OLEH :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Konsep Dasar Pengelolaan Limbah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen Hamzah B S.KM.,M.Kes pada bidang studi Promosi Kesehatan.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Konsep
Dasar Pengelolaan Limbah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II : PEMBAHASAN
A. Definisi Limbah
B. Penggolongan Limbah
C. Metode Pengelolaan Limbah Cair
D. Pengelolaan Limbah Padat
E. Pengaruh Pengelolaan Limbah Terhadap Masyarakat dan
Lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Limbah merupakan benda yang tidak diperlukan dan dibuang, limbah pada
umumnya mengandung bahan pencemar dengan konsentrasi bervariasi. Bila
dikembalikan ke alam dalam jumlah besar, limbah ini akan terakumulasi di alam
sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem Alam.
Penumpukan limbah di alam menyebabkan ketidak seimbangan ekosistem
tidak dikelolah dengan baik. Pengelolahan limbah ini merupakan upaya
merencanakan melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi pendaya gunaan
limbah, serta pengendalian dampak yang ditimbulkannya.
Upaya pengelolahan limbah tidak mudah dan memerlukan pengetahuan
tentang limbah unsur-unsur yang terkandung serta penanganan limbah agar tidak
mencemari lingkungan selain itu perlu keterampilan mengelolah limbah menjadi
ekonomis dan mengurang jumlah limbah yang terbuang ke alam.
Makalah ini akan membahas tentang pengelolahan limbah dengan tata cara
yang baik dan benar. Diharapkan dengan dilaksanakan pembelajaran ini dapat
dikembangkan manajemen limbah, khususnya limbah Padat, Cair, Gas, serta
berbahaya dan beracun.
B. Tujuan
Dengan tersusunnya makalah ini semoga pembaca dapat menambah wawasan
tentang materi pengelolahan limbah dan agar limbah dapat di manfaatkan untuk
hal-hal yang berguna.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di
sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black
water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang sering kali tidak
dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan
yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
1. Pengolahan Limbah
Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu
kawasan permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan
sanitasi ini tidak dapat selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang
disediakan pihak lain. Ada juga layanan sanitasi yang harus disediakan sendiri
oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni rumah, seperti jamban
misalnya.
a. Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani limbah Air
kakus.
b. Jamban yang layak harus memiliki akses air bersih yang cukup dan
tersambung ke unit penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban pribadi
tidak ada, maka masyarakat perlu memiliki akses ke jamban bersama atau
MCK.
c. Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah dan
pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan
gerobak atau truk sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi dengan
tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), atau
fasilitas pengolahan sampah lainnya. Di beberapa wilayah pemukiman,
layanan untuk mengatasi sampah dikembangkan secara kolektif oleh
masyarakat. Beberapa ada yang melakukan upaya kolektif lebih lanjut dengan
memasukkan upaya pengkomposan dan pengumpulan bahan layak daur-
ulang.
d. Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan
menggunakan saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air
tersebut dan mengalirkannya ke badan air penerima. Dimensi saluran drainase
harus cukup besar agar dapat menampung limpasan air hujan dari wilayah
yang dilayaninya. Saluran drainase harus memiliki kemiringan yang cukup
dan terbebas dari sampah.
e. Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara
berkelanjutan dalam jumlah yang cukup, karena air bersih memang sangat
berguna di masyarakat.
2. Logo Limbah B3
a. Beracun (2015)
b. Infeksius (2015)
e. Campuran (2015)
f. Korosif (2015)
g. Mudah Meledak (2015)
3. Karakteristik Limbah
a. Berukuran mikro
b. Dinamis
c. Berdampak luas (penyebarannya)
d. Berdampak jangka panjang
4. Limbah B3 Industri
Proses Pencemaran Udara Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk
ke atmosfer yang “bersih” disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi
yang cukup tinggi dapat mengakibatkan efek negatif terhadap penerima
(receptor), bila ini terjadi, kontaminan disebut cemaran (pollutant). Cemaran
udara diklasifihasikan menjadi 2 kategori menurut cara cemaran masuk atau
dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran primer dan cemaran sekunder. Cemaran
primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari sumber cemaran.
Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di atmosfer.
Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari
90% pencemaran udara global adalah :
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung B3. Sedangkan sesuai definisi pada Undang Undang
32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
dimaksud dengan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi,
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan, merusak
lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Yang termasuk
limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak
digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas
kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini
termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut:
mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi,
bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui
termasuk limbah B3.
