Anda di halaman 1dari 35

Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Kesehatan Lingkungan


Dosen : Hamzah B, S.KM., M.Kes

KONSEP DASAR PENGELOLAAN LIMBAH

OLEH :

1. KRISDAYANTI GONI (01901040009)


2. FITRIANTI ADAHATI (01901040007)
3. BERNI Y TILAAR (01901040021)
4. TAZKIA A YASIN (01901040025)
5. ULFA F.N AHMAD (01901040035)
6. FERNANDO MARAMIS (01901040038)
7. SAUTIO K MANDAGI (01901040039)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


STIKES GRAHA MEDIKA
KOTAMOBAGU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Konsep Dasar Pengelolaan Limbah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen Hamzah B S.KM.,M.Kes pada bidang studi Promosi Kesehatan.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Konsep
Dasar Pengelolaan Limbah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kotamobagu, 30 Maret 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan

BAB II : PEMBAHASAN

A. Definisi Limbah
B. Penggolongan Limbah
C. Metode Pengelolaan Limbah Cair
D. Pengelolaan Limbah Padat
E. Pengaruh Pengelolaan Limbah Terhadap Masyarakat dan
Lingkungan

BAB III : KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Limbah merupakan benda yang tidak diperlukan dan dibuang, limbah pada
umumnya mengandung bahan pencemar dengan konsentrasi bervariasi. Bila
dikembalikan ke alam dalam jumlah besar, limbah ini akan terakumulasi di alam
sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem Alam.
Penumpukan limbah di alam menyebabkan ketidak seimbangan ekosistem
tidak dikelolah dengan baik. Pengelolahan limbah ini merupakan upaya
merencanakan melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi pendaya gunaan
limbah, serta pengendalian dampak yang ditimbulkannya.
Upaya pengelolahan limbah tidak mudah dan memerlukan pengetahuan
tentang limbah unsur-unsur yang terkandung serta penanganan limbah agar tidak
mencemari lingkungan selain itu perlu keterampilan mengelolah limbah menjadi
ekonomis dan mengurang jumlah limbah yang terbuang ke alam.
Makalah ini akan membahas tentang pengelolahan limbah dengan tata cara
yang baik dan benar. Diharapkan dengan dilaksanakan pembelajaran ini dapat
dikembangkan manajemen limbah, khususnya limbah Padat, Cair, Gas, serta
berbahaya dan beracun.

B. Tujuan
Dengan tersusunnya makalah ini semoga pembaca dapat menambah wawasan
tentang materi pengelolahan limbah dan agar limbah dapat di manfaatkan untuk
hal-hal yang berguna.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di
sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black
water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang sering kali tidak
dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan
yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

1. Pengolahan Limbah

Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah,


kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi
limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya
pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi :

a. Pengolahan menurut tingkatan perlakuan


b. Pengolahan menurut karakteristik limbah

Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu
kawasan permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan
sanitasi ini tidak dapat selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang
disediakan pihak lain. Ada juga layanan sanitasi yang harus disediakan sendiri
oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni rumah, seperti jamban
misalnya.

a. Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani limbah Air
kakus.
b. Jamban yang layak harus memiliki akses air bersih yang cukup dan
tersambung ke unit penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban pribadi
tidak ada, maka masyarakat perlu memiliki akses ke jamban bersama atau
MCK.
c. Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah dan
pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan
gerobak atau truk sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi dengan
tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), atau
fasilitas pengolahan sampah lainnya. Di beberapa wilayah pemukiman,
layanan untuk mengatasi sampah dikembangkan secara kolektif oleh
masyarakat. Beberapa ada yang melakukan upaya kolektif lebih lanjut dengan
memasukkan upaya pengkomposan dan pengumpulan bahan layak daur-
ulang.
d. Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan
menggunakan saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air
tersebut dan mengalirkannya ke badan air penerima. Dimensi saluran drainase
harus cukup besar agar dapat menampung limpasan air hujan dari wilayah
yang dilayaninya. Saluran drainase harus memiliki kemiringan yang cukup
dan terbebas dari sampah.
e. Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara
berkelanjutan dalam jumlah yang cukup, karena air bersih memang sangat
berguna di masyarakat.
2. Logo Limbah B3
a. Beracun (2015)

b. Infeksius (2015)

c. Padatan Menyala (2015)

d. Cairan Menyala (2015)

e. Campuran (2015)

f. Korosif (2015)
g. Mudah Meledak (2015)

h. Pencemaran Lingkungan (2015)

3. Karakteristik Limbah
a. Berukuran mikro
b. Dinamis
c. Berdampak luas (penyebarannya)
d. Berdampak jangka panjang
4. Limbah B3 Industri

Berdasarkan karakteristiknya limbah B3 industri dapat dibagi menjadi empat


bagian, yaitu:

a. Limbah B3 cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen


pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan
buangan organik dan bahan buangan anorganik
b. Limbah B3 padat
c. Limbah B3 gas
d. Limbah B3 partikel yang tidak terdefinisi

Proses Pencemaran Udara Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk
ke atmosfer yang “bersih” disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi
yang cukup tinggi dapat mengakibatkan efek negatif terhadap penerima
(receptor), bila ini terjadi, kontaminan disebut cemaran (pollutant). Cemaran
udara diklasifihasikan menjadi 2 kategori menurut cara cemaran masuk atau
dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran primer dan cemaran sekunder. Cemaran
primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari sumber cemaran.
Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di atmosfer.

