Anda di halaman 1dari 14

RESPON BENCANA ALAM BANJIR

DALAM ASPEK KESEHATAN


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Manajemen Bencana”

Dosen Pengampu : Bpk. Muh. Ichsan Hadiansyah, S.KM., M.P.H.

OLEH :
1. FERNANDO MARAMIS (01901040038)

2. GIA MAKALALAG (01901040008)


3. KRISDAYANTI GONI (01901040009)
4. NIKSON AESONG (01901040015)
5. SELPIA POBELA (01901040022)
6. ULFA FITRIA NINGSIH (01901040035)
7. YUDEA SENDEONG (01901040030)
8. YULISTYA POBELA (01901040031)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


INSTITUT KESEHATAN & TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA
KOTAMOBAGU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Respon Bencana Alam Banjir Dalam Aspek Kesehatan ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Bapak Muh. Ichsan Hadiansyah, S.KM., M.P.H., pada mata kuliah
Manajemen Bencana. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Manajemen Bencana Alam Banjir bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muh. Ichsan


Hadiansyah, S.KM., M.P.H., selaku dosen mata kuliah Manajemen Bencana
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Kotamobagu, 18 Februari 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………….. 2


DAFTAR ISI ……………………………………………………………. 3

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………. 4
B. Rumusan Masalah …………………………………………………… 4

BAB II : PEMBAHASAN
A. Masalah Pasca Bencana Alam Banjir ……………………………….. 5
B. Prioritas Pelayanan Bencana Alam Banjir di Bidang Kesehatan ……. 7
C. Rekomendasi atau Tindakan Pelayanan Pasca Bencana Alam Banjir
dalam Aspek Kesehatan ………………………………………………… 9

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan ………………………………………………………….. 12
B. Saran ………………………………………………………………… 13

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… . 14


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banjir merupakan peristiwa yang setiap tahun menjadi topik pemberitaan.


Pada musim hujan, banyak kota di Indonesia mengalami bencana banjir. Telah
banyak usaha dilakukan pemerintah antara lain membuat bendungan, pembuatan
kanal, dan reboisasi hutan namun belum ada yang menyelesaikan masalah bahkan
kelihatannya makin lama semakin luas cakupannya, baik frekuensinya, luasannya,
kedalamannya, maupun durasinya. Banjir disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
alamiah dan faktor yang disebabkan oleh aktivitas manusia (Suripin, 2004). Faktor
alamiah pada umumnya meliputi topografi, jenis tanah, penggunaan lahan dan
curah hujan. Tata kota dapat mengurangi banjir sejauh penataan tersebut memberi
ruang untuk sistem menyerap dan mengalirkan air sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi aliran permukaan yang liar yang menyebabkan banjir. Hal yang perlu
diperhatikan adalah kondisi daya tampung sistem drainase/saluran air apakah
mampu menampung air atau tidak pada debit tertentu di perkotaan (Suripin,
2004).

Bencana banjir yang terjadi selalu menimbulkan dampak buruk yang


menyebabkan kerugian bagi manusia pada daerah yang dilanda. Kerugian yang
ditimbulkan akibat banjir di antaranya kerusakan sarana prasarana fisik seperti
terendamnya rumah, fasilitas umum, perkantoran dll, kerugian material, kerusakan
lingkungan, sampai terenggutnya jiwa. Selain hal itu, banjir juga menyebabkan
timbulnya masalah baru seperti kemacetan, penyakit, dan sampah. Risiko banjir
dapat diidentifikasi melalui sistem informasi geografis dengan menggunakan
metode tumpang susun atau overlay terhadap parameter-parameter risiko bencana
banjir. Melalui sistem informasi geografi diharapkan akan mempermudah
penyajian informasi spasial khususnya yang terkait dengan penentuan risiko
bencana banjir serta dapat menganalisis dan memperoleh informasi baru dalam
mengidentifikasi daerah-daerah yang sering menjadi sasaran banjir.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja masalah pasca bencana alam banjir?