B. Penggolongan Limbah
1. Berdasarkan Wujudnya
2. Berdasarkan Sumbernya
Pada pengelompokan limbah nomor 2 ini lebih difokuskan kepada dari mana
limbah tersebut dihasilkan. Berdasarkan sumbernya limbah bisa berasal
dari:Limbah industri; limbah yang dihasilkan oleh pembuangan kegiatan
industriLimbah Pertanian; limbah yang ditimbulkan karena kegiatan
pertanianLimbah pertambangan; adalah limbah yang asalnya dari kegiatan
pertambanganLimbah domestik; Yakni limbah yang berasal dari rumah tangga,
pasar, restoran dan pemukiman-pemukiman penduduk yang lain.
3. Berdasarkan Senyawa
Berdasarkan senyawa limbah dibagi lagi menjadi dua jenis, yakni limbah
organik dan limbah anorganik.Limbah Organik, merupakan limbah yang bisa
dengan mudah diuraikan (mudah membusuk), limbah organik mengandung unsur
karbon. Contoh limbah organik dapat anda temui dalam kehidupan sehari-hari,
contohnya kotoran manusia dan hewan.Limbah anorganik, adalah jenis limbah
yang sangat sulit atau bahkan tidak bisa untuk di uraikan (tidak bisa membusuk),
limbah anorganik tidak mengandung unsur karbon. Contoh limbah anorganik
adalah Plastik dan baja.Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Menurut Ehless dan Steel, Air limbah atau air buangan adalah sisa air
dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum
lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan bagi kesehatan manusia serta mangganggu lingkungan hidup.
Batasan lainnya mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan
dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran
dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air pemukiman dan air hujan yang
mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto, 1985).
Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang
tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain
seperti industri, perhotelan, dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun
volumenya besar, karena kurang lebih 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-
kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor
(tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan kembali ke sungai dan laut
dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh karena itu, air buangan ini harus
dikelola dan atau diolah secara baik.
2. Sumber Air Limbah
a. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domesticwasteswater), yaitu
air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk.
b. Air buangan industri (industrialwasteswater), yang berasal dari berbagai jenis
industry akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat
bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing
industri, antara lain: nitrogen, sulfide, amoniak, lemak garam-garam zat
pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut dan sebagainya. Oleh sebab itu,
perlu dilakukan pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan
polusi lingkungan menjadi lebih rumit.
c. Air buangan kotapraja (municipalwasteswater), yaitu air buangan yang
berasal dari daerah; perkantoran,perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat
umum, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang
terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan jenis air limbah rumah
tangga.
d. Limbah infiltrasi adalah limbah yang meresap kedalam tanah dan
mengandung bahan-bahan pencemar. Pada areal perkebunan limbah hujan
mencuci daun-daunan yang terkena pestisida masuk kedalam tanah yang
disebut juga sebagai limbah infiltrasi. Limbah industri juga sering terinfiltrasi
kedalam tanah bila air limbah tersebut menggunakan kolam yang terbuat dari
tanah.
Volume air limbah yang dihasilkan pada suatu masyarakat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain :
a. Kebiasaan manusia
Makin banyak orang menggunakan air, makin banyak air limbah yang
dihasilkan.
c. Waktu
Air limbah tidak mengalir merata sepanjang hari, tetapi bervariasi pada
waktu dalam sehri dan musim. Di pagi hari, manusia cenderung menggunakan
air , yang menyebabkan aliran air limbah lebih banyak dibandingkan pada tengah
hari yang volumenya sedikit, dan pada malam hari agak meningkat lagi.
ᵒC = X ( ᵒF-32 )
ᵒF = X ( ᵒC ) + 32
2) Bau
Bau merupakan parameter yang subjektif. Sifat bau limbah disebabkan karena
zat-zat organik yang telah terurai dalam limbah dan mengeluarkan gas-gas seperti
Sulfida dan Amoniak yang menimbulkan penciuman tidak enak, misalnya : bau
seperti telur busuk menunjukkan adanya Hidrogen Sulfida yang dihasilkan oleh
permukaan zat-zat organik dalam kondisi Anaerobik. Bau yang tidak enak dapat
disebabkan adanya campuran dari Nitrogen, Sulfur dan Fosfor yang berasal dari
pembusukan protein yang dikandung limbah. Adanya bau yang diakibatkan
limbah merupakan suatu indikator bahwa terjadi proses alamiah, sehingga dengan
adanya bau ini akan lebih mudah untuk menghindarkan tingkat bahaya yang
ditimbulkan oleh limbah dibandingkan dengan limbah yang tidak menghasilkan
bau dikarenakan lebih sulit diketahui.