Sumber cemaran dari aktivitas manusia (antropogenik) adalah setiap


kendaraan bermotor, fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang mengemisikan
cemaran udara primer ke atmosfer. Ada 2 kategori sumber antropogenik yaitu:
sumber tetap (stationery source) seperti: pembangkit energi listrik dengan bakar
fosil, pabrik, rumah tangga, jasa, dan lain-lain dan sumber bergerak (mobile
source) seperti: truk, bus, pesawat terbang, dan kereta api.

Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari
90% pencemaran udara global adalah :

a. Karbon monoksida (CO)


b. Nitrogen oksida (Nox)
c. Hidrokarbon (HC)
d. Sulfur oksida (SOx)
e. Partikulat

Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang


memberikan dampak sekunder terhadap komponen lingkungan ataupun cemaran
yang dihasilkan akibat transformasi cemaran primer menjadi bentuk cemaran yang
berbeda. Ada beberapa cemaran sekunder yang dapat mengakibatkan dampak
penting baik lokal,regional maupun global yaitu:
a. CO2 (karbon dioksida)
b. Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog)
c. Hujan asam
d. CFC (Chloro-Fluoro-Carbon/Freon)
e. CH4 (metana).

5. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung B3. Sedangkan sesuai definisi pada Undang Undang
32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
dimaksud dengan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi,
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan, merusak
lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Yang termasuk
limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak
digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas
kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini
termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut:
mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi,
bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui
termasuk limbah B3.

6. Identifikasi Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)


a. Jenis limbah B3 menurut jenisnya meliputi :
1) Limbah B3 Jenis Padatan
2) Limbah B3 Jenis Cairan
3) Limbah B3 Jenis Gas
4) Limbah B3 Jenis Partikel yang tidak terdefinisi
b. Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi:
1) Limbah B3 dari sumber tidak spesifik
2) Limbah B3 dari sumber spesifik
3) Limbah B3 dari bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan
buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi
c. Karakteristik limbah B3
1) Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan standar
(25 °C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika
dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat
dapat merusak lingkungan sekitarnya.
2) Limbah mudah terbakar adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu
sifat-sifat sebagai berikut:
a) Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24%
volume dan/atau pada titik nyala tidak lebih dari60 °C (140 OF) akan
menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala
lain pada tekanan udara 760 mmHg.
b) Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar
(25 C, 760 mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan,
penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar
dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus.
c) Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar .
d) Merupakan limbah pengoksidasi.
3) Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat
racun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau
sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pemafasan, kulit atau
mulut. Penentuan sifat racun untuk identifikasi limbah ini dapat
menggunakan baku mu tu konsentrasi TCLP (Toxicity Characteristic
Leaching Procedure) pencemar organik dan anorganik dalam limbah. Apabila
limbah mengandung salah satu pencemar yang terdapat, dengan konsentrasi
sama atau lebih besar dari nilai dalam Lampiran II tersebut, maka limbah
tersebut merupakan limbah B3. Bila nilai ambang batas zat pencemar tidak
terdapat pada Lampiran II tersebut maka dilakukan uji toksikologi.
4) Limbah yang menyebabkan infeksi. Bagian tubuh manusia yang diamputasi
dan cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium
atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat
menular .Limbah ini berbahaya karena mengandung kuman penyakit seperti
hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja, pembersih jalan, dan
masyarakat di sekitar lokasi pembuangan limbah.
5) Limbah bersifat korosif adalah limbah yang mempunyai salah satu sifat
sebagai berikut:
a) Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.
b) Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju
korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55 °C.
c) Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama
atau lebih besar dari 12.5 untuk yang bersifat basa.
6) Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah-limbah yang mempunyai salah
satu sifat-sifat sebagai berikut :
a) Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan
perubahan tanpa peledakan.
b) Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air
c) Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan,
menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan
bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
d) Merupakan limbah Sianida, Sulfida atau Amoniak yang pada kondisi pH
antara 2 dan 12,5 dapat menghasi1kan gas, uap atau asap beracun dalam
jumlah yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
e) Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan
standar (25 C, 760 mmHg).
f) Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima
oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
7. Kegiatan Pengelolaan Limbah B3