2. Apa saja prioritas pelayanan bencana alam banjir di bidang kesehatan?
3. Apa saja rekomendasi atau tindakan pelayanan pasca bencana alam dalam
aspek kesehatan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masalah Pasca Bencana Alam Banjir

Banjir merupakan suatu peristiwa dimana terendamnya atau tergenangnya


suatu daerah atau suatu daratan dikarenakan volume air yang meningkat. Banjir
salah satu bencana yang sering diamali oleh masyarakat terutama ketika musim
hujan tiba. Dampak yang terjadi ketika banjir datang diantaranya rumah dan
fasilitas umum terendam sehingga aktivitas manusia menjadi bermasalah dan
aksesibilitas terputus ketika genangan airnya cukup tinggi. Masalah-masalah yang
timbul akibat dari bencana banjir cukup banyak, sehingga perlu adanya mitigasi
bencana banjir untuk meminimalisir dampak risiko banjir terhadap masyarakat.
Masalah yang muncul pasca bencana alam banjir di antaranya sebagai berikut:

1. Masalah Kesehatan

Disadari atau tidak, bencana banjir dapat memberikan dampak buruk bagi
kesehatan manusia. Bakteri, lumpur, hingga air limbah ditemukan ikut tercampur
dalam banjir. Bakteri-bakteri yang ikut hanyut bersama air dapat membahayakan
kesehatan manusia. Selain itu, jika kaki terendam air terlalu lama akan
menyebabkan gangguan kesehatan. Menurut laman yang dilansir dari Bustle,
penyakit ini hampir tidak bisa dihindari seseorang yang terkena banjir. Tetanus
juga dapat menjadi masalah jika bakteri tercampur ke dalam banjir kemudian air
tersebut bersentuhan dengan luka terbuka. Penyakit lainnya seperti gangguan
pencernaan dan flu juga dapat menyebar jika terdapat bakteri tertentu di dalam air.

Selain itu, kekhawatiran lain juga datang dari air minum. Air minum yang
berada di daerah bencana banjir berpotensi terkontaminasi. Jika sampai
mengonsumsi air minum yang terkontaminasi ini, akan meningkatkan risiko buruk
pada tubuh. Seorang dokter darurat di Lenox Hill Hospital New York City, Robert
Glatter, mengatakan bahwa penduduk harus membuang makanan apapun yang
mungkin bersentuhan dengan air banjir, karena berpotensi terkontaminasi,
termasuk makanan yang telah dibungkus plastik, kardus, atau kertas.

2. Kerugian Ekonomi

Bencana banjir juga dapat mengejutkan banyak masyarakat. Aktivitas


perekonomian lumpuh akibat akses yang terputus.
Salah satunya, perjalanan kereta yang pada satu Januari, perjalanan
menuju Rangkas Bitung, Maja dan Parung Panjang-Tanah abang lumpuh akibat
peron rel 5 dan 6 terendam air. Selain itu, banjir juga terjadi di Bandara Halim
Perdanakusuma. Di samping itu, permukiman warga yang terdampak banjir juga
banyak yang hancur. Kendaraan roda dua dan empat banyak yang tersapu oleh
terjangan air. Terjadinya kerusakan pada rumah dan barang-barang yang ada di
dalamnya ternyata menimbulkan kerugian ekonomi. Di beberapa daerah yang
merupakan tempat strategis bahkan bisa memperlambat perputaran roda ekonomi.
Apabila banjir datang, jumlah air bersih pun otomatis berkurang.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), memperkirakan


kerugian akibat banjir di kota besar bisa mencapai ratusan miliar Rupiah.