3) Warna
Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi, mangan, humus,
plankton, tanaman air dan buangan industri. Selain itu warna juga dapat
disebabkan zat-zat terlarut dan zat tersuspensi. Meskipun tidak menimbulkan
sifat racun, warna air limbah menjadikan pemandangan lebih jelek.
4) Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan karena ada partikel koloid yang terdiri dari kwartz,
tanah liat, sisa bahan-bahan, protein dan ganggang yang terdapat dalam limbah,
sehingga dapat dilihat dengan mata secara langsung. Adanya kekeruhan membuat
hilang nilai estetika.
5) Padatan
Zat padat dalam limbah dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu padatan
terlarut dan padatan tersuspensi. Jenis padatan terlarut maupun tersuspensi dapat
bersifat organis atau sifat inorganis tergantung dari mana sumber limbah. Padatan
tersuspensi terdiri dari partikel koloid dan partikel biasa. Ada juga padatan yang
mengendap dikarenakan diameter lebih besar sehingga dalam keadaan tenang,
padatan tersebut mengendap sendiri. Pengukuran konsentrasi mokroorganisme
dalam limbah diukur dengan zat padat tersuspensi organik sebagai padatan
tersuspensi yang menguap ( Volatile Suspensi Solid ) pada temperatur tertentu.
b. Karakteristik Kimiawi
1) Biochemical Oksigen Demand (BOD)
BOD adalah jumlah oksigen terlarut yang dibutuhlan oleh organisme hidup
untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan buangan didalam air. Jika
konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen
terlarut, berarti kandungan polutannya organiknya tinggi.
6) Oksigen Terlarut
c. Karakteristik Biologi
Air limbah yang tidak menjalani proses pengolahan yang benar tentunya
dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak tersebut antara lain :
a. Gangguan Kesehatan
Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya sungai dan
danau) dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut. Sebagai contoh,
bahan organic yang terdapat dalam air limbah bila dibuang langsung ke sungai
dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen yang terlarut didalam sungai
tersebut. Dengan demikian menyebabkan kehidupan di dalam air yang
membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi
perkembangannya. Adakalanya, air limbah juga dapat merembes ke dalam air
tanah, sehingga menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar,
maka kualitasnya akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan sesuai
peruntukannya.
e. Limbah Industri
Limbah cair industri mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan
berbahaya yang dikenal dengan sebutan B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya).
Menurut Undang-undang RI No. 23/ 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lain.
Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan
sangat beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda
kemungkinan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses-
proses pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa
kombinasi beberapa proses atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut juga
dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau faktor finansial.
Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan
pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba
patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme
yang terdapat di alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5
(lima) tahap :
Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses
pengolahan secara fisika.
1) Penyaringan (Screening)
Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau
bak yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain
yang berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit
chamber dan cara kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga
partikel – partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan
untuk proses selanjutnya.
3) Pengendapan
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke tangki
atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama
dan yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair.
Di tangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel – partikel padat
yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Enadapn
partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari
air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain metode pengendapan,
dikenal juga metode pengapungan (Floation).
4) Pengapungan (Floation)
Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan
melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses
pengolahan primer tersebut dapat langsung dibuang kelingkungan (perairan).
Namun, bila limbah tersebut juga mengandung polutan yang lain yang sulit
dihilangkan melalui proses tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau
senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke
proses pengolahan selanjutnya.
Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan
organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa
serpihan batu atau plastik, dengan dengan ketebalan ± 1 – 3 m. limbah cair
kemudian disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes melewati
media tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam
limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar
lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampung dan kemudian
disalurkan ke tangki pengendapan.
Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke
sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan
bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama
beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian
oksigen).
d. Desinfeksi (Desinfection)
Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier,
akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat
dibuang secara langsung, melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur
hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara
aerob (anaerob digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu
dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos,
atau dibakar (incinerated).
Limbah padat atau sampah yang dihasilkan bila tidak ditangani akan
menimbulkan masalah pencemaran. Berikut beberapa metode pengolahan limbah
padat yang umum diterapkan.