Kegiatan Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang


mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan dan
pengolahan serta penimbunan hasil pengolahan tersebut. Dalam rangkaian
kegiatan tersebut terkait beberapa pihak yang masing-masing merupakan mata
rantai dalam pengelolaan limbah B3, yaitu :

a. Reduksi Limbah B3 : Suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi


jumlah dan mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3, sebelum
dihasilkan dari suatu kegiatan.
b. Penyimpanan Limbah B3 : kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan
oleh penghasil dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah
dan/atau penimbun limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara.
c. Pengumpulan Limbah B3 : kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil
limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan kepada
pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3.
d. Pengangkutan Limbah B3 : kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil
dan/atau dari pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/ atau dari pengolah ke
pengumpul dan/atau ke pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke
penimbun limbah B3.
e. Pemanfaatan Limbah B3 : kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau
penggunaan kembali (reuse) dan/atau daur ulang (recycle) yang bertujuan
untuk mengubah limbah B3 menjadi suatu produk yang dapat digunakan dan
harus juga aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
f. Pengolahan Limbah B3 : proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi
limbah B3 untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau
sifat racun.
g. Penimbunan Limbah B3 : kegiatan menempatkan limbah B3 pada suatu
fasilitas penimbunan dengan maksud tidak membahayakan kesehatan
manusia dan lingkungan hidup.
Dengan pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas. maka mata rantai
siklus perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil limbah B3 sampai
penimbunan akhir oleh pengolah limbah B3 dapat diawasi. Setiap mata rantai
perlu diatur, sedangkan perjalanan limbah B3 dikendalikan dengan system
manifest berupa dokumen limbah B3. Dengan system manifest dapat diketahui
berapa jumlah B3 yang dihasilkan dan berapa yang telah dimasukkan ke dalam
proses pengolahan dan penimbunan tahap akhir yang telah memiliki persyaratan
lingkungan.

B. Penggolongan Limbah
1. Berdasarkan Wujudnya

Pada pengelompokan limbah berdasarkan wujud lebih cenderung di lihat dari


fisik limbah tersebut. Contohnya limbah padat, disebut limbah padat karena
memang fisiknya berupa padat, sedangkan limbah cair dikarenakan fisiknya
berbentuk cair, begitu pula dengan limbah gas.Limbah Gas, merupakan jenis
limbah yang berbentuk gas, contoh limbah dalam bentuk Gas antara lain: Karbon
Dioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO), SO2,HCL,NO2. dan lain-lain.Limbah
cair, adalah jenis limbah yang memiliki fisik berupa zat cair misalnya: Air Hujan,
Rembesan AC, Air cucian, air sabun, minyak goreng buangan, dan lain-
lain.Limbah padat merupakan jenis limbah yang berupa padat, contohnya:
Bungkus jajanan, plastik, ban bekas, dan lain-lain.

2. Berdasarkan Sumbernya

Pada pengelompokan limbah nomor 2 ini lebih difokuskan kepada dari mana
limbah tersebut dihasilkan. Berdasarkan sumbernya limbah bisa berasal
dari:Limbah industri; limbah yang dihasilkan oleh pembuangan kegiatan
industriLimbah Pertanian; limbah yang ditimbulkan karena kegiatan
pertanianLimbah pertambangan; adalah limbah yang asalnya dari kegiatan
pertambanganLimbah domestik; Yakni limbah yang berasal dari rumah tangga,
pasar, restoran dan pemukiman-pemukiman penduduk yang lain.
3. Berdasarkan Senyawa

Berdasarkan senyawa limbah dibagi lagi menjadi dua jenis, yakni limbah
organik dan limbah anorganik.Limbah Organik, merupakan limbah yang bisa
dengan mudah diuraikan (mudah membusuk), limbah organik mengandung unsur
karbon. Contoh limbah organik dapat anda temui dalam kehidupan sehari-hari,
contohnya kotoran manusia dan hewan.Limbah anorganik, adalah jenis limbah
yang sangat sulit atau bahkan tidak bisa untuk di uraikan (tidak bisa membusuk),
limbah anorganik tidak mengandung unsur karbon. Contoh limbah anorganik
adalah Plastik dan baja.Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).

C. Metode Pengelolaan Limbah Cair


1. Pengertian

Menurut Ehless dan Steel, Air limbah atau air buangan adalah sisa air 
dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum
lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan bagi kesehatan manusia serta mangganggu lingkungan hidup.

Batasan lainnya mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan
dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran
dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air pemukiman dan air hujan yang
mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto, 1985).

Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang
tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain
seperti industri, perhotelan, dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun
volumenya besar, karena kurang lebih 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-
kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor
(tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan  kembali ke sungai dan laut
dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh karena itu, air buangan ini harus
dikelola dan atau diolah secara baik.
2. Sumber Air Limbah
a. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domesticwasteswater), yaitu
air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk.
b. Air buangan industri (industrialwasteswater), yang berasal dari berbagai jenis
industry akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat
bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing
industri, antara lain: nitrogen, sulfide, amoniak, lemak garam-garam zat
pewarna, mineral, logam berat,  zat pelarut dan sebagainya. Oleh sebab itu,
perlu dilakukan pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan
polusi lingkungan menjadi lebih rumit.
c. Air buangan kotapraja (municipalwasteswater), yaitu air buangan yang
berasal dari daerah; perkantoran,perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat
umum, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang
terkandung dalam jenis air limbah ini  sama dengan jenis air limbah rumah
tangga.
d. Limbah infiltrasi adalah limbah yang meresap kedalam tanah dan
mengandung bahan-bahan pencemar. Pada areal perkebunan limbah hujan
mencuci daun-daunan yang terkena pestisida masuk kedalam tanah yang
disebut juga sebagai limbah infiltrasi. Limbah industri juga sering terinfiltrasi
kedalam tanah bila air limbah tersebut menggunakan kolam yang terbuat dari
tanah. 

