
10 promil diikuti berturut-turut 15 kandungan oksigen terlarut (DO)
promil, 20 promil dan 25 promil. berpengaruh atau tidak terhadap
perlakuan, dilakukan analisa sidik
ragam yang hasilnya disajikan pada
Tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Daftar Analisa Sidik Ragam Kandungan Oksigen Terlarut Media


Percobaan Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus).
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F
keragaman bebas Kuadrat tengah Tabel
(SK) (db) (JK) (KT)
5% 1%
ns
Perlakuan 3 0,67 0,22 2,5 3,10 4,94
Sisa 20 1,76 0,088
Total 23 2,43
Keterangan : ns = Tidak berbeda nyata

Berdasarkan pada Tabel 4 di atas, Karbondioksida (CO2)


menunjukkan bahwa perlakuan Hasil pengamatan selama
perbedaan salinitas air tidak penelitian diperoleh data konsentrasi
menyebabkan perubahan oksigen karbondioksida (CO2) bebas dalam bak-
terlarut secara bermakna, sehingga bak percobaan ,berkisar antara 4,44-
pengaruhnya terhadap tingkat 4,88 ppm (4,63 ppm + 0,12 ppm).
kelangsungan hidup benih ikan nila Untuk mengetahui apakah konsentrasi
merah dianggap homogen. karbondioksida (CO2) berpengaruh atau
tidak dalam perlakuan.

Tabel 5. Daftar Analisa Sidik Ragam Konsentrasi Karbondioksida (CO2) Media


Percobaan Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus).
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat
keragaman bebas Kuadrat tengah F hitung F Tabel
(SK) (db) (JK) (KT)
5% 1%
ns
Perlakuan 3 0,01 0,003 0,5 3,10 4,94
Sisa 20 0,29 0,015
Total 23 0,30
Keterangan : ns = Tidak berbeda nyata.

92
Berdasarkan pada Tabel 5 di Derajat Keasaman (pH)
atas, menunjukkan bahwa perlakuan Pada bak-bak percobaan
perbedaan salinitas air tidak diperoleh data pengamatan derajat
menyebabkan perubahan konsentrasi keasaman berkisar antara 7,1-7,8
CO2 secara bermakna, sehingga (7,47 + 0,19). Untuk mengetahui apakah
pengaruhnya terhadap tingkat derajat keasaman berpengaruh atau
kelangsungan hidup benih ikan nila tidak dalam perlakuan, dilakukan
merah dianggap homogen. analisa sidik ragam yang hasilnya
tercantum pada Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Daftar Analisa Sidik Ragam Derajat Keasaman Media Percobaan Benih Ikan
Nila Merah (Oreochromis niloticus).
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat
keragaman bebas Kuadrat tengah F hitung F Tabel
(SK) (db) (JK) (KT)
5% 1%
ns
Perlakuan 3 0,21 0,07 1,89 3,10 4,94
Sisa 20 0,74 0,037
Total 23 0,95
Keterangan : ns = Tidak berbeda nyata.

Berdasarkan pada Tabel 6 diatas, Suhu Air


menunjukkan bahwa perlakuan Dari hasil pengamatan selama
perbedaan salinitas air tidak penelitian diperoleh data suhu air dalam
menyebabkan perubahan derajat bak-bak percobaan yang berkisar antara
keasaman secara bermakna, sehingga 28,5-30,0oC ( 29,48 oC + 0,48 oC).
pengaruhnya terhadap tingkat Untuk mengetahui apakah suhu air
kelangsungan hidup benih ikan nila berpengaruh atau tidak dalam
dianggap homogen. perlakuan, dilakukan analisa sidik
ragam yang hasilnya dapat dilihat pada
Tabel 7 di bawah ini
.
Tabel 7. Daftar Analisa Sidik Ragam Suhu Air Media Percobaan Benih Ikan Nila
Merah (Oreochromis niloticus).
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat
keragaman bebas Kuadrat tengah F hitung F Tabel
(SK) (db) (JK) (KT)
5% 1%
Perlakuan 3 0,45 0,15 0,63ns 3,10 4,94
Sisa 20 4,79 0,2395
Total 23 5,24
Keterangan : ns = Tidak berbeda nyata.

