Disusun Oleh :
HANIFAH MARWA
NIM 2011222001
Kelas Pengantar Komunikasi A1
Mahasiswa Ilmu Gizi
DOSEN PENGAMPU :
Dr. HELMIZAR, SKM, M.Biomed
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................5
1.3 Tujuan Pembahasan..................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Komunikasi Massa..................................................................................6
2.2 Karakteristik atau Ciri-ciri Komunikasi Massa......................................................7
2.3 Peran Komunikasi Massa terhadap Ilmu Gizi.........................................................7
2.4 Bentuk Komunikasi Massa yang Menyampaikan Pesan-pesan Gizi......................8
BAB III.................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................14
3.1 Saran.........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah, dirumuskan dalam beberapa pertanyaan
berikut ini:
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi massa?
2. Bagaimana karakteristik dari komunikasi massa?
3. Bagaimana peran komunikasi massa terhadap ilmu gizi?
4. Apa bentuk komunikasi massa yang memuat pesan-pesan gizi?
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media
massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi
kepada khalayak luas. Dengan demikian unsur-unsur penting dalam komunikasi
massa adalah :
1. Komunikator
2. Media massa
3. Informasi (pesan)
4. Khalayak (publik)
5. Umpan balik
Media massa adalah saluran atau alat komunikasi dan informasi yang
melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat
banyak secara massal pula, misalnya koran, radio, televisi, majalah, pamflet, dsb.
Sedangkan, informasi massa adalah informasi yang diperuntukan kepada masyarakat
secara missal, bukan hanya informasi yang dikonsumsi secara pribadi, misalnya
berita, iklan, sinetron, film, dsb.
Beberapa definisi komunikasi massa menurut para ahli, yaitu :
Menurut Bittner, komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui
massa pada sejumlah besar orang.
Menurut Gebner (1967), komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang
berlandaskan teknologi lembaga dari arus pesan yang kontinu serta paling luas
dimiliki orang dalam masyarakat industri.
Menurut Meletzke, komunikasi massa diartikan sebagai setiap bentuk komunikasi
yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis
secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar.
6
2.2 Karakteristik atau Ciri-ciri Komunikasi Massa
Beberapa ciri yang ada pada komunikasi massa, yaitu :
1. Pesan bersifat umum
Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi ditujukan untuk
banyak orang bukan hanya kelompok atau pribadi tertentu.
2. Komunikasinya anonim dan heterogen
Pada hal ini komunikator tidak mengenal komunikannya karena komunikasi
dilakukan secara massal dan tidak langsung alias menggunakan media.
3. Komunikasi lebih mengutamakan isi daripada hubungan
4. Komunikasi massa bersifat satu arah
5. Umpan balik tertunda atau tidak langsung
7
2.4 Bentuk Komunikasi Massa yang Menyampaikan Pesan-pesan Gizi
Salah satu contoh bentuk komunikasi massa yang dapat menyampaikan pesan-
pesan termasuk gizi yaitu majalah. Saat ini majalah kurang eksis di lingkungan
masyarakat disebabkan adanya media sosial dan televisi yang lebih mudah diakses.
Contoh yang penulis ambil yaitu bersumber dari majalah Kementrian Kesehatan RI
yang membahas topik utama yaitu stunting.
8
Pada majalah pertama ini dimuat cukup detail penjelasan tentang masalah
stunting di Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan
penurunan prevalensi stunting di tingkat nasional sebesar 6,4 persen selama periode 5
tahun, yaitu dari 37,2 persen (2013) menjadi 30,8 persen (2018). Tubuh yang pendek
dan perkembangannya melambat itulah potret anak stunting yang dialami satu dari
9
setiap tiga anak yang tersebar di seluruh daerah Indonesia, yang saat ini menempati
urutan 108 dari 132 negara dengan prevalensi stunting tinggi (Set. Wapres dan
Kemenko PMK, 2018). Anak dikatakan stunting atau pendek jika tingginya berada
dibawah minus dua standar deviasi tinggi atau panjang badan anak seumurnya, hal ini
akibat kurang gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada masa 1000 hari pertama
kehidupan (1000 HPK). Akibat kekurangan gizi kronis pada 1000 HPK ini sifatnya
permanen dan sulit diperbaiki.
Dampak stunting tidak hanya pada sektor kesehatan tetapi juga sektor lain
termasuk ekonomi. Stunting yang dialami sejak kecil sering menyulitkan
mendapatkan pekerjaan karena keterbatasan yang dimiliki. Laporan dari Ghana
(COHA, 2016) menyebutkan stunting pada anak akan berdampak pada rendahnya
tingkat pendidikan dan berkorelasi dengan rendahnya pendapatan saat dewasa.
Berdasarkan informasi dari majalah tersebut, stunting cukup mengerikan
apalagi melihat kasus yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, komunikasi massa
sangatlah penting diantaranya menyuarakan dampak dan cara pencegahan stunting
agar bertambah jumlah masyarakat yang aware akan hal ini.
Dicantumkan dalam majalah ini bahwa ada beberapa cara atau upaya yang
dapat dilakukan masyarakat dalam pencegahan stunting yaitu
1. Budidaya komoditas lokal, seperti ikan sebagai sumber gizi keluarga
2. Gerakan menanam buah dan sayur di tingkat rumah tangga
3. Membangun masyarakat melek kesehatan: kader dan kelompok milenial
sebagai penggerak, lagi-lagi disini komunikasi menjadi hal yang tak bisa
dihindarkan. Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat tentu
diperlukan keterampilan ber komunikasi terutama komunikasi massa.