Volume air limbah yang dihasilkan pada suatu masyarakat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain :

a. Kebiasaan manusia

Makin banyak orang menggunakan air, makin banyak air limbah yang
dihasilkan.

b. Penggunaan system pembuangan kombinasi atau terpisah


Pada sistem kombinasi, volume air limbah bervariasi dari 80-100 galon atau
lebih per kapita, sedangkan pada sistem terpisah volume air limbah mencapai rata-
rata 25-50 galon per kapita.

c. Waktu

Air  limbah tidak mengalir merata sepanjang hari, tetapi bervariasi pada
waktu dalam sehri dan musim. Di pagi hari, manusia cenderung menggunakan
air , yang menyebabkan aliran air limbah lebih banyak dibandingkan pada tengah 
hari yang volumenya sedikit, dan pada malam hari agak meningkat lagi.

3. Karakteristik Air Limbah


a. Karakteristik fisik
1) Temperatur

Temperatur menunjukkan derajat atau tingkat panas air limbah. Skala


temperatur yang biasa digunakan adalah Skala Fahrenheit (ᵒF) dan Skala Celcius
(ᵒC). Persamaan dari kedua skala tersebut adalah :

ᵒC = X ( ᵒF-32 )

ᵒF = X ( ᵒC ) + 32

Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan temperature


alami. Temperatur merupakan yang penting dalam pengoperasian unit pengolahan
limbah karena berpengaruh terhadap aktivitas kimiawi dan biologi. Limbah yang
mempunyai temperatur panas akan mengganggu pertumbuhan biota tertentu dan
pengentalan cairan berkurang serta mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidasi
juga akan lebih besar pada suhu tinggi dan pembusukan jarang terjadi pada suhu
rendah.

2) Bau

Bau merupakan parameter yang subjektif. Sifat bau limbah disebabkan karena
zat-zat organik yang telah terurai dalam limbah dan mengeluarkan gas-gas seperti
Sulfida dan Amoniak yang menimbulkan penciuman tidak enak, misalnya : bau
seperti telur busuk menunjukkan adanya Hidrogen Sulfida yang dihasilkan oleh
permukaan zat-zat organik dalam kondisi Anaerobik. Bau yang tidak enak dapat
disebabkan adanya campuran dari Nitrogen, Sulfur dan Fosfor yang berasal dari
pembusukan protein yang dikandung limbah. Adanya bau yang diakibatkan
limbah merupakan suatu indikator bahwa terjadi proses alamiah, sehingga dengan
adanya bau ini akan lebih mudah untuk menghindarkan tingkat bahaya yang
ditimbulkan oleh limbah dibandingkan dengan limbah yang tidak menghasilkan
bau dikarenakan lebih sulit diketahui.

3)  Warna

Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi, mangan, humus,
plankton, tanaman air dan buangan industri. Selain itu warna juga dapat
disebabkan zat-zat terlarut dan zat tersuspensi. Meskipun tidak menimbulkan
sifat racun, warna air limbah menjadikan pemandangan lebih jelek.

4) Kekeruhan

Kekeruhan air disebabkan karena ada partikel koloid yang terdiri dari kwartz,
tanah liat, sisa bahan-bahan, protein dan ganggang yang terdapat dalam limbah,
sehingga dapat dilihat dengan mata secara langsung. Adanya kekeruhan membuat
hilang nilai estetika. 

5) Padatan 

Zat padat dalam limbah dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu padatan
terlarut dan padatan tersuspensi. Jenis padatan terlarut maupun tersuspensi dapat
bersifat organis atau sifat inorganis tergantung dari mana sumber limbah. Padatan
tersuspensi terdiri dari partikel koloid dan partikel biasa. Ada juga padatan yang
mengendap dikarenakan diameter lebih besar sehingga dalam keadaan tenang,
padatan tersebut mengendap sendiri. Pengukuran konsentrasi mokroorganisme
dalam limbah diukur dengan zat padat tersuspensi organik sebagai padatan
tersuspensi yang menguap ( Volatile Suspensi Solid ) pada temperatur tertentu.
b. Karakteristik Kimiawi
1) Biochemical Oksigen Demand (BOD) 

BOD adalah jumlah oksigen terlarut yang dibutuhlan oleh organisme hidup
untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan buangan didalam air. Jika
konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen
terlarut, berarti kandungan polutannya organiknya tinggi.