3. Sulitnya Air Bersih

Kesulitan air bersih pasca banjir diakibatkan oleh saluran pipa air
bersih yang menuju pemukiman putus diterjang derasnya aliran air
bercampur lumpur dan potongan pohon yang ikut terbawa air. Kurangnya
air bersih tidak hanya berdampak pada manusia saja, melainkan juga pada
binatang ternak, terkhusus bagi para pemilik ternak sapi ketika memenuhi
kebutuhan minum ternak dan membersihkan kandang. Selain air bersih,
pera petani juga harus menderita kerugian yang cukup besar. Banjir
bandang itu mengakibatkan gagal panen, setelah sawahnya diterjang banjir.

4. Aktivitas Warga Terhambat

Terhambatnya aktivitas warga menjadi hasil lain yang mungkin paling


terasa saat kondisi ini melanda. Dampak banjir bagi masyarakat yang paling
sederhana adalah terendamnya rumah sehingga membuat mereka harus
melakukan penanganan terlebih dahulu sebelum beraktivitas.

Ratusan rumah dan akses jalan pun dapat terendam banjir dengan
ketingian hampir setengah meter. Banjir umumnya disebabkan oleh meluapnya
sungai dan berdampak pada aktivitas warga yang terhambat.

5. Muncul Korban Jiwa

Adapun dampak negatif banjir yang paling parah, yakni munculnya korban
jiwa. Hadirnya korban sebagai dampak banjir bandang sering kali dikarenakan
terseret arus atau luapan air yang tak terprediksikan.

Musim hujan di Indonesia (yang terjadi dari Desember sampai Maret)


biasanya menyebabkan curah hujan yang tinggi. Dikombinasikan dengan
pengundulan hutan dan saluran-saluran air yang tersumbat oleh sampah, ini bisa
menyebabkan sungai-sungai meluap dan terjadi banjir. Banjir dan tanah longsor
terjadi di banyak wilayah di Indonesia dan bisa menyebabkan jatuhnya ratusan
korban, hancurnya rumah-rumah dan infrastruktur lain, dan kerugian bagi bisnis-
bisnis lokal. Bahkan di megapolitan seperti Jakarta, banjir terjadi secara reguler
(setiap tahun) karena lemahnya manajemen air dikombinasikan dengan curah
hujan yang tinggi. Misalnya pada Januari 2013, sebuah wilayah yang sangat luas
dari Jakarta terkena banjir. Hal ini membawa dampak pada lebih dari 100.000
rumah dan menyebabkan hilangnya nyawa lebih dari 20 orang.

B. Prioritas Pelayanan Bencana Alam Banjir di Bidang Kesehatan

Pemberian pelayanan kesehatan pada kondisi hencana sering tidak


memadai. Hal ini terjadi antara lain akibat rusaknya fasilitas kesehatan, tidak
memadainya jumlah dan jenis ohat serta alat kesehatan, terbatasnya tenaga
kesehatan, terbatasnya dana operasional pelayanan di lapangan. Salah satu
permasalahan kesebatan akibat bencana adalah meningkatnya potensi kejadian
penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Bahkan, tidak jarang kejadian
luar biasa (KLB) untuk beberapa penyakit menular tertentu, seperti KLB diare dan
disentri yang dipengaruhi lingkungan dan sanitasi yang memburuk akibat bencana
seperti banjir.

Penanggulangan masalah kesehatan dalam kondisi bencana ditujukan


untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi korban akibat
bencana dan pengungsi sesuai dengan standar minimal. Secara khusus, upaya ini
ditujukan untuk memastikan: 1 ). Terpenuhinya pelayanan kesehatan bagi korban
bencana dan pengungsi sesuai standar minimal; 2). Terpenuhinya pemberantasan
dan pencegahan penyakit menular bagi korban bencana dan pengungsi sesuai
standar minimal; 3). Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi bagi korban
bencana dan pengungsi sesuai standar minimal; 4). Terpenuhinya kesehatan
lingkungan bagi korban bencana dan pengungsi sesuai standar minimal; serta 5).
Terpenuhinya kebutuhan papan dan sandang bagi korban bencana dan pengungsi
sesuai standar minimal.