4. Menjamin pelayanan kesehatan ibu dan anak
5. Memberikan ASI eksklusif pada bayi
6. Kebutuhan air bersih tercukupi
10
Majalah Seputar Iodium dan Kesehatan “Tangani Stunting” KEMENKES RI Edisi 8
Desember 2019
11
Pada majalah edisi berikutnya yaitu edisi 8, penanganan stunting lebih di
fokuskan pada masalah makanan yang dikonsumsi, juga pantau berat badan secara
berkala yang mungkin bisa mengetahui apakah seseorang tersebut normal atau
mungkin kelebihan berat badan.
Ketergantungan dengan pangan impor, sebagai negara agraris, hingga saat ini
Indonesia belum mampu mencukupi kebutuhan pangan secara mandiri. Masih ada
beberapa jenis bahan pangan seperti beras, jagung, kedelai, gandum, dan daging
diimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Bahkan negara dengan luas
wilayah laut lebih besar dengan daratan ini juga masih melakukan impor garam.
Perubahan gaya hidup masyarakat juga memengaruhi pola konsumsi.
Masyarakat mengikuti trend untuk mengonsumsi makanan yang praktis, cepat, enak,
atau bahkan makanan yang sedang populer saat itu di media sosial. Pertimbangan
kandungan gizi seringkali terabaikan seiring dengan alasan-alasan tersebut. Promosi
berbagai produk pangan melalui media sosial yang masif memiliki pengaruh besar
terhadap pilihan pangan terutama pada masyarakat perkotaan. Munculnya jenis
pangan dari luar yang menjadi trend semakin menjauhkan masyarakat dari makanan
lokal yang ada disekitarnya. Perubahan pola konsumsi juga terjadi pada masyarakat
pedesaan.
Potensi Pangan Lokal Penuhi Gizi Masyarakat Indonesia, Kementerian
Pertanian menyebutkan Indonesia memiliki 77 jenis pangan sumber karbohidrat, 75
jenis pangan sumber protein, 26 jenis kacang-kacangan, 228 jenis sayuran, serta 389
jenis buah-buahan. Namun saat ini justru terdapat kecenderungan masyarakat
mengabaikan sumber pangan lokal dan lebih menganggap superior pangan impor.
Padahal apabila diteliti pangan lokal tersebut mengandung nilai gizi dan manfaat
yang tidak kalah dengan pangan impor.
Berdasarkan hasil penelitian, sorgum dan kelor diketahui memiliki nilai-nilai
vitamin dan gizi yang baik bagi kesehatan. Selain itu, sorgum dan kelor merupakan
dua jenis tanaman lokal yang dikenal di wilayah Flores Timur. Sorgum tumbuh di
lahan yang panas dan kering, oleh sebab itu sorgum dapat dengan mudah
dibudidayakan di wilayah Flores Timur. Beberapa tahun terakhir, Flores Timur
12
mencoba untuk menghidupkan kembali konsumsi sorgum sebagai bahan makanan
sehari-hari masyarakat. Sementara itu kelor (Moringa Oleifera) atau biasa disebut
dengan merungge oleh masyarakat Flores Timur merupakan tanaman yang banyak
ditemui di wilayah NTT. Bahkan kelor yang tumbuh di Lewotana, Flores Timur
disebut memiliki kualitas terbaik setelah kelor yang berasal dari negara Spanyol.
Kampanye gizi seimbang dengan mengoptimalkan potensi pangan lokal
daerah perlu digalakkan kembali. Daerah perlu mengidentifikasi potensi pangan lokal
untuk dijadikan sebagai komoditas pangan utama yang mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat sendiri. Kampanye gizi seimbang ini termasuk dalam komunikasi massa,
dimana seorang ahli gizi perlu menyuarakan lebih giat lagi masalah makanan gizi
seimbang ini. Dan dengan adanya majalah ini sebagai salah satu bentuk komunikasi
massa, diharapkan masyarakat dapat menambah pengetahuannya mengenai gizi
seimbang.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masalah gizi merupakan masalah yang cukup serius di Indonesia saat ini,
salah satu masalah gizi buruk di Indonesia yaitu stunting atau bertubuh pendek.
Banyak hal yang melatar belakangi masih tinggi nya angka stunting di Indonesia,
antara lain kurangnya kesadaran masyarakat akan berbahayanya stunting dan
pentingnya gizi seimbang. Dalam hal ini, komunikasi massa dapat menjadi salah satu
solusi, dengan mengkomunikasikan secara baik dan benar maka urgensi gizi
seimbang akan dapat diterima oleh masyarakat sehingga mereka menjadi lebih aware
akan hal ini.
Ilmu komunikasi dan ilmu gizi memang berkaitan erat, dimana untuk
mengedukasi, menyuarakan, dan mengajak masyarakat untuk peduli gizi diperlukan
keterampilan berkomunikasi yang baik agar mudah tersampaikannya pesan yang
ingin diutarakan.
3.1 Saran
Saran yang hendak penulis sampaikan yaitu, hendaknya sebagai seorang ahli
gizi sangat diperlukan keterampilan berkomunikasi apapun jenis komunikasinya,
karena tugas dan kewajiban seorang ahli gizi tidak lepas dari pengedukasian
masyarakat. Seorang ahli gizi akan terus berinteraksi langsung maupun tidak
langsung dengan masyarakat oleh sebab itu perlu melatih skill berkomunikasi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes. 2019. Majalah IODIKES Cegah Stunting Juni 2019 edisi 7. Magelang :
Redaksi IODIKES
diakses melalui
https://drive.google.com/drive/folders/1_NtzvB6Ze7jtSS83RG1459kDS3piU4M7
pada tanggal 11 November 2020 pukul 22.48 WIB
15