1. Penimbunan
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode
penimbunan terbuka atau open dumping dan metode sanitary landfill. Pada
metode penimbunan terbuka, sampah dikumpulkan dan ditimbun begitu saja
dalam lubang yang dibuat pada suatu lahan, biasanya di lokasi tempat
pembuangan akhir (TPA). Metode penimbunan merupakan metode kuno yang
memberikan dampak negatif lain. Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama
dan kuman penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang
dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara dan
menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengan
sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air. Bersama
rembesan cairan tersebut, dapat terbawa zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan
dan lingkungan.
2. Insinerasi
Kelemahan utama metode insinerasi adalah biaya operasi. yang mahal. Selain
itu, insinerasi menghasilkan asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara
serta abu pembakaran yang kemungkinan mengandung senyawa berbahaya.
3. Pembuatan Kompos
Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organik, seperti sayuran,
daun dan ranting, serta kotoran hewan, melalui proses degradasi/ penguraian oleh
mikroorganisme tertentu. Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan
menyediakan zat makanan yang diperlukan tumbuhan, sementara mikroba yang
ada dalam kompos dapat membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan
tanaman.
4. Daur Ulang
Berbagai jenis limbah padat dapat mengalami proses daur ulang menjadi
produk baru. Proses daur ulang sangat berguna untuk mengurangi timbunan
sampah karena bahan buangan diolah menjadi bahan yang dapat digunakan
kembali. Contoh beberapa jenis limbah padat yang dapat didaur ulang adalah
kertas, kaca, plastik, karet, logam seperti besi, baja, tembaga dan alumunium.
Bahan-bahan yang didaur ulang dapat dijadikan produk baru yang jenisnya
hampir sama atau sama dengan produk jenis lain. Contohnya, limbah kertas bisa
didaur ulang menjadi kertas kembali. Limbah kaca dalam bentuk botol atau
wadah bisa didaur ulang menjadi botol atau wadah kaca kembali atau dicampur
dengan aspal untuk menjadi bahan pembuat jalan. Kaleng alumunium bekas bisa
didaur ulang menjadi kaleng alumunium lagi. Botol plastik bekas yang terbuat
dari plastik jenis polyetilen tertalat (PET) bisa didaur ulang menjadi berbagai
produk lain, seperti baju poliyester, karpet, dan suku cadang mobil.
Dalam penanganan limbah perkotaan, ketiga metode insinerasi, kompos dan
daur ulang dapat digabungkan. Kunci keberhasilan pengolahan sampah tersebut
adalah memilah sampah. Sampah dipisahkan menjadi sampah organic, anorganik,
kaca, polyetilen tertalat (PET). Sampah organic menjadi kompos, sampah
anorganik yang tidak berguna dimasukkan ke dalam insinerasi, dan sampah
anorganik yang berguna seperti kaca dan PET didaur ulang. Pemilahan yang
paling efektif dilakukan di hulu atau di rumah tangga. Pemilahan di rumah tangga
dapat berhasil apabila didukung oleh edukasi, regulasi dan penyediaan
infrastruktur dari pemerintah.
Limbah adalah hasil buangan dari proses produksi baik yang dihasilkan dari
proses produksi maupun kegiatan rumah tangga (domestik). Tak hanya dari kedua
hal tersebut, limbah ternyata alam juga dapat menghasilkan limbah, limbah jenis
ini kehadirannya biasanya tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki
nilai ekonomis.
BAB III
KESIMPULAN
Air buangan atau air limbah adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia,
baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan
lain sebagainya. Karakteristik air limbah ada 3 yaitu : karakteristik fisik,
karakteristik kimia dan karakteristik biologi. Dampak air limbah antara lain :
gangguan kesehatan, penurunan kualitas lingkungan, gangguan terhadap
keindahan dan gangguan terhadap kerusakan benda. Dampak pengolaan air
limbah dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara alamiah maupun dengan
bantuan peralatan.
DAFTAR PUSTAKA
Bergerak Bersama Dengan Strategi Sanitasi Kota. Diterbitkan oleh Tim Teknis
Pembangunan Sanitasi: BAPPENAS, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen
Dalam Negeri, Departemen Kesehatan, Departemen Perindustrian, Departemen
Keuangan, dan Kementrian Negara Lingkungan Hidup. 2008. Hal 3