Dalam penanggulangan bencana, peran Puskesmas mengacu pada tugas


dan fungsi pokoknya, yaitu sebagai pusat (1) penggerak pembangunan kesehatan
masyarakat, (2) pemberdayaan masyarakat dan (3) pelayanan kesehatan tingkat
pertama. Sebagai pusat penggerak pembangunan kesehatan masyarakat,
Puskesmas melakukan fungsi penanggulangan bencana melalui kegiatan
surveilans, penyuluhan dan kerjasama lintas sektor. Sebagai pusat pemberdayaan
masyarakat, Puskesmas dituntut mampu melibatkan peran aktif masyarakat, baik
peroangan maupun kelompok, dalam upaya penanggulangan bencana. Sedangkan
sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama, Puskesmas melakukan
berbagai kegiatan seperti: pelayanan gawat darurat 24 jam, pendirian pos
kesehatan 24 jam di sekitar lokasi bencana, upaya gizi, KIA dan sanitasi
pengungsian, upaya kesehatan jiwa serta upaya kesehatan rujukan.

Selain berdasarkan SK Menkes 145/2007, peran dan tugas Puskesmas


dalam penanggulangan bencana juga mengacu pada SK Menkes Nomor
1357/Menkes/SK/XII/200 1 tentang Standar Minimal Penanggulangan Masalah
Kesehatan akibat Bencana dan Penanganan Pengungsi. Dalam dokumen tersebut,
standar minimal yang harus dipenuhi meliputi berbagai aspek:

1. Pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan kesehatan


masyarakat, kesehatan reproduksi dan kesehatan jiwa.

2. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, seperti


vaksinasi,penanganan masalah umum kesehatan di pengungsian,
manajemen kasus, surveilans dan ketenagaan.

3. Gizi dan pangan, termasuk penanggulangan masalah gizi di


pengungsian, surveilans gizi, kualitas dan keamanan pangan. Identifikasi
perlu dilakukan secepat mungkin untuk mengetahui sasaran pelayanan,
seperti jumlah pengungsi, jenis kelamin, umur dan kelompok rentan
(balita, ibu hamil, ibu menyusui, lanjut usia).

4. Lingkungan, meliputi pengadaan air, kualitas air, pembuangan


kotoran manusia, pengelolaan limbah padat dan limbah cair dan promosi
kesehatan. Beberapa tolok ukur kunci yang perlu diperhatikan adalah:

a). persediaan air harus cukup minimal 15 liter per orang per hari,

b). jarak pemukiman terjauh dari sumber air tidak lebih dari 500
meter,

c). satu kran air untuk 80-100 orang,

d). satu jamban digunakan maksimal 20 orang, dapat diatur


menurut rumah tangga atau menurut jenis kelamin,

e). jamban berjarak tidak lebih dari 50 meter dari pemukian atau
tempat pengungsian,
f). bak atau lubang sampah keluarga berjarak tidak lebih dari 15
meter dan lubang sampah umum berjarak tidak lebih dari 100
meter dari pemukiman atau tempat pengungsian,

g). bak atau lubang sampah memiliki kapasitas 100 liter per 10
keluarga, serta,

h). tidak ada genangan air, air hujan, luapan air atau banjir di
sekitar pemukiman atau tempat pengungsian.

5. Hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan dasar kesehatan, seperti


penampungan keluarga, sandang dan kebutuhan rumah tangga. Ruang
tertutup yang tersedia, misalnya, setidaknya tersedia per orang rata-rata
berukuran 3,5-4,5 m. Kebutuhan sandang juga perlu memperhatikan
kelompok sasaran tertentu, seperti pakaian untuk balita dan anak-anak
serta pembalut untuk perempuan remaja dan dewasa.