2) Chemical Oksigen Demand (COD ) 

COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-


bahan organik yang terdapat dalam air, secara kimia.

3)   Senyawa Organik dan Anorganik

Senyawa organik terdiri dari karbon dengan unsur O, N, P, S, H. Sedangkan


senyawa anoranik terdiri atas unsur lain yang bukan tersusun dari karbon organik.
Unsur-unsur yang terdapat dalam jumlah banyak akan bersifat toksik dan
menghalangi proses-proses biologis. 

4) Keasaman Air (pH)

Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan


tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Limbah cair yang
mempunyai pH tinggi atau rendah dapat mempengaruhi organisme dalam air. Air
yang mempunyai pH rendah (pH<7) membuat air menjadi korosif terhadap bahan
konstruksi besi yang kontak dengan air. Limbah cair dengan keasaman tinggi
bersumber dari buangan yang mengandung asam seperti air pembilas pada pabrik
kawat atau seng.

5) Alkalinitas (basa) nilai pH tinggi, pH>7

Tinggi rendahnya alkalinitas ditentukan senyawa karbonat, garam-garam


hidroksida, kalsium, magnesium, natrium dalam air. Kesadahan dalam air
disebabkan oleh tingginya kandungan zat-zat tersebut. Semakin tinggi kesadahan
suatu air semakin sulit air berbuih.

6) Oksigen Terlarut

Oksigen telarut berlawanan dengan BOD, semakin tinggi BOD semakin


rendah oksigen terlarut. Kemampuan air untuk mengadakan pemulihan secara
alami benyak tergantung pada tersedianya oksigen terlarut.

c. Karakteristik Biologi

Sifat biologis meliputi mikroorganisme yang ada dalam limbah cair.


Mikroorganisme ini memiliki jenis yang bervariasi, hampir dalam semua bentuk
air limbah dengan konsentrasi 105 - 108 organisme/ml. Mikroorganisme yang
ditemukan banyak dalam bentuk sel tunggal yang bebas atau berkelompok dan
mampu melakukan proses-proses kehidupan. Bahan-bahan organik yang terdapat
dalam air akan diubah oleh mikroorganisme menjadi senyawa kimia yang
sederhana, sehingga dekomposisi zat-zat tersebut dalam jumlah besar akan
menimbulkan bau busuk. Keberadaan bakteri dalam unit pengolahan air limbah
merupakan kunci efisiensi proses biologis dan penting untuk mengevaluasi
kualitas air.

4. Dampak Pembuangan Air Limbah

Air limbah yang tidak menjalani proses pengolahan yang benar tentunya
dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak tersebut antara lain :

a. Gangguan Kesehatan

Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan


penyakit bawaan air.Selain itu di dalam air limbah mungkin juga terdapat zat-zat
berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi
makhluk hidup yang mengkonsumsinya. Adakalanya, air limbah yang tidak
dikelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vector penyakit (misalnya
nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain) .
b. Penurunan Kualitas Lingkungan

Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya sungai dan
danau) dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut. Sebagai contoh,
bahan organic yang terdapat dalam air limbah bila dibuang langsung ke sungai
dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen yang terlarut didalam sungai
tersebut. Dengan demikian menyebabkan kehidupan di dalam air yang
membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi
perkembangannya. Adakalanya, air limbah juga dapat merembes ke dalam air
tanah, sehingga menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar,
maka kualitasnya akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan sesuai
peruntukannya.

c. Gangguan Terhadap Keindahan

Adakalanya air limbah mengandung polutan yang tidak mengganggu


kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan.Contoh : air limbah yang
mengandung pigmen warna yang dapat menimbulkan perubahan warna pada
badan air penerima. Walaupun pigmen tersebut tidak menimbulkan gangguan
terhadap kesehatan, tetapi terjadi gangguan keindahan terhadap badan air
penerima tersebut.

Kadang-kadang air limbah dapat juga mengandung bahan-bahan yang bila


terurai menghasilkan  gas-gas yang berbau. Bila air limbah jenis ini mencemari
badan air, maka dapat menimbulkan gangguan keindahan pada badan air tersebut.

d. Gangguan terhadap kerusakan benda

Adakalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh


bakteri anaerobik menjadi gas yang agresif seperti H2S. Gas ini dapat
mempercepat proses perkaratan pada benda yang terbuat dari besi (mis. Pipa
saluran air limbah) dan bangunan air kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya air
tersebut maka biaya pemeliharaannya akan semakin besar juga, yang berarti akan
menimbulkan kerugian material.
Untuk menghindarkan terjadinya gangguan-gangguan diatas, air limbah yang
dialirkan ke lingkungan harus memenuhi ketentuan seperti yang disebutkan dalam
Baku Mutu Air Limbah. Apabila air limbah tidak memenuhi ketentuan tersebut,
maka perlu dilakukan pengolahan air limbah sebelum mengalirkannya ke
lingkungan.

e. Limbah Industri

Limbah cair industri mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan
berbahaya yang dikenal dengan sebutan B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya).
Menurut Undang-undang RI No. 23/ 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lain.