Berdasarkan pada Tabel 7 di atas, menyebabkan perubahan suhu air secara


menunjukkan bahwa perlakuan bermakna, sehingga pengaruhnya
perbedaan salinitas air tidak terhadap tingkat kelangsungan hidup

93
benih ikan nila merah dianggap adaptasi selama 2 hari, maka dengan
homogen. semakin meningkatnya perbedaan
salinitas air media percobaan
Amonia menyebabkan perbedaan tekanan
Pengamataan data konsentrasi lingkungannya, akibat dapat
amonia dalam bak-bak percobaan menurunkan tekanan osmotik jaringan
adalah konstan yaitu sebasar 0,2 tubuh benih ikan nila merah yang
ppm.Oleh karena itu amonia bersifat berbeda pula.
homogen, sehingga pengaruhnya Berdasarkan selisih presentase
terhadapnya terhadap tingkat penurunan rata-rata tingkat
kelangsungan hidup benih ikan nila kelangsungan hidup benih ikan nila
merah dianggap homogen juga. merah selama penelitian, maka dapat
dijelaskan bahwa selisih antara
Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan perlakuan A dan B sebesar 17,33 %,
Nila Merah (Oreochromis niloticus) antara perlakuan B dab C sebesar
Berdasarkan hasil perhitungan 15,34% dan antara perlakuan C dan D
prosentase tingkat kelangsungan hidup sebesar 19,33% dengan demikian selisih
benih ikan nila merah selama penelitian, antara perlakuan C dan D menunjukkan
maka dapat dijelaskan bahwa rata-rata angka yang paling tinggi. Hal ini
tingkat kelangsungan hidup benih ikan disebabkan pada perlakuan D
nila merah pada media percobaan mempunyai tekanan lingkungan yang
dengan salinitas 10 ‰ menunjukkan paling besar, yaitu makin banyaknya
angka yang paling tinggi bila larutan Na+ dan diikuti keluarnya Ca 2+
dibandingkan dengan rata-rata tingkat secara tidak seimbang akibatnya terjadi
kelangsungan hidup benih ikan nila penurunan tingkat kelangsungan hidup
merah pada media percobaan dengan hewan uji secara drastis.
salinitas 15‰, 20‰ dan 25‰. Hal ini Selisih presentase penurunan
disebabkan karena pada media tingkat kelangsungan hidup benih ikan
percobaan benih ikan nila merah dengan nila merah selama penelitian disebabkan
salinitas 10‰ adalah paling dekat oleh tekanan salinitas yang lebih tinggi
dengan salinitas médium awal (0‰), akibatnya unsur Na+dan juga diikuti zat
sehingga beradaptasi dengan baik dalam kimia lain seperti Ca2+, Ka+, Cl- yang
proses osmoregulasi terhadap masuk kedalam tubuh ikan nila merah
lingkungannya . melalui membran semiperiabel akan
Benih ikan nila merah yang lebih banyak , sehingga sesuai dengan
hidup pada perairan dengan salinitas sifatnya yang berlawanan maka
2+
0‰ bersifat hypertonik terhadap Ca yang berfungsi untuk pertumbuhan
lingkungannya, yaitu tekanan osmotik didalam tubuh benih ikan nila merah
dalam jeringan tubuhnya lebih besar akan keluar. Hal ini mengakibatkan sel
dari pada tekanan lingkungannya kanal ion tidak dapat berfungsi
(lingkungan awal). Apabila benih ikan mentransfer ekstrasel maupun intrasel
nila merah pada kondisi tersebut ion-ion utama seperti Ca, Na+, Ka, Cl-
dimaksukkan pada bak-bak percobaan sehingga dapat mengganggu proses
yang sesuai dengan masing-masing metabolisme tubuh benih ikan nila
perlakuan (perlakuan A : 10‰, merah yang akhirnya mati (Neal
perlakuan B : 15‰, perlakuan C : 20‰, O.Thorpe,1984).
perlakuan D : 25‰) meskipun Kenaikan salinitas air media
sebelumnya benih tersebut dilakukan percobaan benih ikan nila merah dapat