C. Rekomendasi atau Tindakan Pelayanan Pasca Bencana Alam


Banjir Dalam Aspek Kesehatan

Bencana alam merupakan kejadian luar biasa yang disebabkan oleh


peristiwa/faktor alam atau perilaku manusia yang menyebabkan kerugian besar
bagi manusia dan lingkungan dimana hal itu berada diluar kemampuan manusia
untuk dapat mengendalikannya. Mengingat bencana alam yang cukup beragam
dan semakin tinggi intensitasnya, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-
Undang (UU) No 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Dengan
lahimya UU tersebut, terjadi perubahan paradigma penanganan bencana di
Indonesia, yaitu penanganan bencana tidak lagi menekankan pada aspek tanggap
darurat, tetapi lebih menekankan pada keseluruhan manajemen penanggulangan
bencana mulai dari mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat sampai dengan
rehabilitasi. Berdasarkan UU No 24 tersebut, tahapan penyelenggaraan
penanggulangan bencana meliputi:

1. Prabencana, pada tahapan ini dilakukan kegiatan perencanaan


penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana, pencegahan,
pemaduan dalam perencanaan pembangunan, persyaratan analisis risiko
bencana, penegakan rencana tata ruang, pendidikan dan peletahihan serta
penentuan persyaratan standar teknis penanggulangan bencana
(kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana).
2. Tanggap darurat, tahapan ini mencakup pengkajian terhadap lokasi,
kerusakan dan sumber daya, penentuan status keadan darurat,
penyelamatan dan evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan dasar,
pelayanan psikososial dan kesehatan.

3. Paskabencana, tahapan ini mencakup kegiatan rehabilitasi (pemulihan


daerah bencana, prasarana dan sarana umum, bantuan perbaikan rumah,
sosial, psikologis, pelayanan kesehatan, keamanan dan ketertiban) dan
rekonstruksi (pembangunan, pembangkitan dan peningkatan sarana).

Penanggulangan masalah kesehatan merupakan kegiatan yang harus segera


diberikan baik saat terjadi dan paskabencana disertai pengungsian. Upaya
penanggulangan bencana perlu dilaksanakan dengan memperhatikan hak-hak
masyarakat, antara lain hak untuk mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan
dasar, perlindungan sosial, pendidikan dan keterampilan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana serta hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 53 UU No 24 tahun 2007,
pelayanan kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi
pada kondisi bencana, di samping kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya: 1 ). air
bersih dan sanitasi, 2). pangan, 3). sandang, 4). pelayanan psikososial serta 5).
penampungan dan tempat hunian.

Rekomendasi terkait pelayanan kesehatan masyarakat, meliputi:

a). merencanakan kegiatan Puskesmas Keliling sebagai dukungan sementara,

b). perlu tenaga fisioterapi untuk perawatan bagi penduduk yang cedera,

c). ketersediaan pangan penduduk kelompok rentan, khususnya program


Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita dan ibu hamil,

d). revitalisasi pelayanan Bidan Desa untuk mendukung program Kesehatan Ibu
dan Anak,

e). revitalisasi tenaga sanitarian untuk menangani kondisi lingkungan yang

tidak sehat, serta

f). perlu penanganan psikiatri bagi masyarakat yang mengalami trauma.

Selain itu, tindakan pelayanan pasca bencana banjir juga sebagai berikut.
1). Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar di tempat penampungan (Pos
Kesehatan Lapangan)

2). Memeriksa kualitas air bersih dan sanitasi lingkungan

3). Melaksanakan surveilans penyakit menular dan gizi buruk yang mungkin
timbul

4). Segera melapor ke Dinas Kesehatan Kab/Kota bila terjadi KLB penyakit
menular dan gizi buruk

5). Memfasilitasi relawan, kader dan petugas pemerintah tingkat kecamatan dalam
memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada masyarakat luas,
bimbingan kepada kelompok serta konseling pada individu yang berpotensi
mengalami gangguan stress pascatrauma

6). Merujuk penderita yang tidak dapat ditangani dengan konseling awal dan
membutuhkan konseling lanjut, psikoterapi atau penanggulangan lebih spesifik.