Air limbah industri dapat mengandung berbagai jenis bahan organik


maupun anorganik, yaitu :

1) Garam anorganik, seperti magnesium sulfat dan magnesium khlorida yang


berasal dari kegiatan pertambangan atau pabrik pupuk.
2) Asam anorganik, seperti asam sulfat yang berasal dari industri pengolah bijih
logam dan bahan bakar fosil yang mengandung kotoran berupa ikatan
belerang.
3) Senyawa organik, seperti pelarut dan zat warna yang berasal dari industri
penyamakan kulit dan industri cat.
4) Logam berat, seperti cadmium, air raksa (merkuri dan krom yang berasal dari
industri pertambangan, cat, zat warna, baterai dan penyepuhan logam.
5. Metode Pengolahan Limbah

Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan
sangat beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda
kemungkinan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses-
proses pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa
kombinasi beberapa proses atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut juga
dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau faktor finansial.

Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan
pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba
patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme
yang terdapat di alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5
(lima) tahap :

a. Pengolahan Primer (Primary Treatment)

Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses
pengolahan secara fisika.

1) Penyaringan (Screening)

Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring


menggunakan jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan.  Metode
penyaringan merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-
bahan padat berukuran besar dari air limbah.

2) Pengolahan Awal (Pretreatment)

Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau
bak yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain
yang berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit
chamber dan cara kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga
partikel – partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan
untuk proses selanjutnya.
3) Pengendapan

Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke tangki
atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama
dan yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair.
Di    tangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel – partikel padat
yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Enadapn
partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari
air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain metode pengendapan,
dikenal juga metode pengapungan (Floation).

4) Pengapungan (Floation)

Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak


atau lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat
menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron).
Gelembung udara tersebut akan membawa partikel –partikel minyak dan lemak ke
permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.  

Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan
melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses
pengolahan primer tersebut dapat langsung dibuang kelingkungan (perairan).
Namun, bila limbah tersebut juga mengandung polutan yang lain yang sulit
dihilangkan melalui proses tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau
senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke
proses pengolahan selanjutnya.

b. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)

Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis,


yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai atau mendegradasi
bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.
Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu
metode penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif
(activated sludge), dan metode kolam perlakuan (treatment ponds / lagoons).

1) Metode Trickling Filter

Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan
organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa
serpihan batu atau plastik, dengan dengan ketebalan  ± 1 – 3 m. limbah cair
kemudian disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes melewati
media tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam
limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar
lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampung dan kemudian
disalurkan ke tangki pengendapan.

Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses pengendapan


untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah.
Endapan yang terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut,
sedangkan air limbah akan dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses
pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan.

2) Metode Activatived Sludge

Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke
sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan
bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama
beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian
oksigen).

Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah.


Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami proses
pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan kembali ke
tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah melalui
proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih
diperlukan.

3) Metode Treatment Ponds / Lagoons Metode

Treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang


murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair
ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan
kolam akan berfotosintesis menghasilkan oksigen.

Oksigen tersebut kemudian digunakan oleh bakteri aerob untuk proses


penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada metode ini, terkadang
kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di kolam, limbah juga akan
mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk
endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka untuk dibuang ke lingkungan
atau diolah lebih lanjut. 

c. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)

Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder


masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi
lingkungan atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya
pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair /
air limbah. Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses
pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti
nitrat, fosfat, dan garam- garaman. 

Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced


treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika.
Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan
pasir, saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan
dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan serta osmosis bolak-balik.
Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan
limbah. Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses
pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis. 

d. Desinfeksi (Desinfection)

Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau


mengurangi mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair. Meknisme
desinfeksi dapat secara kimia, yaitu dengan menambahkan senyawa atau zat
tertentu atau dengan perlakuan fisik.

Dalam menentukan senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat


beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1) Daya racun zat


2) Waktu kontak yang diperlukan
3) Efektivitas zat
4) Kadar dosis yang digunakan
5) Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan
6) Tahan terhadap air
7) Biayanya murah

Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin


(klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (Oз). Proses
desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah
selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah
dibuang ke lingkungan.

e. Pengolahan Lumpur (Sluge Treatment)

Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier,
akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat
dibuang secara langsung, melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur
hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara
aerob (anaerob digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu
dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos,
atau dibakar (incinerated).

D. Pengelolaan Limbah Padat

Limbah padat atau sampah yang dihasilkan bila tidak ditangani akan
menimbulkan masalah pencemaran. Berikut beberapa metode pengolahan limbah
padat yang umum diterapkan.

1. Penimbunan

Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode
penimbunan terbuka atau open dumping dan metode sanitary landfill. Pada
metode penimbunan terbuka, sampah dikumpulkan dan ditimbun begitu saja
dalam lubang yang dibuat pada suatu lahan, biasanya di lokasi tempat
pembuangan akhir (TPA). Metode penimbunan merupakan metode kuno yang
memberikan dampak negatif lain. Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama
dan kuman penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang
dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara dan
menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengan
sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air. Bersama
rembesan cairan tersebut, dapat terbawa zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan
dan lingkungan.

Berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh metode open dumping


menyebabkan dikembangkan metode penimbunan sampah yang lebih baik, yaitu
sanitary landfill. Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang
yang dialasi lapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan
limbah ke tanah. Sampah yang ditimbun dipadatkan, kemudian ditutupi dengan
lapisan tanah tipis setiap hari. Hal ini akan mencegah tersebarnya gas metan yang
dapat mencemari udara dan berkembangbiaknya berbagai macam penyebab
penyakit.
Metode sanitary landfill yang lebih modern, biasanya dibuat sistem lapisan
ganda yaitu plastik, dan lempung. Kemudian dibuat pipa-pipa saluran untuk
mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan
sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.

2. Insinerasi

Insinerasi adalah pembakaran limbah padat menggunakan suatu alat yang


disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah
berkurang sangat banyak, bisa mencapai 90 %. Selain itu, proses insinerasi
menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau
untuk memanaskan ruangan. Meski demikian, tidak semua jenis limbah padat
dapat dibakar dalam insinerator. Jenis limbah padat yang cocok untuk insinerasi
di antaranya adalah kertas, plastik, dan karet, sedangkan contoh jenis limbah
padat yang kurang sesuai untuk insinerasi adalah kaca, sampah makanan, dan
baterai.

Kelemahan utama metode insinerasi adalah biaya operasi. yang mahal. Selain
itu, insinerasi menghasilkan asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara
serta abu pembakaran yang kemungkinan mengandung senyawa berbahaya.

3. Pembuatan Kompos

Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organik, seperti sayuran,
daun dan ranting, serta kotoran hewan, melalui proses degradasi/ penguraian oleh
mikroorganisme tertentu. Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan
menyediakan zat makanan yang diperlukan tumbuhan, sementara mikroba yang
ada dalam kompos dapat membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan
tanaman.

Pembuatan kompos merupakan salah satu cara terbaik untuk mengurangi


timbunan sampah organik. Cara ini sangat cocok diterapkan di Indonesia, karena
cara pembuatannya relatif mudah dan tidak membutuhkan biaya yang besar.
Selain itu, kompos dapat dijual sehingga dapat memberikan pemasukan tambahan
atau bahkan menjadi alternatif mata pencaharian.

Berdasarkan bentuknya, kompos ada yang berbentuk padat dan cair.


Pembuatan kompos dapat dilakukan dengan menggunakan kompos yang telah
jadi, kultur mikroorganisme, atau cacing tanah. Contoh kultur mikroorganisme
yang telah banyak dijual di pasaran dan dapat digunakan untuk membuat kompos
adalah Effective Microorganism 4 (EM4). EM4 merupakan kultur campuran
mikroorganisme yang dapat meningkatkan degradasi limbah atau sampah
organik, menguntungkan dan bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun
pertumbuhan dan produksi tanaman, serta ramah lingkungan. EM4 mengandung
mikroorganisme yang terdiri dari beberapa jenis bakteri, di antaranya
Lactobacillus sp., Rhodopseudomonas sp., Actinomyces sp., dan Streptomyces
sp., dan khamir (ragi), yaitu Saccaharomyces cerevisiae. Kompos yang dibuat
menggunakan EM4 yang dikenal juga dengan bokashi.

4. Daur Ulang

Berbagai jenis limbah padat dapat mengalami proses daur ulang menjadi
produk baru. Proses daur ulang sangat berguna untuk mengurangi timbunan
sampah karena bahan buangan diolah menjadi bahan yang dapat digunakan
kembali. Contoh beberapa jenis limbah padat yang dapat didaur ulang adalah
kertas, kaca, plastik, karet, logam seperti besi, baja, tembaga dan alumunium.

Bahan-bahan yang didaur ulang dapat dijadikan produk baru yang jenisnya
hampir sama atau sama dengan produk jenis lain. Contohnya, limbah kertas bisa
didaur ulang menjadi kertas kembali. Limbah kaca dalam bentuk botol atau
wadah bisa didaur ulang menjadi botol atau wadah kaca kembali atau dicampur
dengan aspal untuk menjadi bahan pembuat jalan. Kaleng alumunium bekas bisa
didaur ulang menjadi kaleng alumunium lagi. Botol plastik bekas yang terbuat
dari plastik jenis polyetilen tertalat (PET) bisa didaur ulang menjadi berbagai
produk lain, seperti baju poliyester, karpet, dan suku cadang mobil.
Dalam penanganan limbah perkotaan, ketiga metode insinerasi, kompos dan
daur ulang dapat digabungkan. Kunci keberhasilan pengolahan sampah tersebut
adalah memilah sampah. Sampah dipisahkan menjadi sampah organic, anorganik,
kaca, polyetilen tertalat (PET). Sampah organic menjadi kompos, sampah
anorganik yang tidak berguna dimasukkan ke dalam insinerasi, dan sampah
anorganik yang berguna seperti kaca dan PET didaur ulang. Pemilahan yang
paling efektif dilakukan di hulu atau di rumah tangga. Pemilahan di rumah tangga
dapat berhasil apabila didukung oleh edukasi, regulasi dan penyediaan
infrastruktur dari pemerintah.