94
berpengaruh terhadap konsumsi Derajat Keasaman
oksigen. Dengan semakin meningkatnya Derajat keasaman air media
perbedaan salinitas juga menimbulkan penelitian benih ikan nila merah
perbedaan tekanan lingkungannya. berkisar antara 7,1 – 7,8 (7,47 ± 0,19).
Akibatnya larutan garam masuk ke Nilai kisaran pH tersebut dalam uji
dalam jaringan tubuh benih ikan nila statistik menunjukkan rata-rata antar
merah melalui membran semipermiabel perlakuan tidak berbeda nyata, hal
dalam jumlah yang berlebihan, sehingga tersebut karena tidak ada faktor
cairan tubuh benih ikan nila merah pergoncangan pH dan konsentrasi CO2 :
menjadi lebih pekat. Semakin pekat O2 dalam kondisi seimbang. Akibatnya
cairan dalam tubuh benih ikan nila nilai kisaran pH tersebut mempunyai
merah maka kemampuan darah untuk pengaruh yang sama terhadap tingkat
mengikat DO menjadi berkurang, kelangsungan hewan uji.
akibatnya benih tersebut mati.
Suhu Air
Kualitas Air Suhu air media penelitian benih
Selama penelitian berlangsung ikan nila merah berkiras antara 28,5 –
pengamatan kualitas air media 30 oC. Nilai kisaran suhu air tersebut
percobaan benih ikan nila merah cukup dalam uji statistik menunjukkan rata-
homogen (kisaran normal) yang dapat rata antar perlakuan tidak berbeda
ditoleransi oleh benih ikan nila merah. nyata, hal tersebut karena pengujiannya
dilakukan secara laboratoris sehingga
Oksigen Terlarut (DO) bak-bak pengujian terhindar dari sinar
Kandungan oksigen terlarut matahari secara langsung pada siang
dalam media percobaan benih ikan nila hari. Dengan demikian proses
merah selam penelitian berkisar antara perambatan sinar matahari akan
5,6 – 6,4 ppm (5,87ppm + 0,27 ppm). terhambat.
Nilai kisaran oksigen tersebut karena
pada media percobaan dilengkapi Amonia
aerator yang berkekuatan sama, Konsentrasi gas amonia media
sehingga mempunyai pengaruh yang percobaan selama penelitian bersifat
sama pula terhadap tingkat konstan, yaitu sebesar 0,2 ppm. Hal
kelangsungan hidup hewan uji. tersebut disesabkan karena pada media
penelitian dilakukan penyiponan air
Karbondioksida (CO2) setiap hari, sehingga mempunyai
Konsentrasi karbondioksida pengaruh terhadap kelangsungan hidup
bebas dalam media penelitian benih hewan uji.
ikan nila merah selama penelitian
berkisar antara 4,44 – 4,88 ppm (4,63
ppm ± 0,12 ppm). Nilai kisaran KESIMPULAN DAN SARAN
konsentrasi karbondioksida bebas
tersebut dalam uji statistik menunjukkan Kesimpulan
antar perlakuan tidak berbeda nyata, hal Perbedaan salinitas air media
tersebut disebabkan kandungan oksigen percobaan berpengaruh sangat nyata
terlarut masih cukup tinggi, sehingga terhadap tingkat kelangsungan hidup
mempunyai pengaruh yang sama benih ikan nila merah. Berdasarkan uji
terhadap kelangsungan hidup hewan uji. Beda Nyata Terkecil dengan tingkat
kepercayaan 5% dan dilanjutkan dengan