Adapun rekomendasi yang juga dikeluarkan terkait pencegahan dan


pemberantasan penyakit menular, yaitu:

a). Melakukan surveilans penyakit menular untuk memperkuat sistem surveilans


rutin; serta

b). Mempertimbangkan langkah antisipasi munculnya penyakit diare, typhus


abdominalis, DHF, campak, dan tetanus.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bencana alam yang disertai dengan pengungsian, terutama bencana banjir


seringkali menimbulkan dampak terhadap kesehatan masyarakat yang menjadi
korban, terlebih mereka yang termasuk dalam kelompok rentan. Permasalahan
kesehatan akibat bencana beragam, termasuk meningkatnya potensi kejadian
penyakit menular maupun penyakit tidak menular, permasalahan kesehatan
lingkungan dan sanitasi serta kesehatan reproduksi perempuan dan pasangan.
Kondisi dapat menjadi lebih buruk antara lain dikarenakan pemberian pelayanan
kesehatan pada kondisi bencana sering tidak memadai.

Berbagai panduan penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana


sudah dikeluarkan di tingkat nasional. Upaya tersebut pada prinsipnya
dilaksanakan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak masyarakat, antara lain hak
untuk mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar. Pengorganisasian
sektor kesehatan juga dilakukan berjenjang. Dalam hal ini, peran Puskemas di
lokasi kejadian bencana menjadi sangat penting, baik pada fase prabencana, saat
bencana maupun paskabencana. Standar minimal pun telah ditetapkan, meliputi
aspek pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular,
gizi dan pangan, lingkungan serta kebutuhan dasar kesehatan.

Dengan segala keterbatasan sumber daya, peralatan dan obat-obatan para


petugas kesehatan melakukan pertolongan pertama pada para korban, sebelum
dilakukan perawatan lanjutan. Dalam kondisi serba darurat, petugas kesehatan
baik tenaga medis dan non-medis bekerja sama memberikan pertolongan pertama
pada setiap pasien korban banjir. Selain itu, pelayanan petugas kesehatan pada
masa rehabilitasi juga berkontribusi pada tersedianya kebutuhan gizi bayi dan
balita serta pemenuhan keperluan kesehatan reproduksi perempuan. Salah satu
faktor yang mendukung kelancaran para petugas kesehatan dalam melakukan
tindakan gawat darurat pada saat terjadi bencana dan memberikan pelayanan
kesehatan paska banjir adalah partisipasi aktif masyarakat. Dalam kondisi
mengalami bencana, masyarakat aktif membantu pencarian korban; membawa
korban luka ke tempat pelayanan; mendirikan tenda darurat; distribusi obat-
obatan, makanan bayi dan balita serta kebutuhan khusus perempuan; melakukan
pendataan korban dan memberikan informasi tentang wilayah yang memerlukan
penanganan kesehatan di wilayah terdampak.
B. Saran

Kami tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat


banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun
dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Widayantun, Zainal Fatoni. 2013. Permasalahan Kesehatan dalam Kondisi


Bencana: Peran Petugas Kesehatan dan Partisipan Masyarakat. Bantul,
Yogyakarta: Jurnal Kependudukan Indonesia

Rina K. Kusumaratna. 2003. Profil Penanganan Kesehatan Selama dan Sesudah


Banjir di Jakarta. DKI Jakarta: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti

Prudential. (2020). 5 Dampak Banjir Bagi Masyarakat yang Perlu Diketahui.


Prudential.co.id. Diakses pada 18 Februari 2020 melalui
https://www.prudential.co.id/id/pulse/article/5-dampak-banjir-bagi-masyarakat-
yang-perlu-diketahui/

Anda mungkin juga menyukai