E. Dampak Pengelolaan Limbah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan

Limbah adalah hasil buangan dari proses produksi baik yang dihasilkan dari
proses produksi maupun kegiatan rumah tangga (domestik). Tak hanya dari kedua
hal tersebut, limbah ternyata alam juga dapat menghasilkan limbah, limbah jenis
ini kehadirannya biasanya tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki
nilai ekonomis.

Indonesia, merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat pengembangan


industri cukup tinggi. Hal ini membuat Indonesia dapat dikatakan sebagai negara
semi industri. Dengan status ini, Indonesia akan lebih fokus dalam hal
peningkatan hasil produksi. Sementara, hingga saat ini perhatian terhadap limbah
hasil produksi masih dikesampingkan. Akhir-akhir ini, topik tentang pencemaran
limbah terhadap lingkungan menjadi pembicaraan yang hangat di berbagai media.
Hal ini karena dampak yang dihasilkan limbah berupa wabah penyakit yang
menyerang penduduk di sekitar lingkungan industri.   

Kehadiran limbah yang menimbulkan dampak negatif bagi manusia maupun


lingkungan, maka perlu dilakukan penanganan terhadap limbah tersebut. Para
pelaku industri, diharapkan tidak hanya memikirkan keungtungan yang banyak
saja dan mengesampingkan pengolahan limbah hasil industry. Karena hal ini
dapat berdampak negatif bagi orang lain disekitar lingkungan industri tersebut. 
Berikut beberapa dampak yang muncul akibat kurangnya penanganan limbah
secara tepat :

1. Dampak bagi kesehatan


a. Dapat menimbulkan infeksi cacing pita. Hal ini dapat berasal dari daging
hewan ternak yang dikonsumsi. Cacing pita dapat masuk kedalam pencernaan
hewan ternah melalui makanannya yang kurang layak seperti sisa makanan.
b. Dapat berakibat pada hilangannya nyawa seseorang. Hal ini sempat terjadi di
Jepang, kira-kira ada 40.000 orang yang meninggal akibat mengkonsumsi
ikan terkontaminasi raksa yang berasal  dari limbah buangan pabrik baterai
dan AKI.
c. Penyebaran virus yang berasal dari sampah yang tidak diolah dengan benar,
jika tercampur dengan sumber air yang digunakan untuk air minum sehari-
hari dapat menyebabkan timbulnya penyakit diare, kolera, tifus bahkan
demam berdarah.
d. Dapat menyebabkan timbulnya jamur pada kulit (Kudis maupun Kurap)

2. Dampak bagi lingkungan


a. Limbah cair yang masuk ke sungai dapat membuat pencemaran pada air yang
mengandung banyak virus penyakit.
b. Ikan dan berbagai organisme air dapat mati atau bahkan punah. Hal ini
nantinya akan menyebabkan masalah pada ekosistem.
c. Limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai dapat menyebabkan terjadinya
banjir jika hujan turun dengan intensitas tinggi. Hal ini akan memberikan
dampak buruk terhadap jalan, jembatan, tol dan berbagai infrastruktur
lainnya.
d. Pengolahan limbah yang kurang baik juga akan menyebabkan lingkungan
kurang nyaman ditinggali karena bau tidak sedap serta tumpukan sampah
yang tersebar dimana-mana.
e. Limbah yang dibuang kedalam air dapat menghasilkan asam organik dan gas
cair organik seperti metana yang dapat membahayakan.
f. Limbah industri yang mengandung logam, minyak, toksin organic dan zat
lainnya dapat mengurangi kandungan oksigen dalam air sehingga
mengganggu ekosistem dalam air. 

BAB III

KESIMPULAN
Air buangan atau air limbah adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia,
baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan
lain sebagainya. Karakteristik air limbah ada 3 yaitu : karakteristik fisik,
karakteristik kimia dan karakteristik biologi. Dampak air limbah antara lain :
gangguan kesehatan, penurunan kualitas lingkungan, gangguan terhadap
keindahan dan gangguan terhadap kerusakan benda. Dampak pengolaan air
limbah dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara alamiah maupun dengan
bantuan peralatan.
DAFTAR PUSTAKA

Bergerak Bersama Dengan Strategi Sanitasi Kota. Diterbitkan oleh Tim Teknis
Pembangunan Sanitasi: BAPPENAS, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen
Dalam Negeri, Departemen Kesehatan, Departemen Perindustrian, Departemen
Keuangan, dan Kementrian Negara Lingkungan Hidup. 2008. Hal 3

Anda mungkin juga menyukai