95
analisa regresi diketahui bahwa media --------------, 1988. Petunjuk Teknik
penelitian benih ikan nila merah dengan Budidaya Nila Merah.
salinitas 10‰ mengasilkan tingkat Departemen Pertanian
kelangsungan hidup yang tinggi yaitu Direktorat Jenderal
92%. Kemudian berturut-turut diikuti Perikanan. Jakarta. 25
media penelitian benih ikan nila merah hal.
dengan salinitas 15‰ (74,67 %), 20‰ Asmawi,S. 1996. Pemeliharaan Ikan
(59,33 %) dan 25‰ (48 %). Dalam keramba. Penerbit
Hubungan antara salinitas PT. Gramedia. Yakarta.
dengan kelangsungan hidup berbentuk Balarin, J.D., 1976. Tilapia aquide to
linier dengan persamaan garis Y = 120 their Biology and Culture
– 2,95X dengan R2 sebesar 0,95. in Africa. Univercity of
Pengamatan kualitas air masih Stirling. Scotland. 151
dalam kisaran normal untuk media pp.
benih ikan nila merah. Kandungan Bayaumi, 1969. Notes on the acurrence
oksigen terlarut berkisar antara 5,0 – 6,4 of Tilapia sp. Mat Biol.
ppm, konsentrasi karbondioksida bebas London. 255 pp.
berkisar 4,44 sampai dengan 4,88 ppm. David,G and L, Lasile, 1983. Mass
Derajat keasaman berkisar antara 7,1 – production Tilapia
7,8. Suhu air berkisar 28,5 – 30,0oC dan nilotica Seed in
konsentrasi gas amonia bersifat konstan Suspended Ne t
yaitu sebesar 0,2 ppm. Enclosures. Auburan
Univercity. USA. 394 –
Saran 407 P.
Sehubungan dengan usaha Effendie, I.M., 1979. Metode Biologi
ekstensifikasi lahan budidaya sawah Perikanan. Yayasan
tambak sebagai salah satu alternatif Dewi Sri. Bogor.112hal.
untuk mentransfer ikan nila merah dari Harjamulia, A., 1979. Budidaya Ikan
air tawar ke air payau, maka budidaya Gurami, Tambakan,
ikan nila merah pada sawah tambak Sepat Siam, dan nila.
hendaknya dilakukan pada salinitas Departemen Pertanian.
kurang dari 10‰. Jakarta. 30 - 40
Kinne, 1971. Marine Ecologi. Wiley
and Interiance. London.
DAFTAR PUSTAKA 997 PP
Liao, I.C and S.I. Chang, 1983. Studies
Anonymous, 1986. Petunjuk Teknik on the Feasibility of Red
Budidaya Nila Merah. Tilapia Culture in Saline
Departemen Pertanian Water. Tungkang Marine
Direktorat Jenderal Laboratory-Taiwan. P
Perikanan. Jakarta. 14 524 – 535.
hal. Martoyo, D., 1979. Pengaruh Kadar
--------------, 1987. Teknik Budidaya Garam Terhadap
Nila Merah. Departemen Pertumbuhan dan
Pertanian Direktorat Perkembangan Larva
Jenderal Perikanan. Udang Windu Sejak
Jakarta. 37 hal. Nauplius Sampai Post
Larva. Fakultas Pertanian

96
dan Perikanan Ross, B and L. G. Ross., 1983. Oxsigent
Universitas Diponegoro, Reguirementa of
Semarang. Skripsi. Oreocromis niloticus
Mintarjo, K. A, Suharyanto dan Under Condition.
Utaminingsih., 1985. University od Stirling
Persyaratan Tanah dan Scotland. Hal 134 – 143.
Air Dalam Pedoman Rusmunandar, M.A., 1986. Perikanan
Budidaya Tambak. Darat Cetakan X. Sinar
Direktorat Jenderal Baru. Bandung 107 hal.
Perikanan. Jepara. Hal Sachlan, M., 1982. Planktonologi.
64-89. Fakultas Pertanian dan
Mujiman, A., 1986. Budidaya Ikan Nila. Perikanan Universitas
Cetakan 1. Yasaguna Diponegoro. Semarang,
Jakarta 46 hal. 37 hal.
Mulyanto., 1990. Lingkungan Hidup Srigandono, B., 1980. Rancangan
Untuk Ikan. Departemen Percobaan Penerapan
Pendidikan dan dalam Bidang Biologi.
Kebudayaan. Jakarta, Fakultas Pertanian dan
124 hal Perikanan Universitas
Neal O, Thorpe, 1984. Cell Biology, Diponegoro. Semarang.
Canada. Sugiarto., 1988. Teknik Pembenihan
Payne., 1979. Phsyological and Ikan Mujair dan Nila.
ecological Factore in Cetakan I. Simplek.
Develompment of Fish Jakarta. 36 – 48 hal.
Culture. Symp. London. Sujana, M.A., 1989. Desain dan
P. 383 – 415. Analisis Eksperimen.
Poernomo., 1979. Biologi Ikan Tambak. Cetakan III. Bandung.
Proyek Penelitian Sukma dan Tjarmana., 1981. Budidaya
Potensi Sumber Daya Ikan. Cetakan ke 3. CV.
Ekonomi. Jakarta, Hal 77 Yasaguna Jakarta.
– 80. 76 hal
Rahmatun Suyanto, S., 1999. Budidaya Surachmad, W., 1980. Pengantar
Ikan Nila Penebar Penelitian Ilmiah. Dasar
Swadaya. Jakarta, Metode Teknik Tarsito
105 hal Bandung. 52 hal.

97

Anda mungkin juga menyukai